01-Infographic PP 78 2015 Pengupahan PDF
01-Infographic PP 78 2015 Pengupahan PDF
I
BAB
(Pasal 1 & 2)
| Page 1 of 18
Kebijakan Pengupahan.
II
BAB
(Pasal 3)
Kebijakan Pengupahan
Meliputi:
1. Upah Minimum.
2. Upah Kerja Lembur.
3. Upah Tidak Masuk Kerja, karena berhalangan.
4. Upah Tidak Masuk Kerja, karena melakukan kegiatan
lain diluar pekerjaannya.
5. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat
Diarahkan untuk pencapaian kerjanya.
penghasilan yang memenuhi 6. Bentuk dan Cara Pembayaran Upah.
penghidupan yang layak bagi 7. Denda dan Potongan Upah.
pekerja/buruh. 8. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah.
9. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional.
10. Upah untuk pembayaran pesangon, dan
11. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.
| Page 2 of 18
Penghasilan Yang Layak.
III
BAB
(Pasal 4 s/d Pasal 10)
Pasal 4 (1) :
Tunjangan Tetap: Didapat secara teratur dan tidak berdasarkan dengan kehadiran.
Tunjangan Tidak Tetap: Didapat secara tidak teratur dan berdasarkan dengan kehadiran.
Dalam bentuk THR. Wajib dibayarkan oleh Perusahaan paling lambat 7 (tujuh) hari
sebelum hari raya keagamaan.
Diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja.
Non Upah .
PER-04/MEN/1994.
| Page 3 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 11)
1 (Pasal 12 s/d Pasal 16)
2
- Umum - - Penetapan Upah -
Upah
Sesuai kesepakatan
harian mingguan bulanan antara pekerja/buruh
dengan pengusaha.
Upah sebulan =
[6 Hari Kerja] [5 Hari Kerja]
rata2 Upah selama 3
Upah harian = Upah harian =
bulan terakhir.
Upah sebulan / 25 Upah sebulan / 21
Disusun oleh Perusahaan, dengan Wajib Wajib dilampirkan saat Ketentuan diatur
memperhatikan golongan, jabatan, diberitahukan pengesahaan dan pembaruan dalam
masa kerja, pendidikan dan kepada seluruh Peraturan Perusahaan / PER-49/MEN/
kompetensi. pekerja/buruh. Perjanjian Kerja Bersama. IV/2004.
| Page 4 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 17 s/d Pasal 22)
3
- Cara Pembayaran Upah -
| Page 5 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 23)
4
- Peninjauan Upah -
| Page 6 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 24 s/d 32)
5
- Upah Pekerja/Buruh Tidak Masuk Kerja dan/atau Tidak Melakukan Pekerjaan -
Pasal 24 (1) :
• Tugas Negara • Menjalankan tugas tidak melebihi 1 tahun dan penghasilan yang diberikan oleh negara kurang dari
besarnya upah yang biasa diterima, maka pengusaha wajib membayar kekurangannya.
Pasal 24 (2) b : • Menjalankan tugas tidak melebihi 1 tahun dan penghasilan yang diberikan oleh negara sama atau lebih
besar dari upah yang biasa diterima, maka pengusaha tidak wajib membayar.
Melakukan kegiatan lain • Pekerja/buruh wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha.
diluar pekerjaannya
Pasal 24 (4) b : Pasal 28:
• Ibadah Keagamaan • Pengusaha tetap wajib membayar upah, dengan ketentuan dilakukan hanya sekali saja selama pekerja/
buruh bekerja di perusahaan tersebut.
Pasal 24 (4) c :
• Tugas Pendidikan dari perusahaan. • Pengusaha tetap wajib membayar upah yang biasa diterima oleh
pekerja/buruh.
| Page 7 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 24 s/d 32)
5
- Upah Pekerja/Buruh Tidak Masuk Kerja dan/atau Tidak Melakukan Pekerjaan -
Pasal 32 :
Pengaturan pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 s/d Pasal 31, ditetapkan dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama.
Pasal 25 :
Pengusaha wajib membayar upah apabila Pekerja/Buruh
bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan, tetapi
Pengusaha tidak mempekerjakannya, karena kesalahan
sendiri atau kendala yang seharusnya dapat dihindari
Pengusaha.
| Page 8 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 33)
6 (Pasal 34 s/d Pasal 35)
7
- Upah Kerja Lembur - - Upah untuk Pembayaran Pesangon -
Pasal 34 (1) a :
Upah Pokok
Pasal 34 (1) :
Pasal 34 (1) b :
Komponen Upah yang digunakan
sebagai dasar perhitungan uang Tunjangan tetap yang diberikan kepada Pekerja/Buruh
pesangon terdiri atas: dan keluarganya, termasuk harga pembelian dari catu
(bagian) yang diberikan kepada Pekerja/Buruh secara
cuma-cuma, yang apabila catu (bagian) harus dibayar
Pekerja/Buruh dengan subsidi, maka sebagi Upah
dianggap selisih antara harga pembelian dengan harga
yang harus dibayar oleh Pekerja/Buruh.
Pasal 34 (2) :
Dalam hal Pengusaha memberikan Upah tanpa tunjangan, dasar perhitungan uang pesangon
dihitung dari besarnya Upah yang diterima Pekerja/Buruh.
Pasal 35 (1) :
Pasal 35 (a) :
Dalam hal penghasilan Pekerja/Buruh dibayarkan atas dasar perhitungan harian, maka
penghasilan sebulan adalah sama dengan 30 (tiga puluh) kali penghasilan sehari
Upah Kerja Lembur wajib dibayar oleh Pengusaha yang
mempekerjakan Pekerja/Buruh melebihi waktu kerja, atau pada Pasal 35 (b) :
istirahat mingguan, atau dipekerjakan pada hari libur resmi, sebagai Dalam hal Upah Pekerja/Buruh dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil,
kompensasi kepada Pekerja/Buruh yang bersangkutan sesuai potongan/borongan atau komisi, penghasilan sehari adalah sama dengan pendapatan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. rata-rata per hari selama 12 (dua belas) bulan terakhir, dengan ketentuan tidak boleh
Rp kurang dari ketentuan Upah minimum provinsi atau kabupaten/kota
Pasal 35 (c) :
• UU No. 13 tahun 2003, Pasal 77 ayat (2),
• UU No. 13 tahun 2003, Pasal 78 ayat (4), Dalam hal pekerjaan tergantung pada keadaan cuaca dan Upahnya didasarkan pada
• Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004. Upah borongan, maka perhitungan Upah sebulan dihitung dari Upah rata-rata 12 (dua
belas) bulan terakhir.
| Page 9 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 36)
8 (Pasal 37 s/d Pasal 38)
9
- Upah untuk Perhitungan Pajak Penghasilan - - Pembayaran Upah dalam Keadaan Kepailitan -
Pasal 37 :
1. Pengusaha yang dinyatakan pailit
berdasarkan putusan pernyataan pailit
oleh pengadilan maka Upah dan hak-hak
lainnya dari Pekerja/Buruh merupakan
hutang yang didahulukan pembayarannya.
2. Upah dan hak-hak lainnya dari Pekerja/
Buruh merupakan hutang yang didahulukan
pembayarannya.
3. Upah Pekerja/Buruh didahulukan
pembayarannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-udangan.
4. Hak-hak lainnya dari Pekerja/Buruh
didahulukan pembayarannya setelah
pembayaran para kreditur pemegang hak
jaminan kebendaan.
Pasal 38 :
Apabila Pekerja/Buruh jatuh pailit,
1. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan yang dibayarkan Upah dan segala pembayaran yang
untuk pajak penghasilan dihitung dari seluruh penghasilan yang timbul dari Hubungan Kerja tidak
diterima oleh Pekerja/Buruh. termasuk dalam kepailitan kecuali
2. Pajak penghasilan dapat dibebankan kepada Pengusaha atau ditetapkan lain oleh hakim dengan
Pekerja/Buruh yang diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan ketentuan tidak melebihi 25% (dua
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
puluh lima persen) dari Upah dan
3. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan dilaksanakan sesuai segala pembayaran yang timbul dari
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hubungan Kerja yang harus dibayarkan.
| Page 10 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 39)
10 (Pasal 40)
11
- Penyitaan Upah Berdasarkan Perintah Pengadilan - - Hak Pekerja/Buruh Atas Keterangan Upah -
| Page 11 of 18
Upah Minimum.
V
BAB
(Pasal 41 s/d 44)
1
- Umum -
Pasal 41 (1) :
Pasal 41 (2) b :
Pasal 41 (2) : Pasal 43 (5) :
Upah minimum merupakan • Upah pokok termasuk tunjangan tetap • Komponen dan jenis kebutuhan hidup ditinjau dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.
Upah bulanan terendah
yang terdiri atas :
Pasal 43 (6) :
Pasal 42 (2) :
• Peninjauan komponen dan jenis kebutuhan hidup dilakukan oleh Menteri dengan
Upah bagi Pekerja/Buruh dengan mempertimbangkan hasil kajian yang dilaksanakan oleh Dewan Pengupahan Nasional.
Pasal 42 (1) :
masa kerja 1 (Satu) tahun atau lebih
Upah minimum hanya berlaku dirundingkan secara bipartit antara
bagi Pekerja/Buruh dengan Pekerja/Buruh dengan Pengusaha di
Pasal 43 (7) :
masa kerja kurang dari 1 (satu) Perusahaan yang bersangkutan.
tahun pada perusahaan yang • Kajian yang dilaksanakan oleh Dewan Pengupahan Nasional menggunakan data dan informasi
bersangkutan. yang bersumber dari lembaga yang berwenang di bidang statistik.
Pasal 43 (2) :
Kebutuhan hidup layak terdiri atas • Ketentuan lebih lanjut mengenai kebutuhan hidup layak diatur dengan Peraturan Menteri.
beberapa komponen.
| Page 12 of 18
Upah Minimum.
V
BAB
(Pasal 45 s/d 48)
2
- Penetapan Upah minimum Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota -
Pasal 45 :
1. Gubernur wajib menetapkan Upah minimum provinsi.
2. Penetapan Upah minimum provinsi dihitung berdasarkan Pasal 47:
formula perhitungan Upah minimum. 1. Penetapan Upah minimum kabupaten/kota dihitung
3. Dalam hal telah dilakukan peninjauan kebutuhan berdasarkan formula perhitungan Upah minimum.
hidup layak, gubernur menetapkan Upah minimum 2. Dalam hal telah dilakukan peninjauan kebutuhan
provinsi dengan memperhatikan rekomendasi dewan hidup layak, gubernur menetapkan Upah minimum
pengupahan provinsi. kabupaten/kota dengan memperhatikan rekomendasi
4. Rekomendasi dewan pengupahan provinsi didasarkan bupati/walikota serta saran dan pertimbangan dewan
pada hasil peninjauan kebutuhan hidup layak yang pengupahan provinsi.
komponen dan jenisnya ditetapkan oleh menteri dan 3. Rekomendasi bupati/walikota berdasarkan saran dan
dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan pertimbangan dewan pengupahan kabupaten/kota.
ekonomi. 4. Rekomendasi bupati/walikota serta saran dan
pertimbangan dewan pengupahan provinsi dan saran
dan pertimbangan dewan pengupahan kabupaten/kota
Pasal 46: didasarkan pada hasil peninjauan kebutuhan hidup
1. Gubernur dapat menetapkan Upah minimum layak yang komponen dan jenisnya ditetapkan oleh
kabupaten/kota. Menteri dan dengan memperhatikan produktivitas dan
2. Upah minimum kabupaten/kota harus lebih besar dari pertumbuhan ekonomi.
Upah minimum provinsi di provinsi yang bersangkutan.
$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$$$$ $$$$$$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$
Pasal 48:
$$$$$$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$$$$$$$$$
Menteri.
$$$$$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$ $$$$$$$$$
$$$$$$$$
$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$$
| Page 13 of 18
Upah Minimum. Hal-hal yang dapat
V VI
BAB BAB
(Pasal 49 s/d 50)
3 diperhitungkan dengan Upah.
(Pasal 51 s/d 52)
- Penetapan Upah minimum Sektoral Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota -
Pasal 51 :
1. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah terdiri atas :
a. denda;
b. ganti rugi;
c. pemotongan Upah untuk pihak ketiga;
d. uang muka Upah;
e. sewa rumah dan/atau sewa brang-barang milik Perusahaan yang disewakan oleh
Pengusaha kepada Pekerja/Bruh;
f. hutang atau cicilan hutang Pekerja/Buruh kepada Pengusaha; dan/atau
g. kelebihan pembayaran Upah.
2. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah dilaksanakan sesuai dengan
Pasal 49 :
1. Gubernur dapat menetapkan Upah minimum sektoral provinsi dan/atau
kabupaten/kota berdasarkan hasil kesepakatan asosiasi pengusaha dengan
serikat pekerja/serikat buruh pada sektor yang bersangkutan.
2. Penetapan Upah minimum sektoral dilakukan setelah mendapat saran dan
pertimbangan mengenai sektor unggulan dari dewan pengupahan provinsi atau
dewan pengupahan kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Rp
3. Upah minimum sektoral provinsi harus lebih besar dari Upah minimum provinsi
di provinsi yang bersangkutan.
4. Upah minimum sektoral kabupaten/kota harus lebih besar dari Upah minimum
kabupaten/kota di kabupaten/kota yang bersangkutan. Pasal 52 :
Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan kerja, hal-hal yang dapat diperhitungkan
dengan Upah yang menjadi kewajiban Pekerja/Buruh yang belum dipenuhi dan/atau
Pasal 50 : piutang Pekerja/buruh yang menjadi hak Pekerja/Buruh yang belum terpenuhi dapat
Ketentuan lebih lanjut mengenai Upah minimum sektoral provinsi dan/atau diperhitungkan dengan semua hak yang diterima sebagai akibat Pemutusan Hubungan
kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Menteri. Kerja.
| Page 14 of 18
Pengenaan Denda dan Pemotongan Upah.
VII
BAB
(Pasal 53 s/d 56)
1
- Pengenaan Denda -
Rp
dibayar, dikenakan denda keterlambatan ditambah
bunga sebesar suku bunga yang berlaku pada bank
pemerintah.
2. Pengenaan denda tidak menghilangkan kewajiban
Pengusaha untuk tetap membayar Upah kepada
Pekerja/Buruh.
| Page 15 of 18
Pengenaan Denda dan Pemotongan Upah.
VII
BAB
(Pasal 57 s/d 58)
2
- Pemotongan Upah -
Pasal 57 :
1. Pemotongan Upah oleh Pengusaha untuk:
a. denda;
b. ganti rugi; dan/atau
c. uang muka Upah,
dilakukan sesuai dengan Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Peraturan Kerja Bersama.
2. Pemotongan Upah oleh Pengusaha untuk pihak ketiga hanya dapat Rp
dilakukan apabila ada surat kuasa dari Pekerja/Buruh. Rp Rp Rp
3. Surat kuasa setiap saat dapat ditarik kembali.
4. Surat kuasa dari Pekerja/Buruh dikecualikan untuk semua kewajiban
pembayaran oleh Pekerja/Buruh terhadap negara atau iuran sebagai
peserta pada suatu dana yang menyelenggarakan jaminan sosial yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Pemotongan Upah oleh Pengusaha untuk;
a. pembayaran hutang atau cicilan hutang Pekerja/Buruh; dan/atau Pasal 58 :
b. sewa rumah dan/atau sewa barang-barang milik Perusahaan yang Jumlah keseluruhan pemotongan Upah paling banyak 50%
disewakan oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh, (Lima puluh persen) dari setiap pembayaran Upah yang
harus dilakukan berdasarkan kesepakatan tertulis atau perjanjian diterima Pekerja/Buruh.
tertulis.
6. Pemotongan Upah oleh Pengusaha untuk kelebihan pembayaran Upah
kepada Pekerja/Buruh dilakukan tanpa persetujuan Pekerja/Buruh.
| Page 16 of 18
BAB Sanksi Administratif.
VIII (Pasal 59 s/d Pasal 62)
Pasal 59 : Pasal 60 :
1. Sanksi administratif dikenakan kepada Pengusaha yang: 1. Menteri, menteri terkait, gubernur, bupati//walikota, atau pejabat
a. tidak membayar tunjangan hari raya keagamaan kepada Pekerja/Buruh; yang ditunjuk sesuai dengan kewenangannya mengenakan sanksi
b. tidak membagikan uang servis pada usaha tertentu kepda Pekerja/Buruh; administratif kepada Pengusaha.
c. tidak menyusun struktur dan skala Upah serta tidak memberitahukan 2. Pengenaan sanksi administratif diberikan berdasarkan hasil pemeriksaan
kepada seluruh Pekerja/Buruh; yang dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan yang berasal dari:
d. tidak membayar Upah sampai melewati jangka waktu; a. pengaduan; dan/atau
e. tidak memnuhi kewajibannya untuk membayar denda dan/atau b. tidak lanjut hasil pengawasan ketenagakerjaan.
f. melakukan pemotongan Upah lebih dari 50% (lima puluh persen) dari 3. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan
setiap pembayaran Upah yang diterima Pekerja/Buruh. dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Sanksi administratif berupa:
a. teguran tertulis;
Pasal 61 :
b. pembatasan kegiatan usaha;
Pengusaha yang telah dikenai sanksi administratif tidak menghilangkan
c. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi; dan
kewajibannya untuk membayar hak Pekerja/Buruh.
d. pembekuan kegiatan usaha.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi administratif
diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 62 :
Menteri terkait, gubernur, bupati/walikota, atau pejabat yang ditunjuk
memberitahukan pelaksanaan pengenaan sanksi administratif kepada
Menteri.
Rp
| Page 17 of 18
BAB Ketentuan Peralihan. BAB Ketentuan Penutup.
IX (Pasal 63)
X (Pasal 64 s/d Pasal 66)
Pasal 63 : Pasal 64 :
Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku: Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua peraturan
a. upah minimum provinsi yang masih dibawah kebutuhan hidup layak, pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
gubernur wajib menyesuaikan Upah minimum provinsi sama dengan Ketenagakerjaan yang mengatur mengenai pengupahan dan Peraturan
kebutuhan hidup layak secara bertahap paling lama 4 (empat) tahun Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah dinyatakan
sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan; masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti
b. Pengusaha yang belum menyusun dan menerapkan struktur dan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
skala Upah, wajib menyusun dan menerapkan struktur san skala Upah
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini serta melampirkannya dalam
permohonan paling lama 2 (tahun) tahun terhitung sejak Peraturan Pasal 65 :
Pemerintah ini diundangkan.
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3190), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 66 :
| Page 18 of 18