Anda di halaman 1dari 42

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/280091482

Desain Antena MIMO 2 x 2 Mikrostrip


Lingkaran Menggunakan Parasitik Substrat
Untuk Aplikasi LTE

Conference Paper · October 2012


DOI: 10.13140/RG.2.1.1957.2328

CITATIONS READS

0 486

2 authors, including:

Teguh Firmansyah
UNTIRTA
28 PUBLICATIONS 22 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Study of IP Interconnection Regulation for Indonesia Telecommunication Operator View project

Robotic View project

All content following this page was uploaded by Teguh Firmansyah on 16 July 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Daftar Isi
Kata Pengantar 3
Komite 5
Sponsor 7
Exhibitor 8
Keynote Speaker 9
Peta Lokasi 12
Susunan Acara 14
Indeks Makalah 20
ANT (Antena) 26
ANT-1 27
ANT-2 31
ANT-3 35
ANT-4 38
ANT-5 42
ANT-6 (Tidak Presentasi) 46
ANT-7 50
ANT-8 54
ANT-9 57
ANT-10 61
ANT-11 65
ANT-12 69
ANT-13 73
ANT-14 77
ANT-15 81
ANT-16 84
ANT-17 88
ANT-18 92
ANT-19 96
MW (Microwave) 100
MW-1 101
MW-2 105
MW-3 108
MW-4 112
MW-5 116
MW-6 119
MW-7 122
STM (Sistem) 126
STM-1 (Tidak Presentasi) 127
STM-2 131

1
STM-3 135
STM-4 139
STM-5 143
STM-6 148
STM-7 152
STM-8 155
STM-9 159
STM-10 (Tidak Presentasi) 163
STM-11 167
STM-12 171
STM-13 175

2
Kata Pengantar
Selamat datang ke acara Seminar Nasional Microwave,
Antena dan Propagasi(SMAP 2012)Seminar Nasional
Microwave, Antena dan Propagasi (SMAP 2012) merupakan
seminar nasional yang diselenggarakan pertama kali dan
diinisiasi olehIEEE Indonesia Joint Chapter Microwave Theory
and Techniques, and Antennas and Propagation (MTT/AP)
Societies Chapter.

Seminar ini bertujuan untuk menyediakan sebuah forum untuk mendorong penelitian di
bidang microwave, antena, propagasi dan bidang terkait lainnya di Indonesia. SMAP
2012 merupakan kesempatan bagi para mahasiswa, peneliti, perekayasa, dan industri
yang terkait dengan bidang komunikasi nirkabel, radar dan satelit, antena dan
propagasi, RF/Microwave dan Elektromagnetik terapan untuk saling berbagi
pengalaman dan membangun jaringan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini SMAP
2012 mengangkat tema “Integrasi Pendidikan, Penelitian, Industri dan Penerapan
Teknologi”. Kami sadari bahwa untuk kemajuan bangsa maka harus ada kerjasama
dan sinergi dari semua pihak meliputi akademisi, pemerintahan maupun industri.

Untuk mengangkat tema Integrasi tersebut maka pada acara pembukaan kami
menghadirkan lima pembicara kunci. Pertama yang mewakili pemerintahan yaitu Dr.
Muhammad Budi Setiawan, M.Eng., Dirjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan
Informatika, Kemenkominfo RI. Kedua yang mewakili peneliti yaitu Dr. Ir. Marzan Azis
Iskandar, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kemenristek RI.
Ketiga dari perwakilan akademisi yaitu Prof.Dr.Ir. Gamantyo Hendrantoro, M.Eng dari
ITS. Dilanjutkan dari perwakilan penerapan teknologi yaitu Bapak Rizkan Chandra,
Direktur Network & Solution, PT Telkom Indonesia dan pembicara kunci kelima
merupakan wakil dari industri yaitu Mr. Lau Yue Hoong, Agilent Technologies. Dalam
seminar ini juga kami hadirkan pameran/eksibisi teknologi dari Agilent Technologies,
Berca Hardayaperkasa, Solusi247/RCS, AMRG-UI dan PPET LIPI.

3
Pada kesempatan ini, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada semua panitia dan
juga IEEE Student Branch–UI, yang telah bekerja keras dalam mensukseskan acara ini.
Terima kasih kami ucapkan khususnya kepada Departemen Teknik Elektro Fakultas
Teknik Universitas Indonesia yang telah mendukung panitia sehingga seminar ini dapat
diselenggarakan di UI. Terima kasih kami sebesar-besarnya kepada semua penulis
makalah di SMAP 2012 yang turut berbagi hasil penelitian mereka dengan kita semua.

Terakhir kami ingin juga mengucapkan terima kasih kepada semua sponsor acara kami
yaitu Agilent Technologies, Berca Hardayaperkasa dan InfraRCS serta co-sponsor dari
IEEE APS. Semoga kegiatan seminar ini bermanfaat bagi kita semua.

Dr. Fitri Yuli Zulkifli

Ketua Umum SMAP 2012

4
Komite

Ketua Umum
Fitri Yuli Zulkifli (Universitas Indonesia)

Wakil Ketua
Yuyu Wahyu (LIPI)

Sekretaris
Basari (Universitas Indonesia)

Bendahara
Catur Apriono (Universitas Indonesia)

Komite Pengarah
Adit Kurniawan (Institut Teknologi Bandung)
Andaya Lestari (IRCTR-I)
Eko Tjipto Rahardjo (Universitas Indonesia)
Elyas Palantei, (Universitas Hasanudin)
Gamantyo Hendrantoro (Institut Teknik Sepuluh November)
Indra Surjati (Universitas Trisakti)
Iskandar Fitri (Universitas Nasional)
Mashury Wahab (LIPI)
Mudrik Alaydrus (Universitas Mercubuana)

Komite Teknis
Achmad Munir (Institut Teknologi Bandung)
Dadang Gunawan (Universitas Indonesia)
Djoko Hartanto (Universitas Indonesia)
Eko Setijadi (Institut Teknlogi Sepuluh November)
Gunawan Wibisono (Universitas Indonesia)
Muhamad Asvial (Universitas Indonesia)
Purnomo Sidi Priambodo (Universitas Indonesia)

5
Koordinator Lapangan
Feri Yusivar (Universitas Indonesia)
Teguh Firmansyah (Politeknik Negeri
Universitas Sultan AgengJakarta)
Tirtayasa

Sponsorship & Pameran


Pamungkas Daud (LIPI)
Dadin Mahmudin (LIPI)
Catur Apriono (Universitas Indonesia)

Web & Informasi


Boma Anantasatya Adhi (Universitas Indonesia)
Ruki Harwahyu (Universitas Indonesia)

Komite Pendukung
Reynhard Josian Sembiring (Universitas Indonesia)
Gde Arvindo Anandira (Universitas Indonesia)
Felix LF Sinaga (Universitas Indonesia)
Adhitya Satria Pratama (Universitas Indonesia)
Indah Pradina (Universitas Indonesia)
Arcahyadi Indra (Universitas Indonesia)
Eufrasia Inti Alphatia (Universitas Indonesia)
Sarah Karimah (Universitas Indonesia)
Muliasari Rahmadini (Universitas Indonesia)
Madha Ajiyoga Susetya (Universitas Indonesia)
Annisaa Primadini (Universitas Indonesia)
Setiatmoko Adi Prakoso (Universitas Indonesia)

6
Sponsor

7
Exhibitor

 AGILENT TECHNOLOGIES

 PT. BERCA HARDAYAPERKASA

 SOLUSI 247 / RCS

 AMRG-UI

 PPET-LIPI

8
Keynote Speaker

Dr. Muhammad Budi Setiawan, M.Eng

Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika

“Regulasi Teknologi Komunikasi Nirkabel di Indonesia”

Dr. Ir. Marzan Azis Iskandar

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Kemenristek RI.*

“Kebijakan Penerapan Teknologi Komunikasi Nirkabel di Indonesia”

9
Prof. Gamantyo Hendrantoro, Member IEEE

Seminar Nasional Microwave, Antena, dan Propagasi (MAP) akan menghadirkan Prof.
Gamantyo Hendrantoro dari ITS Surabaya sebagai keynote speaker.

Rizkan Chandra – Director of Network & Solution / COO

Prior Experience:
2010-2012 CEO of PT Sigma Citra Caraka
2008-2010 Telkom Senior General Manager of Learning Center
2007-2008 Telkom Vice President of Infrastructure & Service Planning

Education:
Master of Science Management of Technology, National University of Singapore, 2000

Mr Lau Yue Hoong

Mr Lau Yue Hoong is the Business Development Manager at Agilent Technologies’


Measurement Group. He is responsible for growing new markets for Agilent. Prior to

10
this, he was the Business Segment Manager at Agilent’s Basic Instruments Division. He
also has experience in new product planning, product launching and go to market
strategies. A 17 year veteran at the company, he has held various positions in both
Agilent Technologies’ Electronics Measurement Group as well as the Semiconductor
Products Group.

Mr. Lau has a Bachelor’s degree in Electrical and Electronics Engineering from the
University of Calgary, Canada.

11
Peta Lokasi

12
13
Susunan Acara

Selasa, 2 Oktober 2012


Waktu Acara Tempat
08.00 – 09.00 Registrasi Peserta Gedung Perpustakaan Lama,
Ruang Training Center,
09.00 – 10.00 Pengenalan Modeling
Lantai 2,
Antena dan Microwave
Kampus Baru UI Depok
Circuit

10.00 – 10.10 Coffea Break

10.10 – 12.00 Modeling dan Simulasi


Antena (Modul 1 dan 2)

12.00 – 13.00 ISHOMA

13.00 – 15.00 Modeling dan Simulasi


Antena (Modul 3) dan
Microwave Circuit (Modul
4)

15.00 – 15.10 Coffea Break

15.10 – 16.10 Diskusi dan Penutup

Modul 1: Waveguide dan Horn Antenna


Modul 2: Antena Mikrostrip
Modul 3: Wire Antenna
Modul 4: Rangkaian Pasif Microwave (BPF)

14
Rabu, 3 Oktober 2012
Waktu Acara Tempat
08.00 - 08.30 Registrasi Peserta Auditorium Pusat
08.30 - 08.35 Pembukaan Acara Studi Jepang-UI
08.35 - 09.00 Sambutan-Sambutan
1. Sambutan Ketua Umum
Panitia SMAP 2012
2. Sambutan Ketua IEEE
Indonesia Section
3. Sambutan Ketua Departemen
Teknik Elektro, FTUI

15
09.00 - 10.00 Keynote Speech (I)
Moderator: Prof. Dr. Indra Surjati, MT
 Dr. Muhammad Budi
Setiawan, MEng, Dirjen
Sumber Daya dan Perangkat
Pos dan Informatika,
Kemenkominfo RI.
“Regulasi Teknologi
Komunikasi Nirkabel di
Indonesia”
 Dr. Ir. Marzan Azis Iskandar,
Kepala Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT),
Kemenristek RI. (dalam
konfirmasi)
“Kebijakan Penerapan
Teknologi Komunikasi
Nirkabel di Indonesia”

10.00 - 10.10 Coffea Break

16
10.10 - 12.00 Keynote Speech (II) Auditorium Pusat
Moderator: Dr. Mudrik Alaydrus Studi Jepang-UI
 Prof. Dr. Ir. Gamantyo
Hendrantoro, M.Eng,
ITSSurabaya
“Pemodelan Kanal Propagasi
untuk Aplikasi Baru dalam
Sistem Komunikasi Nirkabel”
 Rizkan Chandra, Direktur
Network & Solution, PT.
Telkom Indonesia
“Meaningful Broadband
Services through Indonesia
Digital Networks”
 Mr. Lau Yue Hoong, Agilent
Technologies
“Agilent’s Solution For
Antenna Design And
Measurement”

09.00 – 17.00 Eksibisi dari Agilent Technologies

17
12.00 - 13.00 Istirahat Sholat dan Makan (ISHOMA) Auditorium Pusat
Studi Jepang-UI
13.00 – 14.45 Sesi Presentasi Paralel Pertama Kompleks PSJ-UI,
Lantai 2.

14.45 - 15.10 Coffea Break


15.10 - 16.40 Sesi Presentasi Paralel Kedua Kompleks PSJ-UI,
Lantai 2.

Sesi Paralel Pertama

Ruang K212 Ruang K215 Ruang K218

Antena I Microwave I Sistem & Propagasi I

13.00 - 13.15 ANT-1 13.00 - 13.15 MW-1 13.00 - 13.15 STM-1


13.15 - 13.30 ANT-2 13.15 - 13.30 MW-2 13.15 - 13.30 STM-2
13.30 - 13.45 ANT-3 13.30 - 13.45 MW-3 13.30 - 13.45 STM-3
13.45 - 14.00 ANT-4 13.45 - 14.00 MW-4 13.45 - 14.00 STM-4
14.00 - 14.15 ANT-5 14.00 - 14.15 MW-5 14.00 - 14.15 STM-5
14.15 - 14.30 ANT-6 14.15 - 14.30 MW-6 14.15 - 14.30 STM-6
14.30 - 14.45 ANT-7 14.30 - 14.45 MW-7 14.30 - 14.45 STM-7

18
Sesi Paralel Kedua

Ruang K212 Ruang K215 Ruang K218

Antena II Antena III Sistem dan Propagasi II

15.10 - 15.25 ANT-8 15.10 - 15.25 ANT-12 15.10 - 15.25 STM-8


15.25 - 15.40 ANT-9 15.25 - 15.40 ANT-13 15.25 - 15.40 STM-9
15.40 - 15.55 ANT-10 15.40 - 15.55 ANT-14 15.40 - 15.55 STM-10
15.55 - 16.10 ANT-11 15.55 - 16.10 ANT-15 15.55 - 16.10 STM-11
16.10 - 16.25 ANT-17 16.10 - 16.25 ANT-16 16.10 - 16.25 STM-12
16.25 - 16.40 ANT-18 16.25 - 16.40 ANT-19 16.25 - 16.40 STM-13

19
Indeks Makalah

ANT-1 M. Darsono
“Rancang Bangun Antena Mikrostrip Array (1x2) Patch
Bujur Sangkar Polarisasi Sirkular Pada S Band Satelit
Mikro”
ANT-2 Rio Mubarak, Putri Wulandari, dan Octarina Nur
Samijayani
“Perbandingan Karakteristik Antena Horn, Yagi-Uda dan
Mikrostrip untuk Aplikasi WiFi 2,4 GHz”
ANT-3 Putri Wulandari, Ratih S. K, dan Sofian Hamid
“Desain Antena Planar Berbahan Dasar Aluminium Foil
pada Frekuensi 470 - 890 MHz untuk Penerimaan Siaran
Televisi Indoor”
ANT-4 Eko Tjipto Rahardjo, Catur Apriono dan Renita Danarianti
“Rancang Bangun Antena Monopole Untuk Aplikasi
Nanosatelit pada Frekuensi 145.95 MHz dan 436.915 MHz”
ANT-5 Yusak Krisnanda S., Eko Tjipto Rahardjo, dan Basari
“Perancangan Antena untuk Aplikasi Cognitive Radio pada
Alokasi Spektrum CDMA 1,9 GHz, WCDMA 2,1 GHz dan
WiMAX 2,375 GHz Untuk Divais Elektronik”
ANT-6 Nadia Media Rizka, Liarto, dan Iskandar Fitri
“Rancang Bangun Butler Matrix 4x4 Untuk Aplikasi
Wideband RADAR”
ANT-7 Dina Angela, Yuyu Wahyu, Roy Simorangkir, dan Denny
“Desain dan Realisasi Antena Cetak Dualband dengan
Pencatuan Co-Planar Waveguide (CPW) untuk WiMAX dan
WLAN”

20
ANT-8 Mochamad Yunus, Fitri Yuli Zulkifli, dan Eko Tjipto
Rahardjo
“Perbaikan Gain dan Bandwidth Antena Mikrostrip
Berstruktur Spiral Resonator (SR) Sebagai Inklusi Magnetik
Tiruan”
ANT-9 Ambros Magnus Rudolf Mekeng dan Iskandar Fitri
“Antena Mikrostrip 24 GHz Patch Segi Tiga Ultra-Wideband
dengan Menggunakan Teknik Proximity Kopling untuk
Aplikasi Sistem Radar Otomotif”
ANT-10 Gunawan Wibisono, Teguh Firmansyah, dan Toto
Supriyanto
“Desain Antena MIMO 2 x 2 Mikrostrip Lingkaran
Menggunakan Parasitik Substrat Untuk Aplikasi LTE”
ANT-11 Toto Supriyanto, Gunawan Wibisono, dan Teguh
Firmansyah
“Peningkatan Gain Antena Mikrostrip Lingkaran
menggunakan Front-end Parasitik Substrat Untuk Aplikasi
LTE”
ANT-12 Sri Hardiati, Yuyu Wahyu, dan Kadek S. N
“Kinerja Antena Mikrostrip Slot Cincin Persegi pada
rentang frekuensi (1555,42 - 1595,42) MHz Dengan
Teknik Pencatuan Proximity Coupled”
ANT-13 Taufal Hidayat dan Fitri Yuli Zulkifli
“Pengembangan Antena Mikrostrip Dengan Pencatuan
Aperture Coupled Pada Frekuensi S-Band”

21
ANT-14 Yussi Perdana Saputera, Bambang Sumajudin, Yuyu Wahyu,
dan Asep Yudi
“Desain dan Realisasi Antena Turnstile pada Frekuensi 2,4
GHz dan 9,4 GHz untuk Aplikasi Wifi dan Radar Pengawas
Pantai”
ANT-15 Tb. Tidra Barezna I., Eko Tjipto Rahardjo, dan Basari
“Antena Rekonfigurable untuk Aplikasi Cognitive Radio
pada Alokasi Spektrum 1,8 GHz, 2,1 GHz, 2,35 GHz, dan 2,4
GHz”
ANT-16 I. G. N. Bara Artawa, Bambang Setia Nugroho, dan Yuyu
Wahyu
“Perancangan dan Realisasi Antena Mikrostrip Sierpinski
Carpet Dual Band Pada Pita Frekuensi ISM”
ANT-17 Rastanto Hadinegoro, Indra Surjati, dan Yuli Kurnia Ningsih
“Antena MIMO Single Band untuk Aplikasi W-LAN”
ANT-18 Pamungkas Daud, Dadin Mahmudin, Yudi Yuliyus, Folin
Octaviani
“Simulasi Antena Patch Beserta Casing Cavity Radome untuk
Antena MIMO”
ANT-19 Arifin Djauhari, Fitri Yuli Zulkifli, Basari dan Yohanes
Paulus
“Perancangan Antena Horn pada Frekuensi Kerja 5,5 GHz –
8,5 GHz”

22
MW-1 Gunawan Wibisono, Puspita Sulistyaningrum, Taufiq Alif
Kurniawan, dan Teguh Firmansyah
“Perancangan Concurrent Multiband Low Noise Amplifier
Menggunakan Teknologi CMOS 0.18 μm”
MW-2 Dwyan Zakaria, Nugroho Adi Saputro, dan Basari
“Perancangan Low Noise Amplifier (LNA) Untuk Aplikasi
Sistem Penerima LTE di Frekuensi 2.35 GHz”
MW-3 Desto Rina Ridla Nurwahibah, Uke Kurniawan Usman, dan
Yuyu Wahyu
“Perancangan dan Implementasi Band Pass Filter dengan
Menggunakan Metode Hairpin Berbasis Mikrostrip pada
Teknologi LTE (1850 MHz – 1910 MHz)”
MW-4 Sandra Octaviani, A. A Pramudita, dan Karel Octavianus
“Pengembangan Antena Adaptif Berbasis Algortima LMS”
MW-5 Folin Oktafiani, Pamungkas Daud, Dadin Mahmudin, Yudi
Yuliyus Maulana
“Desain dan Realisasi Antena Biquad Pada Frekuensi 2,3 -
2,4 GHz untuk aplikasi LTE”
MW-6 Yusuf Fauzi, Basari, Fitri Yuli Zulkifli, dan Eko Tjipto
Rahardjo
“Mikrostrip Filter Hairpin dengan Open Stub sebagai Stop
Band Rejection”
MW-7 Mudrik Alaydrus
“Perhitungan Matriks Penggandeng dalam Perancangan
Prototip Filter Lowpass”

23
STM-1 Hendra Herdiana Sopandi, Arfianto Fahmi, Saleh Dwi
Mardiyanto
“Analisis Kinerja Penggunaan Teknik Modulasi Adaptif dan
MIMO Adaptif pada LTE arah Uplink dengan Berbagai
Kecepatan User”
STM-2 Wisnu Ari Adi dan Azwar Manaf
Absorpsi Gelombang Mikro Bahan Magnetik Ba-La
Manganite dengan Substitusi Fe-Ti pada Rentang Frekuensi
9–15 GHz
STM-3 Ucuk Darusalam, Purnomo Sidi Priambodo, Harry Sudibyo,
dan Eko Tjipto Rahardjo
“Efek Turbulensi Kuat pada Sistem Komunikasi Optik
Terestrial Udara Bebas”

STM-4 Alfin Hikmaturokhman, Eka Wahyudi, dan Triana Haslinda


Perdana Wati
“Perbandingan Availability Non Diversity dan Space
Diveristy Pada Tranmisi Microwave menggunakan Model
ITU”
STM-5 R. Indra Wijaya, Cahya Edi Santosa, Teguh Praludi
“Realisasi Multi Waveform Repetition Frequency (MWRF)
Untuk Menghilangkan Ambiguitas Jarak Pada Radar FMCW
Berbasis GNU Radio & USRP”

STM-6 Gunawan Wibisono, Parmonangan Manalu, Taufiq Alif


Kurniawan, danTeguh Firmansyah

24
“Perancangan Concurrent Down Converter Multiband
Mixer Pada Frekuensi 900 MHz, 2,1 GHz, 2,3 GHz dan 2,6
GHz dengan Teknologi CMOS 0,18 µm”
STM-7 Dwyan Zakaria, Basari, dan Fitri Yuli Zulkifli
“Sistem Monitoring Berbasis Teknologi RFID untuk Tahanan
Lembaga Pemasyarakatan”
STM-8 Dony Canisius Sirait1, Basari1, dan Fitri Yuli Zulkifli1
“Sistem Monitoring Pasien dengan Teknologi RFID”
STM-9 Catur Apriono, Nofrizal, Mochamad Dandy, Fitri Yuli
Zulkifli dan Eko Tjipto Rahardjo
“Tranformasi NF-FF Menggunakan Metode FFT-2D pada
Simulasi Antena dengan Pemindaian Silindris”
STM-10 Timbul Manik dan Peberlin Sitompul
“Hasil Awal TEC Ionosfir Indonesia Berbasis Penerima Radio
Beacon”
STM-11 Elyas Palantei, Zakiy Ubaid, Bayu Topalaguna,dan
Syafruddin Syarif
“Pra-Konstruksi Prototipe Nanosatelit ISM Band 2,4 GHz
untuk Aplikasi Telemonitoring Lingkungan”
STM-12 Yuyu Wahyu, Folin Oktafiani, Yussi Perdana Saputera dan
Mashury Wahab
“Perancangan Antena Array Microstrip Planar Untuk Radar
S-Band”
STM-13 Syafruddin Syarif, Elyas Palantei, Andani Achmad dan
Helmy Zainuddin
“Studi Infrastruktur VoD pada IPTV”

25
SMAP 2012

ANT (Antena)

26
ANT-10 SMAP 2012

Desain Antena MIMO 2 x 2 Mikrostrip Lingkaran


Menggunakan Parasitik Substrat Untuk Aplikasi LTE
Gunawan Wibisono1, Teguh Firmansyah2, Toto Supriyanto3
1
Teknik Elektro, Universitas Indonesia. 2Teknik Elektro, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 3Teknik Elektro, Politeknik
Negeri Jakarta
1
gunawan@eng.ui.ac.id, 2teguh.firmansyah1@gmail.com, 3totosupr@yahoo.com

Abstract - In this paper, Multiple Input Multiple Output


(MIMO) microstrip circular antenna for application Long Term
Evolution (LTE) will be designed and analyzed. This antenna
operates at frequency 2.35 GHz which allocated for LTE
applications. Two MIMO antenna structure with microstrip
substrate with εr = 2.2 and h = 1.52 mm will be designed. The
first antenna structure is a conventional circular MIMO
antenna. Where the antenna structure has a return loss S11 = -30
dB, 55 MHz bandwidth at VSWR < 2, coupling coefficient S21 = -
27 dB, and gain of 6.5 dBi. The structure of the second antenna
is loop MIMO with additional parasitic radiator. The second
antenna had return loss S11 = -21 dB bandwidth of 100 MHz at Gambar 1. Sistem komunikasi MIMO
VSWR <2, the coupling coefficient S21 = -26.5 dB, and gain of
7.5 dBi. It is shown that the MIMO antenna structure with Antena mikrostrip memiliki beberapa keuntungan, di
additional substrate parasitic will increase the gain antenna.
antaranya mempunyai bentuk yang kompak, dimensi kecil,
mudah untuk difabrikasi. Selain itu, antena mikrostrip pun
Keyword — Gain, LTE, MIMO, Parasitic Substrate.
memiliki bentuk yang beragam, diantaranya persegi, persegi
panjang, elips, segitiga, dan lingkaran. Namun, antena
Abstrak — Pada makalah ini, antena Multiple Input Multiple
Output (MIMO) mikrostrip lingkaran untuk aplikasi Long Term mikrostrip juga memiliki kekurangan diantaranya yaitu gain
Evolution (LTE) akan dirancang dan dievaluasi. Antena ini rendah, bandwidth rendah, dan efisiensi yang rendah [1].
beroperasi pada frekuensi 2,35 GHz yang merupakan alokasi untuk Struktur antena MIMO 2 x 2 mikrostrip lingkaran
aplikasi LTE. Pada penelitian ini, diusulkan 2 buah struktur antena konvensional dapat dilihat pada Gambar 2.
MIMO mikrostrip dengan substrat εr = 2,2 dengan h = 1,52 mm.
Struktur antena pertama (I) yaitu antena MIMO lingkaran
konvensional, hasil struktur antena tersebut memiliki nilai return L
loss S11 = -30 dB, bandwidth 55 MHz saat VSWR < 2, nilai
kopling koefisien S21 = -27 dB, dan gain sebesar 6,5 dBi. Struktur
antena kedua (II) yaitu antena MIMO lingkaran yang ditambahkan r
parasitic radiator. Hasilnya diantaranya memiliki nilai return loss W
S11 = -21 dB bandwidth 100 MHz saat VSWR < 2, nilai kopling
koefisien S21 = -26,5 dB, dan gain sebesar 7,5 dBi. Pada penelitian d
ini dapat ditujukan bahwa gain antena MIMO akan meningkat
dengan ditambahkan parasitic substrat.

Kata kunci —Gain, LTE, MIMO, Parasitic Substrate.


Gambar 2. Struktur MIMO 2 x 2 mikrostrip lingkaran
konvensional
I. PENDAHULUAN
Sistem Multiple-Input Multiple-Output (MIMO) Untuk meningkatkan cakupan area layanan suatu base
merupakan sistem yang terdiri dari sejumlah terminal station, maka diperlukan antena yang memiliki gain yang
(antena) pengirim dan penerima. Tidak seperti sistem tinggi. Beberapa modifikasi dilakukan diantaranya dengan
antenna konvensional yang sangat rentan terhadap ditambahkan reflektor seperti yang diusulkan [2][3].
multipath, sistem MIMO justru bekerja sangat baik pada Dimana penambahan reflektor ini dapat meningkatkan gain
komponen multipath. akan tetapi memerlukan dimensi yang lebih besar dari
Pada Gambar 1 terlihat sistem MIMO dengan antena antenanya sendiri. Pada [4]-[5] diusulkan untuk
pengirim dan penerima yang lebih dari satu. Antena menggunakan metode array, yaitu membantuk antena yang
penerima akan menerima sinyal yang dikirimkan oleh sama dengan sebuah catu, teknik ini sudah banyak
antena pengirim setelah sinyal tersebut dikalikan dengan dilakukan.
suatu matriks kanal. Teknik selanjutnya yaitu [6] menggunakan metode
Untuk aplikasi CPE maka diperlukan sebuah antena Defected Ground Structure (DGS), dengan menghilangkan
yang kompak, namun memiliki gain yang tinggi, sebagai sebagian bidang ground, sehingga rugi-rugi gelombang
awal penelitian. Pada laporan ini akan dilakukan permukaan dapat dikurangi. Sementara itu, pada [7],
perancangan antena array MIMO yang menggunakan diusulkan perancangan antena berbentuk lingkaran dengan
teknologi mikrostrip

61
ANT-10 SMAP 2012

radiator parasitic berupa ring, sehingga dihasilkan gain


antena sebesar 6 dBi.

L = 150 mm
H
W = 70 mm r

d back side antenna

Keterangan :
εr = 2,2 (taconic)
h = 1,52 mm
tan δ = 0,0009

Sementara pada Gambar 3 ditambahkan parasitic


substrat,
Gambar 3. Struktur antena MIMO 2 x 2 mikrostrip lingkaran sehingga
menggunakan diharapkan
parasitic nilai gain
substrat (Proposed) meningkat.
Sementara itu, proses karakterisasi dilakukan dengan
Berbeda dengan metode-metode sebelumnya, pada mengubah nilai H untuk mendapatkan gain paling besar.
penelitian ini diusulkan perancangan antena MIMO 2 x 2
mikrostrip lingkaran menggunakan parasitik substrat, seperti III. KARAKTERISASI DAN OPTIMASI ANTENA
terlihat pada Gambar 3. Perancangan antena ini
menggunakan perangkat lunak CST. Pada subab ini akan dijelaskan karakteristik dari antena,
diantaranya return loss, bandwidth, kopling koefisien dan
gain. Pada Gambar 4 menunjukkan nilai return loss (S11)
II. PERANCANGAN STRUKTUR ANTENA
antena lingkaran konvensional pada Gambar 2.
Persamaan patch jari-jari antena lingkaran diberikan
oleh [8].

dimana nilai F dinyatakan dengan

Pada pers. (1) nilai h dalam satuan cm, sementara pada Gambar 4. Nilai S11 dan bandwidth antena lingkaran MIMO
pers. (2) nilai f harus dalah satuan Hz. Desain antena konvensional
tersebut memiliki fundamental frekuensi yang bekerja pada
dominan mode TM110. Nilai resonannya diberikan oleh Seperti ditunjukan pada Gambar 4. Nilai bandwidth
antena saat S11 = -10 hanya mencapai 40 MHz. Nilai ini
masih dapat ditingkatkan kembali apabila dipergunakan
antena wideband mikrostrip.
Dimana nilai c merupakan kecepatan cahaya sebesar
3.108 m/s. Desani antena ini merupakan desain antena
lingkaran yang konvensional seperti pada Gambar 2. nilai
dimensi dan karakteristik subtrat terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Dimensi dan Karakteristik Antena
Spesifikasi Ukuran Keterangan
W 70 mm Lebar
L 150 mm Panjang
R 26 mm Jari-jari
D 23 mm Separator
εr (Taconic) εr= 2,2 Gambar 5. Nilai kopling koefisien S21 antena lingkaran MIMO
h h = 1,52 mm Substrat konvensional
tan δ tan δ = 0,0009

62
ANT-10 SMAP 2012

Pada Gambar 5 terlihat bahwa nilai kopling koefisien Sementara itu, pada Gambar 8 terlihat bahwa nilai
antena lingkaran MIMO konvensional yang mencapai nilai - koefisien kopling antena lingkaran MIMO ini mencapai
27 dB. Hal ini memperlihatkan bahwa kedua antena tersebut nilai -26,5 dB. Hal ini memperlihatkan bahwa kedua antena
tidak saling berhubungan. Parameter selajutnya yang akan tersebut tidak saling berhubungan.
dianalisa yaitu gain antena seperti pada Gambar 6. Untuk menganalisa nilai Gain, maka pada penelitian ini
dilakukan karakterisasi nilai H dari antena MIMO, agar
diperolah nilai gain paling besar. Hasil karakterisasi terlihat
pada Gambar 9.

Gambar 6. Nilai far-field antena lingkaran MIMO konvensional

Pada Gambar 6 terlihat nilai gain antena mikrostrip


pada frekuensi 2,35 GHz mencapai 6,5 dBi. Sementara itu,
nilai HPBW sebesar 90,6º. Gambar 9. Nilai gain antena lingkaran MIMO dengan parasitik
Perancangan antena selanjutnya yaitu perancangan substrat terhadap perubahan H
menggunakan parasitik substrat untuk meingkatkan gain
antena MIMO. Pada Gambar 7 memperlihatkan nilai S11 dan Pada Gambar 9. terlihat nilai gain antena mencapai
bandwidth antena lingkaran MIMO dengan menambahkan maksimum saat H = 16 mm dengan nilai Gain 7,5 dBi.
parasitik radiator. Sementara itu, nilai far-field terlihat pada Gambar 10.

Gambar 7. Nilai S11 dan bandwidth antena lingkaran MIMO


dengan parasitik substrat Gambar 10. Nilai far-field antena lingkaran MIMO dengan
parasitik substrat
Seperti ditunjukkan pada Gambar 7. Nilai bandwidth
antena saat S11 = -10 dB hanya mencapai 100 MHz. Hal ini Pada Gambar 10 terlihat nilai gain antena mikrostrip
menunjukan bahwa dengan ditambahkannya parasitik pada frekuensi 2,35 GHz mencapai 7,5 dBi. Sementara itu,
radiator, maka akan meningkatkan nilai bandwidth. nilai HPBW sebesar 90,6º.
Hasil simulasi menunjukkan bahwa antena lingkaran
MIMO dengan parasitik substrat parasitik dapat meningkatkan
gain sampai 1 dB yang disertai pula pengingkatan nilai
bandwidth.

IV. ANALISA HASIL

Tabel 2. menunjukkan perbandingan kinerja antena


lingkaran MIMO konvensional dengan antena lingkaran
MIMO dengan parasitik substrat.

Gambar 8. Nilai kopling koefisien S21 antena lingkaran MIMO


dengan parasitik substrat

63
ANT-10 SMAP 2012

Tabel 2. Perbandingan Kinerja Antena DAFTAR ACUAN

Antena lingkaran Antena lingkaran [1] Balanis C. A., Antenna Theory : Analysis and Design, John
Kinerja MIMO MIMO dengan Wiley & Sons, New York, 1997.
konvensional penambahan parasitik [2] Targonski, S.D.; Waterhouse, R.B. "Reflector elements for
Frekuensi 2,35 GHz 2,35 GHz aperture and aperture coupled microstrip antennas". IEEE
MIMO 2x2 2x2 Antennas and Propagation Society International Symposium,
Vol. 3, Page : 1840 - 1843. 1997A
Bandwidth
55 MHz 100 MHz [3] Seleznyov, D.G.; Reznik, I.I.; Seleznyov, A.D."A microstrip
(S11 < -10dB)
radiator for reflector antennas" Proceedings of the 5th
Gain 6,5 dBi 7,5 dBi International Seminar/Workshop on Direct and Inverse
HPBW (-3dB) 90 67,3 Problems of Electromagnetic and Acoustic Wave Theory.
Dimensi (mm) 150 x 70 x 1,52 150 x 70 x 16 Page(s): 104 - 107. 2000
[4] M. Stoytchev, H. Safar, A. L. Moustakas, and S. Simon,
Hasil perbandingan memperlihatkan bahwa antena “Compact antenna arrays for MIMO applications,” in IEEE
lingkaran MIMO dengan penambahan parasitik substrat Antennas Propag. Soc. Int. Symp., Jul. 2001, vol. 3, pp. 708–
711.
dapat menhasilkan gain yang lebih tinggi dan memberikan
nilai bandwidth yang lebih besar. [5] Capobianco, A.D.; Pigozzo, F.M.; Boscolo, S.; Midrio, M.;
Sacchetto, F.; Assalini, A.; Brunetta, L.; Zambon, N.; Pupolin,
S.; “A Novel Compact MIMO Array based on PlanarYagi
VII. KESIMPULAN Antennas for Multipath Fading Channels” IEEE Conferences
Publication Year: 2010 , Page(s): 93 – 96
[6] C.-Y. Chiu, R. D. Murch, and C. R. Rowell, “Reduction of
Pada penelitian ini juga diusulkan penambahan parasitik mutual coupling between closely-packed antenna elements,”
substrat pada antena lingkaran MIMO untuk dapat IEEE Trans. Antennas Propag., vol. 55, no. 6, pp. 1732–1738,
meningkatkan Gain dan bandwidth. Pada jenis subsrat Jun. 2007.
taconic dengan εr= 2,2, h = 1,52 mm, dan tan δ = 0,0009 [7] Tilane, Pramendra, “ Gain Enhancement of circular microstrip
diperoleh jarak parasitik paling optimum sebesar 14 mm. antenna for Personal Communication Systems”. IACSIT
Vol.2 No.2 April 2011.
[8] I. J. Bahl and P. Bhartia, Microstrip Antennas, Artech House,
UCAPAN TERIMA KASIH Norwood,MA,1980.

Penelitian ini dibiayai dari Hibah Kolaborasi


Internasional, Universitas Indonesia tahun 2012, dengan
kontrak nomor 1165/H2.R12/HKP 05.00.Perjanjian/2012.

64
ANT-11 SMAP 2012

Peningkatan Gain Antena Mikrostrip Lingkaran menggunakan


Front-end Parasitik Substrat Untuk Aplikasi LTE

Toto Supriyanto1, Gunawan Wibisono2, dan Teguh Firmansyah3


1
Teknik Elektro, Politeknik Negeri Jakarta. 2 Teknik Elektro, Universitas Indonesia. 3 Teknik Elektro, Universitas Sultan
Ageng Tirtayasa
1
totosupr@yahoo.com, 2gunawan@eng.ui.ac.id, 3teguh.firmansyah1@gmail.com

Abstract - The design of an enhanced gain compact circular


microstrip antenna has been presented in this paper. This
antenna is designed to operate at 2,35 GHz for Long Term
Evolution (LTE) application with bandwidth 54 MHz at return
loss (S11) = -14 dB or VSWR < -1,5 . The gain, return loss, and Front
radiation characteristics of the proposed microstrip antenna parasitik
are compared with the conventional circular antenna. A total
gain enhancement 2 dB is achieved by front-end parasitic H1
element. The spacing between the driven patch and front-
parasitic element (H1) is optimized to maximize
electromagnetic coupling and main lobe antenna. This paper Patch
also propose end-parasitic, the spacing between the ground and utama
end-parasitik element (H2) to minimize back lobe antenna. The H2
designed antenna makes it a potential antenna for various
applications. End
Keyword —Back lobe, Gain enhancement, LTE, Main lobe, parasitik
Parasitic Substrate.

Abstrak — Pada makalah ini akan dijelaskan penelitian


mengenai peningkatan gain antena mikrostrip lingkaran. Antena ini (1a.)
beroperasi pada frekuensi 2,35 GHz yang merupakan alokasi untuk
aplikasi Long Term Evolution (LTE) yang memiliki bandwidth 54
MHz pada return loss (S11) = -14 dB atau saat VSWR < 1,5 dB.
Nilai gain, return loss, dan karakteristik radiasi antena ini akan Patch utama
dibandingkan dengan antena mikrostrip lingkaran konvensional.
Total peningkatan gain yang diperoleh sebesar 2 dB, dengan
penempatan front-end parasitik subtrat. Jarak antara patch dengan
front-parasitik (H1) dioptimasi untuk memaksimalkan kopling
elektromagnetik dan lobe utama antena. Penelitian ini juga
mengusulkan penambahan end-parasitik, jarak antara ground dan
end-parasitik (H2) dioptimasi untuk meminimalkan back lobe
antena. Desain antena ini sangat potensial dipergunakan untuk (1b.) (1c.)
berbagai aplikasi. Gambar 1a. Struktur antena terlihat dari atas (proposed);
Kata kunci — Back lobe, Gain enhancement, LTE, Main lobe, 1b. Struktur antena terlihat dari bawah (proposed);
Parasitic Substrate. 1c. Struktur antena lingkaran konvensional.

Salah satu metode untuk meningkatkan gain antena


I. PENDAHULUAN mikrostrip yang telah dikenal secara luas diantaranya
Antena mikrostrip memiliki beberapa keuntungan, di metode antena susun (array), seperti yang dilakukan oleh
antaranya mempunyai bentuk yang kompak, dimensi kecil, [3]-[4]. Pada metode ini diusulkan perancangan beberapa
mudah untuk difabrikasi. Selain itu, antena mikrostrip pun antena yang sama untuk kemudian dihubungkan dengan
memiliki bentuk yang beragam, diantaranya persegi, persegi pencatu tunggal, sehingga nilai gain meningkat. Namun
panjang, elips, segitiga, dan lingkaran. Namun, antena metode ini memiliki kelemahan diantaranya yaitu memiliki
mikrostrip juga memiliki kekurangan diantaranya yaitu gain bentuk yang luas, dan terdapatnya gelombang permukaan
rendah, bandwidth rendah, dan efisiensi yang rendah [1]. yang dapat menurunkan efisiensi. Gelombang permukaan
Sebuah antena yang memiliki gain tinggi diperlukan ini dapat ditekan dengan menggunakan Defected Ground
untuk memenuhi permintaan yang tinggi terhadap layanan Structure (DGS), seperti yang diusulkan [5] yaitu dengan
komunikasi nirkabel, sehingga coverage layanan semakin menghilangkan sebagian bidang ground.
luas. Namun, pada antena mikrostrip, nilai gain justru yang Metode yang lain diantaranya yaitu dipergunakan
menjadi salah satu kelemahannya. Gain didefinisikan parasitik radiator, seperti yang diusulkan [6]-[9]. Pada
sebagai perbandingan antara intensitas pada arah tertentu penelitian [6] diusulkan perancangan menggunakan
dengan intensitas radiasi yang diperoleh jika daya yang dielektrik resonator antena untuk dapat menghasilkan antena
diterima oleh antena teradiasi secara isotropic [2].

65
ANT-11 SMAP 2012

yang memiliki gain yang tinggi. Namun antena ini masih Dimana nilai c merupakan kecepatan cahaya sebesar 3.108
memiliki dimensi yang besar. m/s. Desai antena ini merupakan desain antena lingkaran
Sementara itu, pada [7] mengusulkan untuk dipergunakan yang konvensional seperti pada Gambar 1c.
parasitik radiator yang berbentuk ring persegi panjang Pada penelitian ini, antena yang dirancang memiliki
dengan patch berbentuk persegi panjang untuk frekuensi kerja sebesar 2,3 GHz untuk aplikasi Long Term
menghasilkan gain sebedar 7,5 dBi. Penelitian ini kemudian Evolution (LTE). Sementara itu, struktur antena yang
ditindak lanjuti oleh [8], dimana diusulkan perancangan diusulkan terlihat pada Gambar 1a. dan Gambar 1b. dengan
antena yang memiliki bentuk lingkaran dengan radiator nilai dimensi dan karakteristik subtrat terlihat pada Tabel 1
berupa ring, sehingga dihasilkan gain antena sebesar 6 dBi. dibawah ini.
Penelitian selanjutnya diantaranya diusulkan oleh [9] yaitu
perancangan antena mikrostrip berbentuk persegi dengan Tabel 1. Dimensi dan Karakteristik Substrat Antena
radiator yang identik juga, sehingga dihasilkan gain antena
sampai 7,5 dBi. Spesifikasi Ukuran Keterangan
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, pada antena ini W 60 mm Lebar
diusulkan perancangan menggunakan front-end parasitik L 70 mm Panjang
substrat, seperti yang terlihat pada Gambar 1a. dan Gambar r 26 mm Jari-jari
1b. Geometri antena yang dipergunakan berbentuk lingkaran εr1 (Taconic) εr1= 2,2
dengan front parasitik radiatornya berbentuk lingkaran pula, Front-
h1 h1 = 1,52 mm
parasitik
sehingga gain yang dihasilkan lebih besar. Selain itu, pada tan δ1 tan δ1 = 0,0009
penelitian ini juga diusulkan perancangan menggunakan end εr2 (Taconic) εr2= 2,2
parasitik yang berfungsi menurunkan back-lobe yang Patch
h2 h2 = 1,52 mm
Utama
berakibat pada peningkatan gain antena. tan δ2 tan δ2 = 0,0009
Pada makalah ini terdiri dari beberapa bab. Bab 1 εr3 (Taconic) εr3= 2,2
End-
membahas mengenai pendahuluan dan posisi penelitian, h3 h3 = 1,52 mm
parasitik
sementara Bab 2 dibahas mengenai perancangan struktur tan δ3 tan δ3 = 0,0009
antena. Sementara bab 3 membahas optimasi antena yang
dengan nilai iterasinya. Sementara bab 4 dibahas analisa Luasan yang lebih ini diharapkan mendapatkan gain yang
dari hasil yang diperoleh. Selain itu, akan dibandingkan lebih besar. Sementara itu, proses karakterisasi dilakukan
hasil antara antena lingkaran konvesional seperti Gambar dengan mengubah nilai H1 dan H2.
1c, antena lingkaran hanya dengan front-parasitik, antena
lingkaran hanya dengan end-parasitik, dan antena yang III. KARANTERISASI DAN OPTIMASI ANTENA
menggunakan front-end parasitik seperti Gambar 1a dan Seperti yang dijelaskan pada Bab 1, pada makalah ini
Gambar 1b. Perancangan antena ini menggunakan perangkat akan dijelaskan empat buah desain antena. Diantaranya
lunak CST. antena lingkaran konvesional seperti Gambar 1c, antena
lingkaran hanya dengan front-parasitik, antena lingkaran
hanya dengan end-parasitik, dan antena yang menggunakan
II. PERANCANGAN STRUKTUR ANTENA
front-end parasitik seperti Gambar 1a dan Gambar 1b.
Salah satu keunggulan dari antena berbentuk lingkaran Pada Gambar 2 menujukan nilai return loss (S11) antena
diantarannya adalah desain yang sederhana. Persamaan lingkaran konvensional pada Gambar 1c.
patch jari-jari antena lingkaran mengikuti persamaan [10]
yang diberikan oleh.
𝐹𝐹
𝑟𝑟 = (1)
2ℎ 𝜋𝜋𝐹𝐹
1+ 𝑙𝑙𝑙𝑙 + 1,7726
𝜋𝜋𝜀𝜀𝑟𝑟 𝐹𝐹 2ℎ
dimana nilai F memenuhi persamaan ;
8,791. 109
𝐹𝐹 = (2)
𝑓𝑓𝑟𝑟 𝜀𝜀𝑟𝑟
Pada persamaan (1) nilai h harus dalam satuan cm,
sementara pada persamaan (2) nilai f harus dalah satuan Hz.
Desain antena tersebut memiliki fundamental frekuensi yang Gambar 2. Nilai S11 dan bandwith antena lingkaran
bekerja pada dominan mode TM110. Nilai resonannya konvensional
diberikan oleh persamaan ;
1,8412 1,8412𝑐𝑐 Seperti ditunjukan pada Gambar 2. Nilai bandwidth
𝑓𝑓𝑟𝑟 110 = = (3) antena saat S11 < -14 hanya mencapai 29,6 MHz. Sementara
2𝜋𝜋𝑟𝑟 𝜇𝜇𝜀𝜀 2𝜋𝜋𝑟𝑟 𝜀𝜀𝑟𝑟
itu, pada Gambar 3 menujukan hasil far-field antena
lingkaran konvensional.

66
ANT-11 SMAP 2012

Hasil gain antena terhadap perubahan H2 terlihat pada


Gambar 5. Selain itu dilakukan juga simulasi perubahan
tinggi H2 terhadap perubahan nilai back-lobe, seperti pada
Gambar 6.

Gambar 3. Nilai far-field antena lingkaran konvensional

Hasil far-field ini menunjukan nilai gain antena sebesar


6,2 dBi dengan angular width 88,8 dan back lobe sebesar
-12,8 dBi. Gambar 6. Nilai back-lobe antena lingkaran dengan end-parasitik
Perancangan selanjutnya yaitu dengan menambahkan terhadap perubahan H2
front-parasitik. Dilakukan karakterisasi perubahan gain
antena terhadap perubahan tinggi H1. Hasil gain antena Pada Gambar 6 dapat diperlihatkan bahwa, dengan
terhadap perubahan H1 terlihat pada Gambar 4. menambahkan back-parasitik dihasilkan peningkatan gain
sebesar 0,32 dB dari 6,2 dBi menjadi 6,5 dBi saat H2 sebesar
4 mm. Sementara itu pada gamba 6 memperlihatkan nilai
back-lobe antena end-parasitik terhadap perubahan H2, nilai
ini back-lobe ini mengalami penurunan sebesar 11, 72 dB,
dari -12,18 dBi menjadi -24 dBi saat H2 bernilai 5 mm. Hai
ini membuktikan, dengan menambahkan end-parasitik dapat
meningkatkan gain sekaligus menurunkan nilai back-lobe
antenna.
Perancangan selajutnya yaitu dengan menambahkan front-
end parasitik yang merupakan usulan dari makalah ini. Hasil
simulasi gain terhadap perubahan H1 dan H2 terlihat pada
Gambar 7 dibawah ini.
Gambar 4. Nilai gain antena lingkaran dengan front-parasitik
terhadap perubahan H1

Nilai gain yang paling besar diperoleh saat H1 bernilai 10


mm dengan gain sebesar 7,9 dBi. Hal ini membuktikan
dengan penambahan front-parasitik dapat meningkatkan
gain sebesar 1,7 dB dari 6,2 dBi menjadi 7,9 dBi.
Sementara itu, proses selanjutnya dilakukan simulasi
dengan menambahkan end-parasitik. Untuk kemudian,
dilakukan karakterisasi perubahan gain antena terhadap
perubahan tinggi H2.

Gambar 7. Nilai gain antena front-end parasitik terhadap


perubahan H1 dan H2

Nilai gain yang paling besar diperoleh saat H1 bernilai 14


dan H2 bernilai 4 mm dengan gain sebesar 8,2 dBi. Hal ini
Gambar 5. Nilai gain antena lingkaran dengan end-parasitik membuktikan dengan penambahan front-end parasitik dapat
terhadap perubahan H2 meningkatkan gain sebesar 2 dB dari 6,2 dBi menjadi 8,2
dBi.

67
ANT-11 SMAP 2012

Sementara itu, Gambar 8 memperlihatkan hasil simulasi Hasil perbandingan memperlihatkan bahwa antena
return loss (S11) pada antena dengan penambahan front-end lingkaran dengan penambahan front-end parasitik dapat
parasitik. menhasilkan gain yang lebih tinggi dan memberikan nilai
bandwidth yang lebih besar.

V. KESIMPULAN
Total peningkatan gain yang diperoleh sebesar 2 dB
dengan penempatan front-end parasitik subtrat. Jarak antara
patch dengan front-parasitik (H1) dioptimasi untuk
memaksimalkan kopling elektromagnetik dan lobe utama
antenna. Pada penelitian ini juga diusulkan penambahan end
parasitik, jarak antara ground dan end-parasitik (H2)
dioptimasi untuk meminimalkan back lobe antena. Nilai
Gambar 8. Nilai S11 dan bandwith antena lingkaran dengan gain yang paling besar diperoleh saat H1 bernilai 14 dan H2
penambahan front-end parasitik bernilai 4 mm dengan gain sebesar 8,2 dBi. Hal ini
membuktikan dengan penambahan front-end parasitik dapat
Seperti ditunjukan pada Gambar 8. Nilai bandwidth meningkatkan gain sebesar 2 dB dari 6,2 dBi menjadi 8,2
antena saat S11 < -14 hanya mencapai 54,7 MHz. Sementara dBi.
itu, pada Gambar 9 menujukan hasil far-field antena
lingkaran penambahan front-end parasitik.
DAFTAR ACUAN

[1] G. Kumar And K.P. Ray, Broaband Microstrip Antennas,


First edition, USA, Artech House, 2003.
[2] Balanis C. A., Antenna Theory : Analysis and Design, John
Wiley & Sons, New York, 1997..
[3] M. Stoytchev, H. Safar, A. L. Moustakas, and S. Simon,
―Compact antenna arrays for MIMO applications,‖ in IEEE
Antennas Propag. Soc. Int. Symp., Jul. 2001, vol. 3, pp. 708–
711.
[4] Capobianco, A.D.; Pigozzo, F.M.; Boscolo, S.; Midrio, M.;
Sacchetto, F.; Assalini, A.; Brunetta, L.; Zambon, N.; Pupolin,
S.; ―A Novel Compact MIMO Array based on PlanarYagi
Gambar 9. Nilai far-field antena lingkaran dengan penambahan Antennas for Multipath Fading Channels‖ IEEE Conferences
front-end parasitik. Publication Year: 2010 , Page(s): 93 – 96
[5] C.-Y. Chiu, R. D. Murch, and C. R. Rowell, ―Reduction of
mutual coupling between closely-packed antenna elements,‖
Hasil simulasi menujukan bahwa antena dengan
IEEE Trans. Antennas Propag., vol. 55, no. 6, pp. 1732–1738,
penambahan front-end parasitik dapat meningkatkan gain Jun. 2007.
sampai 2 dB.
[6] Nasimuddin and Karu P. Esselle, ―A Low-Profile Compact
Microwave Antenna With High Gain and Wide Bandwidth,‖
IV. ANALISA HASIL IEEE Transactions on Antennas and Propagation, vol. 55, no.
Tabel 2. Menujukan perbandingan kinerja antena 6, June 2007.
lingkaran konvensional dengan antena lingkaran dengan [7] Bahadir Yildirim and Bedri A. Cetiner, ―Enhanced Gain
penambahan front-end parasitik. Patch Antenna with a Rectangular Loop Shaped Parasitik
Radiator,‖ Antennas and wireless propagation letters, IEEE,
Tabel 2. Perbandingan Kinerja vol 7, issue, 2008 pages: 229-232
Antena Antena lingkaran dengan [8] Tilane, Pramendra, ― Gain Enhancement of circular microstrip
antenna for Personal Communication Systems‖. IACSIT
Kinerja lingkaran penambahan front-end
Vol.2 No.2 April 2011.
konvensional parasitik
[9] Anil Kumar Agrawal , ―Broadband and high gain microstrip
Frekuensi 2,35 GHz 2,35 GHz patch antenna for WLAN‖. Indian Journal of Radio & Space
Bandwidth Physics, Vol 40, October 2011, pp 282-286.
50 MHz 102 MHz
(S11 < -10 dB) [10] I. J. Bahl and P. Bhartia, Microstrip Antennas, Artech House,
Bandwidth Norwood,MA,1980.
29,6 MHz 54,7 MHz
(S11 < -14dB)
Gain 6,2 dBi 8,2 dBi
HPBW 3dB 88,8 63,6
Dimensi 60 x 70 x 1,52 60 x 70 x 22,56

68
SMAP 2012

MW (Microwave)

100
MW-1 SMAP 2012

Perancangan Concurrent Multiband Low Noise Amplifier


Menggunakan Teknologi CMOS 0.18 μm
Gunawan Wibisono1, Puspita Sulistyaningrum2, Taufiq Alif K3 dan Teguh Firmansyah 4
1,2,3
Departemen Teknik Elektro, Universitas Indonesia, 4Teknik Elektro, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
1
gunawan@eng.ui.ac.id, 2puspita.s@ui.ac.id, 3taufiq.alif@gmail.com, 4teguh.firmansyah1@gmail.com

Abstract — Concurrent multiband LNA is one type of dibandingkan tipe multiband LNA yang lain seperti
multiband LNA that could work at several frequency bands wideband LNA, switched mode LNA, dan parallel mode
one time simultaneously. This paper, concurrent multiband LNA. Dibandingkan parallel LNA, concurrent LNA dapat
LNA that works at four frequency bands (quadband) at 950
MHz, 1.85 GHz, 2.35 GHz, and 2.65 GHz will be designed and menghemat konsumsi daya dan memperkecil ukuran karena
analyzed. The proposed LNA uses inductive source hanya membutuhkan satu driver untuk semua rentang
degeneration topology based on 0.18 μm CMOS technology. frekuensi yang diinginkan. Pada wideband LNA, sinyal
The design specifications of LNA are K > 1, gain > 10 dB, Noise yang tidak diinginkan bisa ikut terkuatkan bersama dengan
figure (NF) < 3 dB, Input return loss < -10 dB, VSWR between rentang frekuensi yang diinginkan, yang menyebabkan
1-2, and power consumption < 20 mW. The proposed
concurrent multiband LNA is design and simulated by sensitivitas receiver berkurang secara drastis [2]. Sedangkan
advanced design system (ADS) software. Based on the dengan switched mode LNA, LNA hanya dapat bekerja
simulation results, the design LNA achieves gain 15.113 - secara optimal pada satu frekuensi dalam satu waktu [3].
21.035 dB for four frequency bands. Noise Figure 1.29 – 2.713 Pada paper ini, dirancang sebuah concurrent multiband
dB, input return loss -17.270 dB – -42.903 dB, and VSWR LNA menggunakan teknologi CMOS 0.18 μm yang bekerja
1.014 - 1.317 And power comsumption is 15.44 mW.
pada empat band frekuensi (quadband) yaitu pada frekuensi
Keyword — 0.18 μm CMOS, concurrent multiband LNA,
inductive source degeneration, quadband. 950 MHz, 1,85 GHz, 2,35 Ghz, dan 2,65 GHz secara
simultan. Spesifikasi LNA yang dirancang memiliki
Abstrak — Concurrent multiband LNA merupakan salah satu kestabilan (K > 1), gain > 10 dB, Noise Figure < 3 dB, input
tipe multiband LNA yang dapat bekerja pada beberapa frekuensi return loss < -10 dB, VSWR antara 1-2, dan konsumsi daya
berbeda secara simultan. Pada paper ini dirancang concurrent < 20 mW. Topologi LNA yang digunakan adalah inductive
multiband LNA yang bekerja pada empat pita frekuensi source degeneration yang telah banyak digunakan seperti di
(quadband) yaitu 950 MHz, 1,85 GHz, 2,35 GHz, dan 2,65 GHz. concurrent dualband LNA [2],[4], dan concurrent
LNA yang dirancang menggunakan topologi inductive source
degeneration dan berbasis teknologi CMOS 0.18 μm. Spesifikasi tripleband LNA [5]. Pada rangkaian LNA terdapat transistor
LNA yang dirancang meliputi kestabilan (K > 1), gain > 10 dB, CMOS yang disusun secara cascade, yang berfungsi sebagai
Noise Figure (NF) < 3 dB, Input return loss < -10 dB, VSWR isolasi antara port input dan output. Rancangan LNA
antara 1-2, dan disipasi daya < 20 mW. Perancangan dan simulasi disimulasikan dengan perangkat lunak Advance Design
dilakukan dengan perangkat lunak Advance Design System (ADS). System (ADS).
Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan, rancangan LNA telah
memenuhi spesifikasi yaitu memiliki gain sebesar 15,113 – 21,035
dB untuk keempat frekuensi. Noise Figure sebesar 1,29 – 2,713 II. PERANCANGAN CONCURRENT M ULTIBAND LNA
dB, input return loss sebesar -17,270 dB – -42,903 dB, dan VSWR
sebesar 1,014 – 1,317. Besarnya disipasi daya rangkaian adalah MENGGUNAKAN TEKNOLOGI CMOS 0.18 ΜM
sebesar 15,44 mW. Dalam merancang concurrent multiband LNA ini,
Kata kunci — CMOS 0.18 μm, concurrent multiband LNA, tahapan yang harus dilakukan dimulai dengan menentukan
inductive source degeneration, quadband.
spesifikasi LNA yang akan dirancang. Kemudian memilih
transistor yang akan digunakan, melakukan bias DC serta
I. PENDAHULUAN memilih topologi LNA. Saat bias DC dilakukan, dipastikan
rangkaian dalam keadaan unconditionally stable yang
Low noise amplifier (LNA) adalah bagian paling depan
ditunjukkan dengan nilai K > 1, dimana K adalah Stability
dari sebuah sistem receiver. Fungsi LNA adalah
Factor, sebuah faktor yang menunjukkan kestabilan
menguatkan sinyal yang diterima receiver dengan kontribusi
rangkaian. Kemudian dibuat rangkaian impedance matching
noise yang seminimal mungkin [1]. LNA merupakan bagian
supaya LNA bekerja pada frekuensi yang diinginkan.
penting dari sistem receiver. Hal ini mengingat, sinyal yang
Kemudian dilakukan evaluasi simulasi sampai dicapai hasil
diterima oleh receiver seringkali memiliki daya yang kecil,
yang optimum sesuai spesifikasi yang diinginkan. Terakhir
sehingga perlu dikuatkan terlebih dahulu sebelum diproses
dilakukan analisa hasil simulasi. Simulasi dilakukan dengan
lebih lanjut. Di sisi lain, amplifier juga turut menambah
perangkat lunak ADS.
noise pada receiver. Agar tambahan noise tersebut tidak
berpengaruh besar terhadap sinyal yang diterima receiver, A. Spesifikasi LNA
kontribusi noise LNA haruslah seminimal mungkin.
Spesifikasi LNA yang dirancang secara lengkap terlihat
Menjawab kebutuhan atas multiband LNA agar sebuah
pada Tabel 1.
LNA dapat bekerja pada lebih dari satu rentang frekuensi
secara simultan, maka tipe concurrent multiband LNA
banyak digunakan. Concurrent LNA memiliki kelebihan

101
MW-1 SMAP 2012

Tabel 1 Spesifikasi LNA yang Dirancang untuk membangkitkan empat frekuensi resonansi. Akan
tetapi, sebuah resonator LC ini tidak serta merta beresonansi
Frekuensi Tengah di satu band frekuensi saja (misal L4 dan C4 hanya
Spesifikasi
950 MHz 1.85 GHz 2.15 GHz 2.65 GHz mempengaruhi f4, dan L1 dan C1 hanya mempengaruhi f1),
K >1 >1 >1 >1 tetapi ke-empat resonator LC ini saling berpengaruh
terhadap keempat frekuensi resonansi yang ada. Rangkaian
S 21 > 10 dB > 10 dB > 10 dB > 10 dB
resonator LNA yang dirancang, ditunjukkan pada Gambar 2.
Noise Figure < 3dB < 3dB < 3dB < 3dB
L4 L3 L2
S 11 < -10 dB < -10 dB < -10 dB < -10 dB
VSWR 1 -2 1-2 1-2 1–2 L1

Konsumsi Daya < 20mW < 20mW < 20mW < 20mW
C1

C4 C3 C2
B. Pemilihan transistor
Transistor CMOS sangat populer untuk rangkaian analog Resonator Resonator Resonator Resonator
dan RF. Konsekuensi dari hal ini adalah adanya peluang 4 3 2 1
besar untuk mengintegrasikan rangkaian analog, RF, dan
Gambar 2. Rangkaian resonator LNA
dijital pada die yang sama, yang membuat CMOS menjadi
teknologi yang sangat baik untuk implementasi System-on-
C1 selain sebagai komponen input impedance matching,
Chip masa depan [6]. Pada paper ini dipilih transistor
juga berfungsi sebagai coupling capacitor bagi rangkaian
MOSFET berbasis teknologi CMOS 0.18 μm.
bias LNA.
C. Bias DC dan Topologi LNA Output impedance matching-nya terdiri dari C 5 dan L5
yang dipasang seri. C5 juga berfungsi sebagai coupling bagi
Perancangan bias transistor merupakan hal mendasar yang
rangkaian bias LNA, Gambar rangkaian keseluruhan
dilakukan dalam mendesain LNA. Pada perancangan
concurrent multiband LNA yang dirancang ditunjukkan oleh
concurrent multiband LNA ini, dipilih topologi LNA
Gambar 3.
inductive source degeneration yang ditambahkan cascode.
Penambahan transistor yang dipasang secara cascode
memiliki beberapa kelebihan seperti mengurangi efek Vdd

Miller, dan menambah isolasi diantara input dan output [5]. Ld


Gambar 1. menunjukkan rangkaian bias LNA yang
L5
dirancang.
M2 C5
RL
L4 L3 L2
Vdd
L1
Ld M1
C1
Rs
RG
Vs C4 C3 C2 Ls
C5
M2 Vgg

M1 Gambar 3. Rangkaian concurrent multiband LNA yang


C1
dirancang.
RG
Ls
Vgg
III. HASIL SIMULASI DAN A NALISA
Pada bagian ini akan diulas hasil simulasi dan analisa dari
Gambar 1. Rangkaian bias LNA multiband LNA yang telah dirancang untuk bekerja pada
frekuensi tengah 950 MHz, 1,85 GHz, 2.35 GHz dan 2.65
GHz . Temperatur simulasi diatur sebesar 16.85„C sesuai
D. Impedance matching dengan Komponen Lumped temperatur standar IEEE untuk analisa noise [7].

Rangkaian input impedance matching dibentuk dengan A. Hasil Simulasi dan Analisa Input Return Loss (S11)
topologi inductive source degeneration, dimana induktor Hasil simulasi input return loss (S11) rangkaian multiband
yang dipasang terhubung pada bagian source (Ls), yang LNA tampak pada Gambar 4. Terlihat bahwa LNA yang
selanjutnya akan ditambah resonator LC (kombinasi dirancang telah bekerja pada 4 band frekuensi tengah 950
induktor dan kapasitor yang dipasang seri maupun paralel) MHz, 1,85 GHz, 2,35 GHz, serta 2,65 GHz. Nilai S11 LNA
yang terhubung seri dengan gate. Jumlah resonator ini akan yang dirancang telah memenuhi spesifikasi yang diinginkan
mempengaruhi banyaknya jumlah frekuensi resonansi yang yaitu < -10 dB. S11 sebesar -42,903 dB pada frekuensi 950
terbentuk. Pada penelitian terdapat empat resonator LC

102
MW-1 SMAP 2012

MHz, -25,949 dB pada frekuensi 1,85 GHz, -17,270 dB


pada 2,35 GHz, dan -19,874 dB pada frekuensi 2,65 GHz.

Gambar 4. Hasil simulasi input return loss (S11)

Gambar 6. Hasil simulasi kestabilan


B. Hasil Simulasi dan Analisa Input Gain (S21)
Hasil simulasi gain (S21) rangkaian multiband LNA
D. Hasil Simulasi dan Analisa Noise Figure
tampak pada Gambar 5. Terlihat bahwa Nilai S21 LNA yang
dirancang telah memenuhi spesifikasi yaitu S21 > 10 dB di Hasil simulasi Noise Figure (NF) rangkaian multiband
keempat band frekuensi yang diinginkan. S21 sebesar 21,035 LNA tampak pada Gambar 7. Terlihat bahwa pada keempat
dB pada frekuensi 950 MHz, 19,357 dB pada 1,85 GHz, band frekuensi yang diinginkan, NF telah memenuhi
16,317 dB pada 2,35 GHz, dan 15,113 dB pada frekuensi spesifikasi yaitu NF < 3 dB. NF sebesar 2,713 dB pada
2,65 GHz. frekuensi 950 MHz, 1,495 dB pada 1,85 GHz, 1,290 dB
pada 2,35 GHz, dan 1,398 dB pada frekuensi 2,65 GHz.

Gambar 7. Hasil Simulasi NF

D. Hasil Simulasi dan Analisa Noise Figure


Gambar 5. Hasil simulasi gain (S21)
Hasil simulasi VSWR rangkaian multiband LNA tampak
pada Gambar 8. Terlihat bahwa pada keempat band
C. Hasil Simulasi dan Analisa Kestabilan
frekuensi yang diinginkan, nilai VSWR telah memenuhi
Hasil simulasi stability factor (K) rangkaian multiband spesifikasi yaitu VSWR antara 1-2. VSWR sebesar 1,014
LNA tampak pada Gambar 6. Terlihat bahwa pada keempat pada frekuensi 950 MHz, 1,106 pada 1.85 GHz, 1,317 pada
band frekuensi yang diinginkan, nilai K > 1. K sebesar 2,35 GHz, dan 1,226 pada 2,65 GHz.
1,072 pada frekuensi 950 MHz, 1,048 pada frekuensi 1,85
GHz, 1,059 pada frekuensi 2,35 GHz, dan 1,065 pada
frekuensi 2,65 GHz, dengan nilai K paling kecil adalah
1,043 pada frekuensi 1,46 GHz.

103
MW-1 SMAP 2012

PERNYATAAN
Penelitian ini dibiayai dari Program Penelitian Strategis
Nasional, Dikti, tahun 2012, dengan kontrak nomor.
3393/H2.R12/HKP.05.00/2012

DAFTAR ACUAN
[1] John Rogers, and Calvin Plett, Radio Frequency Integrated
Circuit Design, London: Artech House, 2003.
[2] Sambit Datta, Kunal Datta, Ashudeb Dutta, Tarun Kanti
Bhattacharyya, “Fully Concurrent Dual-Band LNA Operating
in 900 MHz/2.4 GHz Bands for Multi-Standard Wireless
Receiver with sub-2dB Noise Figure”, IEEE Third
International Conference on Emerging Trends in Engineering
Gambar 8. Hasil simulasi VSWR
and Technology, pp. 731-734, 2010.
[3] Hosein Hasemi. “Integrated Concurent Multiband Radios and
VI. KESIMPULAN Multiple Antenna System”. Ph.D. Dissertation. California
Institute of Technology. California. September 2003
Telah dirancang concurrent multiband LNA dengan [4] Hossein Hashemi and Ali Hajimiri, “Concurrent Dual-Band
menggunakan topologi inductive source degeration berbasis CMOS Low Noise Amplifier and Receiver Architecture”,
IEEE Symposium on VLSI Circuit, pp. 247-250, 2001
teknologi CMOS 0,18 μm yang dapat beroperasi pada 4
[5] Chih-Yuan Kao, Yueh-Ting Chiang, and Jeng-rern Yang, “A
frekuensi frekuensi secara bersamaan. Frekuensi tengah Concurrent Multi-Band Low-Noise Amplifier for
operasi LNA adalah 950 MHz, 1,85 GHz, 2,35 GHz, dan WLAN/WiMAX Application”. IEEE Explore 2008.
2,65 GHz. Dari hasil simulasi terlihat bahwa concurrent [6] Stefan Andersson, “Multiband LNA Design and RF-Sampling
multiband LNA yang dirancang telah memenuhi kriteria Front-Ends for Flexible Wireless Receivers”, Link‡ping
perancangan untuk kestabilan, gain, input return loss, Studies in Science and Technology Dissertation No. 1036,
2006
VSWR, NF, dan konsumsi daya. Hasil rancangan siap
[7] Agilent Fundamentals of RF and Microwave Noise Figure
untuk dilakukan fabrikasi. Measurements, Application Note 57-1, Agilent Technologies.
Available: http://cp.literature.agilent.com/litweb/pdf/5952-
8255E.pdf

104
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai