Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM

“TRANSFORMATOR”

I. Tujuan

1. Menunjukkan prinsip kerja transformator


2. Menentukan hubungan jumlah lilitan dengan beda tegangan pada transformator
3. Menentukan hubungan besar kuat arus dengan beda tegangan pada transformator

II. Alat dan Bahan

1. Power supply
2. Transformator
3. Voltmeter AC
4. Amperemeter AC
5. Kabel penghubung

III. Dasar teori

Transformator adalah sebuah alat untuk menaikkan atau menurunkan tegangan arus
bolak-balik. Transformator sering disebut trafo. Sebuah transformator terdiri atas sebuah inti
besi. Pada inti besi digulung dua lilitan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder.

Teori dasar sebuah transformator adalah suatu alat listrik yang dapat memindahkan dan
mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke rangkaian listrik yang lain,
melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan prinsip induksi-elektromagnet atau dengan
kata lainTransformator atau biasa disebut dengan trafo adalah alat untuk mengubah tegangan
bolak-balik menjadi lebih tinggi atau lebih rendah dan digunakan untuk memindahkan energi
dari suatu rangkaian listrik ke rangkaian berikutnya tanpa merubah frekuensi. Transformator

Page | 1
digunakan secara luas, baik dalam bidang tenaga listrik maupun elektronika. Penggunaan
transformator dalam sistem tenaga memungkinkan terpilihnya tegangan yang sesuai, dan
ekonomis untuk tiap-tiap keperluan misalnya kebutuhan akan tegangan tinggi dalam
pengiriman daya listrik jarak jauh.

Sebuah kawat jika dialiri arus listrik, maka di sekitar kawat berarus tersebut akan timbul
medan magnetik. Jika kawat dibentuk melingkar atau segi empat, maka kuat medan magnetik
yang paling besar berada pada tengah lingkaran atau segi empat tersebut. Kuat medan
magnetik akan lebih besar jika lilitan dibuat berlapis-lapis membentuk kumparan. Medan
magnetik akan lebih besar lagi jika di dalam kumparan diberi inti besi. Selanjutnya jika pada inti
besi tersebut diberi kumparan yang lain dan kumparan pertama dialiri arus bolak-balik, maka
pada ujung kumparan kedua akan timbul tegangan bolak-balik pula. Besar tegangan yang
terjadi tergantung jumlah lilitan pada kuparan.(Tim Fisika Dasar, 2013: 27). Fungsi inti besi ialah
untuk meningkatkan medan magnetik pada arus yang diketahui dan untuk mengarahkan
medan magnetik ini agar seluruh fluks magnetik yang melalui satu kumparan masuk melalui
kumparan lain. Inti besi ini diberi lapisan untuk mengurangi kerugian arus-pusar. Kerugian daya
lainnya timbul karena pemanasan Joule dalam tahanan yang kecil dalam kedua kumparan dan
histerisis dalam inti besi. (Paul A. Tipler, 1996: 372)

Jika tegangan AC diberikan pada kumparan primer, medan magnet akan menginduksi
tegangan AC pada kumparan sekunder, tetapi mempunyai nilai yang tak sama dengan tegangan
primernya. Dari hukum Faraday ggl induksi di tegangan sekunder yaitu

∆∅𝐵
𝑉𝑠 = 𝑁𝑠
∆𝑡

∆∅𝐵
Dimana Ns = jumlah lilitan pada kumparan sekunder dan merupakan perubahan fluks
∆𝑡

magnet. Tegangan masukan pada kumparan primer juga berhubungan dengan laju perubahan
fluks magnet,
∆∅𝐵
𝑉𝑝 = 𝑁𝑝
∆𝑡

Jika Ns lebih besar dari Np, kita dapatkan transformator step-up. Tegangan sekunder lebih
besar dari tegangan primer. Jika Ns lebih kecil dari Np maka didapat trafo step-down.
Transformator dirancang untuk mempunyai efisiensi 99% sehingga sedikit sekali energi yang
hilang menjadi energi panas. Daya masukan pada dasarnya sama dengan daya keluaran.

𝑃=𝑉𝐼

Page | 2
Sehingga 𝑉𝑝 . 𝐼𝑝 = 𝑉𝑠 . 𝐼𝑠

𝑉𝑝 𝐼𝑠 𝑁𝑝
Atau = =
𝑉𝑠 𝐼𝑝 𝑁𝑠

(Douglas Giancoli.Fisika jilid 2:Edisi kelima.Halaman:138)

IV. Data Hasil Pengamatan

Np = 600 lilitan Ns = 1200 lilitan


Vp (Volt) Ip (mA) Vs (Volt) Is (mA)
6,00 0,30 10,3 0,13
8,01 0,45 14,5 0,21
10,02 0,60 18,3 0,30

V. Analisis Data
Nst I = 0,01 mA ∆Is = ½ nst = ½ . 0,01 mA = 5.10-6 A
Nst V = 0,001 Volt ∆Vs = ∆Vp = ½ nst = ½ . 0,001 V = 5. 10-4 V
Np = 600 lilitan
Ns = 1200 lilitan
Persamaan :
𝑉𝑠. 𝐼𝑠 = 𝑉𝑝. 𝐼𝑝
𝑉𝑠 𝐼𝑝
=
𝑉𝑝 𝐼𝑠

Perhitungan Ip
𝑉𝑠. 𝐼𝑠
𝐼𝑝 =
𝑉𝑝
𝜕𝐼𝑝 𝜕𝐼𝑝 𝜕𝐼𝑝
∆𝐼𝑝 = | | |∆𝑉𝑠| + | | |∆𝐼𝑠| + | | |∆𝑉𝑝|
𝜕𝑉𝑠 𝜕𝐼𝑠 𝜕𝑉𝑝
𝐼𝑠 𝑉𝑠 𝑉𝑠. 𝐼𝑠
= |∆𝑉𝑠| + |∆𝐼𝑠| + |− | |∆𝑉𝑝|
𝑉𝑝 𝑉𝑝 𝑉𝑝2
𝐼𝑠 𝑉𝑠 𝑉𝑠. 𝐼𝑠
= |∆𝑉𝑠| + |∆𝐼𝑠| + |∆𝑉𝑝|
𝑉𝑝 𝑉𝑝 𝑉𝑝2
Perhitungan Vp
𝑁𝑝 ∶ 𝑁𝑠 = 𝑉𝑝 ∶ 𝑉𝑠
𝑁𝑝 . 𝑉𝑠
𝑉𝑝 =
𝑁𝑠
𝜕𝑉𝑝 𝜕𝑉𝑝 𝜕𝑉𝑝
∆𝑉𝑝 = | | |∆𝑁𝑝| + | | |∆𝑁𝑠| + | | |∆𝑉𝑠|
𝜕𝑁𝑝 𝜕𝑁𝑠 𝜕𝑉𝑠

Page | 3
𝑁𝑝 𝑁𝑝 𝑁𝑝
=| | (0) + |− 2 | (0) + |∆𝑉𝑠|
𝑁𝑠 𝑁𝑠 𝑁𝑠
𝑁𝑝
= |∆𝑉𝑠|
𝑁𝑠

Perhitungan Vs
𝑁𝑝 ∶ 𝑁𝑠 = 𝑉𝑝 ∶ 𝑉𝑠
𝑁𝑠 . 𝑉𝑝
𝑉𝑠 =
𝑁𝑝
𝜕𝑉𝑠 𝜕𝑉𝑠 𝜕𝑉𝑠
∆𝑉𝑠 = | | |∆𝑁𝑠| + | | |∆𝑁𝑝| + | | |∆𝑉𝑝|
𝜕𝑁𝑠 𝜕𝑁𝑝 𝜕𝑉𝑝
𝑉𝑝 𝑁𝑠 𝑁𝑠
= |0| + |− 2 | (0) + | | (∆𝑉𝑝)
𝑁𝑝 𝑁𝑝 𝑁𝑝
𝑁𝑠
= |∆𝑉𝑝|
𝑁𝑝

1. Data 1
Vs = 10,3 V; Is = 0,13 mA = 0,00013 A; Vp = 6,0 V
Perhitungan Ip
𝑉𝑠. 𝐼𝑠
𝐼𝑝 =
𝑉𝑝
10,3𝑥0,00013
=
6
= 2,2. 10−4 𝐴
𝐼𝑠 𝑉𝑠 𝑉𝑠. 𝐼𝑠
∆𝐼𝑝 = |∆𝑉𝑠| + |∆𝐼𝑠| + |∆𝑉𝑝|
𝑉𝑝 𝑉𝑝 𝑉𝑝2
0,00013 10,3 10,3 . 0,00013
= (5. 10−4 ) + (5. 10−6 ) + (5. 10−4 )
6 6 62
= 0,9 . 10−5 𝐴
(𝑰𝒑 ± ∆𝑰𝒑) = (𝟐𝟐, 𝟎 ± 𝟎, 𝟗)𝟏𝟎−𝟓 𝑨

Perhitungan Vp
𝑁𝑝 . 𝑉𝑠
𝑉𝑝 =
𝑁𝑠
600 .10,3
=
1200
= 5150,0 . 10−3 𝑉
𝑁𝑝
∆𝑉𝑝 = |∆𝑉𝑠|
𝑁𝑠
600
= (5. 10−4 )
1200
= 0,00025 𝑉 ≈ 0,0002 𝑉 = 0,2. 10−3 𝑉

Page | 4
(𝑽𝒑 ± ∆𝑽𝒑) = (𝟓𝟏𝟓𝟎, 𝟎 ± 𝟎, 𝟐)𝟏𝟎−𝟑 𝑽

Perhitungan Vs
𝑁𝑠 . 𝑉𝑝
𝑉𝑠 =
𝑁𝑝
1200 .6
=
600
= 1200,0 . 10−2 𝑉
𝑁𝑠
∆𝑉𝑠 = |∆𝑉𝑝|
𝑁𝑝
1200
= (5. 10−4 )
600
= 0,001 𝑉 ≈ 0,1. 10−2 𝑉
(𝑽𝒔 ± ∆𝑽𝒔) = (𝟏𝟐𝟎𝟎, 𝟎 ± 𝟎, 𝟏)𝟏𝟎−𝟐 𝑽

2. Data 2
Vs = 14,5 V; Is = 0,00021 A; Vp = 8,01 V
Perhitungan Ip
𝑉𝑠. 𝐼𝑠
𝐼𝑝 =
𝑉𝑝
14,5 .0,00021
=
8,01
= 38,0. 10−5 𝐴
𝐼𝑠 𝑉𝑠 𝑉𝑠. 𝐼𝑠
∆𝐼𝑝 = |∆𝑉𝑠| + |∆𝐼𝑠| + |∆𝑉𝑝|
𝑉𝑝 𝑉𝑝 𝑉𝑝2
0,00021 14,5 14,5.0,00021
= (5. 10−4 ) + (5. 10−6 ) + (5. 10−4 )
8,01 8,01 8,012
= 0,9 . 10−5 𝐴
(𝑰𝒑 ± ∆𝑰𝒑) = (𝟑𝟖, 𝟎 ± 𝟎, 𝟗)𝟏𝟎−𝟓 𝑨
Perhitungan Vp
𝑁𝑝 . 𝑉𝑠
𝑉𝑝 =
𝑁𝑠
600 .14,5
=
1200
= 7,25 𝑉 = 7250,0 . 10−3 𝑉
𝑁𝑝
∆𝑉𝑝 = |∆𝑉𝑠|
𝑁𝑠
600
= (5. 10−4 )
1200
= 0,00025 𝑉 ≈ 0,0002 𝑉 = 0,2. 10−3 𝑉
(𝑽𝒑 ± ∆𝑽𝒑) = (𝟕𝟐𝟓𝟎, 𝟎 ± 𝟎, 𝟐)𝟏𝟎−𝟑 𝑽

Page | 5
Perhitungan Vs
𝑁𝑠 . 𝑉𝑝
𝑉𝑠 =
𝑁𝑝
1200 . 7,45
=
600
= 16,0 𝑉 = 1600,0 . 10−2 𝑉
𝑁𝑠
∆𝑉𝑠 = |∆𝑉𝑝|
𝑁𝑝
1200
= (5. 10−4 )
600
= 0,001 𝑉 ≈ 0,1. 10−2 𝑉
(𝑽𝒔 ± ∆𝑽𝒔) = (𝟏𝟔𝟎𝟎, 𝟎 ± 𝟎, 𝟏)𝟏𝟎−𝟐 𝑽

3. Data 3
Vs = 18,3 V; Is = 0,0003 A; Vp = 10,02 V
Perhitungan Ip
𝑉𝑠. 𝐼𝑠
𝐼𝑝 =
𝑉𝑝
18,3 . 0,0003
=
10,02
= 54,7. 10−5 𝐴
𝐼𝑠 𝑉𝑠 𝑉𝑠. 𝐼𝑠
∆𝐼𝑝 = |∆𝑉𝑠| + |∆𝐼𝑠| + |∆𝑉𝑝|
𝑉𝑝 𝑉𝑝 𝑉𝑝2
30. 10−5 18,3 18,3.30. 10−5
= (5. 10−4 ) + (5. 10−6 ) + (5. 10−4 )
10,02 10,02 10,022
= 0,92 . 10−5 𝐴 ≈ 0,9. 10−5 𝐴
(𝑰𝒑 ± ∆𝑰𝒑) = (𝟓𝟒, 𝟕 ± 𝟎, 𝟗)𝟏𝟎−𝟓 𝑨
Perhitungan Vp
𝑁𝑝 . 𝑉𝑠
𝑉𝑝 =
𝑁𝑠
600 .18,3
=
1200
= 9,15 𝑉 = 9150,0 . 10−3 𝑉
𝑁𝑝
∆𝑉𝑝 = |∆𝑉𝑠|
𝑁𝑠
600
= (5. 10−4 )
1200
= 0,00025 𝑉 ≈ 0,0002 𝑉 = 0,2. 10−3 𝑉
(𝑽𝒑 ± ∆𝑽𝒑) = (𝟗𝟏𝟓𝟎, 𝟎 ± 𝟎, 𝟐)𝟏𝟎−𝟑 𝑽

Page | 6
Perhitungan Vs
𝑁𝑠 . 𝑉𝑝
𝑉𝑠 =
𝑁𝑝
1200 . 10,02
=
600
= 20,04𝑉 = 2004,0 . 10−2 𝑉
𝑁𝑠
∆𝑉𝑠 = |∆𝑉𝑝|
𝑁𝑝
1200
= (5. 10−4 )
600
= 0,001 𝑉 ≈ 0,1. 10−2 𝑉
(𝑽𝒔 ± ∆𝑽𝒔) = (𝟐𝟎𝟎𝟒, 𝟎 ± 𝟎, 𝟏)𝟏𝟎−𝟐 𝑽
Hasil perhitungan keseluruhan:
Perhitungan Ip
No Ip
1 (22,3 ± 0,9)10−5 𝐴
2 (38,0 ± 0,9)10−5 𝐴
3 (54,7 ± 0,9)10−5 𝐴

Perbandingan Vp hasil pengukuran dan Vp hasil perhitungan:


No Vp (pengukuran) Vp (perhitungan)
1 6,00 V (5150,0 ± 0,2)10−3 𝑉
2 8,01 V (7250,0 ± 0,2)10−3 𝑉
3 10,02 V (9150,0 ± 0,2)10−3 𝑉

Perbandingan Vs hasil pengukuran dan Vs hasil perhitungan:


No Vs (pengukuran) Vs (perhitungan)
1 10,3 V (1200,0 ± 0,1)10−2 𝑉
2 14,5 V (1602,0 ± 0,1)10−2 𝑉
3 18,3 V (2004,0 ± 0,1)10−2 𝑉

Perhitungan efisiensi
𝑃𝑠
 = 100%
𝑃𝑝
𝑉𝑠. 𝐼𝑠
= 100%
𝑉𝑝. 𝐼𝑝

1. Data 1

Page | 7
10,3 . 13. 10−5
1 = 𝑥100%
6 . 30. 10−5
= 74,38 %
2. Data 2
14,5 . 21. 10−5
2 = 100%
8,01 . 45. 10−5
= 84,47 %
3. Data 3
18,3 . 30. 10−5
3 = 100%
10,02 . 60. 10−5
= 91,31 %
Rata-rata efisiensi:
1 + 2 + 3

̅ =
3
74,38 % + 84,47 % + 91,31 %
=
3

= 𝟖𝟑, 𝟑𝟗 %

VI. Pembahasan
Pada percobaan ‘transformator’ praktikan melakukan pengukuran kuat arus primer,
tegangan primer, dan tegangan sekunder. Pengukuran tersebut menggunakan dua
transformator dengan lilitan masing-masing 600 dan 1200 lilitan, dan dihubungkan dengan
sumber arus pada power supply. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali dengan
mengubah-ubah besar sumber arus pada power supply, untuk kuat arus menggunakan
amperemeter, dan tegangan menggunakan voltmeter. Selain dengan pengukuran juga
dilakukan perhitungan kuat arus primer, tegangan primer dan tegangan sekunder secara
teori.
Setelah didapatkan hasilnya lalu dibandingkan hasil pengukuran dengan hasil
perhitungan. Setelah dibandingkan ternyata didapatkan hasil bahwa untuk nilai tegangan
primer hasil pengukuran lebih besar dari hasil perhitungan. Lalu untuk tegangan sekunder
hasil pengukuran lebih rendah dari hasil perhitungan. Kemudian praktikan juga melakukan
perhitungan efisiensi transformator, didapatkan hasil 74,38 % untuk data satu; 84,47 %
untuk data dua dan 91,31 % untuk data tiga. Dari efisiensi ketiga data tersebut dihitung
rata-ratanya, yaitu sebesar 83,39 %. Hasil rata-rata efisiensi transformator ini sesuai
dengan teori, karena tidak ada transformator yang memiliki efisiensi hingga 100 %. Adanya
perbedaan hasil perhitungan dengan pengukuran di atas dan juga hasil efisiensi
transformator dapat disebabkan karena faktor-faktor sebagai berikut:
Page | 8
1. Keterbatasan alat ukur yang digunakan, yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran
2. Skala pada alat ukur (multimeter) yang berubah-ubah, sehingga sulit untuk menentukan
hasil pastinya.
3. Adanya ketidakpastian pada alat ukur yang digunakan, karena setiap alat ukur memiliki
ketidakpastian
4. Jumlah lilitan pada transformator belum tentu sesuai dengan teori, karena tidak
dilakukan perhitungan jumlah lilitan secara langsung
5. Metode pembulatan yang digunakan ketika perhitungan, sehingga dapat
mempengaruhi hasil akhir perhitungan.

VII. Jawaban Pertanyaan


1. Bandingkan besar tegangan primer dan sekunder antara teori dengan hasil percobaan!
Jawab:
Perbandingan Vp hasil percobaan dan Vp hasil teori:
No Vp (pengukuran) Vp (perhitungan) Kesimpulan
1 6,00 V (5150,0 ± 0,2)10−3 𝑉 Vp (percobaan) > Vp (teori)
2 8,01 V (7250,0 ± 0,2)10−3 𝑉 Vp (percobaan) > Vp (teori)
3 10,02 V (9150,0 ± 0,2)10−3 𝑉 Vp (percobaan) > Vp (teori)

Perbandingan Vs hasil percobaan dan Vs hasil teori:


No Vs (pengukuran) Vs (perhitungan) Kesimpulan
1 10,3 V (1200,0 ± 0,1)10−2 𝑉 Vp (percobaan) < Vp (teori)
2 14,5 V (1602,0 ± 0,1)10−2 𝑉 Vp (percobaan) < Vp (teori)
3 18,3 V (2004,0 ± 0,1)10−2 𝑉 Vp (percobaan) < Vp (teori)

2. Ƞ1 = 74,38 %
Ƞ2 = 84,47 %
Ƞ3 = 91,31%
Ƞrata-rata = 83,39 %

VIII. Kesimpulan
1. Prinsip kerja transformator adalah induksi bersama (mutual induction) antara dua
rangkaian yang dihubungkan oleh fluks magnet. Jika tegangan AC diberikan pada
kumparan primer, medan magnet akan menginduksi tegangan AC pada kumparan
sekunder, tetapi mempunyai nilai yang tak sama dengan tegangan primernya.

Page | 9
2. Hubungan jumlah lilitan dengan beda tegangan pada transformator adalah berbanding
lurus. Apabila lilitan primer per lilitan sekunder besar maka tegangan primer per
tegangan sekunder juga akan semakin besar.

3. Hubungan kuat arus dengan beda tegangan pada transformator adalah berbanding
terbalik. Apabila kuat arus primer per kuat arus sekunder semakin besar maka
tegangan primer per tegangan sekunder akan semakin kecil.

IX. Daftar Pustaka

Giancoli, douglas C.2001.Fisika Jilid 2 edisi kelima.Jakarta:Penerbit Erlangga.


Tim Fisika dasar. 2013. Petunjuk Praktikum Pengantar Listrik Magnet dan Optika.
Yogyakarta: FMIPA UNY.
Tipler, Paul A. 1996. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta: Erlangga

Page | 10

Anda mungkin juga menyukai