1 Pengenalan Penggunaan Alat 1
1 Pengenalan Penggunaan Alat 1
Air adalah merupakan salah satu sumber kehidupan manusia yang dapat berfungsi baik
itu sebagai keperluan konsumsi maupun untuk keperluan produksi. dalam menjaga kualitas air
agar tetap berada pada kondisi dan fungsinya, maka perlu dilakukan suatu usaha penanganan
yang bermula dari penentuan akan unsur-unsur penyusun air sehingga didapatkan suatu
parameter pengukuran kualitas air.
Salah upaya untuk mengetahui kualitas air di perairan adalah dengan cara diperiksa kualitasnya
di laboratorium. Dalam pengambilan sampel air hendaknya kondisi atau konsentrasi zat dalam
air tidak berubah atau harus sama dengan kualitas perairan. Untuk itu maka harus menggunakan
alat dan metode pengambilan sampel yang tepat. Hal ini erat kaitannya dengan akurasi hasil
analisis. Alat-alat pengambilan contoh air air seperti yang ditunjukan dalam praktikum adalah
sebagai berikut:
Prinsip Kerja :
Kedua penutup tabung terikat dengan karet penarik sehingga dapat menutup tabung
ketika pemberat yang dilepaskan dari atas menekan pembuka penjepit atau pengancing penutup
saat terbuka, dengan demikian air yang ada di dalam tabung tidak akan terkontaminasi dengan
air yang tidak dikehendaki untuk dijadikan sampel pengamatan
Kelebihan Kekurangan
o mempunyai konstruksi yang Volume sampel kecil sehingga sulit untuk
sederhana, juga mudah melakukan pengulangan
dioperasikan.
o tahan benturan (tahan pecah)
o tidak tembus cahaya
antar penutup dapat berfungsi untuk menutup kembali tabung yang telah berisi sampel air
yang diinginkan.
Van dorn siap diangkat kembali.
3. Secchi Disk
Tingkat kekeruhan air tersebut dinyatakan dengan suatu nilai
yang dikenal dengan kecerahan secchi disk (Jeffries dan Mills, 1996
dalam Effendi, 2003). Secchi disk merupakan alat untuk mengukur
kecerahan cahaya (visibilitas cahaya) di bawah air. Alat ini digunakan
secara visual dengan waktu pelaksanaan pengukuran yang terbaik
adalah pada waktu cuaca cerah, matahari tidak tertutup awan yaitu
Gbr 4. Secchi disc
antara pukul 090.00 – 15.00. Hal ini disebabkan karena intensitas
cahaya matahari yang masuk kedalam suatu badan air mencapai tingkat yang lebih tinggi pada
kisaran waktu tersebut, disamping itu sudut pantul yang bisa timbul juga relatif tidak
berpengaruh terhadap pengamatan secchi disc yang dimasukkan kedalam air secara horizontal.
4. Plankton Net
Plankton net merupakan sebuah alat yang digunakan untuk pengambilan sampel plankton
(fitoplankton dan zooplankton). Plankton net terbuat dari bahan monofilamen nilon berbentuk
kerucut, bagian mulutnya terdapat ring sehingga jaring tetap terbuka pada saat dioperasikan.
Pada ujung kerucut terdapat ring pengikat sehingga dapat dipasang botol sampel atau tabung
untuk menampung sampel plankton. Botol sampel tersebut dapat dengan mudah dipasang dan
dilepas karena setiap kali digunakan harus dibilas
dengan air.
Grab Sampler merupakan alat yang digunakan untuk pengambilan contoh sedimen di
danau atau sungai yang berarus lemah dengan dasar perairan yang lunak (perairan dangkal).
Grab sampler berfungsi untuk mengambil sedimen permukaan yang ketebalannya
tergantung dari tinggi dan dalamnya grab masuk kedalam lapisan sedimen. Alat ini biasa
digunakan untuk mengambil sampel sedimen pada perairan dangkal. Berdasarkan ukuran dan
cara operasional, ada dua jenis grab sampler yaitu grab sampler berukuran kecil dan besar.
Gambar 7. Ekman Grab dan Van Veen Grab yang terdapat di Laboratorium Proling IPB
Grab sampler yang berukuran kecil dapat digunakan dan dioperasionalkan dengan
mudah, hanya dengan menggunakan boat kecil alat ini dapat diturunkan dan dinaikkan dengan
tangan. Pengambilan sampel sedimen dengan alat ini dapat dilakukan oleh satu orang dengan
cara menurunkannya secara perlahan dari atas boat agar supaya posisi grab tetap berdiri sewaktu
sampai pada permukaan dasar perairan. Pada saat penurunan alat, arah dan kecepatan arus harus
diperhitungkan supaya alat tetap konstant pada posisi titik sampling.
Grab Sampler yang berukuran besar memerlukan peralatan tambahan lainnya seperti winch
(kerekan) yang sudah terpasang pada boat/kapal survey berukuran besar. Alat ini menggunakan
satu atau dua rahang/jepitan untuk menyekop sedimen. Grab diturunkan dengan posisi
rahang/jepitan terbuka sampai mencapai dasar perairan dan sewaktu diangkat keatas rahang ini
tertutup dan sample sedimen akan terambil.
Keuntungan pemakaian grab sampler adalah lokasi sampel dapat ditentukan dengan pasti,
prakiraan kedalam perairan dapat diketahui, sedangkan kerugiannya adalah kapal harus berhenti
6. Surber
Surber (Surber net) merupakan alat untuk mengambil sampel (benthos) pada daerah yang
berarus air kuat dan dasar perairan berpasir halus (sedikit berlumpur). Ukuran surber 25cm x
40cm. Surber terdiri dari dua frame yang saling mendukung jaring perangkap. Satu frame
diletakkan dibagian bawah sebagai penahan dari net (jaring) sedangkan yang lainnya sebagai
pendukung jaring.
Surber biasa digunakan pada perairan dangkal (30 cm atau kurang) dengan air yang
mengalir. Gunakan pasak untuk jangkar surber dalam air yang bergerak cepat. Pengambilan
sampel yang berulang harus diberi batas waktu (yaitu, 5 menit setiap untuk pengambilan sampel
lebih seragam).
Cara penggunaan :
Untuk penggunaan surber, jaring tersebut diletakkan dengan bagian mulut jaring
melawan arus aliran air, dan daerah yang dibatasi oleh alat ini dibersihkan (diaduk) sehingga
benthos yang melekat pada dasar perairan dapat hanyut dan tertangkap oleh jaring.
Contoh air merupakan pengumpulan volume air yang akan diteliti, dengan jumlah sekecil
mungkin, tetapi mewakili (representative). Penerapan metode penyampelan air ini sangat
dipengaruhi oleh pemeriksaan komponen sifat fisika, kimia, mikrobiologi dan biologi yang akan
dianalisa untuk mengetahui konsentrasi dari setiap komponen air dan untuk mengetahui beban
pencemaran yang terjadi dalam suatu badan air tersebut.
1. Wadah Sampel
Wadah sampel air ini dapat berupa botol tergantung pada persyaratan jumlah sampel air
yang harus diambil untuk digunakan dalam pemeriksaan laboratorium. Oleh karena itu, untuk
wadah pengambilan sampel dalam jumlah yang banyak dapat pula berupa jeregen. Sebagai mana
yang terlihat pada gambar di bawah ini.
Tabel 2. Kelebihan/kelemahan wadah botol dan wadah jeregen dalam pengambilan air sampler.
2. Preservasi
Gangguan umum yang dapat timbul selama penyimpanan dan pengangkutan sampel,
sehingga tidak dapat mengubah sifat keaslian dari sampel, dan mengakibatkan sampel menjadi
tidak presentatif, adalah sebagai berikut :
- Gas O2, CO2 dapat diserap oleh air atau dapat lenyap dari air sampel
(ke udara).
- Zat tersuspensi dan kloidal dapat membentuk flok-flok tersendiri dan
mengendap, sehingga terdapat sampel-sampel yang berbeda dengan keadaan asli, paling
sedikit endapan tersebut harus dijadikan suspensi lagi secara merata sebelum analisa
dilakukan dengan mengocok botol secara hati-hati.
- Beberapa zat terlarut dapat dioksidadi oleh oksigen terlarut sehingga
senyawa berubah misalnya Fe2+, Mn2+ (terlarut akan berubah menjadi Fe3+, Mn4+ (endapan)
sehingga hilang dari larutannya. Beberapa zat terlarut dapat bereaksim misalnya Ca2+, dan
CO2 dapat membentuk CaCO3 yang mengendap, hal tersebut terjadi jika nilai pH berubah,
misalnya karena kadar CO2 tidak tetap sama, atau karena pertumbuhan ganggang.
- Lumut, ganggang dan jamur dapat tumbuh dalam sampel yang tidak
disimpan pada tempat gelap dan dingin atau bila pH rendah, zat argartis akan terus dicerna
oleh bakteri yang aktif.
- Populasi bakteri dapat berubah secara menyeluruh dalam waktu
beberapa jam saja sehingga merupakan gangguan dari analisa mikrobiologi.
Cara pengawetan sampel tergantung dari analisa yang akan dilakukan, juga bagi suatu
unsur-unsur tertentu. Cara analisis dapat juga dipilih tergantung kemungkinan dan cara
pengawetan yang ada. Salah satu cara pengawetan sampel yang umum adalah Susana dingin,
sampel diangkut dalam kotak isotermis yang mengandung es biasa atau es kering (CO 2), lalu
disimpan di kulkas atau freezer. Cara pengawetan sampel yang dilakukan dalam praktek kali ini
adalah seperti yang ada dalam table berikut.
Tabel 3. Pengawet dan wadah yang diperlukan untuk pengawetan air contoh sesuai dengan parameter
yang diukur.
Lama
Parameter Wadah Pengawetan
penyimpanan
Marjan Bato – C252 110121 @ SPL 2012 Page 9
1 2 3 4
Temperatur Ceregen / botol Tanpa pengawet -
Ph Ceregen / botol Tanpa pengawet dan simpan
pada 4°C 2 jam
Warna Ceregen / botol Tanpa pengawet dan Simpan 2 hari
pada 4°C
Kekeruhan Ceregen / botol Simpan dalam botol gelap 1 / 2 hari
Oksigen terlarut Ceregen Langsung diukur 0.5 jam tak
(DO) boleh 8 jam
BOD Ceregen / botol Dinginkan pada suhu 4°C 6 jam / 14 hari
COD Ceregen / botol Simpan pada 4°C + H2SO4 7 / 28 hari
sampai pH < 2
Alkalinitas - Didinginkan 1 / 14 hari
Kesadahan - Simpan pada 4°C + HNO3 6 bulan
sampai pH < 2
Bahan total organic botol Simpan pada 4°C + HCl 7 / 28 hari
karbon sampai pH < 2
Nitrogen Dinginkan pada 4o C + 7 / 28 hari
H2SO4 sampai pH < 2
Nitrat Ceregen / botol Simpan pada 4°C + H2SO4 48 jam / 28 hari
sampai pH < 2
Nitrit Ceregen / botol Simpan pada 4°C + H2SO4 0 / 48 jam
sampai pH < 2
Amonia Ceregen / botol Simpan pada 4°C + H2SO4 7 / 28 hari
sampai pH < 2
Total nitrogen Cergen / botol Simpan pada 4°C + H2SO4 7 / 28 hari
sampai pH < 2
Phosphat Ceregen / botol Simpan pada 4°C 48 jam / 28 hari
Sulfide Ceregen / botol Simpan pada 4°C + 4 tetes 7 / 28 hari
zinc asetat per 100 ml +
NaOH sampai pH > 9
Sulfat Ceregen / botol Simpan pada 4°C 28 hari
Silika Ceregen / botol Simpan pada 4°C 28 hari
Chloride Ceregen / botol Tanpa pengawet 0.5 / 2 jam
Fluoride botol Simpan pada 4°C 28 hari
Cyanida Ceregen / botol Simpan pada 4°C gelap + 24 jam / 14 hari
NaOH sampai pH < 12
Logam (metals) Ceregen / botol Saring di lapangan + HNO 3 6 bulan
sampai pH < 2
Phenols Ceregen / botol Simpan pada 4°C + H2SO4 28 hari
sampai pH < 2
Arsenic Ceregen / botol HNO3 sampai pH < 2 2 minggu
Selenium Ceregen / botol HNO3 sampai pH < 2 2 minggu
Mercury Ceregen / botol HNO3 sampai pH 2 2 minggu
Boron Ceregen / botol Tanpa pengawet Tak terbatas
Residue Ceregen / botol Simpan pada 4°C 1 minggu
(Total, vola latile,
filterable)
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, H., 2003. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan.
Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Setiyono, H., 1996. Kamus Oseanografi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.