Anda di halaman 1dari 18

Ketentuan Umum.

I
BAB
(Pasal 1 & 2)

Adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan

Upah dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan


dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/ Perjanjian Kerja Pemutusan Hubungan Kerja
Adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan Adalah pengakhiran hubungan
buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut
pengusaha atau pemberi kerja yang memuat kerja karena suatu hal tertentu
suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan
syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para yang mengakibatkan berakhirnya
perundang-undangan, termasuk tunjangan bagi
pihak. hak dan kewajiban antara pekerja/
pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan
buruh dan pengusaha.
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Pekerja/buruh Peraturan Perusahaan Serikat Pekerja/Serikat Buruh


Adalah setiap orang yang bekerja Adalah peraturan yang dibuat secara tertulis oleh
Adalah organisasi yang dibentuk dari,
dengan menerima upah atau pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja dan tata-
oleh dan untuk pekerja/buruh baik di
imbalan dalam bentuk lain. tertib perusahaan.
perusahaan maupun diluar perusahaan,
yang bersifat bebas, terbuka, mandiri,

Pengusaha Perjanjian Kerja Bersama


demokratis dan bertanggung-jawab
guna memperjuangkan, membela serta
a. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan Adalah perjanjian yang merupakan hasil perundingan melindungi hak dan kepentingan pekerja/buruh serta
hukum yang menjalankan suatu perusahaan milik antara serikat pekerja/serikat buruh atau beberapa meningkatkan kesejahteraan pekerja/buruh dan keluarganya.
sendiri. serikat pekerja/serikat buruh yang tercatat pada instansi
b. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan yang bertanggung-jawab di bidang ketenagakerjaan
hukum yang secara berdiri sendiri menjalankan dengan pengusaha, atau beberapa pengusaha atau Menteri
perusahaan bukan miliknya. perkumpulan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan
Adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
c. Orang perseorangan, persekutuan, atau badan hukum yang berada kewajiban kedua belah pihak.
pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.
di Indonesia mewakili perusahaan sebagaimana dimaksud dalam
huruf (a) dan huruf (b) yang berkedudukan di luar wilayah Indonesia.
Hubungan Kerja
Perusahaan
Adalah hubungan antara pengusaha dengan
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian kerja,
a. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang yang mempunyai unsur pekerjaan, upah dan Hubungan pekerja/buruh atas upah, timbul
perseorangan, milik persekutuan, perintah. pada saat terjadinya hubungan kerja (baik
atau milik badan hukum, baik milik perjanjian tertulis atau tidak tertulis) antara
swasta maupun milik negara yang pekerja/buruh dengan pengusaha.
memperkerjakan pekerja/buruh
dengan membayar upah atau imbalan Dan berakhir pada saat putusnya hubungan kerja
dalam bentuk lain. (termasuk pekerja/buruh meninggal dunia).
b. Usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus
dan mempekerjakan orang lain dengan membayar upah atau
imbalan dalam bentuk lain.

| Page 1 of 18
Kebijakan Pengupahan.
II
BAB
(Pasal 3)

Kebijakan Pengupahan

Meliputi:
1. Upah Minimum.
2. Upah Kerja Lembur.
3. Upah Tidak Masuk Kerja, karena berhalangan.
4. Upah Tidak Masuk Kerja, karena melakukan kegiatan
lain diluar pekerjaannya.
5. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat
Diarahkan untuk pencapaian kerjanya.
penghasilan yang memenuhi 6. Bentuk dan Cara Pembayaran Upah.
penghidupan yang layak bagi 7. Denda dan Potongan Upah.
pekerja/buruh. 8. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah.
9. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional.
10. Upah untuk pembayaran pesangon, dan
11. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan.

| Page 2 of 18
Penghasilan Yang Layak.
III
BAB
(Pasal 4 s/d Pasal 10)

Pasal 4 (1) :

Merupakan jumlah penerimaan/pendapatan pekerja/buruh dari hasil pekerjaannya,


sehingga mampu memenuhi kebutuhan hidup pekerja/buruh dan keluarganya secara
wajar.

Pasal 4 (2) huruf a : Pasal 5 (1) :


Pasal 5 (4) :
Dalam bentuk Terdiri dari :
1. Upah Tanpa Tunjangan. Diatur dalam Perjanjian
Upah
Pasal 5 (2) (3) :
2. Upah Pokok dan Tunjangan Tetap, atau Kerja, Peraturan
. Upah Pokok sedikitnya 75% dari
3. Upah Pokok, Tunjangan Tetap, dan Tunjangan Tidak Tetap Perusahaan, atau Perjanjian
(Upah Pokok + Tunjangan Tetap) Kerja Bersama.

Tunjangan Tetap: Didapat secara teratur dan tidak berdasarkan dengan kehadiran.
Tunjangan Tidak Tetap: Didapat secara tidak teratur dan berdasarkan dengan kehadiran.

Pasal 4 (2) huruf b : Pasal 6 : Pasal 7 (1) (2) : Pasal 7 (3) :

Dalam bentuk THR. Wajib dibayarkan oleh Perusahaan paling lambat 7 (tujuh) hari
sebelum hari raya keagamaan.
Diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja.
Non Upah .
PER-04/MEN/1994.

Pasal 6 (2) huruf a : Pasal 8 (1) : Pasal 8 (2) :

Diatur dalam Perjanjian


Bonus. Dari keuntungan Perusahaan, yang penetapan perolehannya
diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Kerja, Peraturan
Perjanjian Kerja Bersama. Perusahaan, atau Perjanjian
Kerja Bersama.

Pasal 6 (2) huruf b : Pasal 9 (1) (2) : Pasal 9 (3) :

Uang Pengganti Pemberiannya dilakukan jika Perusahaan tidak menyediakan


fasiltas kerja untuk jabatan/pekerjaan tertentu, atau untuk
Diatur dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan
Fasilitas Kerja. seluruh pekerja/buruh. Perusahaan, atau Perjanjian
Kerja Bersama.

Pasal 6 (2) huruf c : Pasal 10 (2) :


Pasal 10 (3) :

Uang Service. Wajib dibagikan kepada pekerja/buruh setelah dikurangi risiko


kehilangan atau kerusakan dan pendayagunaan peningkatan
Diatur dalam Peraturan
(Hanya untuk Usaha Perhotelan dan Usaha Menteri Tenaga Kerja.
kualitas sumber daya manusia.
Restoran di Perhotelan) PER-02/MEN/1999.

| Page 3 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 11)
1 (Pasal 12 s/d Pasal 16)
2
- Umum - - Penetapan Upah -

Upah

Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh upah


yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya. satuan Waktu satuan Hasil

Sesuai kesepakatan
harian mingguan bulanan antara pekerja/buruh
dengan pengusaha.

Upah sebulan =
[6 Hari Kerja] [5 Hari Kerja]
rata2 Upah selama 3
Upah harian = Upah harian =
bulan terakhir.
Upah sebulan / 25 Upah sebulan / 21

yang dimaksud “pekerjaan yang sama nilainya”


Berpedoman pada
adalah pekerjaan yang bobotnya sama diukur Struktur dan
dari kompetensi, risiko kerja dan tanggung-jawab Skala Upah.
dalam satu perusahaan.

Disusun oleh Perusahaan, dengan Wajib Wajib dilampirkan saat Ketentuan diatur
memperhatikan golongan, jabatan, diberitahukan pengesahaan dan pembaruan dalam
masa kerja, pendidikan dan kepada seluruh Peraturan Perusahaan / PER-49/MEN/
kompetensi. pekerja/buruh. Perjanjian Kerja Bersama. IV/2004.

| Page 4 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 17 s/d Pasal 22)
3
- Cara Pembayaran Upah -

Pembayaran Upah Waktu Pembayaran Tempat Pembayaran


Upah wajib dibayarkan Pengusaha wajib membayar 1. Pembayaran upah harus
kepada pekerja/buruh yang upah pada waktu yang telah dilakukan dengan mata
bersangkutan | pasal 17 (1). diperjanjikan antara pengusaha uang rupiah negara republik
dengan pekerja/buruh. indonesia | pasal 21 (1).
Upah dapat dibayarkan Dalam hal waktu pembayaran
secara langsung atau jatuh pada hari libur, maka 2. Pembayaran upah dilakukan
melalui bank | pasal 22 (1). pelaksanaan pembayaran diatur dalam pada tempat yang diatur
perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau dalam perjanjian kerja, peraturan
Jika pembayaran melalui bank, maka upah harus sudah dapat perjanjian kerja bersama | pasal 18 (1) (2). perusahaan atau perjanjian kerja bersama |
diuangkan oleh pekerja/buruh pada tanggal pembayaran upah pasal 21 (2).
yang disepakati kedua belah pihak| pasal 22 (2).
3. Jika dalam hal tempat
Jangka Waktu Pembayaran pembayaran upah tidak
diatur dalam perjanjian kerja,
Bukti Pembayaran Pembayaran upah oleh pengusaha dilakukan
dalam jangka waktu paling cepat seminggu 1(satu) peraturan perusahaan atau
Pengusaha wajib memberikan bukti kali atau paling lambat sebulan 1(satu), kecuali perjanjian kerja bersama,
pembayaran upah yang memuat bila perjanjian kerja maka pembayaran upah dapat dilakukan
untuk waktu kurang 1 3 dimana pekerja/buruh biasa bekerja | pasal
rincian upah yang diterima oleh 21 (3).
dari satu minggu |
pekerja/buruh pada saat upah pasal 19. 2 4
dibayarkan | pasal 17 (2).
Upah pekerja/buruh harus dibayarkan
seluruhnya pada setiap periode dan per tanggal
pembayaran upah | pasal 20.
Surat Kuasa
Upah dapat dibayarkan kepada pihak ketiga
dengan surat kuasa dari pekerja/buruh yang
bersangkutan.
Dan surat kuasa hanya berlaku untuk 1 kali
pembayaran upah saja | pasal 17 (3) (4).

| Page 5 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 23)
4
- Peninjauan Upah -

1. Pengusaha melakukan peninjauan


upah secara berkala untuk
penyesuaian harga kebutuhan hidup
dan/atau peningkatan produktifitas
kerja dengan mempertimbangkan
kemampuan perusahaan | pasal 23
(1).

2. Peninjauan upah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
perjanjian kerja, peraturan perusahaan
atau perjanjian kerja bersama | pasal
23 (2).

| Page 6 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 24 s/d 32)
5
- Upah Pekerja/Buruh Tidak Masuk Kerja dan/atau Tidak Melakukan Pekerjaan -

Pasal 24 (1) :

Upah tidak bayar apabila tidak Pasal 24 (3) : Pasal 26 (1) :


masuk kerja dan/atau tidak
melakukan pekerjaan. • Sakit, hari), • Sakit 4 bulan pertama, dibayar 100% dari Upah.
• Haid (max. 2 hari), • Suami, Isteri, OrangTua, Mertua, Anak dan/ • Sakit 4 bulan kedua, dibayar 75% dari Upah.
• Menikah (dibayar 3 hari), atau Menantu meninggal dunia (dibayar 2 • Sakit 4 bulan ketiga, dibayar 50% dari Upah.
Pasal 24 (2) a :
• Menikahkan Anak (dibayar 2 hari), hari), • Untuk bulan selanjutnya, dibayar 25% dari Upah
• Membaptiskan Anak (dibayar 2 hari), • Anggota keluarga yang tinggal dalam satu sebelum PHK diputuskan oleh Pengusaha.
Berhalangan • Isteri Melahirkan/Keguguran (dibayar 2 rumah (dibayar 1 hari).

Pasal 24 (4) a : Pasal 27 :

• Tugas Negara • Menjalankan tugas tidak melebihi 1 tahun dan penghasilan yang diberikan oleh negara kurang dari
besarnya upah yang biasa diterima, maka pengusaha wajib membayar kekurangannya.
Pasal 24 (2) b : • Menjalankan tugas tidak melebihi 1 tahun dan penghasilan yang diberikan oleh negara sama atau lebih
besar dari upah yang biasa diterima, maka pengusaha tidak wajib membayar.
Melakukan kegiatan lain • Pekerja/buruh wajib memberitahukan secara tertulis kepada pengusaha.
diluar pekerjaannya
Pasal 24 (4) b : Pasal 28:

• Ibadah Keagamaan • Pengusaha tetap wajib membayar upah, dengan ketentuan dilakukan hanya sekali saja selama pekerja/
buruh bekerja di perusahaan tersebut.

Pasal 24 (4) c :

• Tugas serikat pekerja/buruh atas


persetujuan pengusaha.

Pasal 24 (4) d : Pasal 29, 30 & 31 :

• Tugas Pendidikan dari perusahaan. • Pengusaha tetap wajib membayar upah yang biasa diterima oleh
pekerja/buruh.

Pasal 24 (2) c : Pasal 24 (5) :

Menjalankan hak waktu • Hak istirahat mingguan,


istirahat kerjanya (tetap • Cuti Tahunan,
dibayar) • Istirahat Panjang,
• Cuti sebelum dan sesudah melahirkan,
• Cuti keguguran kandungan.

| Page 7 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 24 s/d 32)
5
- Upah Pekerja/Buruh Tidak Masuk Kerja dan/atau Tidak Melakukan Pekerjaan -

Pasal 32 :
Pengaturan pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 24 s/d Pasal 31, ditetapkan dalam Perjanjian
Kerja, Peraturan Perusahaan atau Perjanjian Kerja Bersama.

Pasal 25 :
Pengusaha wajib membayar upah apabila Pekerja/Buruh
bersedia melakukan pekerjaan yang telah dijanjikan, tetapi
Pengusaha tidak mempekerjakannya, karena kesalahan
sendiri atau kendala yang seharusnya dapat dihindari
Pengusaha.

| Page 8 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 33)
6 (Pasal 34 s/d Pasal 35)
7
- Upah Kerja Lembur - - Upah untuk Pembayaran Pesangon -
Pasal 34 (1) a :

Upah Pokok
Pasal 34 (1) :
Pasal 34 (1) b :
Komponen Upah yang digunakan
sebagai dasar perhitungan uang Tunjangan tetap yang diberikan kepada Pekerja/Buruh
pesangon terdiri atas: dan keluarganya, termasuk harga pembelian dari catu
(bagian) yang diberikan kepada Pekerja/Buruh secara
cuma-cuma, yang apabila catu (bagian) harus dibayar
Pekerja/Buruh dengan subsidi, maka sebagi Upah
dianggap selisih antara harga pembelian dengan harga
yang harus dibayar oleh Pekerja/Buruh.

Pasal 34 (2) :

Dalam hal Pengusaha memberikan Upah tanpa tunjangan, dasar perhitungan uang pesangon
dihitung dari besarnya Upah yang diterima Pekerja/Buruh.

Pasal 35 (1) :

Upah untuk pembayaran pesangon diberikan dengan ketentuan:

Pasal 35 (a) :

Dalam hal penghasilan Pekerja/Buruh dibayarkan atas dasar perhitungan harian, maka
penghasilan sebulan adalah sama dengan 30 (tiga puluh) kali penghasilan sehari
Upah Kerja Lembur wajib dibayar oleh Pengusaha yang
mempekerjakan Pekerja/Buruh melebihi waktu kerja, atau pada Pasal 35 (b) :

istirahat mingguan, atau dipekerjakan pada hari libur resmi, sebagai Dalam hal Upah Pekerja/Buruh dibayarkan atas dasar perhitungan satuan hasil,
kompensasi kepada Pekerja/Buruh yang bersangkutan sesuai potongan/borongan atau komisi, penghasilan sehari adalah sama dengan pendapatan
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. rata-rata per hari selama 12 (dua belas) bulan terakhir, dengan ketentuan tidak boleh
Rp kurang dari ketentuan Upah minimum provinsi atau kabupaten/kota

Pasal 35 (c) :
• UU No. 13 tahun 2003, Pasal 77 ayat (2),
• UU No. 13 tahun 2003, Pasal 78 ayat (4), Dalam hal pekerjaan tergantung pada keadaan cuaca dan Upahnya didasarkan pada
• Kepmenakertrans No. 102/MEN/VI/2004. Upah borongan, maka perhitungan Upah sebulan dihitung dari Upah rata-rata 12 (dua
belas) bulan terakhir.

| Page 9 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 36)
8 (Pasal 37 s/d Pasal 38)
9
- Upah untuk Perhitungan Pajak Penghasilan - - Pembayaran Upah dalam Keadaan Kepailitan -

Pasal 37 :
1. Pengusaha yang dinyatakan pailit
berdasarkan putusan pernyataan pailit
oleh pengadilan maka Upah dan hak-hak
lainnya dari Pekerja/Buruh merupakan
hutang yang didahulukan pembayarannya.
2. Upah dan hak-hak lainnya dari Pekerja/
Buruh merupakan hutang yang didahulukan
pembayarannya.
3. Upah Pekerja/Buruh didahulukan
pembayarannya sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-udangan.
4. Hak-hak lainnya dari Pekerja/Buruh
didahulukan pembayarannya setelah
pembayaran para kreditur pemegang hak
jaminan kebendaan.

Pasal 38 :
Apabila Pekerja/Buruh jatuh pailit,
1. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan yang dibayarkan Upah dan segala pembayaran yang
untuk pajak penghasilan dihitung dari seluruh penghasilan yang timbul dari Hubungan Kerja tidak
diterima oleh Pekerja/Buruh. termasuk dalam kepailitan kecuali
2. Pajak penghasilan dapat dibebankan kepada Pengusaha atau ditetapkan lain oleh hakim dengan
Pekerja/Buruh yang diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan ketentuan tidak melebihi 25% (dua
Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.
puluh lima persen) dari Upah dan
3. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan dilaksanakan sesuai segala pembayaran yang timbul dari
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Hubungan Kerja yang harus dibayarkan.

| Page 10 of 18
Pelindungan Upah.
IV
BAB
(Pasal 39)
10 (Pasal 40)
11
- Penyitaan Upah Berdasarkan Perintah Pengadilan - - Hak Pekerja/Buruh Atas Keterangan Upah -

1. Pekerja/Buruh atau kuasa yang ditunjuk secara sah berhak


meminta keterangan mengenai Upah untuk dirinya dalam hal
keterangan terkait Upah tersebut hanya dapat diperoleh melalui
buku Upah di Perusahaan.
2. Apabila permintaan keterangan tidak berhasil maka Pekerja/
Buruh atau kuasa yang ditunjuk berhak meminta bantuan kepada
pengawas ketenagakerjaan.
3. Keterangan wajib dirahasiakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Apabila uang yang disediakan oleh Pengusaha untuk membayar


Upah disita oleh juru sita berdasarkan perintah pengadilan maka
penyitaan tersebut tidak boleh melebihi 20% (dua puluh persen)
dari jumlah Upah yang harus dibayarkan.

| Page 11 of 18
Upah Minimum.
V
BAB
(Pasal 41 s/d 44)
1
- Umum -

Pasal 41 (1) :

Gubernur menetapkan Upah Pasal 41 (2) a : Pasal 43 (4) :


minimum sebagai jaring
pengaman. • Upah tanpa tunjangan • Komponen terdiri atas beberapa jenis kebutuhan hidup.

Pasal 41 (2) b :
Pasal 41 (2) : Pasal 43 (5) :

Upah minimum merupakan • Upah pokok termasuk tunjangan tetap • Komponen dan jenis kebutuhan hidup ditinjau dalam jangka waktu 5 (lima) tahun.
Upah bulanan terendah
yang terdiri atas :
Pasal 43 (6) :
Pasal 42 (2) :
• Peninjauan komponen dan jenis kebutuhan hidup dilakukan oleh Menteri dengan
Upah bagi Pekerja/Buruh dengan mempertimbangkan hasil kajian yang dilaksanakan oleh Dewan Pengupahan Nasional.
Pasal 42 (1) :
masa kerja 1 (Satu) tahun atau lebih
Upah minimum hanya berlaku dirundingkan secara bipartit antara
bagi Pekerja/Buruh dengan Pekerja/Buruh dengan Pengusaha di
Pasal 43 (7) :
masa kerja kurang dari 1 (satu) Perusahaan yang bersangkutan.
tahun pada perusahaan yang • Kajian yang dilaksanakan oleh Dewan Pengupahan Nasional menggunakan data dan informasi
bersangkutan. yang bersumber dari lembaga yang berwenang di bidang statistik.
Pasal 43 (2) :

Kebutuhan hidup layak merupakan Pasal 43 (8) :


Pasal 43 (1) : standar kebutuhan seorang Pekerja/
Penetapan Upah minimum Buruh lajang untuk sapat hidup • Hasil Peninjauan komponen dan jenis kebutuhan hidup menjadi dasar perhitungan Upah
dilakukan setiap tahun bersadarkan layak secara fisik untuk kebutuhan 1 minimum selanjutnya dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
kebutuhan hidup layak dan dengan (satu) bulan.
memperhatikan produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi. Pasal 43 (3) : Pasal 43 (9) :

Kebutuhan hidup layak terdiri atas • Ketentuan lebih lanjut mengenai kebutuhan hidup layak diatur dengan Peraturan Menteri.
beberapa komponen.

Pasal 44 (1) : Pasal 44 (2) :


Pasal 44 (3) :
Penetapan Upah minimum dihitung Formula perhitungan Upah minimum
• Ketentuan lebih lanjut mengenai perhitungan Upah minimum dengan menggunakan
dengan menggunakan formula sebagi berikut :
formula diatur dengan Peraturan Menteri.
perhitungan Upah minimum. UMn = Umt + {UMt x (Inflasit + % Δ PDBt)}

| Page 12 of 18
Upah Minimum.
V
BAB
(Pasal 45 s/d 48)
2
- Penetapan Upah minimum Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota -

Pasal 45 :
1. Gubernur wajib menetapkan Upah minimum provinsi.
2. Penetapan Upah minimum provinsi dihitung berdasarkan Pasal 47:
formula perhitungan Upah minimum. 1. Penetapan Upah minimum kabupaten/kota dihitung
3. Dalam hal telah dilakukan peninjauan kebutuhan berdasarkan formula perhitungan Upah minimum.
hidup layak, gubernur menetapkan Upah minimum 2. Dalam hal telah dilakukan peninjauan kebutuhan
provinsi dengan memperhatikan rekomendasi dewan hidup layak, gubernur menetapkan Upah minimum
pengupahan provinsi. kabupaten/kota dengan memperhatikan rekomendasi
4. Rekomendasi dewan pengupahan provinsi didasarkan bupati/walikota serta saran dan pertimbangan dewan
pada hasil peninjauan kebutuhan hidup layak yang pengupahan provinsi.
komponen dan jenisnya ditetapkan oleh menteri dan 3. Rekomendasi bupati/walikota berdasarkan saran dan
dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan pertimbangan dewan pengupahan kabupaten/kota.
ekonomi. 4. Rekomendasi bupati/walikota serta saran dan
pertimbangan dewan pengupahan provinsi dan saran
dan pertimbangan dewan pengupahan kabupaten/kota
Pasal 46: didasarkan pada hasil peninjauan kebutuhan hidup
1. Gubernur dapat menetapkan Upah minimum layak yang komponen dan jenisnya ditetapkan oleh
kabupaten/kota. Menteri dan dengan memperhatikan produktivitas dan
2. Upah minimum kabupaten/kota harus lebih besar dari pertumbuhan ekonomi.
Upah minimum provinsi di provinsi yang bersangkutan.
$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$$$$ $$$$$$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$

Pasal 48:
$$$$$$$$$$$$$$$$$$

$$$$$$$$$$$$$$$$$$

Ketentuan lebih lanjut mengenai Upah minimum provinsi


$$$$$$$$$$$$$$$$$$

$$$$$$$$$$$$$$$$$$

$$$$$$$$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$$$$$$$$

dan/atau kabupaten/kota diatur dengan Peraturan


$$$$$$$$$$$$$$$$$$

$$$$$$$$$$$$$$$$$$

Menteri.
$$$$$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$ $$$$$$$$$

$$$$$$$$

$$$$$$$$$$$$$
$$$$$$$$$$$

| Page 13 of 18
Upah Minimum. Hal-hal yang dapat
V VI
BAB BAB
(Pasal 49 s/d 50)
3 diperhitungkan dengan Upah.
(Pasal 51 s/d 52)
- Penetapan Upah minimum Sektoral Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota -

Pasal 51 :
1. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah terdiri atas :
a. denda;
b. ganti rugi;
c. pemotongan Upah untuk pihak ketiga;
d. uang muka Upah;
e. sewa rumah dan/atau sewa brang-barang milik Perusahaan yang disewakan oleh
Pengusaha kepada Pekerja/Bruh;
f. hutang atau cicilan hutang Pekerja/Buruh kepada Pengusaha; dan/atau
g. kelebihan pembayaran Upah.
2. Hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan Upah dilaksanakan sesuai dengan

Rp Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.

Pasal 49 :
1. Gubernur dapat menetapkan Upah minimum sektoral provinsi dan/atau
kabupaten/kota berdasarkan hasil kesepakatan asosiasi pengusaha dengan
serikat pekerja/serikat buruh pada sektor yang bersangkutan.
2. Penetapan Upah minimum sektoral dilakukan setelah mendapat saran dan
pertimbangan mengenai sektor unggulan dari dewan pengupahan provinsi atau
dewan pengupahan kabupaten/kota sesuai dengan tugas dan kewenangannya. Rp
3. Upah minimum sektoral provinsi harus lebih besar dari Upah minimum provinsi
di provinsi yang bersangkutan.
4. Upah minimum sektoral kabupaten/kota harus lebih besar dari Upah minimum
kabupaten/kota di kabupaten/kota yang bersangkutan. Pasal 52 :
Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan kerja, hal-hal yang dapat diperhitungkan
dengan Upah yang menjadi kewajiban Pekerja/Buruh yang belum dipenuhi dan/atau
Pasal 50 : piutang Pekerja/buruh yang menjadi hak Pekerja/Buruh yang belum terpenuhi dapat
Ketentuan lebih lanjut mengenai Upah minimum sektoral provinsi dan/atau diperhitungkan dengan semua hak yang diterima sebagai akibat Pemutusan Hubungan
kabupaten/kota diatur dengan Peraturan Menteri. Kerja.

| Page 14 of 18
Pengenaan Denda dan Pemotongan Upah.
VII
BAB
(Pasal 53 s/d 56)
1
- Pengenaan Denda -

Pasal 53 : Pasal 54:


Pengusaha atau Pekerja/Buruh yang melanggar ketentuan 1. Denda kepada Pengusaha atau Pekerja/Buruh
dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau dipergunakan hanya untuk kepentingan Pekerja/Buruh.
Perjanjian Kerja Bersama karena kesenjangan atau 2. Jenis-jenis pelanggaran yang dapat dikenakan denda,
kelalaiannya dikenakan denda apabila diatur secara besaran denda dan penggunaan uang denda diatur
tegas dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau dalam Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Perjanjian Kerja Bersama. Perjanjian Kerja Bersama.

Pasal 55: Pasal 56:


1. Pengusaha yang terlambat membayar dan/atau tidak 1. Pengusaha yang terlambat membayar tunjangan hari
membayar Upah dikenai denda, dengan ketentuan: raya keagamaan kepada Pekerja/Buruh dikenai denda
a. mulai dari hari keempat sampai hari kedelapan sebesar 5% (lima persen) dari total tunjangan hari raya
terhitung tanggal seharusnya Upah dibayar, keagamaan yang harus dibayar sejak berakhirnya batas
dikenakan denda sebesar 5% (lima persen) untuk waktu kewajiban Pengusaha untuk membayar.
setiap hari keterlambatan dari Upah yang seharusnya 2. Pengenaan denda tidak mengilangkan kewajiban
dibayarkan; Pengusaha untuk tetap membayar tunjangan hari raya
b. sesudah hari kedelapan, apabila Upah masih belum keagamaan kepada Pekerja/Buruh.
dibayar, dikenakan denda keterlambatan ditambah
1% (satu persen) untuk setiap hari keterlambatan
dengan ketentuan 1 (satu) bulan tidak boleh melebihi
50% (lima puluh persen) dari Upah yang seharusnya
dibayarkan; dan
c. sesudah sebulan, apabila Upah masih belum

Rp
dibayar, dikenakan denda keterlambatan ditambah
bunga sebesar suku bunga yang berlaku pada bank
pemerintah.
2. Pengenaan denda tidak menghilangkan kewajiban
Pengusaha untuk tetap membayar Upah kepada
Pekerja/Buruh.

| Page 15 of 18
Pengenaan Denda dan Pemotongan Upah.
VII
BAB
(Pasal 57 s/d 58)
2
- Pemotongan Upah -

Pasal 57 :
1. Pemotongan Upah oleh Pengusaha untuk:
a. denda;
b. ganti rugi; dan/atau
c. uang muka Upah,
dilakukan sesuai dengan Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan, atau
Peraturan Kerja Bersama.
2. Pemotongan Upah oleh Pengusaha untuk pihak ketiga hanya dapat Rp
dilakukan apabila ada surat kuasa dari Pekerja/Buruh. Rp Rp Rp
3. Surat kuasa setiap saat dapat ditarik kembali.
4. Surat kuasa dari Pekerja/Buruh dikecualikan untuk semua kewajiban
pembayaran oleh Pekerja/Buruh terhadap negara atau iuran sebagai
peserta pada suatu dana yang menyelenggarakan jaminan sosial yang
ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
5. Pemotongan Upah oleh Pengusaha untuk;
a. pembayaran hutang atau cicilan hutang Pekerja/Buruh; dan/atau Pasal 58 :
b. sewa rumah dan/atau sewa barang-barang milik Perusahaan yang Jumlah keseluruhan pemotongan Upah paling banyak 50%
disewakan oleh Pengusaha kepada Pekerja/Buruh, (Lima puluh persen) dari setiap pembayaran Upah yang
harus dilakukan berdasarkan kesepakatan tertulis atau perjanjian diterima Pekerja/Buruh.
tertulis.
6. Pemotongan Upah oleh Pengusaha untuk kelebihan pembayaran Upah
kepada Pekerja/Buruh dilakukan tanpa persetujuan Pekerja/Buruh.

| Page 16 of 18
BAB Sanksi Administratif.
VIII (Pasal 59 s/d Pasal 62)

Pasal 59 : Pasal 60 :
1. Sanksi administratif dikenakan kepada Pengusaha yang: 1. Menteri, menteri terkait, gubernur, bupati//walikota, atau pejabat
a. tidak membayar tunjangan hari raya keagamaan kepada Pekerja/Buruh; yang ditunjuk sesuai dengan kewenangannya mengenakan sanksi
b. tidak membagikan uang servis pada usaha tertentu kepda Pekerja/Buruh; administratif kepada Pengusaha.
c. tidak menyusun struktur dan skala Upah serta tidak memberitahukan 2. Pengenaan sanksi administratif diberikan berdasarkan hasil pemeriksaan
kepada seluruh Pekerja/Buruh; yang dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan yang berasal dari:
d. tidak membayar Upah sampai melewati jangka waktu; a. pengaduan; dan/atau
e. tidak memnuhi kewajibannya untuk membayar denda dan/atau b. tidak lanjut hasil pengawasan ketenagakerjaan.
f. melakukan pemotongan Upah lebih dari 50% (lima puluh persen) dari 3. Pemeriksaan yang dilakukan oleh pengawas ketenagakerjaan
setiap pembayaran Upah yang diterima Pekerja/Buruh. dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Sanksi administratif berupa:
a. teguran tertulis;
Pasal 61 :
b. pembatasan kegiatan usaha;
Pengusaha yang telah dikenai sanksi administratif tidak menghilangkan
c. penghentian sementara sebagian atau seluruh alat produksi; dan
kewajibannya untuk membayar hak Pekerja/Buruh.
d. pembekuan kegiatan usaha.
3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi administratif
diatur dengan Peraturan Menteri. Pasal 62 :
Menteri terkait, gubernur, bupati/walikota, atau pejabat yang ditunjuk
memberitahukan pelaksanaan pengenaan sanksi administratif kepada
Menteri.

Rp
| Page 17 of 18
BAB Ketentuan Peralihan. BAB Ketentuan Penutup.
IX (Pasal 63)
X (Pasal 64 s/d Pasal 66)

Pasal 63 : Pasal 64 :
Pada saat Peraturan Pemerintah ini berlaku: Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, semua peraturan
a. upah minimum provinsi yang masih dibawah kebutuhan hidup layak, pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
gubernur wajib menyesuaikan Upah minimum provinsi sama dengan Ketenagakerjaan yang mengatur mengenai pengupahan dan Peraturan
kebutuhan hidup layak secara bertahap paling lama 4 (empat) tahun Pemerintah Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah dinyatakan
sejak Peraturan Pemerintah ini diundangkan; masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan/atau belum diganti
b. Pengusaha yang belum menyusun dan menerapkan struktur dan berdasarkan Peraturan Pemerintah ini.
skala Upah, wajib menyusun dan menerapkan struktur san skala Upah
berdasarkan Peraturan Pemerintah ini serta melampirkannya dalam
permohonan paling lama 2 (tahun) tahun terhitung sejak Peraturan Pasal 65 :
Pemerintah ini diundangkan.
Pada saat Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku, Peraturan Pemerintah
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Perlindungan Upah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3190), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 66 :

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar


setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan
Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia.

| Page 18 of 18

Anda mungkin juga menyukai