Anda di halaman 1dari 10

6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Hiperoksigenasi
1. Definisi
Hiperoksigenasi adalah teknik pemberian oksigen dengan konsentrasi
tinggi (100%) yang bertujuan untuk menghindari hipoksemi akibat
penghisapan lendir (Kozier & Erb, 2002).

2. Cara Pemberian
Hiperoksigenasi bisa dilakukan dengan menggunakan kantong resusitasi
manual atau melalui ventilator dengan meningkatkan aliran oksigen
sampai 100% sebelum penghisapan dan ketika jeda antara setiap
penghisapan (Kozier & Erb, 2002)

B. Saturasi Oksigen (SpO2)


1. Definisi
Saturasi oksigen adalah ukuran seberapa banyak prosentase oksigen yang
mampu dibawa oleh hemoglobin. Oksimetri nadi merupakan alat non
invasif yang mengukur saturasi oksigen darah arteri pasien yang dipasang
pada ujung jari, ibu jari, hidung, daun telinga atau dahi dan oksimetri
nadi dapat mendeteksi hipoksemia sebelum tanda dan gejala klinis
muncul (Kozier & Erb, 2002).

2. Cara Kerja Oksimeter Nadi


Oksimetri nadi merupakan pengukuran diferensial berdasarkan metode
absorpsi spektofotometri yang menggunakan hukum Beer-Lambert
(Welch, 2005). Probe oksimeter terdiri dari dua diode pemancar cahaya
Light Emitting Diode (LED) satu merah dan yang lainnya inframerah
yang mentransmisikan cahaya melalui kuku, jaringan, darah vena, darah

http://digilib.unimus.ac.id
7

arteri melalui fotodetektor yang diletakkan di depan LED. Fotodetektor


tersebut mengukur jumlah cahaya merah dan infamerah yang diabsorbsi
oleh hemoglobin teroksigenasi dan hemoglobin deoksigenasi dalam darah
arteri dan dilaporkan sebagai saturasi oksigen (Kozier & Erb, 2002).
Semakin darah teroksigenasi, semakin banyak cahaya merah yang
dilewatkan dan semakin sedikit cahaya inframerah yang dilewatkan,
dengan menghitung cahaya merah dan cahaya infamerah dalam suatu
kurun waktu, maka saturasi oksigen dapat dihitung (Guiliano K. , 2006).

3. Nilai Normal Saturasi Oksigen


Kisaran normal saturasi oksigen adalah > 95% (Fox, 2002), walaupun
pengukuran yang lebih rendah mungkin normal pada beberapa pasien,
misalnya pada pasien PPOK (Fox, 2002).

4. Faktor Yang Mempengaruhi Saturasi Oksigen


Faktor yang mempengaruhi ketidakakuratan pengukuran saturasi oksigen
adalah sebagai berikut; perubahan kadar Hb, sirkulasi yang buruk,
aktivitas (menggigil/ gerakan berlebihan) ukuran jari terlalu besar atau
terlalu kecil, akral dingin, denyut nadi terlalu kecil, adanya cat kuku
berwarna gelap (Kozier & Erb, 2002).

5. Prosedur Pengukuran SpO2


Berikut prosedur pengukuran SpO2 di RS. Roemani Muhammadiyah
Semarang ;
a. Jelaskan pasien tentang tujuan tindakan yang akan dilaksanakan,
b. Menyiapkan alat-alat,
c. Cuci tangan,
d. Atur posisi pasien senyaman mungkin,
e. Bersihkan ibu jari / salah satu jari dengan kapas alcohol,
f. Hubungkan probe ke jari pasien yang akan dipasang,
g. Tekan power stanby- ON,

http://digilib.unimus.ac.id
8

h. Tekan sistem kalibrasi, terlihat pada layar pulse, angka saturasi dan
heart rate,
i. Catat hasil pada catatan perawatan/ lembar catatan,
j. Tekan power stanby- OFF,
k. Lepaskan probe dari pasien,
l. Simpan alat-alat pada tempatnya,
m. Cuci tangan.

C. Hisap Lendir (Suctioning)


1. Definisi
Penghisapan lendir adalah suatu cara untuk mengeluarkan sekret dari
saluran nafas dengan menggunakan suatu catheter suction yang
dimasukkan melalui hidung atau rongga mulut ke dalam pharing atau
sampai trachea. Suctioning atau penghisapan merupakan tindakan untuk
mempertahankan jalan nafas sehingga memungkinkan terjadinya proses
pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan sekret pada klien
yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri (Timby, 2009).

2. Indikasi
Indikasi dilakukannya penghisapan adalah adanya atau banyaknya sekret
yang menyumbat jalan nafas, ditandai dengan : hasil auskultasi :
ditemukan suara crackels atau ronkhi, nadi dan laju pernafasan
meningkat, sekresi terlihat di saluran napas atau rangkaian ventilator,
permintaan dari klien sendiri untuk dilakukan penghisapan lender dan
meningkanya peak airway pressure pada mesin ventilator (Lynn, 2011)

3. Tujuan
Tujuan penghisapan lendir adalah untuk membersihkan lendir dari jalan
nafas, sehingga patensi jalan nafas dapat dipertahankan dan
meningkatkan ventilasi serta oksigenasi. Penghapusan sekresi tersebut

http://digilib.unimus.ac.id
9

juga meminimalkan risiko atelektasis (Kozier & Erb, 2002). Selain itu
juga untuk mendapatkan sampel lendir dalam menegakkan diagnosa.

4. Jenis Kanul suction


Jenis kanul suction yang ada dipasaran dapat dibedakan menjadi Open
Suction dan Close Suction. Open Suction merupakan kanul konvensional,
dalam penggunaannya harus membuka konektor sirkuit antara ventilator
dengan ETT/ pasien, sedangkan Close Suction: merupakan kanul dengan
sistem tertutup yang selalu terhubung dengan sirkuit ventilator dan
penggunaanya tidak perlu membuka konektor sehingga aliran udara yang
masuk tidak terinterupsi.

5. Ukuran dan Tekanan Suction


Ukuran kanul suction yang direkomendasikan (Lynn, 2011)adalah;
a. Anak usia 2-5 tahun : 6-8F
b. Usia sekolah 6-12 tahun : 8-10F
c. Remaja-dewasa : 10-16F
Adapun tekanan yang direkomendasikan Timby (2009) dijelaskan dalam
tabel 2.1
Tabel 2.1 Tekanan Suction
Usia Suction dinding Suction Portable
Dewasa 100-140 mmHg 10-15 mmHg
Anak-anak 95-100 mmHg 5-10 mmHg
Bayi 50-95 mmHg 2-5 mmHg

6. Prosedur Pelaksanaan
Berikut prosedur penghisapan lendir pada pasien yang terpasang ETT di
RS. Roemani Muhammadiyah Semarang ;
a. Siapkan peralatan, antara lain :
1) Mesin suction / suction source / regulator suction dengan
botolnya (kontainer),

http://digilib.unimus.ac.id
10

2) Pipa penyambung,
3) Suction cahteter dengan nomor yang sesuai,
4) Air steril dalam tempat yang steril,
5) 1 Sarung tangan steril, 1 non steril,
6) Goggles (bila perlu),
7) Resuscitation bag yang telah dihubungkan dengan O2 100%,
8) Stetoscope.
b. Cuci tangan,
c. Jelaskan prosedur dan tujuan kepada pasien / keluarga,
d. Pastikan peralatan suction berfungsi dengan baik, atur daya hisap
sesuai kebutuhan pasien, yaitu 110-150 mmHg untuk orang
dewasa, 95-110 untuk anak-anak dan 50-95 mmHg untuk bayi,
e. Buka pembungkus suction catheter,
f. Pakai sarung tangan steril pada tangan yang lebih dominan, non
steril pada tangan yang lain kemudian hubungkan suction catheter
dengan selang penghubung ke botol,
g. Lakukan hiperoksigenasi 100 % selama 2-3 menit dengan
resuscitator bag atau fasilitas yang ada di ventilator,
h. Masukkan suction catheter ke dalam ETT dalam keadaan tidak
menghisap secara cepat dan lembut sampai ada reflek batuk, tarik
sekitar 1 cm, kemudian ditarik dalam keadaan menghisap secara
rotasi dengan tangan memakai sarung tangan steril, catheter
suction hanya boleh 10-15 detik didalam ETT,
i. Bilas suction cahteter dengan air steril, sementara untuk perawat
kedua lakukan hiperoksigenasi dengan resuscitator bag atau
fasilitas yang ada di ventilator,
j. Lakukan kembali pengisapan : bila sekret kental, melakukan
bronchial washing (SOP Bronchial Washing),
k. Buang suction catheter ke tempat yang telah ditentukan,
l. Hubungkan kembali ventilator ke ETT,

http://digilib.unimus.ac.id
11

m. Periksa pernafasan apakah pengembangan dada kanan dan kiri


semetris,
n. Bereskan alat-alat,
o. Cuci tangan,
p. Dokumentasikan kegiatan (catat sputum: banyaknya, kekentalan,
warna) dan keadaan pasien selama prosedur.

7. Komplikasi
Sedangkan komplikasi yang mungkin muncul dari tindakan hisap lendir/
suctioning adalah ; hipoksemia, trauma jalan nafas, infeksi nosocomial
dan disritmia jantung respiratory arrest, disritmia Jantung, hipertensi
atau hipotensi, bronkhospasme, perdarahan pulmonal, nyeri dan
kecemasan (Kozier & Erb, 2002).

D. Ventilator Mekanik
1. Pengertian
Ventilasi mekanik adalah suatu alat bantu mekanik yang memberikan
bantuan nafas dengan cara membantu sebagian atau mengambil alih
semua fungsi ventilasi guna mempertahankan hidup (Hudak & Gallo,
1998). Terdapat 2 jenis ventilator yaitu ; tipe ventilator tekanan
negative dan tipe tekanan positif, namun seiring perkembangan
pengetahuan saat ini yang masih digunakan adalah ventilator tipe
tekanan positif

2. Indikasi
Indikasi dari pemasangan ventilator makanik adalah adanya ; gagal
nafas akut disertai asidosis respiratorik yang tidak dapat diatasi dengan
pengobatan biasa, hipoksemia yang telah mendapat terapi oksigen
maksimal, namun tidak ada perbaikan, apnu (Hudak & Gallo, 1998).
Sumber lain menyatakan secara fisiologis memenuhi kriteria ;
tekanan inspirasi maksimal < 25 cmH2O, RR > 35 x/mnt, PaO2 < 50

http://digilib.unimus.ac.id
12

mmHg dengan pemberian FiO2 > 60%, PaCO2 > 50 mmHg dengan
pH < 7,25, kapasitas vital paru < 2 kali tidal volum (Smeltzer & Bare,
2004)

3. Prinsip Kerja Ventilator


Secara umum prinsip kerja ventilator terbagi menjadi Start atau
initiation, target atau limited dan cycle. Start merupakan trigger kapan
ventilator mulai memberi bantuan nafas, trigger bisa diatur
berdasarkan setting mesin atau berdasarkan usaha nafas dari pasien.
Targert merupakan batasan akhir dari mesin untuk berhenti memberi
bantuan nafas kepada pasien, bisa diatur berdasarkan batasan volume
atau batasan pressure. Cycle merupakan peralihan siklus dari inspirasi
ke ekspirasi (Hudak & Gallo, 1998).

4. Parameter Setting Ventilator


Parameter setting yang lazim digunakan adalah dengan mengatur
Respiratory Rate (RR), Tidal Volume (TV), Fraksi Oksigen (FiO2),
Inspirasi : Ekspirasi (I:E ratio), Pressure limite/ Pressure inspirasi
(IP), Trigger/ sensitivity, Positif End Ekspirasi Pressure (PEEP).
Respiratory Rate (RR) merupakan jumlah nafas yang diberikan kepada
pasien setiap menitnya. Tidal Volume merupakan jumlah volume udara
yang diberikan oleh ventilator kepada pasien setiap kali nafas. Fraksi
Oksigen (FiO2) merupakan jumlah konsentrasi oksigen yang diberikan
oleh ventilator kepada pasien. Inspirasi : Ekspirasi (I:E ratio)
merupakan nilai normal fisiologis perbandingan antara inspirasi dan
ekspirasi. Pressure limite/ Pressure inspirasi mengatur atau membatasi
jumlah pressure yang diberikan dari volume cycle ventilator. Trigger/
sensitivity berfungsi untuk menentukan jumlah upaya nafas pasien
yang diperlukan untuk memulai/ mentriger inspirasi pada ventilator.
Positif End Ekspirasi Pressure (PEEP) berguna untuk

http://digilib.unimus.ac.id
13

mempertahankan tekanan jalan nafas pada akhir ekspirasi (Hudak &


Gallo, 1998)

5. Modus Ventilator
Mode ventilator konvensional secara umum dapat dibedakan menjadi ;
Control Mode, Asist Mode, IMV (Intermitten Mandatory Ventilator),
SIMV (Synchronize Intermitten Mandatory Ventilator), Pressure
Support/ Spontan Mode. Control Mode memungkinkan pasien
menerima volume, pressure dan frekuensi sesuai yang telah di atur,
dengan kata lain semua fungsi pernafasan diambil alih oleh mesin.
Asist Mode memungkinkan pasien menerima volume dari mesin dan
bantuan nafas, tetapi hanya sedikit. Pasien diberikan kesempatan untuk
bernafas spontan, jumlah pernafasan dan volume semenit ditentukan
oleh pasien. IMV (Intermitten Mandatory Ventilator) memungkinkan
pasien menerima volume dan RR dari ventilator, diantara pernafasan
yang diberikan ventilator, pasien diberi kesempatan untuk bernafas
sendiri, dengan modus ini ventilator memberikan bantuan nafas
dimana saja pada saat siklus pasien bernafas sendiri. SIMV
(Synchronize Intermitten Mandatory Ventilator), modus ini sama
dengan IMV, namun pada modus ini bantuan nafas dari ventilator,
tidak terjadi pada saat pasien bernafas sendiri sehingga tidak terjadi
benturan antara pernafasan pasien dengan ventilator. Pressure Support/
spontan Mode, modus ini ventilator memberikan bantuan ventilasi
dengan cara memberikan tekanan positif yang telah ditentukan pada
saat pasien inspirasi. CPAP/ Spontan Mode, pada modus ini
memungkinkan ventilator memberikan tekanan positif pada jalan nafas
untuk membantu ventilasi selama siklus pernafasan, RR dan volume
tidal ditentukan oleh pasien (Hudak & Gallo, 1998).

http://digilib.unimus.ac.id
14

E. Kerangka Teori

Penumpukan sekret di saluran nafas/ ETT

Hisap lendir/ Suctioning

Lama Penghisapan
Hiperoksigenasi
Besar tekanan hisap
Diameter Kanule
Gagal nafas
Setting Ventilator
Gagal sirkulasi
Anemia
Hipoksia
Gangguan
Neuromoskuler

Penurunan konsentrasi oksigen


darah

Metode invasif Metode noninvasif


Anemia
Akral dingin
Pemeriksaan AGD Pemeriksaan Sering bergerak
oksimetri nadi Nadi kecil
Hipotensi

Skema 2.1 Kerangka teori


Sumber: Kozier & Erb (2002)

F. Kerangka Konsep
Variabel Bebas Variabel Tergantung

Perubahan saturasi
Hiperoksigenasi Oksigen (SpO2)

Skema 2.2
Kerangka konsep

http://digilib.unimus.ac.id
15

G. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah ;
1. Variabel bebas yaitu hiperoksigenasi sebelum penghisapan lendir pada
pasien dengan ventilator mekanik,
2. Variabel tergantung yaitu perubahan saturasi oksigen saat dilakukan
penghisapan lendir pada pasien dengan ventilator mekanik.

H. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah ;
1. Ada perbedaan saturasi oksigen pada pasien dengan ventilator
mekanik sebelum dan sesudah dilakukan penghisapan lendir dengan
hiperoksigenasi,
2. Ada perbedaan saturasi oksigen pada pasien dengan ventilator
mekanik sebelum dan sesudah dilakukan penghisapan lendir tanpa
hiperoksigenasi,
3. Ada pengaruh hiperoksigenasi terhadap perubahan saturasi oksigen
saat penghisapan lendir pada pasien dengan ventilator mekanik.

http://digilib.unimus.ac.id

Anda mungkin juga menyukai