Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Diabetes Melitus ( DM )

1. Pengertian

Ada beberapa pengertian tentang diabetes melitus,diantaranya adalah :

Diabetes Melitus adalah merupakan sekelompok heterogen yang

ditandai dengan kenaikan kadar glukosa dalam darah atau Hiperglikemi.

(Bruner and Suddart, 2002 : 1220). Diabetes Melitus adalah keadaan

Hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan

hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi pada mata, ginjal, syaraf

dan pembuluh darah. (Mansjoer Arief, 1999 : 580). Diabetes Melitus adalah

gangguan metabolisme yang secara genetic dan klinis termasuk heterogen

dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. (Price A,Sylvia,

1994). Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa

darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif. (FKUI, 2004 : 8).

Diabetes Melitus adalah gangguan metabolic kronis yang tidak dapat

disembuhkan tetapi dapat dikontrol. Yang dikarakteristik Hiperglikemia

karena defisiensi insulin atau kekurangan pengunaan insulin. (Barbara

Engram, 1998 : 532).

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

Diabetes Mellitus adalah merupakan sekumpulan gejala yang diakibatkan oleh

berkurangnya kadar insulin dalam darah, ditandai dengan peningkatan kadar

gula darah.
2. Patofisiologi

a. Etiologi

1) Genetic

Faktor keturunam memang memegang peranan penting pada kejadian

penyakit ini. Apabila orang tua menderita diabates melitus maka

kemungkinan anak-anaknya menderita penyakit ini lebih besar.

2) Virus

Virus hepatitis B menyerang hati dan merusak pankrreas sehingga sel

beta yang memproduksi insulin menjadi rusak.

3) Penyakit pancreas

Peradangan pada sel beta mengakibatkan sel tidak dapat memproduksi

insulin.

4) Gaya hidup

Orang yang kurang gerak badan, diet tinggi lemak dan rendah

karbohidrat, kegemukan dan kesalahan pola makan.

5) Kelainan hormonal

Hormon insulin yang kurang jumlahnya atau tidak produksi.

b. Proses Penyakit

Peningkatan gula darah merupakan tanda utama dari diabetes mellitus

yang terjadi akibat penurunan, penyerapan glukosa oleh sel-sel disertai dengan

peningkatan pengeluaran glukosa oleh hati. Pengeluaran glukosa oleh hati

meningkat karena proses yang menghasilkan glukosa adalah glikogenesis dan

glukoneogenesis berlangsung karena insulin tidak ada. Ketika kadar glukosa

darah meningkat pada saat glukosa diinfiltrasi melebihi kapasitas sel-sel

tubulus yang melakukan reabsorbsi sehingga menimbulkan efek osmotik yang


menarik H2O menyebabkan diuresis osmotic yang ditandai oleh Poliuri.

Cairan yang berlebihan keluar dari tubuh menyebabkan kegagalan sirkulasi

perifer, karena penurunan volume darah.Kegagalan sirkulasi tersebut apabila

tidak diperbaiki akan menyebabkan aliran darah ke otak menutup, sehingga

menimbulkan gagal ginjal sekunder akibat tekanan filtrasi yang tidak adekuat,

selain itu sel-sel kehilangan air karena tubuh mengalami gangguan fungsi saraf

dan dehidrasi tersebut dapat menyebabkan polidipsi dan polipagi yang

merupakan mekanisme kompensasi untuk mengatasi dehidrasi. Gejala yang

khas adalah polidipsi (merupakan kompensasi untuk mengatasi dehidrasi)

selain itu terjadi defisiensi glukosa intra sel.nafsu makan meningkat, sehingga

timbul polipaghi. Sintesis trigliserida menurun saat lipolisis meningkat,

sehingga terjadi peningkatan asam lemak dari simpanan trigliserida. Asam

lemak tersebut digunakan sebagian oleh sel sehingga sumber energi alternatif

akan dikeluarkan oleh hati hingga menyebabkan pengeluaran yang berlebihan

pada keton ke dalam darah dan menimbulkan ketosis, lama-kelamaan

menyebabkan asidosis metabolik. Asidosis akan menelan fungsi otak dan

apabila cukup parah dapat menimbulkan koma diabetik dan kematian.

Patoflow
Kekurangan insulin

Glukagon   Penggunaan glukagon o/ sel Glukagon 

Glukoneogenesis Hiperglikemi Glukoneogenesis

Metabolisme protein 
Metabolisme lemak  Gangguan Perubahan
mobilisasi fisik pola nutrisi
 Sintesa protein
Glikosuria
Ketogenesis

Gangguan Amino acid di hati


keseimbangan
Ketonimia cairan

Ketonuria Osmotik diuresis


Blood uria 
Negative nitrogen balance

Nafas kusmaul
Eksresi aceton
Lewat paru-paru

3. Komplikasi

a. Komplikasi akut, terdiri dari:

1) Hipoglikemia

Adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan penurunan

glukosa darah. Gejala yang timbul berupa gelisah sampai berat dan

kejang. Penyebab timbulnya hipoglikemia adalah obat-obatan

hipoglikemia oral gongan sulfonylurea, khususnya glibenclamid.

Meskipun hipoglikemia sering pula terjadi pada pengobatan pada


insulin, tetapi kejadian ini sering timbul karena pasien tidak

mempertahankan atau belum mengetahui pengaruh beberapa

perubahan pada tubuhnya.

Penyebab hipoglikemia yaitu makan kurang dari aturan yang

ditentukan, berat badan turun, sesudah olahraga. Tanda dari

hipoglikemia mulai timbul bila glukosa darah kurang dari 50 mg/dl,

meskipun reaksi hipoglikemia bias didapat pada kadar glukosa darah

yang lebih tinggi.

2) Hiperglikemia

Adalah adanya masukan kalori yang berlebihan, penghentian obat

oral maupun insulin yang didahului oleh stress akut. Tanda khas

kesadaran menurun disertai dehidrasi berat.

3) Ketoasidosis diabetic (KAD)

Adanya gangguan metabolic yang mengancam kehidupan yang

secara potensial atau akut dapat terjadi sebagai akibat defisiensi

insulin dalam waktu lama, dikarakteristikan dengan hiperglikemia

yang ekstrim (lebih dari 300 mg/dl). KAD dimanifestasikan sebagai

status berlanjutnya patofisiologi dari DM, pasien tampak sakit berat

dan memerlukan intervensi darurat untuk mengurangi kadar glukosa

darah dan memperbaiki asidosis berat elektrolit dan ketidak

seimbangan cairan. Factor-faktor pencetus KAD adalah obat-obatan

(steroid, diuretic, alcohol), penurunan masukan cairan, kegagalan

masukan insulin sesuai program, stress emosi berat, kegagalan untuk

mentaati modifikasi diet.

b. Komplikasi Kronik
1) Penyakit makrovaskuler

Penyakit makrovaskuler adalah karena aterosklerosis, terutama

mempengaruhi pembuluh darah besar dan sedang, karena adanya

kekurangan insulin, lemak diubah menjadi glukosa untuk energi.

Perubahan pada sintensis dan katabolisme lemak mengakibatkan

peningkatan LDL (Low Density Lipoprotein). Oklusi vaskuler dari

arterosklerosis dapat menyebabkan penyakit arteri koroner, penyakit

vascular perifer dan penyakit vascular serebral.

Penderita DM dengan kelainan makrovaskular dapat memberikan

gambaran kelainan pada tungkai bawah, baik berupa ulkus maupun

gangrene diabetic. Pada penderita tersebut bila dilakukan perabaan

arteri mungkin akan teraba denyut yang berkurang sampai

menghilang. Penderita dengan gangguan cerebrovaskular dapat

memberikan gambaran berupa kelumpuhan infark jantung juga dapat

terjadi akibat kelainan makrovaskular, rasa nyeri dada sering tidak

dijumpai akibat adanya neuropati.

2) Penyakit Mikrovaskular

Terutama mempengaruhi pembuluh darah kecil dan disebabkan oleh

penebalan membrane dasar kapiler dari peningkatan kadar glukosa

darah secara kronis, ini menyebabkan diabetic retinopati, neuropati

dan nefropati.

a) Neuropati diabetic

Disebabkan oleh kerusakan kecepatan konduksi saraf karena

konsentrasi glukosa tinggi dan penyakit mikrovaskular. Neuropati

motor sensori berperan dalam ulkus dan infeksi kaki dan telapak
kaki. Neuropati autonomic berperan dalam kandung kemih

neurogenik, impotensi, konstipasi yang berubah-ubah dengan

diare, hipotensi ortostatik dan adanya keluhan gangguan

pengeluaran keringat. Keluhan tersering adalah berupa kesemutan,

rasa lemah dan baal.

b) Retinopati Diabetik

Penderita dengan retinopati diabetic akan dapat mengalami gejala

penglihatan kabur yang dapat disebabkan katarak, ataupun

gangguan refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa oleh

hiperglikemia.

c) Nefropati Diabetik

Penderita dengan nerfropati diabetic dapat menunjukkan

gambaran gagal ginjal menahun seperti lemas, mual, pucat sampai

keluhan sesak nafas akibat penimbunan cairan. Adanya gagal

ginjjal yang dibuktikan dengan kenaikan kadar kreatinin atau

ureum serum ditemukan berkisar antara 2-7%.

4. Penatalaksanaan

Dalam mengelola DM untuk jangka pendek tujuannya adalah

menghilangkan keluhan dan gejala dan mempertahankan rasa nyaman dan

sehat. Sedangkan tujuan jangka panjang adalah untuk mencegah komplikasi,

baik makroangiopati, mikroangiopati maupun neuropati dengan tujuan akhir

menurunkan morbilitas dan mortalitas DM.

Prinsip pengelolaan Diabetes Mellitus didasarkan pada :

a. Perencanaan makan (diet)


Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi karbohidrat

60-70 %, protein 10-15 %, dan lemak 20-25 %. Ada beberapa cara untuk

menentukan kalori yang dibutuhkan penderita diabetes mellitus,

diantaranya adalah dengan memperhitungkan berdasarkan kebutuhan

kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/ kg BB ideal, ditambah atau

dikurangi bergantung pada beberapa factor yaitu jenis kelamin, usia,

aktivitas, adanya komplikasi dan berat badan.

Cara yang mudah lagi yaitu dengan perhitungan kasar, yaitu untuk pasien

kurus 2300-2500 kalori, normal 1700-2100, dan gemuk 1300-1500 kalori.

Perhitungan berat badan ideal dengan rumus standar Brocca sebagai

berikut :

BBI=(TB dalam cm – 100) – 10%

Terapi diet yang diberikan kepada penderita diabetes mellitus terbagi

dalam tiga macam yaitu :

1) Diet rendah kalori

Kategori diet untuk penderita diabetes mellitus

Kategori Kalori protein lemak Karbohidrat

1 1100 50 30 160

2 1300 55 35 195

3 1500 60 40 225

4 1700 65 45 260

5 1900 70 50 300

6 2100 80 55 325

7 2300 85 65 350

8 2500 90 65 390
Keterangan :

- Diet 1 – 3 : diberikan kepada penderita diabetes mellitus yang

sangat gemuk atau obesitas.

- Diet 4 – 6 : diberikan kepada penderita diabetes mellitus dengan

berat badan normal.

- Diet 7 – 8 : diberikan kepada penderita diabetes mellitus dengan

berat badan kurus (kurang dari berat badan normal)

dan diabetes mellitus dengan komplikasi.

2) Diet bebas gula

Tipe ini digunakan untuk penderita yang lanjut usia dan tidak

tergantung pada insulin. Tidak memakan gula dan makan yang

mengandung gula. Mengkonsumsi makanan sumber karbohidrat

sebagai bagian dari keseluruhan hidangan secara teratur.

3) System penukar

System penukar memungkinkan terjadinya variasi makanan

sehingga penderita tidak merasa bosan,tetapi tetap dalam jumlah

kalori yang ditentukan. Misalnya : nasi ditukar dengan roti atau

lainnya. Tipe ini lebih rumit dari tipe diet yang lain,tetapi mempunyai

kelebihan yaitu fleksibel dan bervariasi daripada tipe bebas gula.

Untuk melaksanakan diet tipe ini diperlukan sebuah daftar

standar yang berisikan berbagai jenis makanan penukar dengan

kandungan kalorinya. Untuk menentukan perhitungan jumlah kalori

dan garam,makanan dibagi dalam tujuh golongan, bahan makanan


dalam tiap golongan mempunyai nilai gizi sama. Jumlah tiap makanan

itu dinamakan satuan penukar.

Tabel : Golongan Bahan Makanan

No Golongan Bahan Makanan Kalori Protein Lemak Karbohidrat

1. Nasi atau Penukar 175 4 - 40

2. Daging atau penukar 75 7 5 -

3. Tempe atau penukar 75 5 3 7

4. Sayuran atau penukar A 25 1 - 5

Sayuran atau penukar B 50 3 - 10

5. Susu atau penukar 12 7 6 10

6. Minyak atau penukar 50 - 5 -

7. Buah atau penukar 50 - - 12

Sumber : Penuntun Diet bagian Gizi Rumah Sakit Dr. Cipto

Mangunkusumo dan Persatuan Ahli Gizi Indonesia

4) Berikut ini makanan yang perlu dihindari oleh penderita diabetes

mellitus adalah gula murni,gula jawa, syrup, madu, selai, manisan,

jeli, permen, cokelat, susu kental manis, minuman botol ringan, es

krim , kentang (mengandung indeks glikemik tinggisehingga mudah

menaikkan kadar gula darah), biscuit, kue kue, roti manis, dodol,

makanan yang digoreng, susu fullcream yang dikonsumsi secara

berlebihan, snack yang mengandung gula, pemanis buatan yang tinggi

kalori, pudding, sari buah-buahan, buah-buahan yang dikalengkan


dalam larutan syrup, abon, dendeng, sarden, mentega dari lemak

hewan dan minyak jenuh. Diet diabetes mellitus yang dianjurkan

adalah makanan yang mengandung karbohidrat, rendah lemak, dan

protein dalam porsi yang berimbang dengan kebutuhan tubuh dan

susu nonfat seperti susu kedelai dan susu diabetasol (khusus untuk

penderita diabetes mellitus)

b. Latihan jasmani (olahraga)

Di anjurkan latihan jasmani secara teratur ( 3-4 kali seminggu )

selama ±30 menit, sebagai contoh olahraga ringan adalah berjalan kaki

biasa selama 30 menit,olahraga sedang adalah berjalan cepat selama 20

menit, dan olahraga berat misalnya jogging/lari.

c. Pemberian obat-obatan penurun gula darah dan insulin

- Obat – obatan golongan sulfonylurea (glibenklamid) bekerja dengan

menstimulasi sel beta pancreas untuk melepaskan insulin yang

tersimpan.

- Obat-obatan golongan biguanid (metformin) bekerja dengan

menurunkan glukosa darah tetapi menyebabkan penurunan sampai

dibawah normal.

- Insulin : untuk pasien yang sudah tidak dapat kadar glukosa darahnya

dengan kombinasi sulfonylurea dam metformin, langkah berikut yang

mungkin diberikan adalah insulin semua orang dengan diabetes tipe

I memerlukan insulin eksogen karena insulin oleh sel beta tidak ada

atau hampir tidak ada. Orang dengan diabetes mellitus tipe II tentu

mungkin membutuhkan insulin bila terapi jenis lain tidak dapat

mengendalikan kadar glukosa darah atau apabila stress fisiologis


seperti pada tingkatan pembedahan, orang dengan diabetes mellitus

kehamilan bila diet saja tidak dapat mengendalikan kadar glukosa

darah, diabetes dengan ketoasidosis dan pengobatan syndrome

hipoglikemia, orang diabetes mellitus yang mendapat nutrisi parentral

atau yang memerlukan suplemen tinggi kalori.

d. Penyuluhan atau pendidikan kesehatan

Penyuluhan diperlukan karena penyakit diabetes mellitus adalah

yang berhubungan dengan gaya hidup. Pengobatan dengan obat-obatan

penting, tetapi tidak cukup. Pengobatan diabetes mellitus memerlukan

keseimbangan antara beberapa kegiatan yang memerlukan bagian integral

dari kegiatan rutin sehari-hari seperti makan, tidur, bekerja, dan lain-lain.

Berhasilnya pengobatan diabetes mellitus tergantung pada kerjasama

antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya. Pasien yang

mempunyai pengetahuan yang cukup tentang diabetes mellitus kemudian

selanjutnya mengubah perilaku, akan dapat mengendalikan kondisi

penyakitnya sehingga ia dapat hidup lebih lama.

5. Pemeriksaan Diagnostik

a. Glukosa darah: meningkat 100-200 mg/dl atau lebih

b. Aseton plasma atau keton: positif

c. Asam lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat

d. Elektrolit: -natrium mungkin normal meningkat atau menurun.

Kallium: normal

Fosfor: lebih sering menurun

e. Gas darah arteri: PH rendah dan penurunan pada HCO3 (asidosis

metabolic)
f. Trombosit: HT mungkin meningkat (dehidrasi) leukositosis,

hemokonsentrasi, merupakan respon terhadap infeksi.

g. Ureum/kreatinin: mungkin meningkat atau normal (dehidrasi atau

penurunan fungsi ginjal).

h. Insulin darah: mungkun menurun atau bahkan tidak ada (pada tipe I) atau

normal sampai tinggi (tipe II) yang mengidentifikasikan insufiensi insulin

atau gangguan dalam penggunaannya.

i. Urine: gula dan aseton positif , berat jenis urin mungkin meningkat

j. Kultur: kemungkinan adanya infeksi saluran kemih, infeksi pernafasan

dan infeksi pada luka.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Konsep keluarga

a.Pengertian

Keluarga adalah suatu kesatuan atau unit masyarakat yang terkecil

dan biasanya, tetapi tidak selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau

ikatan-ikatan lain, mereka hidup bersama dalam satu rumah ( tempat tinggal ),

biasanya di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga dan makan dari satu

periuk ( Sub Dit Perawatan Kesehatan Masyarakat Dep.Kes.RI, 1983 ).

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di

bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Departemen

Kesehatan RI, 1988).

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung

karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka


hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam

peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu

kebudayaan (Salvicion G Bailon dan Aracelis Maglaya, 1989).

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga

merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih,

dengan adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah, dan hidup dalam satu

rumah tangga, di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga, yang

berinteraksi sautu sama lain, dan setiap anggota keluarga menjalankan

peranannya masing-masing serta enciptakan dan mempertahankan

kebudayaan.

b. Struktur Keluarga

1) Cirri-ciri struktur keluarga

a) Terorganisasi

Keluarga adalah cerminan sebuah organisasi, dimana masing-masing

anggota memiliki peran dan fungsinya masing-masing sehingga tujuan

keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya

hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling

ketergantungan dalam mencapai tujuan.

b) Keterbatasan

Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan

tanggung jawabnya masing-masing, sehingga dalamm berinteraksi

setiap anggota tidak bias semena-mena, tetapi mempuntai keterbatasan

yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.

c) Perbedaan dan kekhususan


Adanya peran yang beragan dalam keluarga menunjukan masing-

masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda

dank has seperti halnya peran ayah sebagai pencari nakah utama, peran

ibu yang merawat anak-anak.

2) Struktur keluarga

a) Dominasi jalur hubungan darah.

- Patrilineal, adalah keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui

jalur garis ayah. Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan :

struktur keluarga patrilineal.

- Matrilineal, adalah keluarga yang dihubungkan atau disusun melalui

jalur garis ibu. Suku padang salah satu yang menggunakan struktur

keluarga matrilineal.

b) Dominasi keberadaan tempat tinggal

- Patrilokal, adalah keberadaan tempat tingga suatu keluarga sedarah

dari pihak suami.

- Matrilokal, adalah keberadaan tempat tinggal suatu keluarga dari pihak

istri

c) Dominasi pengambilan keputusan

- Patriakal adalah dominasi pengambil keputusan ada pada pihak suami.

- Matriakal adalah dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak

istri.

(Santun Setiawati, Agus Citra Darmawan, 2005)

c. Tipe / Bentuk Keluarga


Menurut Friedman (1998) tipe keluarga dibagi menjadi dua yaitu

keluarga tradisional dan non tradisional diantaranya adalah:

1) Tipe keluarga tradisional terdiri dari :


a) Keluarga inti (Nuklear Family), adalah keluarga yang terdiri dari ayah,

ibu dan anak-anak.

b) Keluarga besar (Extended Family), adalah keluarga inti ditambah

dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara

sepupu, paman, bibi dan sebagainya.

c) Keluarga berantai (Serial Family), adalah keluarga yang terdiri dari

wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu

keluarga inti.

d) Keluarga duda / janda (Single Family), adalah keluarga yang terjadi

karena perceraian atau kematian.

e) Keluarga berkomposisi (Composite), adalah keluarga yang

perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.

f) Keluarga kabitas (Cahabitatian), adalah dua orang menjadi satu tanpa

pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.

2) Tipe keluarga nontradisional terdiri dari :

a) Keluarga komuniti yaitu dari satu keluarga tanpa pertalian darah dan

tinggal satu rumah.

b) Orang tua (ayah-ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup

bersama dalam satu rumah

c) Homoseksual (gay atau lesbian) yaitu dua individu yang berjenis

kelamin sma hidup dalam satu rumah yang berperilaku layaknya suami

istri.

(Aguscitra & Santun, 2004: hal 33)

d. Fungsi Keluarga
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan oleh keluarga, diantaranya

adalah sebagai berikut :

1) Fungsi biologis

a) Untuk meneruskan keturunan

b) Memelihara dan membesarkan anak

c) Memenuhi kebutuhan gizi keluarga

d) Memelihara dan merawat anggota keluarga

2) Fungsi psikologis

a) Memberikan kasih sayang dan rasa aman

b) Memberikan perhatian di antara anggota keluarga

c) Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga

d) Memberikan identitas anggota

3) Fungsi sosialisasi

a) Membina sosialisasi pada anak

b) Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat

perkembangan anak.

c) Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga

4) Fungsi ekonomi

a) Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

b) Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi

kebutuhan keluarga.
c) Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa

yang akan datang, misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua

dan sebagainya.

5) Fungsi pendidikan

a) Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan

dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang

dimilikinya.

b) Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang

dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa.

c) Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya.

Dari berbagai fungsi di atas menurut Freadman (1998) ada 3 fungsi

pokok keluarga terhadap anggota keluarganya adalah :

1) Asih, adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,

kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan

mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

2) Asuh, adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak

agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga diharapkan

menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik fisik, mental, sosial

dan spiritual.

3) Asah, adalah memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga siap

menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan

masa depannya.

e. Tahap-tahap Dan Tugas perkembangan Keluarga


Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvall dan Miller (Friedman, 1998)

adalah sebagai berikut :

1) Tahap pembentukan keluarga (pasangan baru)

Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk

rumah tangga.

Maka tugas perkembangannya yaitu membina hubungan dan kepuasan

bersama, menetapkan tujuan bersama, mengembangkan keakraban,

membina hubungan dengan keluarga lain, masyarakat dan merencanakan

untuk mempunyai anak.

2) Tahap menjelang kelahiran anak

Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai

generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga

yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan.

3) Tahap menghadapi bayi

Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih

sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat

tergantung kepada kedua orang tuanya. Dan kondisinya masih sangat

lemah.

4) Tahap menghadapi anak prasekolah

Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah

mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah

kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang

bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan
dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan,

norma-norma agama, norma-norma sosial budaya dan sebagainya.

5) Tahap menghadapi anak sekolah

Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak,

mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan

anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak dan

meningkatkan pengetahuan umum anak.

6) Tahap menghadapi anak remaja

Tahap ini adala tahap yang paling rawan, karena pada tahap ini anak akan

mencari identitas diri dalam membentuk kpribadiaannya. Oleh karena itu

suri tauladan dari kedua orang tua sangat diperlukan. Komunikasi dan

saling pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan

dikembangkan.

7) Tahap melepaskan anak ke masyarakat

Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan

pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke

masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya. Dalam

tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga.

8) Tahap berdua kembali

Setelahanak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri,

tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa

sepi, dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan

depresi dan stres.


9) Tahap masa tua

Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orang tua

mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini.

2. Konsep Proses Keperawatan Keluarga

a. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian merupakan tahapan yang terpenting dalam proses

keperawatan, karena pengkajian adalah sebagai awal bagi keluarga untuk

mengidentifikasi data-data yang ada pada keluarga. Oleh karena itu perawat

keluarga diharapkan memahami betul lingkup, metode, alat bantu dan

format pengkajian yang ddigunakan.

Friedman memberikan batasan 6 kategori dalam memberikan

pernyataan-pernyataan saat melakukan pengkajian :

1) Data pengenalan keluarga

2) Riwayat dan tahap pengembangan keluarga

3) Data lingkungan

4) Struktur keluarga

5) Fungsi keluarga

6) Koping keluarga

Tahapan-tahapan pengkajian untuk mempermudah perawat keluarga saat

melakukan pengkajian, dipergunakan istilah penjajakan.

1. Penjajakan Tahap I

Data-data yang dikaji dan dikumpulkan pada penjajakan 1 antara

lain:

a) Data dasar keluarga


Terdiri dari nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan,

alamat, komposisi keluarga, genogram, tipe keluarga, suku bangsa,

agama, status social keluarga, aktivitas rekreasi, riwayat dan tahap

perkembangan keluarga saat ini. Perkembangan keluarga yang

belum terpenuhi, riwayat keluarga inti riwayat keluarga

sebelumnya.

b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga.

Riwayat tahapan keluargasaat ini, tahapan perkembangan keluarga

yang belum terpenuhi, riwayat keluarga inti, riwayat keluarga

sebelumnya.

c) Lingkungan

1) Perumahan

Karakteristik rumah meliputi jenis rumah, luas bangunan, luas

pekarangan, status rumah, ventilasi rumah, penerangan, lantai

dan kondisi kebersihan rumah secara keseluruhan.

2) Denah rumah

Meliputi gambaran tipe tempat tinggal, kondisi rumah.

3) Sumber sampah

Meliputi kondisi tempat sampah dan cara pengolahan sampah

4) Sumber air

Dari mana sumber air yang diguakan, kondisi air minum yang

digunakan.

5) Jamban keluarga

Jenis jamban keluarga yang digunakan, bagaimana kondisinya,

berapa jarak antara air dengan tempat pembuangan tinja.


6) Fasilitas kesehatan dan fasilitas social

Adakah fasilitas pelayanan kesehatan dan pemanfaatanya.

7) Karakteristik fisik tetangga dan komunitas, tipe penduduk

Berapa lama keluarga tinggal ditempat tersebut

8) Mobilitas

Berapa lama keluarga tinggal ditempat tersebut

9) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Anggota keluarga mengetahui perkumpulan yang ada

dikomunitas apakah keluarga terlibat, bagaimana pandangan

keluarga perkumpulan tersebut.

d) Struktur keluarga

1) Pola komunikasi keluarga.

Apakah komunikasi dalam keluarga berfungsi dengan baik.

2) Struktur kekuatan keluarga,

Siapakah yang mengambil keputusan penting seperti anggaran

keluarga, pindah kerja, tempat tinggakl.

3) Struktur peran

Meliputi peran dan posisi formal setiap anggota keluarga, tidak

ada konflik peran, bagaimana perasaan perannya, bila ada

masalah siapa yang paling berperan dalam mengambil

keputusan.

4) Nilai dan norma budaya

Meliputi nilai-nilai budaya yang dominan dibuat oleh keluarga,

siapa yang berperan member nafkah, apakah ada kesesuaian

antara nilai-nilai keluarga dan nilai-nilai sub system keluarga,


bagaimana nilai-nilai mempengaruhi keluarga, apakah ada

konflik yang menonjol dalam keluarga.

e) Fungsi keluarga

1) Fungsi efektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk

mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota

keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan

untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

2) Fungsi sosialisasi adalah fungsi mengembangkan dan tempat

melatih anak untuk berkehdupan social sebelum meninggalkan

rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.

3) Fungsi reproduksi adalah fungsi untuk mempertahankan

generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

f) Stress dan koping keluarga.

1) Stress jangka panjang dan pendek.

Stress jangka panjang adalah stress yang dirasakan oleh

keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari

6 bulan. Sedangkan stress jangka pendek adalah stress yang

dirasakan oleh keluarga yang memerlukan penyelesaiannya

dalam waktu kurang dari 6 bulan.

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah.

Sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi yang dihadapi

oleh keluarga.

3) Strategi koping yang digunakan.

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi

masalah.
4) Strategi adaptasi fungsional.

Strategi yang menyimpang dari masalah yang dihadapi oleh

keluarga.

g) Harapan keluarga terhadap asuhan keperawatan.

Harapan-harapan apa yang diinginkan keluarga terhadap asuhan

keperawatan yang diberikan.

h) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik yang dilakukan secara keseluruhan head to toe

pada anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah.

2. Penjajakan tahap II

Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaaranya

pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga

dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa

keperawatan keluarga. Adapun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi

masalah kesehatan diantaranya :

a) Menghadapi masalah kesehatan.

Keluarga mampu menyebutkan pengertian diabetes melitus, tanda

dan gejala serta penyebab diabetes mellitus.

b) Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan.

Keluarga mampu menyebutkan akibat dari masalah kesehatan yang

tidak diatasinya.

c) Merawat anggota keluarga yang sakit.

Keluarga maampu mengetahui cara merawat anggota keluarga yang

sakit dengan diabetes melitus.

d) Memodifikasi lingkungan yang sehat.


Keluarga mampu membuat suasana yang dapat mencegah diabetes

melitus.

e) Menggunakan fasilitas yang ada.

Keluarga mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang

ada

b. Diagnosa Keperawatan Keluarga

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang dirumuskan data yang

terkumpul dan berupa

Rumusan tentang respon klien terhadap masalah kesehatan serta factor

penyebab yang berkontribusi terhadap timbulnya masalah yang perlu diatasi

tindakan/Intervensi keperawatan.

Berdasarkan data yang didapat pada pengkajian dan terkait denga tripologi

diagnosis keperawatan yaitu :

1. Aktual (terjadi deficit /gangguan kesehatan)

Dari hasil pengkajian didapat data tanda gejala dari gangguan kesehatan.

Contoh : Gangguan terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia pada keluarga

Tn.A khususnya Ny.A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang sakit yaitu Ny.A dengan diabetes

melitus

2. Resiko (Ancaman kesehatan)

Sudah ada data yang menunjang namun belum ada gangguan.

Contoh : Resiko tinggi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia keluarga

Tn.A khususnya Ny.A berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

dalam merawat anggota keluarga yang sakit yaitu Ny.A dengan diabetes

mellitus.
3. Potensial : suatu keadaan dimana keluarga dalam keadaan sejahtera,

sehingga kesehatan dapat ditingkatkan.

Dalam suatu keadaan dalam keluarga, dapat saja perawat yang

menemui lebih dari satu diagnosa keperawat keluarga. Sedangkan untuk

etiologi terkait dalam keperawatan keluarga berdasarkan dengan lima tugas

keluarga yaitu :

a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan kesehatan

tentang diabetes mellitus

b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan yang tepat untuk

mengatasi diabetes mellitus

c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dngan diabetes

mellitus

d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk mengatasi

diabetes mellitus

e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk

perawatan anggota keluarga dengan diabetes mellitus

Sedangkan diagnose atau masalah keperawatan yang bisa timbul pada

klien dengan diabetes mellitus menurut Marilyn M. Doengoes (2000) adalah

sebagai berikut :

a. Gangguan keseimbangan cairan: kurang dari kebutuhan tubuh brhubungan

dengan dieresis osmotic

b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

ketidakcukupan insulin
c. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kadar glukosa yang

tinggi

d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori perceptual berhubungan dengan

ketidakseimbangan glukosa.

e. Kelelahan berhubungan dengan perubahan kimia darah: insufisiensi

insulin.

f. Ketidak berdayaan berhubungan dengan penyakit jangka panjang

g. Kurang pengetahuan mengenai penyakit DM berhubungan dengan

kurangnya informasi.

c. Perencanaan keperawatan

Perencanaan keperawatan keluarga

Perencanaan merupakan tahap ketiga dari proses keperawatan, pada

tahap ini terdapat rumusan masalah dan rencana dibuat sesuai dengan prioritas

masalah.

Skala Untuk Menentukan Prioritas Askep Keluarga

(Bailon dan maglaya, 1978)

No Kriteria Skor Bobot


1 Sifat masalah
a. Actual 3
1
b. Resiko 2
c. Potensial 1
2 Kemungkinan masalah dapat dirubah :
a. mudah 2
2
b. sebagian 1
c. tidak dapat 0
3 Potensi masalah untuk dicegah
a. tinggi/mudah 3
1
b. cukup/sedang 2
c. rendah 1
4 Menonjol masalah :
a. berat harus segera ditangani 2
1
b. tidak perlu ditangani 1
c. tidak dirasakan 0

Scoring :

1. tentukan skor untuk setiap criteria

2. skor dibagi dengan anggka tertinggi dan kalikan dengan bobot.

x bobot

3. jumlah skor untuk semua criteria

4. skor tertinggi adalah 5, dan sama dengan seluruh bobot.

Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan prioritas :

1. sifat masalahnya : dalam hal menentukan sifat atau yang mengancam,

boobot yang paling besar diberikan kepada keadaan sakit atau yang

mengancam kehidupan keluarga yaitu keadaan sakit atau pertimbangan

yang tidak sesuai dengan usia baru kemudian diberikan kepada hal-hal yang

mengancam kesehatan dan selanjutnya kepada situasi kritis dalam keluarga

yaitu dimana terjadi situasi penyesuaian dalam keluarga.

2. Kemungkinan masalah dapat diubah, factor yang mempengaruhi,

pengetahuan, teknologi, dan tindakan untuk penanganan masalah. Sumber

daya keluarga, keuangan , tenaga sarana dan prasarana. Sumber daya

perawatan,diantaranya pengetahuan, keterampilan dan waktu. Sumber dana


masyarakat, dapat dalam bentuk fasilitas, organisasi, seperti posyandu,

puskesmas, polindes.

3. Potensi masalah untuk mencegah hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

melihat potensi pencegahan masalah adalah kepelikan atau kesulitan

masalah, hal ini berkaitan dengan beratnya penyakit, atau masalah yang

menunjukan kepada prognosa dan beratnya masalah,lamanya masalah,

berhubungan dengan jangka waktu terjadinya masalah, beratnya massalah

yang menimpa keluarga potensial masalah untuk dicegah. Adanya

kelompok resiko tinggi dalam keluarga atau kelompok yang peka

menambah potensi untuk mencegah masalah.

4. Masalah yang menonjol : untuk menunjukan skor menonjolnya masalah,

perawat perlu menilai persepsi keluarga atau bagaimana keluarga melihat

masalah itu.

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari penetapan tujuan yang

mencakup tujuan khusus serta dilengkapi criteria dan standar criteria

merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap

tindakan keperawatan berdasarkan tujuan khusus yang ditetapkan.

Tahap tindakan keperawatann keluarga:

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai dan

kebutuhan kesehatan dengan cara:

1) Memberikan informasi

2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat,

dengan cara:
1) Mengidntifikasi konsekuensi dengan melakukan tindakan

2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara:

1) Mendemonstrasikan cara perawatan

2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah

3) Mengawasi keluarga melakukan perawatan

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat

lingkungan menjadi sehat, dengan cara:

1) Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

2) Melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin

e. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

dengan cara:

1) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada dilingkungan keluarga

2) Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

d. Implementasi

Implementasi adalah tindakan pemberian keperawatan yang

dilaksanakan untuk membantu mencapai tunjuan pada rencana tindakan

keperawatan yang telah disusun. Setiap tindakan keperawatan yang

dilaksanakan,dicatat dalam catatan keperawatan yaitu cara pendekatan pada

klien efektif,tekhnik komunikasi terapeutik serta tindakan yang diberikan pada

pasien.

Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap

pendekatan, yaitu independen, dependen, dan interdependen.Dalam melakukan


tindakan keperawatan klien dengan DM yang harus diperhatikan adalah

perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dengan pemberian diet kurang

1700 kalori, meningkatkan masukan cairan, perawtaan luka dengan cara ganti

balutan secara steril serta melakukan pendidikan kesehatan meliputi perawatan

dirumah.

e. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, dilakukan

penilaian untuk melihat keberhasilannya, bila tidak atau belum berhasil perlu

disusun rencana yang baru sesuai, sesuai tindakan keperawatan mungkin tidak

dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau kunjungan keluarga.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP secara operasional :

Subjektif : adalah hal-hal dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan.

Objektif : adalah hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah

dilakukan intervensi keperawatan.

Analisa : adalah analisa dari hasil-hasil yang telah dicapai dengan memacu

pada tujuan yang terkait dengan diagnose.

Planing : adalah perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari

keluarga pada tahap evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai