RANCANGAN BRP 2015 Buku 2 Edit 070416 PDF
RANCANGAN BRP 2015 Buku 2 Edit 070416 PDF
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS INDONESIA
2015
KATA SAMBUTAN
KETUA DEPARTEMEN THT FKUI/RSCM
Assalammu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena Revisi Buku Rancangan
Pengajaran Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1 (PPDS Sp-1) Ilmu Penyakit Telinga Hidung
Tenggorok FKUI/RSCM telah dapat diselesaikan.
Revisi Buku Rancangan Pengajaran ini perlu dilakukan karena adanya pembaharuan pada
proses pendidikan dokter spesialis (PPDS) atau Sp-1 ilmu kesehatan THT. Selain itu, dengan
perkembangan mutu layanan rumah sakit yang harus terakreditasi nasional maupun internasional
dan sesuai Academic Health System (AHS), serta mencapai visi misi departemen THT, maka disusun
perangkat pendidikan berupa Buku Rancangan Pengajaran sebagai pedoman untuk melaksanakan
pendidikan secara terstruktur dan berkualitas yang dapat meningkatkan kompetensi akademik dan
kompetensi profesional dari masing-masing peserta program.
Pada era globalisasi ini para lulusan Dokter Spesialis THT diharapkan memiliki kompetensi
profesional yang baik dan bertaraf internasional serta memiliki kompetensi sebagai seorang peneliti.
Semoga dengan terbitnya Buku Rancangan Pengajaran (BRP) ini program pendidikan yang telah
berlangsung selama ini dapat berjalan lebih baik lagi.
Akhirnya kepada penyusun BRP PPDS Sp-1 Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKUI/RSCM
saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas dedikasi,usaha serta waktu yang diluangkan
untuk menyelesaikan buku ini.
Wassalammu’alaikum Wr.Wb.
Dengan mengucap puji syukur ke hadirat Allah SWT, revisi Buku Rancangan
Pengajaran Program Pendidikan Profesi Dokter Spesialis-1 Ilmu Kesehatan THT-KL
FKUI, untuk peserta PPDS Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok FKUI/ RSCM
telah dapat diselesaikan.
BRP ini terdiri atas tiga buku sesuai dengan tahapan proses belajar peserta
PPDS-Sp1 Ilmu Kesehatan THT-KL yaitu Buku 1 Tahap Pembekalan, Buku 2 Tahap
Magang dan Buku 3 Tahap Mandiri. Buku ini berisi materi-materi modul
pendidikan sesuai dengan Kolegium THT-KL, kewenangan klinis sesuai dengan
kompetensi setiap tahap pendidikan, sistem penilaian baik pre-asessment
maupun evaluasi akhir serta aktivitas pembelajaran.
BRP ini selalu akan dievaluasi dan diperbaharui setiap 5 tahun untuk
penyempurnaan dan penjaminan mutu sesuai dengan kemajuan dan
perkembangan Ilmu Kesehatan THT-KL.
Kepada para Staf Pengajar dan para Peserta PPDS Ilmu Kesehatan THT
FKUI/ RSCM kami harapkan selalu mengikuti dan melaksanakan apa yang
tercantum dalam Buku Rancangan Pengajaran ini.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu terlaksananya revisi dan penerbitan Buku Rancangan Pengajaran ini.
Wassalaamu’alaikum Wr.Wb.
Penyusun,
Modul Neurotologi 2
Modul Keterampilan Neurotologi 2
Modul Otologi 2
Modul Keterampilan Otologi 2
Modul Laring Faring 2
Modul Keterampilan Laring Faring 2
Modul Rinologi 2
Modul Keterampilan Rinologi 2
Modul Pelatihan Kegawatan THT 3
Modul Keahlian Komprehensif 3
MODUL NEUROTOLOGI 2 DAN
A. MODUL KETERAMPILAN NEUROTOLOGI 2
Pendahuluan
Mata Kuliah : Modul Neurotologi merupakan materi pendidikan
MKK-2 MD22802323 / yang memberikan pelatihan keprofesian dengan
MPK MD22802524 menerapkan penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah
Jumlah SKS : khususnya dalam bidang Neurotologi THT-KL.
Materi Keahlian Khusus Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta PPDS THT-KL
(MKK) = 1 SKS
diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan
Materi Penerapan
dalam bidang Neurotologi THT-KLdan mencapai kompetensi
Keprofesian (MPK) = 1
yang diharapkan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THT-
SKS
KL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
melewati modul ini:
Lama : 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu
4 Minggu menerapkan etika, disiplin dan taat hukum dengan
rasa tanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya
Ketua Modul : berdasarkan kemampuan intelektual dan profesional.
Ketua Divisi Neurotologi THT-KL Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan
Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien
dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi
dan multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif
dalam lingkup sistem pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan
berkualitas yang berorientasi pada pasien. Area
kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen
Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar
dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL.
Area kompetensi: EBM
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL
dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan
memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya.
Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan
Keterampilan Klinik
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS.
C. Sasaran Pembelajaran
1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi,
patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk
didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis.
2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai
gangguan pendengaran, keseimbangan dan gangguan saraf fasialis.
3. Peserta PPDS THT-KL mampu melakukan pemeriksaan dan mengiterpretasi hasil
pemeriksaan audiologi khusus , keseimbangan khusus dan pemeriksaan fungsi
saraf fasialis khusus.
.
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang Neurotolog THT, meliputi:
1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi,
patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk
didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis.
2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding
mengenai gangguan pendengaran yang disebabkan oleh :
- Atresia liang telinga, mikrotia
- Gangguan fungsi tuba, patolus tuba
- Infeksi (OMSK, labirintitis)
- Timpanosklerosis, Otosklerosis
- Proses sentral (CAPD)
- Vaskuler (sudden deafness, stroke)
- Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL)
- Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis)
- Imunologi (ALHL)
- Kongenital
- Tinitus
- Tumor (neuroma akustik)
- Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid)
3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding
mengenai gangguan keseimbangan perifer yang disebabkan oleh :
- Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler)
- Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik)
- Trauma (trauma kepala)
- Degenerasi (Presbiastasis)
- Imunologi (Menier’e deseases)
- Kongenital, BPV pada anak
- Tumor
- Ototoksik
- BPPV
- Superior canal dehiscent
Melakukan tahap 3c
persiapan pemeriksaan
KHUSUS dan
menginterpretasikan
hasil serta mendiagnosis
gangguan pendengaran,
keseimbangan dan saraf
Fasialis
Anatomi, 3c
fisiologi,patofisiologi,
diagnosis dan
tatalaksana .
indikasi, dan persiapan, 3c
langkah-langkah
pemeriksaan
Gangguan anatomi, fisiologi, 3c
pendengaran, patofisiologi gangguan
keseimbangan dan pendengaran,
saraf fasialis keseimbangan dan saraf
fasialis
Diagnosis dan 3c
tatalaksana
komprehensif.
indikasi, dan langkah- 3c
langkah,
persiapan.pemeriksaa
D.2 Keterampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta PPDS THT-KL mampu:
Tindakan Tingkat
Kewenangan
klinis
1. Tes berbisik 3
2. Tes Garputala 3
3. - PemeriksaanAudiometri nada murni & 3
masking
-Tes SAL(Sensineural Aquity Level) untuk 2
mengatasi dilema masking
- Tes FIT (Fusion at Inferred Threshold)
4. Pemeriksaan audiometri tutur & masking 3
5. Pemeriksaan Psikoakustik untuk Tinitus dan 2
LDL (Loudness Discomfort Level)
3
6. Pemeriksaan penentuan lokasi lesi (site of
lesion) : ABLB, SISI, Tone decay
7. Audiologi pediatric
- Behavioural Observsation Audiometry (BOA) 3
- Visual Reinvorcement Audiometry (VRA) 3
- Tes play audiometri 3
- Tes fungsi persepsi 3
8. Pemeriksaan Timpanometri 3
9. Pemeriksaan Tes Fungsi Tuba 3
10. Tes keseimbangan sederhana 4
11. Head Impulse Test, Head Shaking Test dan 3
Dynamic Visual Acuity Test
12. Pemeriksaan Tes posisi (Dix Hallpike, side lying, 3
roll test)
13. PemeriksaanTes Kalori (dengan air atau udara) 2
14.Pemeriksaan Posturografi 2
15. Tes fungsi motorik saraf fasialis (sistem Freyss 4
atau House-Brackmann)
16. Pemeriksaan Topografi Nervus Fasialis 3
17. Pemeriksaan Elektrofisiologis fungsi saraf Fasialis 2
(NET)
18.Pemeriksaan BERA 2
19.Pemeriksaan ASSR 2
20.Pemeriksaan OAE 3
21.Terapi Reposisi Otolit dan terapi rehabilitasi 3
vestibuler (VRT)
22. Habilitasi dan rehabilitasi fungsi pendengaran 2
G. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS THT-KL harus memenuhi persyaratan kehadiran
sebanyak 90%.
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara
berkesinambungan, bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan
perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk
menilai tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul
Neurotologi.
H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu pertama) dan post test pada
awal minggu ke 6 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis
peserta PPDS THT-KL. NBL adalah 75.
2. Minicex
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta PPDS THT-KL
mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan
tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien.
3. DOPS
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan.
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
I. Pembobotan
J. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Prof.Dr.dr. Jenny Endang Bashiruddin, Sp THT-KL(K)
2. Dr. Widayat Alviandi, Sp THT-KL(K)
3. Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT-KL (K)
K. Lahan Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Ruang rawat Gedung A RSCM
L. Matriks Kegiatan modul Neurotologi II
Diagnosis dan
tatalaksana
Gangguan saraf
fasialis
pelatihan
pemeriksaan
audiologi,
keseimbangan, saraf
fasialis KHUSUS
Pelatihan interpretasi
pemeriksaan
audilogi,
keseimbangan dan
saraf fasialis
KHUSUS
Evaluasi
kemampuan
program studi
Senin s/d 08.00-15.30 Diagnosis dan Prof.Dr.dr. Jenny Diskusi topic
Jum’at tatalaksana E B, Sp THT
(Minggu II) Gangguan Kerja praktek
pendengaran Dr. Widayat
Diagnosis dan Alviandi, Sp THT CBD/case based
tatalaksana discussion
Gangguan Dr. Brastho
keseimbangan Bramantyo, Sp
Diagnosis dan THT
tatalaksana
Gangguan saraf
fasialis
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi
audiologi khusus
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi
keseimbangan
khusus
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi fasialis
khusus
Senin s/d 08.00-15.30 Diagnosis dan Prof.Dr.dr. Jenny Diskusi/Praktikum
Jum’at tatalaksana E B, Sp THT
(Minggu III) Gangguan Dr. Widayat
pendengaran Alviandi, Sp THT
Diagnosis dan Dr. Brastho
tatalaksana Bramantyo, Sp
Gangguan THT
keseimbangan
Diagnosis dan
tatalaksana
Gangguan saraf
fasialis
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi
audiologi khusus
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi
keseimbangan
khusus
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi fasialis
khusus
Daftar Pustaka:
1. Jackler RK, Brackmann DE, Neurotology
2. Katz J, Clinical Audiology
3. Gelfand SA, Essentials of Audiology
4. Herdman SJ, Vestibuler Rehabilitation
5. May M, Schaitkin BM, The Facial Nerve
MODUL OTOLOGI 2 DAN
MODUL KETERAMPILAN OTOLOGI 2
Mata Kuliah :
A. Pendahuluan
MKK-1 MD22802325 /
Modul otologi-2 adalah materi pendidikan yang
MPK MD22802526 memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
pembelajaran penatalaksanaan penyakit-penyakit tersering
Jumlah SKS : yang dijumpai di bidang otologi ilmu kesehatan telinga
hidung tenggorok bedah kepala leher (THT-KL).
Materi Keahlian Khusus
Tujuan Pembelajaran
(MKK) = 1 SKS Setelah melewati modul ini, peserta program
Materi Penerapan diharapkan mampu memahami patogenesis penyakit,
Keprofesian (MPK) = 1 SKS menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan
memberikan terapi penyakit-penyakit telinga di bidang
otologi ilmu kesehatan THT-KL. Komponen kompetensi yang
Lama : diharapkan tercapai setelah melewati modul ini:
4 Minggu 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika,
disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam
Ketua Modul : mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual dan
profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan
Ketua Divisi Otologi THT-KL
Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga, dan
Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam lingkup
sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area kompetensi:
Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-prinsip
patient safety dan pelayanan berkualitas yang berorientasi pada
pasien. Area kompetensi: Patient Safety dan Sistem Manajemen
Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan mengikuti
perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan dan
teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat kompetensi yang
tinggi dengan memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya.
Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
A. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) tahap pembekalan
semester II yang sudah melalui modul terintegrasi bidang keilmuan dasar THT-KL.
B. Sasaran Pembelajaran
1. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien kelainan kongenital telinga sesuai
kompetensinya.
2. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien trauma telinga sesuai kompetensinya.
3. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien benda asing telinga (luar, tengah dan
dalam) sesuai kompetensinya.
4. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga luar sesuai
kompetensinya.
5. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga tengah sesuai
kompetensinya.
6. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga dalam sesuai
kompetensinya.
7. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit tumor jinak dan ganas telinga
sesuai kompetensinya.
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan proses pembelajaran PPDS THT-KL
mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan
diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya pada
tatalaksana pasien sesuai kompetensinya :
1. Kelainan-kelainan kongenital telinga, yaitu:
i. Kelainan kongenital telinga herediter.
ii. Kelainan kongenital telinga non-herediter.
2. Jenis trauma telinga, yaitu:
i. Trauma mekanik pada telinga.
ii. Trauma kimia pada telinga.
iii. Trauma akustik pada telinga.
3. Benda asing telinga (luar, tengah dan dalam).
4. Penyakit inflamasi telinga luar, yaitu:
i. Otitis eksterna sirkumskripta.
ii. Otitis eksterna difusa.
5. Penyakit-penyakit inflamasi telinga tengah, yaitu:
i. Otitis media supuratif.
ii. Otitis media non-supuratif.
6. Penyakit-penyakit inflamasi telinga dalam, yaitu:
i. Labirinitis.
ii. Penyakit Meniere.
iii. Neuronitis vestibularis.
iv. Presbiakusis.
v. Ototoksisitas.
vi. Sudden deafness.
vii. Tuli akibat bising.
D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk
dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak 90%
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan
untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul otologi-1.
G. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
a. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre test pada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) = 75.
b. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan data,
menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
c. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
d. Logbook
e. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
H. Pembobotan
Daftar Pustaka:
1. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung
Tenggorok. Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009.
2. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery
Otolaryngology, 5th ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and
Wilkins, 2014.
3. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed,
Lea-Febiger, 1985.
4. Adam GL, Boies LR,Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6 th ed. WB
Saunders Co.1989.
MODUL LARING FARING 2 DAN
MODUL KETERAMPILAN LARING FARING 2
A. Pendahuluan
Mata Kuliah : Modul Laring Faring adalah materi pendidikan yang
MKK-1 MD22802327 / memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
MPK MD22802528 penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam
Jumlah SKS : bidang Laring Faring THT-KL.
Materi Keahlian Khusus Tujuan Pembelajaran
(MKK) = 1 SKS Setelah melewati modul ini, peserta program PPDS
Materi Penerapan diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam
Keprofesian (MPK) = 1 bidang Laring Faring THT-KLdan mencapai kompetensi yang
SKS diharapkan di bidang Laring Faring ilmu kesehatan THT-
KL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
melewati modul ini:
Lama : 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
4 Minggu etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung
jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan
Ketua Modul : kemampuan intelektual dan profesional. Area
Ketua Divisi Laring Faring THT-KL kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang
semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
Faring dan laring, termasuk didalamnya tonsil, sistem terbentuknya suara, sistem
vaskularisasi, persarafan.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia, Sumbatan
Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring,
Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang Laring Faring THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi,
tumbuh-kembang larin dan faring, termasuk didalamnya tonsil, sistem
pembentukan suara, sistem vaskularisasi, persarafan.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia,
Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam,
Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas
laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome
3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif
disphonia, Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher
dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi
ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome.
Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap Kewenangan
Klinis
interpretasi CT-scan
Handling RFL
managemen pasien
trauma laring
basic surgical
landmark, indikasi,
kontraindikasi,
komplikasi, persiapan
operasi, alat-alat yang
akan dipakai
patofisiologi, dan
tatalaksana trauma
larig
indikasi,
kontraindikasi,
komplikasi,
persiapan, langkah-
langkah tindakan
rekonstruksi laring
Abses leher dalam anatomi, patofisiologi
abses leher dalam
tatalaksana
komprehensif
indikasi,
kontraindikasi,
komplikasi, langkah-
langkah, persiapan.
Obructive sleep anatomi, fisiologi,
apnea syndrome patofisiologi
(OSAS) sumbatan
pemeriksaan RFL,
muller maneuver,ESS,
dan
mengintrepetasikan
polisomnografi
tatalaksana
komprehensif
(OSA surgery,
edukasi,
Tumor ganas laring anatomi, fisiologi,
patofisiologi laring
indikasi,
kontraindikasi dan
komplikasi
laringektomi dan
diseksi leher
Persiapan dan
melakukan
trakeostomi
Stenosis laring patofisiologi stenosis
laring
diagnosis dan
komplikasi
Persipan pre operasi
alat-alat yang
dipersiapkan
Disfonia Fisiologi, etiologi dan
patofisiologi
diagnosis dan
diagnosis banding
tatalaksana
komprehensif
Kelainan kongenital Tumbuh kembang
(Laryngomalasia, diagnosis
laryngeal web, tatalaksana
laryngeal cleft, komprehensif
hygroma colli,
hemangioma,parese
)
Infeksi faring laring anatomi, histologi,
(tonsilitis faringitis, patofisiologi
laringitis) diagnosis
komplikasi
tatalaksana
komprehensif
Lesi jinak laring patofisiologi
(hemangioma, diagnosis
Papiloma tatalaksana
laring,granuloma,no komprehensif
dul, polyp,
D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
J. Pembobotan
L. Matriks Kegiatan
Senin s/d 08.00-15.30 Infeksi laring faring Prof. Dr. HBH Diskusi topik
Jum’at Dysphonia Dr.SMH Kerja praktek
Minggu I Sumbatan Jalan Dr.ARI CBD/case based
Napas Atas Dr.FFZ discussion
(Sumbatan laring) Ujian tulis: Essay
Abses leher dalam
Kelainan kongenital
laring
Trauma laring
Lesi jinak laring
Pelatihan
menggunakan
flexible optic
laryngoscop
Senin s/d 08.00-15.30 Infeksi laring faring Prof. Dr. HBH
Jum’at Dysphonia Dr.SMH
Minggu II Sumbatan Jalan Dr.ARI
Napas Atas Dr.FFZ
(Sumbatan laring)
Abses leher dalam
Kelainan kongenital
laring
Trauma laring
Lesi jinak laring
Pelatihan membaca
CT-scan/ PSG
Senin s/d 08.00-15.30 Infeksi laring faring Prof. Dr. HBH Diskusi/Praktikum
Jum’at Dysphonia Dr.SMH
Minggu III Sumbatan Jalan Dr.ARI
Napas Atas Dr.FFZ
(Sumbatan laring)
Abses leher dalam
Kelainan kongenital
laring
Trauma laring
Pelatihan ekstraksi
benda asing
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan, tumbuh
kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta septum nasal.
2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan komplikasi
dari penyakit hidung dan sinus paranasal.
3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan pemeriksaan
penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan.
4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar
5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif baik
medikamentosa maupun pembedahan
6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi operasi
serta alat-alat yang diperlukan.
7. Residen THT mampu menjelaskan basic surgical landmark dan tahapan-tahapan
operasi
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang Rinologi THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan,
tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta
septum nasal.
2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan
komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal.
3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan.
4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar
5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif
baik medikamentosa maupun pembedahan
6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi
operasi serta alat-alat yang diperlukan.
7. Residen THT mampu menjelaskan basic surgical landmark dan tahapan-
tahapan operasi
Lingkup Pokok Tahap
Bahasan bahasan Kewenangan
Klinis
Inflamasi dan Rinosinusitis 3c
atau infeksi akut
hidung dan
Rinosinusitis 3c
sinus
kronik
paranasal
Polip nasal 3c
Snusitis 3c
dentogen
Infeksi jaringan 3c
lunak
(vestibulitis,
selulitis)
Penyakit 3c
autoimun
(bersama divisi
alergi
imunologi)
Sinusitis Jamur 3c
Abses Septum 3c
Kelainan kelainan 3c
anatomi septum
atresia koana 3c
Gangguan anosmia 3c
penghidu trauma
anosmia pasca 3c
infeksi
Epistaksis epistaksis 3c
anterior
epistaksis 3c
posterior
Benda Asing, 3c
Lesi jinak Angiofibroma 3c
hidungdan
sinus
paranasal
(angiofibroma,
papiloma 3c
Papiloma
inverted
inverted,
bekerjasama
dengan divisi
onkologi THT)
D.2 Keterampilan
Pembacaan CT-Scan 4
evaluasi menggunakan nasal 2,3
endoskop 30,45, 70, 110 derajat
tatalaksana medikamentosa 3
tatalaksana pembedahan : 2
Septoplasti
tatalaksana pembedahan: 2
Reduksi Konka Inferior
G. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Rinologi.
I. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
G. Pembobotan
H. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Dr. Umar Said Dharmabakti, Sp THT-KL(K)
2. Dr. Endang Mangunkusumo, Sp THT-KL(K)
3. DR.Dr. Retno S Wardani, Sp THT-KL (K)
4. Dr. Febriani Endiyarti, Sp THT-KL
Lahan Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Instalasi Bedah Pusat RSCM
3. Ruang rawat Gedung A RSCM
I. Matriks Kegiatan
Pre Assesment
modul pembekalan
pelatihan
penggunaan nasal
endoskop bersudut
pelatihan membaca
CT-scan dengan
program osirix
pelatihan septoplasti
kambing
epistaksis
gangguan penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung dan
sinus paranasal
Senin 08.00- Infeksi dan inflamasi idem
s/d 15.30 hidung dan sinus
Jum’at paranasal
Minggu
VI kelainan anatomi
epistaksis Ujian Minicex, CBD
gangguan penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung dan
sinus paranasal
Daftar Pustaka
1. Adam GL, Boies LR, Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. WB Saunders
Co.1989.
2. Iskandar N, Soepardi EA., Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung
Tenggorok. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009.
3. Bailey BJ, Johnson JT.: Head and Neck Surgery Otolaryngology. Philadelphia. Lippincott
Williams & wilkins. 4th Ed. 2006.
4. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea –Febiger,
1985. Scott Brown: Otolaryngology, 6th Ed, JP Lippincont, 1997.
5. Lee KJ.: Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery, New York. McGraw Hill, 8 th
Ed.2003.
6. Kennedy DW, Bolger WE,Zienrech SJ.: Diseases of the Sinuses, diagnosis and
management, 1st Ed.Ontario, BC Decker Inc, 2001.
7. Stammberger H.: Functional Endoscopic Sinus Surgery. The Messerklinger technique,
Philadelphia, BC Decker Inc 1991.
8. Wormald PJ.: Endoscopic Sinus Surgery. Anatomy, Three-Dimensional Reconstruction
and Surgical Technique, New York. Thieme, 2nd Ed.2008.
9. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C et al. European Position Paper on
Rhinosinusitis and Nasal Polyps. 2012.
MODUL PELATIHAN KEGAWATAN THT 3
Mata Kuliah :
A. Pendahuluan
MPA MD22802531
Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan yang
memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan penyakit serta
Jumlah SKS : kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang kegawatdaruratan
Modul Pelatihan Kegawatan THT THT-KL.
3 (1 SKS)
Tujuan Pembelajaran
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester IV
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan
THT.
3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain
dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT.
D. Lingkup Bahasan
I.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami,
menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan
THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding:
1. Benda asing di THT
2. Nyeri telinga akut
3. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
4. Trauma telinga dan tulang temporal
5. Tuli mendadak
6. Epistaksis
7. Trauma wajah
8. Trauma jaringan lunak wajah
9. Trauma hidung
10. Abses leher
11. Sumbatan laring
12. Trauma trakea
13. Disfagia
14. Esofagitis korosif
Kewenang
Lingkup Bahasan pokok bahasan
an klinis
3c
Manajemen pasien
Benda Asing di THT
3c
3c
indikasi, kontraindikasi, komplikasi,
persiapan, langkah-langkah
pengambilan benda asing di THT
3c
3c
Tatalaksana Komprehensif
3c
Anatomi, fisiologi, patofisiologi
Komplikasi Intrakranial Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis
Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis
Media Supuratif Kronis:
Meningitis Otogenik 3c
Trombosis Sinus
Lateralis Diagnosis
Abses Ekstradural
Abses Subdural 3c
Abses Otak Otogenik
Hidrosefalus Otikus Rencana Tatalaksana komprehensif
Epistaksis
Perdarahan Anterior 3c
Perdarahan Posterior
Diagnosis
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Anatomi, histologi, patofisiologi
Trauma Muka
Fraktur Tulang Hidung 3c
Fraktur Maksila Diagnosis
Fraktur Zigoma
Fraktur Mandibula
3c
Fraktur Orbita
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
3c
Komplikasi
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
3c
Abses Leher
Abses Peritonsil 3c
Abses Retrofaring Diagnosis
Abses Parafaring
Abses Submandibula 3c
3c
Sumbatan Laring Anatomi, histologi, patofisiologi
Radang
Tumor 3c
Kelainan Kongenital Diagnosis
Paresis Postikus
Bilateral 3c
Trauma
Benda Asing Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Trauma Trakea
Anatomi, histologi, patofisiologi
Trauma Tumpul
Trauma Tajam 3c
Trauma Endogen Diagnosis
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Disfagia 3c
Kelainan Faring Diagnosis dan diagnosis banding
Kelainan Esofagus
3c
Anatomi, histologi, patofisiologi
3c
Diagnosis
Esofagitis Korosif
3c
I.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Keterampilan Tahap
Pembekalan
Semester 4
Ekstraksi Benda Asing:
Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi 3,4
Benda asing di trakea: persiapan bronkoskopi 1
Benda asing di bronkus : persiapan bronkoskopi 1
Benda asing di esofagus: persiapan esofagoskopi 1
Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi 3
Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak
3
langsung
Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam 3
Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait 3
Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset 3
Nyeri telinga akut
Tatalaksana Medikamentosa 3
Pemasangan tampon telinga 3
Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
Tatalaksana Medikasmentosa 3
Trauma telinga dan tulang temporal 3
Tuli mendadak
Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa 3
Epistaksis
Pemasangan tampon anterior 3
Pemasangan tampon posterior 3
Trauma muka
Trauma jaringan lunak muka
Bedah minor 1
Trauma hidung
Reduksi tertutup 0
Aspirasi dan insisi hematoma septum 0
Abses leher
Aspirasi dan insisi abses peritonsil 1
Aspirasi dan Insisi abses submandibular 0
Aspirasi dan Insisi abses retrofiring 0
Aspirasi dan Insisi abses parafaring 0
Terapi medikamentosa 0
Sumbatan jalan napas atas
Tindakan laringoskopi tidak langsung 3,4
Tindakan laringoskopi langsung 1
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 2
Trakeostomi primer 1
Trauma trakea
Tindakan laringoskopi langsung 1
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 2
Trakeostomi primer 1
Pemasangan NGT 3
Disfagia
Pemasangan NGT 3,4
Esofagitis korosif
esofagoskopi 1
Pemasangan NGT 3
G. Pembobotan
Daftar Pustaka:
1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung tenggorok.
Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008
MODUL KEAHLIAN KOMPREHENSIF 3
Mata Kuliah :
A. Pendahuluan
MPA MD22802432
Modul Keahlian Kompehensif THT 3 adalah materi
pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan serta
Jumlah SKS : mendorong peserta didik agar mampu menyusun karya ilmiah dan
Modul Keahlian Komprehensif melakukan presentasi ilmiah sehingga menjadi dasar dalam
THT 3 (2 SKS) melakukan pendekatan diagnosis serta penatalaksanaan kasus-
kasus THT sesuai dengan evidence based medicine.
Tujuan Pembelajaran
Lama : Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
6 Bulan (Selama Periode mampu mencapai kompetensi yang diharapkan dalam menyusun
Semester II) dan mempresentasikan karya ilmiah sesuai dengan evidence
based medicine. Komponen kompetensi yang diharapkan
tercapai setelah melewati modul ini:
Ketua Modul :
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan etika,
Koordinator Penelitian THT-KL
disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab dalam
mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan intelektual
dan profesional. Area kompetensi: Profesionalisme, dan Etik
dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan keluarga,
dan Komunikasi efektif interprofesi dan multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Area
kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga prinsip-
prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas yang
berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient Safety
dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat
kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan
Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang Semester IV
C. Sasaran Pembelajaran
C.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu:
1. Melakukan penulisan karya ilmiah.
2. Melakukan penelusuran kepustakaan dengan baik dan benar.
3. Melakukan critical appraisal terhadap kepustakaan yang digunakan sebagai
landasan pembuatan karya ilmiah.
4. Melakukan presentasi ilmiah dengan baik dan benar.
C.2 Sikap dan Perilaku
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu menjaga
etika terhadap pasien, staf pendidik, kolega, paramedik dan nonpramedik. Disiplin
dan bertanggung jawab serta taat terhadap jadwal diskusi. Peserta didik dapat
berkomunikasi jujur dan terbuka, bekerjasama dalam tim serta menjunjung tinggi
etika penulisan karya ilmiah.
F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan penilaian karya ilmiah dan
presentasi oleh pembimbing, moderator dan penguji
H. Sumber Daya
Pelaksana modul : 1. DR dr Susyana Tamin SpTHT-KL(K)
2. dr. Nina Irawati SpTHT-KL(K)
3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat
Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994,
5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery,
Elseiver Science Publishers, 1989.
6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5th edition
Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014
7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery
6th edition Lippincott William &wilkins,
SEMESTER V
Mata Kuliah :
A. Pendahuluan
MKK-1 MD22802333 /
Modul EBE adalah materi pendidikan yang memberikan
MPK MD22802534 dasar pengetahuan keahlian dalam bidang ilmu penyakit THT
Jumlah SKS : agar peserta program PPDS semester V tahap magang mampu
Materi Keahlian Khusus memecahkan masalah ilmu penyakit THT-KL secara ilmiah
khususnya dalam bidang EBE yaitu KELAINAN DI TRAKTUS
(MKK) = 1 SKS
TRAKEOBRONKIAL, ESOFAGUS DAN KESULITAN MENELAN
Materi Penerapan OROFARING.
Keprofesian (MPK) = 1 Tujuan Pembelajaran
SKS Setelah melewati modul ini, peserta program PPDS
diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dan
Lama : mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang EBE ilmu
4 Minggu kesehatan THT-KL.Komponen kompetensi yang diharapkan
tercapai setelah melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
Ketua Modul :
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
Ketua Divisi Endoskopi
dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
Bronkoesofagologi THT-KL
intelektual dan profesional. Area kompetensi:
Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat
kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi: Pendekatan
Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester V
D. LINGKUP BAHASAN
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program PPDS
mampu menjelaskan dan memahami :
1. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan struktur penting dan fungsi traktus
trakeobronkial esofagus, orofaring serta konsep dasar dan terminologi
anatomi.
2. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan proses fisiologi, dan patogenesis
kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan
orofaring
3. Peserta PPDS THT mampu menjelaskan pemberian modalitas farmakologi,
penggunaan radiologi.
4. Peserta PPDS THT mampu menguraikan tindakan pembedahan yang
berhubungan dengan kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan orofaring
5. Peserta PPDS mampu menjelaskan dan mempersiapkan peralatan yang
dibutuhkan untuk tindakan esofagoskopi /bronkoskopi untuk diagnosis dan
terapiutik kelainan di traktus trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan
menelan orofaring
6. Peserta PPDS melakukan endoskopi/tindakan lain baik berupa
rinolaringoskopi fleksibel, bronkoskopi ataupun esofagoskopi rigid/fleksibel
sebagai bagian dari penatalaksanaan di traktus trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan orofaring
9. Mampu mendiagnosis tanda-tanda komplikasi akibat kelainan di traktus
trakeobronkial, esofagus dan masalah kesulitan menelan orofaring.
Tata laksana
komprehensif
Komplikasi dan
tatalaksananya
Esofagitis : Patofisiologi 3c
Refluks Diagnosis ( gejala,
Eosinofilik tanda klinis)
Pemeriksaan
penunjang (Radiologi,
CT scan, Barium
esofagogram, pH metri,
Esofagoskopi kaku dan
fleksibel, biopsy
mukosa)
Tata laksana
komprehensif
Komplikasi dan
tatalaksananya
Gangguan Patofisiologi dan jenis 3c
neuromuscular : kelainan.
spasme difus
esofagus,
Nutcracker
Diagnosis ( gejala,
Esofagus
tanda klinis)
Akalasia,
divertikulum Pemeriksaan
penunjang (Radiologi,
CT scan, Barium
esofagogram, pH metri,
Manometri,
Esofagoskopi kaku dan
fleksibel, biopsy
mukosa)
Tata laksana
komprehensif
Komplikasi dan
tatalaksananya
Disfagia fase Patofisiologi dan jenis 3c
oral dan fase kelainan.
faring
Diagnosis ( gejala,
tanda klinis)
Pemeriksaan
penunjang (FEES,
Videofluruoskopi, CT
scan
Tata laksana
komprehensif
Komplikasi dan
tatalaksananya
Benda asing Patofisiologi 3c
traktus
trakeobronkial
Diagnosis ( gejala,
tanda klinis)
Pemeriksaan
penunjang (Radiologi,
CT scan, Bronkoskopi
kaku dan fleksibel,
Virtual bronkoskopi)
Tata laksana
komprehensif
Komplikasi dan
tatalaksananya
D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Keterampilan Tahap Magang
Semester V
Melakukan konseling edukasi 4
pasien sesuai kelainan di traktus
trakeobronkial, esofagus dan
masalah kesulitan menelan
orofaring
Melakukan konseling pemberian 4
modalitas farmakologi,
penggunaan pemeriksaan
penunjang
TINDAKAN TINGKAT
KEWENANGAN KLINIS
Melakukan anamnesis dan
4
pemeriksaan fisik
Pemeriksaan rhinolaringoskopi
4
serat optic lentur
Trakeo - Bronkoskopi Kaku
3
(Bonkoskopi diagnostik)
Trakeo - Bronkoskopi Fleksibel 2
Ekstraksi Benda Asing Trakeo-
Bronkus dengan Bronkoskopi 3
kaku
Esofagoskopi kaku 4
Ekstraksi Benda Asing Esofagus
3
dengan Esofagoskopi kaku
Biopsi tumor trakea-bronkus
2
dengan Bronkoskopi kaku
Biopsi tumor esofagus dengan
3
Esofagoskopi kaku
Trans Nasal Esophagoscopy
2
(Flexible Esophagoscopy)
Dilatasi Esofagus dengan
Esofagoskopi Rigid
2
(Esophagoscopic Dilation Under
Direct Vision)
FEES (Flexible Endoscopic
4
Esophageal of the Swallowing)
F. Metode Dan Tahapan Pengajaran
Metode pengajaran pada modul disfagia THT-KL meliputi
a. Belajar mandiri
b. Kuliah interaktif
c. Kerja praktek
G. Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebagai
berikut
Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya
seluruh kompetensi yang diharapkan di modul EBE
I. Pembobotan
K. Matriks Kegiatan
Daftar Pustaka
1. Griffith P.F, Joel D.C, Jean D : Trauma. Foreign Bodies. Esophageal surgery, 2 nd ed. 2002:577-
615
2. Schiratzki H: Removal of Foreign Body in The Esophagus. Archives of Otolaryngology. 1976;102
(4): 238-40.
3. Ellen MF. Caustic Ingestion and Foreign Bodies in the Aerodigestive Tract. In: Byron I, Bailey eds.
Head and Neck Surgery Otolaryngology, 2nd edition. Lippincot-Raven.1998
4. Byron J, Bailey, Karen H, Calhoun. In: Byron I, Bailey eds. Atlas of Head and Neck Surgery-
Otolaryngology.2nd edition. Lippincot, Philadelphia 2001: p834-5
5. Leder SB, Sasaki CT, Burrell MI. Fiberoptic endoscopic evaluation of dysphagia to identify silent
aspiration. Dysphagia 1998;13:19-21.
6. Tamin S, Ku PK, Cheung D. Assessment and management of dysphagia with fiberoptic endoscopic
examination of swallowing (FEES) and its future implementation in Indonesia. ORLI. 2004; 34(4):
26-33.
7. Kendall K. Head and Neck : Structures, functions, and evaluation in dysphagia. In : Leonard R,
Kendall K,editors. Dysphagia assessment and treatment planning. A team approach,1st ed. San
Diego, London: Singular Publishing Group Inc; 1997. p.7-18.
8. McCulloch TM, Van Daele DJ. Normal anatomy and physiology of the nose, the pharynx, and the
larynx. In: Langmore SE, editors. Endoscopic evaluation and treatment of swallowing Disorder,
1st ed. New York, Stuttgart: Thieme; 2001. p. 7-36.
9. Eibling DE. Organs of swallowing. In: Carrau RL, Murry T, editors. Comprehensive Management
of swallowing disorders,1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group;1999. p. 11-21.
10. Marks L, Rainbow D. Neuro antomy and anatomy of the normal swallowing process in adults.
In: Marks L, Rainbow D, editors. Working with dysphagia, 1st ed. United Kingdom: Speechmark
Publishing Ltd; 2001.p. 2-6.
11. Aviv JE. The normal swallow. In: Carrau RL, Murry T, editors. Comprehensive management of
swallowing disorders, 1st ed. San Diego, London: Singular Publishing Group;1999.p. 23-9.
12. Adams G.L., Boies L.R, Higler P.A., Buku Ajar Penyakit THT. EGC. Jakarta. Hal 455.
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi dan surgical landmark tumor dibidang
Onkologi THT dengan lengkap
2. Residen THT mampu menjelaskan patofisiologi tumor dibidang Onkologi THT
3. Residen THT mampu menginterpretasi hasil pemeriksaan penunjang (radiologi,
histopatologi, serologi) tumor dibidang Onkologi THT
4. Residen THT mampu menegakkan diagnosis tumor dibidang Onkologi THT
5. Residen THT mampu merencanakan tatalaksana komprehensif tumor dibidang
Onkologi THT
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Sesuai dengan modul Kolegium THT-KL diharapkan setelah menyelesaikan
pembelajaran peserta program mampu menjelaskan penegakkan diagnosis dan
tatalaksana tumor dibidang Onkologi THT, yang meliputi:
- Karsinoma nasofaring
- Tumor sinonasal
- Angiofibroma
- Tumor rongga mulut, oropharynx, hipofaring
- Tumor kelenjar liur
- Tumor tiroid
- Tumor ganas kulit di kepala leher
- Unknown primary tumor
- Ca Laryng
Patofisiologi 3C
Diagnosis histopatologi 3C
Interpretasi
imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
Penegakan Diagnosis 3C
Tatalaksana
Informed consent 3C
Komplikasi tindakan
Cara mengatasi
komplikasi
Teknik 3C
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
Interpretasi hasil
pemeriksaan
Teknik biopsi local dengan 3C
endoskopi rigid (bekerja
sama dengan divisi
rinologi)
Teknik biopsi local dengan
endoskopi fleksibel
Angiofibroma Anatomi 3C
Patofisiologi 3C
- Diagnosis histopatologi - 3C
- Interpretasi
imunohistokimia
- CT/MRI scan
- Foto thoraks
- USG Abdomen
- Bone scan
- Pet scan
Penegakan Diagnosis 3C
Tatalaksana
Informed consent 3C
Komplikasi tindakan
Cara mengatasi
komplikasi
Teknik 3C
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
Interpretasi hasil
pemeriksaan
Teknik biopsi local dengan 3C
endoskopi rigid (bekerja
sama dengan divisi
rinologi)
Teknik biopsi local dengan
endoskopi fleksibel
Anatomi 3C
Patofisiologi 3C
Diagnosis histopatologi 3C
Interpretasi
imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
Tumor rongga Penegakan Diagnosis 3C
mulut, oropharynx, Tatalaksana
hipofaring
Informed consent 3C
Komplikasi tindakan
Cara mengatasi
komplikasi
Teknik 3C
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
Interpretasi hasil
pemeriksaan
Teknik biopsi local dengan 3C
endoskopi rigid (bekerja
sama dengan divisi
rinologi)
Teknik biopsi local dengan
endoskopi fleksibel
Patofisiologi 3C
Diagnosis histopatologi 3C
Interpretasi
imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
Penegakan Diagnosis 3C
Tatalaksana
Informed consent 3C
Komplikasi tindakan
Cara mengatasi
komplikasi
Teknik 3C
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
Interpretasi hasil
pemeriksaan
Teknik biopsi local dengan 3C
endoskopi rigid (bekerja
sama dengan divisi
rinologi)
Teknik biopsi local dengan
endoskopi fleksibel
Patofisiologi 3C
Diagnosis histopatologi 3C
Interpretasi
imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
Penegakan Diagnosis 3C
Tatalaksana
Informed consent 3C
Komplikasi tindakan
Cara mengatasi
komplikasi
Teknik 3C
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
Interpretasi hasil
pemeriksaan
Teknik biopsi local dengan 3C
endoskopi rigid (bekerja
sama dengan divisi
rinologi)
Teknik biopsi local dengan
endoskopi fleksibel
Anatomi 3C
Ca Laring Anatomi 3C
Patofisiologi 3C
Diagnosis histopatologi 3C
klasifikasi WHO /WF
Interpretasi
imunohistokimia
CT/MRI scan
Foto thoraks
USG Abdomen
Bone scan
Pet scan
Penegakan Diagnosis 3C
Tatalaksana
Informed consent 3C
Komplikasi tindakan
Cara mengatasi
komplikasi
Teknik 3C
rinofaringolaringoskopi
(bekerjasama dengan
divisi Laringfaring)
Interpretasi hasil
pemeriksaan
Teknik biopsi local dengan 3C
endoskopi rigid (bekerja
sama dengan divisi
rinologi)
Teknik biopsi local dengan
endoskopi fleksibel
D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul alergi
imunologi.
H. Pembobotan
I. Sumber Daya
Pelaksana modul : 1. dr. Zanil Musa, Sp THT-KL(K)
2. dr. Marlinda Adham, Sp THT-KL(K), PhD
3. dr. Ika Dewi Mayangsari, Sp THT-KL
Lahan Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
J. Matriks Kegiatan
Daftar Pustaka:
1. AbbasAK, Lichtman AH, Pillai S. Cellular and Molecular Immunology. 6th Ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2010.
2. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Klinik Dasar. 8th Ed. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI;2009.
3. Krause JH, Chadwick SJ, Gordon B, Derebery M, editors. Allergy and Immunology. An
Otolaringic Approach. Philadelphia:Lippincott Williams & Wilkins;2002.
4. King HC, Mabry RL, Mabry CS. Allergy in ENT Practice – A Basic Guide. New
York:Thieme;1998.
5. Bousquet J, et al. WHO Initiative-ARIA . J Allergy Clin Immunol 2001; 108 (5): 147-334
6. Bousquet J, et al. Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma (ARIA) 2008 update (in
collaboration with the World Health Organization, GA(2)LEN and AllerGen). J Allergy
2008 Apr ; 63 (86):8-160
7. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009.
8. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5 th ed,
Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014.
MODUL PLASTIK REKONSTRUKSI 2 DAN
MODUL KETERAMPILAN PLASTIK REKONSTRUKSI 2
Mata Kuliah :
A. Pendahuluan
MKK-1 MD22802337 /
Modul Plastik Rekonstruksi II adalah materi pendidikan yang
MPK MD22802538 memberikan dasar pengetahuan keahlian dalam bidang plastik
Jumlah SKS : rekonstruksi THT-KL yang berkaitan dengan ilmu penyakit THT
Materi Keahlian Khusus agar peserta program semester V tahap pembekalan mampu
(MKK) = 1 SKS memecahkan masalah ilmu penyakit THT-KL secara ilmiah
khususnya dalam bidang plastik rekonstruksi.
Materi Penerapan
Tujuan Pembelajaran
Keprofesian (MPK) = 1 Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
SKS mampu mencapai kompetensi yang diharapkan berkaitan
dengan bidang plastic rekonstruksi THT-KL. Komponen
Lama : kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati modul
ini:
4 Minggu
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
Ketua Modul : dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
Ketua Divisi Plastik Rekonstruksi intelektual dan profesional. Area kompetensi:
THT-KL Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan
semester II
C. Sasaran Pembelajaran
C.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu:
1. Menjelaskan dan menerapkan berbagai dasar bedah plastik rekonstruksi
THT-KL dalam penanganan pasien
i. Menjelaskan fisiologi dan patofisiologi penyembuhan luka serta dapat
melakukan perawatan luka yang benar.
ii. Merencanakan dan menjelaskan metode dan jenis tandur dan jabir.
iii. Menjelaskan dan Melakukan analisis wajah dengan cara foto
dokumentasi pre dan post operasi plastik rekonstruksi
2. Menjelaskan patofisiologi kelainan fungsi dan fisik pada maksilofasial
termasuk hidung dan daun telinga.
3. Menjelaskan patofisiologi, etiologi, Menegakkan diagnosis dan
merencanakan tatalaksana serta edukasi tentang kelainan kongenital THT-
KL (Celah bibir dan palatum, deformitas hidung celah bibir, deformitas
maksilofasial, mikrotia, atresia liang telinga, deformitas telinga, dan fistel
preaurikuler)
F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
lebih dari 75%.
1. Ujian Formatif : dilakukan dalam masa rotasi yang sedang berjalan, bertujuan
untuk memonitor perkembangan PPDS dalam masa rotasi.
2. Ujian Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Plastik
rekonstruksi THT-KL I.
G. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada
awal minggu ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS.
Nilai batas lulus (NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik
mengumpulkan data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan
tatalaksana dan memberikan edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
Waktu Pelaksanaan
1. Ujian pretest dilakukan dalam minggu pertama rotasi
2. Ujian Cased Based Discussion dan post test dilakukan pada selama stase
3. Ujian Sumatif dilakukan pada minggu ke V (lima)
H. Pembobotan
I. Sumber Daya
Pelaksana modul : 1. DR dr Trimartani SpTHT-KL(K)
2. DR dr Dini Widiarni SpTHT-KL(K) MEpid
3.DR dr Mirta Hediyati SpTHT-KL(K)
J. Matriks Kegiatan
Matrik kegiatan dalam Modul Plastik Rekonstruksi THT-KL adalah
Hari / Waktu Materi Tutor Teknik
Tanggal
Senin 08.00-10.00 Cara kerja di Divisi Plastik Dr. dr. Dini W.W SpTHT-KL (K) Pengarahan
Rekonstruksi DR.dr.Trimartani SpTHT-KL(K)
Senin s/d 08.00-15.30 Bekerja di Poli Divisi Dr. dr. Mirta H.R SpTHT-KL(K) Diskusi/
Jum’at Latihan menggunakan alat Praktikum
Minggu I diagnostik
Memahami penyakit di
bidang Plastik
Rekonstruksi THT
Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
Senin s/d 08.00-15.30 Bekerja di Poli Divisi Diskusi/
Jum’at Memahami penyakit di Praktikum
Minggu II bidang Plastik
Rekonstruksi THT
Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
Follow Up pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00-15.30 Bekerja di Poli Divisi Diskusi/
Jum’at Memahami penyakit di Praktikum
Minggu III bidang Plastik
Rekonstruksi THT
Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
Follow Up pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00-15.30 Bekerja di Poli Divisi Diskusi/
Jum’at Memahami penyakit di Praktikum
Minggu IV bidang Plastik
Rekonstruksi THT
Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
Follow Up pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00-15.30 Bekerja di Poli Divisi Diskusi/
Jum’at Praktikum
Minggu V Memahami penyakit di
bidang Plastik
Rekonstruksi THT
Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
Follow Up pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00-15.30 Bekerja di Poli Divisi Diskusi/
Jum’at Memahami penyakit di Praktikum
Minggu VI bidang Plastik Ujian
Rekonstruksi THT Tulis Essay
Bekerja di kamar operasi
IGD / IBP
Follow Up pasien di
bangsal
Ujian Tulis
Daftar Pustaka:
1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6th
edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21
2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007
3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and Throat
Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994,
4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-Approaches-
Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004
5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery,
Elseiver Science Publishers, 1989.
6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th edition
Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014
7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti Surgery
6th edition Lippincott William &wilkins, 2007
MODUL THT KOMUNITAS DAN
MODUL KETERAMPILAN THT KOMUNITAS
Mata Kuliah :
MKK-1 MD22802339 / A. Pendahuluan
Modul THT Komunitas adalah materi pendidikan yang memberikan
MPK MD22802540
dasar pengetahuan keahlian dalam bidang ilmu penyakit THT agar
Jumlah SKS : peserta PPDS THT-KL semester V tahap Magang mampu memecahkan
Materi Keahlian Khusus masalah ilmu penyakit THT-KL secara ilmiah khususnya dalam bidang
(MKK) = 1 SKS THT Komunitas berupa gangguan pendengaran pada bayi, anak dan
Materi Penerapan kelompok khusus, gangguan bicara pada anak dan rehabilitasi-
Keprofesian (MPK) = 1 habilitasi pendengaran.
SKS Tujuan Pembelajaran
Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
mampu mencapai kompetensi yang diharapkan di bidang THT
Lama :
komunitas. Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai
4 Minggu
setelah melewati modul ini:
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
Ketua Modul : etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
Ketua Divisi THT Komunitas THT- dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
KL intelektual dan profesional. Area kompetensi:
Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan
tingkat kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan
risiko, manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap magang semester V
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program
mampu menjelaskan dan memahami :
1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi dan patofisiologi
gangguan pendengaran pada bayi dan anak.
2. Menjelaskan faktor resiko gangguan pendengaran dan tata laksananya
3. Peserta PPDS THT-KL dapat melakukan pemeriksaan pendengaran yang di
lakukan dengan tepat.
4. Peserta PPDS THT-KL dapat melakukan diagnosis dan tatalaksana pada
gangguan wicara
5. Menjelaskan kelaian Wicara dan kelainan yang terjadi pada saat Hiponasal
dan Hipersanal terkait dengan Kelainan palatum dan kelaianan pada
velofaringeal
6. Mengatahui jenis kelaian wicara
7. Peserta PPDS THT-KL dapat mengetahui jenis alat bantu dengar konvensional
dan sistem tanam
8. Peserta PPDS THT-KL dapat mengetahui Habilitasi – Rehabilitasi yang tepat
pada gangguan wicara
Lingkup Bahasan Pokok Bahasan Tahap Kewenangan
Klinis
Gangguan Perkembangan 3C
pendengaran pada bicara dan auditorik pada
bayi dan anak bayi dan anak
Faktor resiko
gangguan pendengaran
pada bayi dan anak
Gangguan Strategi, deteksi dan 3C
pendengaran pada diagnosis gangguan
anak sekolah pendengaran pada anak
sekolah
Penalaksanaan dan
edukasi gangguan
pendengaran pada anak
sekolah
Gangguan pendengaran
pada kelompok khusus
Gangguan
pendengaran pada
Pekerja di
lingkungan bising
Ototoksik
Presbikusis
TINDAKAN TINGKAT
KEWENANGAN
KLINIS
Melakukan anamnesis 4
dan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan 4
pendengaran secara
subyektif (VRA, BOA,
Play audiometri)
Pemeriksaan DPOAE
skrining – Diagnostik
Pemeriksaan BERA
Skrining – Diagnostik
Pemeriksaan ASSR
Pemeriksaan Nasalance
Pemeriksaan
Audiometri Skrining
G. EVALUASI PEMBELAJARAN
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS THT-KL harus memenuhi persyaratan kehadiran
sebagai berikut
Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai tercapainya
seluruh kompetensi yang diharapkan di modul THT Komunitas
I. Pembobotan
J. Sumber Daya
Pelaksana modul : 1. Dr. Ronny Suwento Sp THT-KL(K)
2. DR. dr. Semiramis Zizlavsky, Sp THT-KL(K)
3. dr. Tri Juda Airlangga SpTHT (K)
4. dr. Fikry Hamdan Yasin Sp THT
K. Matriks Kegiatan
DAFTAR PUSTAKA
1. Health technology Assesment : Skrining Pendengaran pada bayi baru lahir. Depkes RI 2006
2. Suwento R, Zizlavsky S, Hendarmin H. Gangguan dengar pada bayi dan anak dalam
Soepardi E. Iskandar N, Buku jar Ilmu Kesehatan THT kepala & leher. Edisi 6 FKUI 2007
3. Katz handbook of Clinical audiology, 5 th edition. Lippincot William & Wilkin, 2002
4. Northerm Jl. Downs MP. Hearing Inchildren 5th edition. Lippincot William & Wilkin 2002
5. Mc. Cormick B. Practical Aspec of Audiology Paediatric Audiology 0 – 5 Years 2nd Edition
Whurr Publisher. London
6. Joint Committe on Infant Hearing Tear 2000 Position Statement: Principles and Guidlines
for early Hearing Detection and Intervention Program AMeican Journal of Audiology. June
2000 Vol 9: 9 – 29
7. Joint Committe on Infant Hearing Tear 2000 Position Statement: Principles and Guidlines
for early Hearing Detection and Intervention Program American Journal of Paediatic 2007
Vol 120 number120 : 898-921 .
8. Dilon H. Hearing Aids. Thieme, Boomerang Press Sydney. 2001
9. RooserRJ. Clark Jl. Screening For Auditory disorder. In Rohr MV editor. Auditory disorder
in School children 4th edition Thieme New York: 2004 p 94-123
10. Direktorat kesehatan khusus direktorat kesehatan masyarakat Departemen Kesehatan
Penyakit akibat hubungan kerja. Simposium THT penyakit akibat hubungan kerja dan
cacat akibat kecelakaan kerja. Jakarta 2001
MODUL PELATIHAN KEGAWATAN THT 4
Mata Kuliah :
MPK MD22802541 A. Pendahuluan
Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan
Jumlah SKS : yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam
Modul Pelatihan Kegawatan THT
bidang kegawatdaruratan THT-KL.
4 (2 SKS)
Tujuan Pembelajaran
Lama : Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang
6 Bulan (Selama Periode
Kegawatdaruratan THT-KL dan mencapai kompetensi yang
Semester V) diharapkan di bidang Kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL.
Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati
Ketua Modul : modul ini:
Koordinator kegawatdaruratan 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
THT-KL etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung
jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan
kemampuan intelektual dan profesional. Area
kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien
dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi:
Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar
dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL.
Area kompetensi: EBM
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL
dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan
memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya.
Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan
Keterampilan Klinik
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester V
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan
THT.
3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain
dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT.
D. Lingkup Bahasan
I.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami,
menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang
Kegawatdaruratan THT, meliputi:
1.Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-
kembang organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2.Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding:
a. Benda asing di THT
b. Nyeri telinga akut
c. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
d. Trauma telinga dan tulang temporal
e. Tuli mendadak
f. Epistaksis
g. Trauma wajah
h. Trauma jaringan lunak wajah
i. Trauma hidung
j. Abses leher
k. Sumbatan laring
l. Trauma trakea
m. Disfagia
n. Esofagitis korosif
Kewenang
Lingkup Bahasan pokok bahasan
an klinis
3c
Manajemen pasien
Benda Asing di THT
3c
3c
indikasi, kontraindikasi, komplikasi,
persiapan, langkah-langkah
pengambilan benda asing di THT
3c
3c
Tatalaksana Komprehensif
3c
Anatomi, fisiologi, patofisiologi
Komplikasi Intrakranial Intrakranial Otitis Media Akut/ Otitis
Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif Kronis
Media Supuratif Kronis:
Meningitis Otogenik 3c
Trombosis Sinus
Lateralis Diagnosis
Abses Ekstradural
Abses Subdural 3c
Abses Otak Otogenik
Hidrosefalus Otikus Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Epistaksis
Perdarahan Anterior 3c
Perdarahan Posterior
Diagnosis
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Trauma Muka
Fraktur Tulang Hidung Anatomi, histologi, patofisiologi
Fraktur Maksila
Fraktur Zigoma 3c
Fraktur Mandibula
Diagnosis
Fraktur Orbita
3c
3c
Komplikasi
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Abses Leher 3c
Abses Peritonsil
Anatomi, histologi, patofisiologi
Abses Retrofaring
Abses Parafaring
Abses Submandibula 3c
Diagnosis
3c
3c
Sumbatan Laring Anatomi, histologi, patofisiologi
Radang
Tumor 3c
Kelainan Kongenital Diagnosis
Paresis Postikus
Bilateral 3c
Trauma
Benda Asing Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Anatomi, histologi, patofisiologi
Trauma Trakea
Trauma Tumpul 3c
Trauma Tajam Diagnosis
Trauma Endogen
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Disfagia 3c
Kelainan Faring Diagnosis dan diagnosis banding
Kelainan Esofagus
3c
Esofagitis Korosif Anatomi, histologi, patofisiologi
3c
Diagnosis
3c
I.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Keterampilan Tahap magang
Semester 5
Ekstraksi Benda Asing:
Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi 3,4
Benda asing di trakea: bronkoskopi 2,3
Benda asing di bronkus : bronkoskopi 2,3
Benda asing di esofagus: esofagoskopi 3,4
Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi 3
Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak
3
langsung
Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam 3
Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait 3
Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset 3
Nyeri telinga akut
Tatalaksana Medikamentosa 3
Pemasangan tampon telinga 3
Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
Tatalaksana Medikasmentosa 3
Trauma telinga dan tulang temporal 3
Tuli mendadak
Diagnosis dan Tatalaksana Medikamentosa 3
Epistaksis
Pemasangan tampon anterior 3
Pemasangan tampon posterior 3
Trauma muka
Trauma jaringan lunak muka
Bedah minor 1
Trauma hidung
Reduksi tertutup 2
Aspirasi dan insisi hematoma septum 2
Abses leher
Aspirasi dan insisi abses peritonsil 1
Aspirasi dan Insisi abses submandibular 0
Aspirasi dan Insisi abses retrofiring 0
Aspirasi dan Insisi abses parafaring 0
Terapi medikamentosa 2
Sumbatan jalan napas atas
Tindakan laringoskopi tidak langsung 3,4
Tindakan laringoskopi langsung 1
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 2
Trakeostomi primer 2
Trauma trakea
Tindakan laringoskopi langsung 1
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 2
Trakeostomi primer 2
Pemasangan NGT 2
Disfagia
Pemasangan NGT 4,5
Esofagitis korosif
esofagoskopi 2
Pemasangan NGT 2
H. Sumber Daya
Pelaksana modul : Seluruh staf pengajar THT-KL
Lahan Praktek
4. Unit Gawat Darurat RSCM
5. Ruang rawat RSCM
I. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Kasus
Senin- 15.00-
kegawatdaruratan DPJP jaga harian Form penilaian
Jumat 07.00
THT
08.00-
Kasus
Sabtu- 20.00
kegawatdaruratan DPJP jaga harian Form penilaian
Minggu 20.00-
THT
08.00
Daftar Pustaka:
1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung
tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008
SEMESTER VI
Modul Neurotologi 3
Modul Keterampilan Neurotologi 3
Modul Otologi 3
Modul Keterampilan Otologi 3
Modul Laring Faring 3
Modul Keterampilan Laring Faring 3
Modul Rinologi 3
Modul Keterampilan Rinologi 3
Modul Keahlian Komprehensif 4
Modul Pelatihan Kegawatan THT 5
117
118
MODUL NEUROTOLOGI 3
DAN
Mata Kuliah : MODUL KETERAMPILAN NEUROTOLOGI 3
MKK-3 MD22802342 / A. Pendahuluan
MPK MD22802543
Modul Neurotologi merupakan materi pendidikan yang
Jumlah SKS :
memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
Materi Keahlian Khusus
(MKK) = 1 SKS penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam
Materi Penerapan bidang Neurotologi THT-KL.
Keprofesian (MPK) = 1
Tujuan Pembelajaran
SKS Setelah melewati modul ini, peserta PPDS THT-KL
diharapkan mampu memahami penyakit serta kelainan dalam
Lama : bidang Neurotologi THT-KLdan mencapai kompetensi yang
4 Minggu diharapkan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THT-
KL.Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah
Ketua Modul : melewati modul ini:
Ketua Divisi Neurotologi THT-KL 7. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
intelektual dan profesional. Area kompetensi:
Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
8. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
9. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim
10. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu
11. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM
12. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat
kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik
118
119
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Pembekalan semester
II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS
C. Sasaran Pembelajaran
2. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi,
patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk
didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis.
3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai
gangguan pendengaran, keseimbangan dan gangguan saraf fasialis.
4. Peserta PPDS THT-KL mampu melakukan pemeriksaan dan mengiterpretasi hasil
pemeriksaan audiologi , keseimbangan dan fungsi saraf fasialis perifer yang bersifat
advanced
5. Peserta PPDS THT-KL mampu mengelola dan menganalisis secara terintegrasi
masalah gangguan pendengaran, keseimbangan perifer, dan saraf fasialis perifer.
6. Peserta PPDS THT-KL mampu memeriksa dan menginterpretasi seluruh hasil
pemeriksaan pendengaran, keseimbangan perifer dan saraf fasialis perifer serta
menganalisanya sehingga dapat mengelola pasien secara komprehensif.
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta PPDS THT-KL mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang Neurotolog THT, meliputi:
1. Peserta PPDS THT-KL mampu menjelaskan embriologi, anatomi, fisiologi,
patofisiologi, organ telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam, termasuk
didalam hal ini adalah sistem vestibuler dan sistem saraf fasialis.
2. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai
gangguan pendengaran yang disebabkan oleh :
- Atresia liang telinga, mikrotia
- Gangguan fungsi tuba, patolus tuba
- Infeksi (OMSK, labirintitis)
- Timpanosklerosis, Otosklerosis
- Proses sentral (CAPD)
- Vaskuler (sudden deafness, stroke)
- Trauma (trauma kepala, trauma akustik, barotrauma, NIHL)
- Degenerasi (presbikusis, multipel sklerosis)
- Imunologi (ALHL)
- Kongenital
119
120
- Tinitus
- Tumor (neuroma akustik)
- Ototoksik (gol aminoglikosida, cisplatin, furosemid)
3. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai
gangguan keseimbangan perifer yang disebabkan oleh :
- Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler)
- Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik)
- Trauma (trauma kepala)
- Degenerasi (Presbiastasis)
- Imunologi (Menier’e deseases)
- Kongenital, BPV pada anak
- Tumor
- Ototoksik
- BPPV
- Superior canal dehiscent
4. Peserta PPDS THT-KL mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding mengenai
gangguan saraf fasialis perifer yang disebabkan oleh :
- Infeksi (OMSK, Bell’s palsy, Ramsay Hunt syndrom, Zine herpete)
- Trauma (trauma kepala, karena operasi)
- Kongenital
- Tumor (Neuroma akustik, tumor telinga, parotis)
- Degeneratif
5. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan
pendengaran yang advanced seperti tes psikoakustik untuk tinnitus, dilemma
masking, tes FIT (Fusion at Inferred Threshold), BERA, ASSR.
6. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan
keseimbangan yang advanced seperti ENG, posturografi.
7. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan fungsi
saraf fasialis seperti tes elektrofisiologis saraf fasialis
120
121
keseimbangan dan
saraf Fasialis
interpretasi hasil 3C
pemeriksaan advanced
Pemeriksaan audiologi, 3C
fungsi keseimbangan
dan fungsi saraf fasialis
advanced
managemen pasien 3C
Melakukan tahap 3C
persiapan pemeriksaan
ADVANCE dan
menginterpretasikan
hasil serta
mendiagnosis
gangguan pendengaran,
keseimbangan dan
saraf Fasialis
Anatomi, 3C
fisiologi,patofisiologi,
diagnosis dan
tatalaksana .
indikasi, dan persiapan, 3C
langkah-langkah
pemeriksaan advanced
Gangguan anatomi, fisiologi, 3C
pendengaran, patofisiologi gangguan
keseimbangan dan pendengaran,
saraf fasialis keseimbangan dan
saraf fasialis
Diagnosis,tatalaksana, 3C
dan analisis
komprehensif
indikasi, dan langkah- 3C
langkah,
persiapan.pemeriksaan
advanced
121
122
D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan Peserta PPDS THT-KL mampu:
122
123
123
124
- Tumor
- Ototoksik
- BPPV
Metode pengajaran pada modul Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL meliputi tahap
orientasi, latihan, dan umpan balik.
1. Tahap orientasi bertujuan memberikan wawasan mengenai gangguan pendengaran,
keseimbangan postural dan gangguan saraf wajah (n. fasialis).
a. belajar mandiri
b. diskusi topik
2. Tahap latihan bertujuan mengembangkan dan meningkatkan kemampuan praktek
klinis/keterampilan di bidang Neurotologi ilmu kesehatan THT-KL
a. kerja poliklinik
b. skill tutorial
3. Tahap umpan balik bertujuan untuk evaluasi proses pembelajaran dengan
a. tinjauan pustaka/journal reading
b. CBD/case based discussion
G. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran. Untuk
dapat dievaluasi, peserta PPDS THT-KL harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%.
1. Evaluasi Formatif : dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan, bertujuan
untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku peserta PPDS THT-KL.
2. Evaluasi Sumatif : dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul Neurotologi.
H. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.
124
125
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
I. Pembobotan
J. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Prof.Dr.dr. Jenny Endang Bashiruddin, Sp THT-KL(K)
2. Dr. Widayat Alviandi, Sp THT-KL(K)
3. Dr. Brastho Bramantyo, Sp THT-KL (K)
Lahan Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Ruang rawat Gedung A RSCM
K. Matriks Kegiatan modul Neurotologi III
125
126
126
127
Gangguan saraf
fasialis
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
audiologi
advanced
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
keseimbangan
advanced
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
fasialis advanced
Senin s/d 08.00- Diagnosis dan Prof.Dr.dr. Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30 tatalaksana secara Jenny E B, Sp
(Minggu III) komperhensif THT
Gangguan Dr. Widayat
pendengaran Alviandi, Sp
Diagnosis dan THT
tatalaksana secara Dr. Brastho
komperhensif Bramantyo,
Gangguan Sp THT
keseimbangan
Diagnosis dan
tatalaksana secara
komperhensif
Gangguan saraf
fasialis
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
audiologi
advanced
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
keseimbangan
advanced
127
128
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
fasialis advanced
Senin s/d 08.00- Diagnosis dan Prof.Dr.dr. Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30 tatalaksana secara Jenny E B, Sp
(Minggu IV) komperhensif THT
Gangguan Dr. Widayat
pendengaran Alviandi, Sp
THT
Dr. Brastho
Diagnosis dan Bramantyo,
tatalaksana secara Sp THT
komperhensif
Gangguan
keseimbangan
Diagnosis dan
tatalaksana secara
komperhensif
Gangguan saraf
fasialis
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
audiologi
advanced
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
keseimbangan
advanced
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
fasialis advanced
Evaluasi Ujian Tulis Essay
kemampuan
pelayanan pasien
di Div Neurotologi
128
129
Diagnosis dan
tatalaksana secara
komperhensif
Gangguan saraf
fasialis
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
audiologi
advanced
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
keseimbangan
advanced
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
fasialis advanced
Senin s/d 08.00- Pelatihan Prof.Dr.dr. Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30 pemeriksaan dan Jenny E B, Sp
(Minggu VI) interpretasi tes THT
audiologi Dr. Widayat
advanced Alviandi, Sp
Pelatihan THT
pemeriksaan dan Dr. Brastho
interpretasi tes Bramantyo,
keseimbangan Sp THT
advanced
129
130
Pelatihan
pemeriksaan dan
interpretasi tes
fasialis advanced
Evaluasi Ujian Tulis Essay
kemampuan
pelayanan pasien
di Div Neurotologi
Daftar Pustaka:
1. Jackler RK, Brackmann DE, Neurotology
2. Katz J, Clinical Audiology
3. Gelfand SA, Essentials of Audiology
4. Herdman SJ, Vestibuler Rehabilitation
5. May M, Schaitkin BM, The Facial Nerve
130
131
131
132
B. Karakteristik Peserta
Peserta PPDS THT-KL Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap magang semester
VI yang sudah melalui modul Otologi 2 dan Modul Keterampilan Otologi 2 semester IV.
C. Sasaran Pembelajaran
1. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien kelainan kongenital telinga sesuai
kompetensinya.
2. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien trauma telinga sesuai kompetensinya.
3. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien benda asing telinga (luar, tengah dan
dalam) sesuai kompetensinya.
4. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga luar sesuai
kompetensinya.
5. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga tengah sesuai
kompetensinya.
6. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit inflamasi telinga dalam sesuai
kompetensinya.
7. PPDS THT-KL mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara
menegakkan diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta
menerapkannya pada tatalaksana pasien penyakit tumor jinak dan ganas telinga
sesuai kompetensinya.
132
133
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan proses pembelajaran PPDS THT-KL
mampu memahami dan menjelaskan patogenesis penyakit, cara menegakkan
diagnosis kerja, membuat diagnosis banding dan terapi, serta menerapkannya
pada tatalaksana pasien sesuai kompetensinya :
1. Kelainan-kelainan kongenital telinga, yaitu:
i. Kelainan kongenital telinga herediter.
ii. Kelainan kongenital telinga non-herediter.
2. Jenis trauma telinga, yaitu:
i. Trauma mekanik pada telinga.
ii. Trauma kimia pada telinga.
iii. Trauma akustik pada telinga.
3. Benda asing telinga (luar, tengah dan dalam).
4. Penyakit inflamasi telinga luar, yaitu:
i. Otitis eksterna sirkumskripta.
ii. Otitis eksterna difusa.
5. Penyakit-penyakit inflamasi telinga tengah, yaitu:
i. Otitis media supuratif.
ii. Otitis media non-supuratif.
6. Penyakit-penyakit inflamasi telinga dalam, yaitu:
i. Labirinitis.
ii. Penyakit Meniere.
iii. Neuronitis vestibularis.
iv. Presbiakusis.
v. Ototoksisitas.
vi. Sudden deafness.
vii. Tuli akibat bising.
· Perforasi membran
timpani.
133
134
· Dislokasi osikel.
· Fraktur tulang
temporal.
Benda asing · Benda asing organik 3C
telinga luar, & anorganik telinga
tengah & dalam luar, tengah & dalam.
134
135
D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu :
135
136
pedoman penggunaan obat. Peserta didik dapat berkomunikasi yang jujur dan
terbuka, bekerjasama, dalam tim serta menjunjung tinggi patient safety.
F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%.
1. Evaluasi Formatif : Dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku
peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul
alergi imunologi.
136
137
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
H. Pembobotan
I. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Dr. Alfian Farid Hafil, Sp THT-KL(K).
2. DR. Dr. Ratna Dwi Restuti, SpTHT-KL(K).
3. Dr. Harim Priyono, SpTHT-KL(K).
Lahan Praktek
1. Poliklinik / instalasi rawat jalan divisi otologi departemen ilmu kesehatan THT-KL
RS. Cipto Mangunkusumo.
2. Instlasasi rawat inap departemen ilmu kesehatan THT-KL RS. Cipto
Mangunkusumo.
J. Matriks Kegiatan
137
138
138
139
· Follow up
pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00- · Bekerja di idem Diskusi/Praktikum
Jumat 15.30 Poli Divisi
(Minggu
IV) · Memahami
penyakit
dibidang
Otologi
· Bekerja di
lamar operasi
IGD/IBP
· Follow up
pasien di
bangsal
Senin s/d 08.00- · Bekerja di idem Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30 Poli Sub Dept
(Minggu · Memahami
V) penyakit
dibidang
Otologi
· Bekerja di
kamar operasi
IGD/IBP
· Follow up
pasien di
bangsal
Daftar Pustaka:
1. Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga Hidung Tenggorok.
Jakarta:Balai Penerbit FKUI;2009.
2. Johnson JT, Rosen CA editors. Bailey’s Head and Neck Surgery Otolaryngology, 5 th
ed, Volume one, Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins, 2014.
3. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea-
Febiger, 1985.
4. Adam GL, Boies LR,Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6th ed. WB Saunders
Co.1989.
139
140
140
141
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang
semester II yang sudah melalui ujian masuk penerimaan PPDS
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
Faring dan laring, termasuk didalamnya tonsil, sistem terbentuknya suara, sistem
vaskularisasi, persarafan.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia, Sumbatan Jalan
Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital laring, Trauma
laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea Syndrome
3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia,
Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan kongenital
laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive Sleep Apnea
Syndrome.
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu
memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit serta
melakukan tindakan dalam bidang Laring Faring THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-
kembang larin dan faring, termasuk didalamnya tonsil, sistem pembentukan
suara, sistem vaskularisasi, persarafan.
2. Residen THT mampu membuat diagnosis, diagnosis banding disphonia,
Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan
kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive
Sleep Apnea Syndrome.
3. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana komprehensif disphonia,
Sumbatan Jalan Napas Atas (Sumbatan laring), Abses leher dalam, Kelainan
kongenital laring, Trauma laring, Lesi jinak laring, Lesi ganas laring, Obtructive
Sleep Apnea Syndrome.
141
142
managemen pasien 3C
trauma laring
basic surgical landmark, 3C
indikasi, kontraindikasi,
komplikasi, persiapan
operasi, alat-alat yang
akan dipakai
patofisiologi, dan 3C
tatalaksana trauma larig
indikasi, kontraindikasi, 3C
komplikasi, persiapan, 3C
langkah-langkah tindakan
rekonstruksi laring
Abses leher dalam anatomi, patofisiologi 3C
abses leher dalam 3C
tatalaksana komprehensif 3C
indikasi, kontraindikasi, 3C
komplikasi, langkah-
langkah, persiapan.
Obructive sleep apnea anatomi, fisiologi, 3C
syndrome (OSAS) patofisiologi sumbatan
pemeriksaan RFL, muller 3C
maneuver,ESS, dan
mengintrepetasikan
polisomnografi
tatalaksana komprehensif 3C
(OSA surgery, edukasi,
Tumor ganas laring anatomi, fisiologi, 3C
patofisiologi laring
indikasi, kontraindikasi 3C
dan komplikasi
laringektomi dan diseksi
leher
Persiapan dan melakukan 3C
trakeostomi
Stenosis laring patofisiologi stenosis 3C
laring
diagnosis dan komplikasi 3C
Persipan pre operasi 3C
142
143
alat-alat yang
dipersiapkan
Disfonia Fisiologi, etiologi dan 3C
patofisiologi
diagnosis dan diagnosis 3C
banding
tatalaksana komprehensif 3C
Kelainan kongenital Tumbuh kembang 3C
(Laryngomalasia, diagnosis 3C
laryngeal web, laryngeal tatalaksana komprehensif 3C
cleft, hygroma colli,
hemangioma,parese)
Infeksi faring laring anatomi, histologi, 3C
(tonsilitis faringitis, patofisiologi
laringitis) diagnosis 3C
komplikasi 3C
tatalaksana komprehensif 3C
Lesi jinak laring patofisiologi 3C
(hemangioma, Papiloma diagnosis 3C
laring,granuloma,nodul, tatalaksana komprehensif 3C
polyp,
143
144
E. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
lebih dari 75%.
1. Evaluasi Formatif : Dilakukan dalam masa rotasi yang sedang berjalan,
bertujuan untuk memonitor perkembangan PPDS
dalam masa rotasi.
2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk
menilai tercapainya seluruh kompetensi yang
diharapkan di modul Plastik rekonstruksi THT-KL I.
G. Pembobotan
144
145
Minicex
Sikap dan perilaku 30%
H. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Prof. Dr. Bambang Hermani, Sp THT-KL(K) (HBH)
2. Dr. Syahrial MH, Sp THT-KL(K) (SMH)
3. Dr. Arie Cahyono, Sp THT-KL(K) (ARI)
4. Dr. Fauziah Fardizza, Sp THT-KL(K) (FFZ)
Lokasi Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Ruang rawat Gedung A RSCM
3. Instalasi Bedah Pusat RSCM
J. Matriks Kegiatan
Matrik kegiatan dalam Modul Plastik Rekonstruksi THT-KL adalah :
145
146
Kelainan
kongenital
laring
Trauma
laring
Lesi jinak
laring
Pelatihan
menggunakan
flexible optic
laryngoscop
Abses Dr.FFZ
leher dalam
Kelainan
kongenital
laring
Trauma
laring
Lesi jinak
laring
Pelatihan
membaca CT-
scan/ PSG
146
147
Abses Dr.FFZ
leher dalam
Kelainan
kongenital
laring
Trauma
laring
Pelatihan
ekstraksi
benda asing
Sumbatan Dr.ARI
Jalan Napas
Atas
(Sumbatan
laring)
Abses Dr.FFZ
leher dalam
Kelainan
kongenital
laring
Trauma
laring
Lesi jinak
laring
Daftar Pustaka:
1. Alper C., Myers E N., Eibling., Decicion Making In Ear, Nose, and Throat Disorders,
Saunders Company, 152-153., 2001
2. Bailey BJ., Johnson JT. Pharyngitis, 601-613., 2006
3. Becker W., Nauman H H., Pfaltz R C., Ear, Nose, and Throat Diseases, Thieme, 299-
387., 1194
4. Koufman JA, Belafsky PC. Infectious and Inflammatory Diseases of the Larynx.
In:Snow Jr JB, Ballenger JJ, editors. Diseases of the Nose, Throat, Ear, Head and
Neck. 16th ed. Philadelpia: Lea&Febiger;2003.p.1194-214.
5. Postma GN, Amin MR, Koufman JA. Laryngitis. In: Bailey BJ, Pillsbury HC, Newlands
SD, Healy GB, Derkay CS, Friedman NR, editors. Head and neck surgery –
147
148
otolaryngology. 3rd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2001. p.599-
605.
6. Ballenger JJ. Disease of the Nose, Throat, Ear, Head and Neck, Philadelphia, Lea &
Febiger, 1993, chapter 26, pp.424-34
7. Bailey BJ and Pillsburry III HC.Head and Neck Surgery – Otolaryngology.
Philadelphia, JB Lippincott Co, 1993, chapter 39, pp.492-500
8. Adam GL, Boies LR, Hilger PA, eds. Boies Fundamentalis of
Otolaryngology.Philadelphia : WB Sounders Co, 1989,chapter ,pp. 240-59
9. Paparella MM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL. Otolaryngology.
Philadelphia. WB Saunders Co., 1991, chapter 13, pp. 333-42
10. Lee KJ. Essential Otolaryngology.Head & Neck Surgery. New York. McGraw Hill, 8 th
Ed, Chapter 31, pp. 724-92
148
149
149
150
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang
semester VI yang sudah melalui divisi lainnya di departemen THT-KL.
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan,
tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal serta
septum nasal.
2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan
komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal.
3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan.
4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar
5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara komprehensif
baik medikamentosa maupun pembedahan
6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan komplikasi
operasi serta alat-alat yang diperlukan.
7. Residen THT mampu menjelaskan dan melakukanbasic surgical landmark
dan tahapan-tahapan operasi
D. Lingkup Bahasan
D.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program
mampu memahami, menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-
penyakit serta melakukan tindakan dalam bidang Rinologi THT, meliputi:
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, vaskularisasi, persarafan,
tumbuh kembang, fisiologi, patofisiologi hidung dan sinus paranasal
serta septum nasal.
2. Residen THT mampu menegakan diagnosis dan diagnosis banding dan
komplikasi dari penyakit hidung dan sinus paranasal.
3. Residen THT mampu menentukan jenis dan waktu untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang, serta mampu melakukan interpretasi CT-scan.
4. Residen THT mampu menggunakan endoskopi dengan baik dan benar
5. Residen THT mampu menyusun rencana tatalaksana secara
komprehensif baik medikamentosa maupun pembedahan
6. Residen THT mampu menjelaskan indikasi, kontraindikasi dan
komplikasi operasi serta alat-alat yang diperlukan.
7. Residen THT mampu menjelaskan basic surgical landmark dan tahapan-
tahapan operasi
150
151
Polip nasal 3C
Snusitis dentogen 3C
Infeksi jaringan 3C
lunak (vestibulitis,
selulitis)
Penyakit autoimun 3C
(bersama divisi
alergi imunologi)
Sinusitis Jamur 3C
Abses Septum 3C
Kelainan anatomi kelainan septum 3C
atresia koana 3C
Gangguan penghidu anosmia trauma 3C
anosmia pasca 3C
infeksi
Epistaksis epistaksis anterior 3C
epistaksis posterior 3C
Benda Asing, 3C
3C
3C
Lesi jinak hidungdan angiofibroma 3C
sinus paranasal papiloma inverted 3C
(angiofibroma,
Papiloma inverted, 3C
bekerjasama dengan
divisi onkologi THT)
151
152
D.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Jenis Tindakan/ keterampilan Magang Smt IV
152
153
D.4 Bahasan
Pada modul ini ditetapkan lingkup bahasan sebagai berikut:
1. Inflamasi dan infeksi hidung dan sinus paranasal
2. Kelainan anatomi
3. Gangguan penghidu
4. Epistaksis
5. Benda asing
6. Lesi jinak hidung dan sinus paranasal
153
154
F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan proses dan hasil pembelajaran.
Untuk dapat dievaluasi, peserta PPDS harus memenuhi persyaratan kehadiran sebanyak
90%
1. Evaluasi Formatif : Dilakukan selama masa rotasi secara berkesinambungan,
bertujuan untuk menilai pengetahuan sikap dan perilaku
peserta didik.
2. Evaluasi Sumatif : Dilakukan pada akhir masa rotasi, bertujuan untuk menilai
tercapainya seluruh kompetensi yang diharapkan di modul
alergi imunologi.
G. Instrumen Evaluasi dan Kriteria/Indikator keberhasilan
1. Ujian tulis.
Berupa ujian essay pre testpada awal (minggu ke-1) dan post test pada awal minggu
ke-4 untuk menilai pengetahuan dan kemampuan analisis PPDS. Nilai batas lulus
(NBL) =75.
2. Minicex.
Untuk penilaian berkesinambungan kemampuan peserta didik mengumpulkan
data, menegakan diagnosis, memilih dan menerapkan tatalaksana dan memberikan
edukasi ke pasien.
3. DOPS.
Untuk mengevaluasi keterampilan pemeriksaan klinis/prosedural/tindakan
4. Logbook
5. Penilaian sikap dan perilaku didapatkan dari keseharian. NBL adalah 85.
H. Pembobotan
154
155
I. Sumber Daya
Pelaksana modul :
1. Dr. Umar Said Dharmabakti, Sp THT-KL(K)
2. Dr. Endang Mangunkusumo, Sp THT-KL(K)
3. DR.Dr. Retno S Wardani, Sp THT-KL (K)
4. Dr. Febriani Endiyarti, Sp THT-KL
Lahan Praktek
1. Poliklinik departemen ilmu kesehatan THT-KL RSCM
2. Instalasi Bedah Pusat RSCM
3. Ruang rawat Gedung A RSCM
K. Matriks Kegiatan
Matrik kegiatan dalam Modul Alergi Imunologi THT-KL adalah :
gangguan
penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung
dan sinus
paranasal
Pre assesment
modul magang
semester IV
Senin s/d 08.00- Infeksi dan idem idem
Jum’at 15.30 inflamasi hidung
(Minggu II) dan sinus
paranasal
155
156
kelainan anatomi
epistaksis
gangguan
penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung
dan sinus
paranasal
pelatihan
septoplasti
kadaver
pelatihan BSEF
kadaver
Senin s/d 08.00- Infeksi dan idem Diskusi/Praktikum
Jum’at 15.30 inflamasi hidung
(Minggu III) dan sinus
paranasal
kelainan anatomi
epistaksis
gangguan
penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung
dan sinus
paranasal
pelatihan
septoplasti atau
BSEF I di IBP
pasien
Senin s/d 08.00- Infeksi dan idem
Jum’at 15.30 inflamasi hidung
(Minggu IV) dan sinus
paranasal
kelainan anatomi
epistaksis
gangguan
penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung
dan sinus
paranasal
156
157
pelatihan
septoplasti atau
BSEF I di IBP
pasien
Senin s/d 08.00- Infeksi dan idem Ujian DOPS
Jum’at 15.30 inflamasi hidung keterampilan IBP
(Minggu V) dan sinus
paranasal
kelainan anatomi
epistaksis
gangguan
penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung
dan sinus
paranasal
Senin s/d 08.00- Infeksi dan idem Ujian Minicex,
Jum’at 15.30 inflamasi hidung CBD
(Minggu VI) dan sinus
paranasal
kelainan anatomi
epistaksis
gangguan
penghidu
benda asing
lesi Jinak hidung
dan sinus
paranasal
Daftar Pustaka
1. Adam GL, Boies LR, Hilger PA.: Fundamentals of Otolaryngology. 6 th ed. WB
Saunders Co.1989.
2. Iskandar N, Soepardi EA., Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Telinga
Hidung Tenggorok. Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 2009.
3. Bailey BJ, Johnson JT.: Head and Neck Surgery Otolaryngology. Philadelphia.
Lippincott Williams & wilkins. 4th Ed. 2006.
4. Ballenger JJ.: Disease of The Ear Nose Throat and Head and Neck, 13th Ed, Lea –
Febiger, 1985. Scott Brown: Otolaryngology, 6th Ed, JP Lippincont, 1997.
157
158
5. Lee KJ.: Essential Otolaryngology, Head and Neck Surgery, New York. McGraw Hill,
8th Ed.2003.
6. Kennedy DW, Bolger WE,Zienrech SJ.: Diseases of the Sinuses, diagnosis and
management, 1st Ed.Ontario, BC Decker Inc, 2001.
7. Stammberger H.: Functional Endoscopic Sinus Surgery. The Messerklinger
technique, Philadelphia, BC Decker Inc 1991.
8. Wormald PJ.: Endoscopic Sinus Surgery. Anatomy, Three-Dimensional
Reconstruction and Surgical Technique, New York. Thieme, 2nd Ed.2008.
9. Fokkens WJ, Lund VJ, Mullol J, Bachert C et al. European Position Paper on
Rhinosinusitis and Nasal Polyps. 2012.
158
159
Mata Kuliah :
MPA MD22802450 A. Pendahuluan
Modul Keahlian Kompehensif THT 4 adalah materi
Jumlah SKS : pendidikan yang memberikan dasar pengetahuan serta
mendorong peserta didik agar mampu menyusun karya ilmiah dan
Modul Keahlian Komprehensif
melakukan presentasi ilmiah sehingga menjadi dasar dalam
THT 2 (2 SKS)
melakukan pendekatan diagnosis serta penatalaksanaan kasus-
kasus THT sesuai dengan evidence based medicine.
Lama : Tujuan Pembelajaran
6 Bulan (Selama Periode Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
Semester II) mampu mencapai kompetensi yang diharapkan dalam menyusun
dan mempresentasikan karya ilmiah sesuai dengan evidence
based medicine. Komponen kompetensi yang diharapkan
Ketua Modul : tercapai setelah melewati modul ini:
Koordinator Penelitian THT-KL 1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung jawab
dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan kemampuan
intelektual dan profesional. Area kompetensi:
Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal.
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif. Area
kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin.
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim.
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi: Patient
Safety dan Sistem Manajemen Mutu.
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar dan
mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL. Area
kompetensi: EBM.
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu pengetahuan
dan teknologi ilmu penyakit THT-KL dengan tingkat
kompetensi yang tinggi dengan memperhatikan risiko,
manfaat, dan efisiensi biaya. Area kompetensi:
Pendekatan Keilmuan Dan Keterampilan Klinik.
159
160
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester VI
C. Sasaran Pembelajaran
C.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu:
1. Melakukan penulisan karya ilmiah.
2. Melakukan penelusuran kepustakaan dengan baik dan benar.
3. Melakukan critical appraisal terhadap kepustakaan yang digunakan
sebagai landasan pembuatan karya ilmiah.
4. Melakukan presentasi ilmiah dengan baik dan benar.
F. Evaluasi pembelajaran
Evaluasi hasil pendidikan ditentukan berdasarkan penilaian karya ilmiah dan
presentasi oleh pembimbing, moderator dan penguji
160
161
G. Pembobotan
H. Sumber Daya
Pelaksana modul : 1. DR dr Susyana Tamin SpTHT-KL(K)
2. dr. Nina Irawati SpTHT-KL(K)
Daftar Pustaka:
1. Weerda H. Plastic surgery of the ear. In: Scott Brown’s otolaryngology, vol.3, 6 th
edition, Butterworth Heinemann, Oxford, 1997,3/8/1-21
2. Weerda H. Surgery of the auricle. Georg Thieme Verlag, NY 2007
3. Becker W. Naumann HH, Pfalt CR, Congenital malformation in Ear, Nose and
Throat Disease, 2nd edition, Thiema Medical Publishers Inc., New York, 1994,
4. Behrbohm H, Tardy ME Jr, Essentials of Septorhinoplasty, Philosophy-
Approaches- Technigues, Thieme Medical Publisher, New York, 2004
5. Lee. KJ, Congenital Malformation in Otolryngology and Head and Neck Surgery,
Elseiver Science Publishers, 1989.
161
162
6. Bailey BJ, Johnson JT., Head and Neck Surgery Otolaryngology, Vol 1&2, 5 th
edition Lippincot William-Wilkins, Philadelphia USA, 2014
7. Arun KL Randal N, Embriology of Head and Neck. In ; Grabb & Smith’s Plasti
Surgery 6th edition Lippincott William &wilkins,
162
163
MODUL PELATIHAN KEGAWATAN THT 5
Mata Kuliah :
MPK MD22802551 A. Pendahuluan
Modul Kegawatdaruratan THT adalah materi pendidikan
Jumlah SKS : yang memberikan pelatihan keprofesian dengan menerapkan
penyakit serta kelainan THT-KL secara ilmiah khususnya dalam
Modul Pelatihan Kegawatan THT
bidang kegawatdaruratan THT-KL.
5 (3 SKS)
Tujuan Pembelajaran
Lama : Setelah melewati modul ini, peserta program diharapkan
mampu memahami penyakit serta kelainan dalam bidang
6 Bulan (Selama Periode
Kegawatdaruratan THT-KL dan mencapai kompetensi yang
Semester VI) diharapkan di bidang Kegawatdaruratan ilmu kesehatan THT-KL.
Komponen kompetensi yang diharapkan tercapai setelah melewati
Ketua Modul : modul ini:
Koordinator Kegawatdaruratan
1. Kompetensi dalam memahami dan mampu menerapkan
THT-KL etika, disiplin dan taat hukum dengan rasa tanggung
jawab dalam mengamalkan ilmunya berdasarkan
kemampuan intelektual dan profesional. Area
kompetensi: Profesionalisme, dan Etik dan Medikolegal
2. Kompetensi dalam area berkomunikasi secara efektif.
Area kompetensi: Komunikasi efektif dengan pasien
dan keluarga, dan Komunikasi efektif interprofesi dan
multidisiplin
3. Kompetensi dalam mampu bekerja secara efektif dalam
lingkup sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan.
Area kompetensi: Kerjasama Tim
4. Kompetensi dalam mampu bekerja dengan menjaga
prinsip-prinsip patient safety dan pelayanan berkualitas
yang berorientasi pada pasien. Area kompetensi:
Patient Safety dan Sistem Manajemen Mutu
5. Kompetensi dalam memiliki komitmen untuk belajar
dan mengikuti perkembangan ilmu penyakit THT-KL.
Area kompetensi: EBM
6. Kompetensi dalam mampu menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi ilmu penyakit THT-KL
dengan tingkat kompetensi yang tinggi dengan
memperhatikan risiko, manfaat, dan efisiensi biaya.
Area kompetensi: Pendekatan Keilmuan Dan
Keterampilan Klinik
163
164
B. Karakteristik Peserta
Peserta adalah Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Tahap Magang semester VI
C. Sasaran Pembelajaran
1. Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2. Peserta didik mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding kasus kegawatdaruratan
THT.
3. Mampu melakukan pemeriksaan penunjang dan bekerjasama dengan disiplin ilmu lain
dalam melakukan penatalaksanaan komprehensif kasus kegawatdaruratan THT.
D. Lingkup Bahasan
I.1 Pengetahuan
Diharapkan setelah menyelesaikan pembelajaran peserta program mampu memahami,
menegakkan diagnosis, memberikan terapi penyakit-penyakit dalam bidang Kegawatdaruratan
THT, meliputi:
1.Residen THT mampu menjelaskan anatomi, fisiologi, patofisiologi, tumbuh-kembang
organ telinga, hidung, tenggorok, kepala dan leher.
2.Residen THT mampu membuat diagnosis dan diagnosis banding:
a. Benda asing di THT
b. Nyeri telinga akut
c. Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
d. Trauma telinga dan tulang temporal
e. Tuli mendadak
f. Epistaksis
g. Trauma wajah
h. Trauma jaringan lunak wajah
i. Trauma hidung
j. Abses leher
k. Sumbatan laring
l. Trauma trakea
m. Disfagia
n. Esofagitis korosif
164
165
Kewenangan
Lingkup Bahasan pokok bahasan
klinis
3c
165
166
3c
Manajemen pasien
Benda Asing di THT
3c
3c
3c
3c
Tatalaksana Komprehensif
3c
Anatomi, fisiologi, patofisiologi Intrakranial
Otitis Media Akut/ Otitis Media Supuratif
Komplikasi Intrakranial Otitis Kronis
Media Akut/ Otitis Media
Supuratif Kronis: 3c
Meningitis Otogenik
Trombosis Sinus Lateralis Diagnosis
Abses Ekstradural
Abses Subdural
Abses Otak Otogenik 3c
Hidrosefalus Otikus
Rencana Tatalaksana komprehensif
166
167
3c
3c
Tuli Mendadak
Iskemia Koklea 3c
Infeksi Virus
Pasca Trauma Kepala
Trauma Bising Keras Diagnosis dan komplikasi
Perubahan Tekanan Atmosfir
Obat Ototoksik
Penyakit Meniere
3c
Neuroma Akustik
Rencana tatalaksana
3c
Epistaksis
Perdarahan Anterior 3c
Perdarahan Posterior
Diagnosis
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
167
168
3c
Trauma Muka 3c
Fraktur Tulang Hidung
Fraktur Maksila Diagnosis
Fraktur Zigoma
Fraktur Mandibula
Fraktur Orbita 3c
3c
3c
Trauma Jaringan Lunak Muka
Avulsi Total Diagnosis
Avulsi Sebagian
H. Laserasi
3c
Komplikasi
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Diagnosis 3c
168
169
3c
3c
Abses Leher 3c
Abses Peritonsil
Abses Retrofaring Diagnosis
Abses Parafaring
Abses Submandibula 3c
3c
Anatomi, histologi, patofisiologi
Sumbatan Laring
Radang 3c
Tumor
Diagnosis
Kelainan Kongenital
Paresis Postikus Bilateral
Trauma 3c
Benda Asing
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
Anatomi, histologi, patofisiologi
Trauma Trakea
Trauma Tumpul 3c
Trauma Tajam Diagnosis
Trauma Endogen
3c
Rencana Tatalaksana komprehensif
3c
169
170
3c
Anatomi, histologi, patofisiologi
3c
Diagnosis
Esofagitis Korosif
3c
I.2 Ketrampilan
Setelah mengikuti modul ini diharapkan peserta didik mampu:
Keterampilan Tahap
Pembekalan
Semester VI
Ekstraksi Benda Asing:
Benda asing di laring: perasat Heimlich/ laringoskopi 3,4
Benda asing di trakea: bronkoskopi 2,3
Benda asing di bronkus : bronkoskopi 2,3
Benda asing di esofagus: esofagoskopi 3,4
Benda asing di sinus piriformis: laringoskopi 3,4
Benda asing di dasar lidah: laringoskopi langsung/ tak
3,4
langsung
Benda asing di faring/tonsil: ekstraksi dengan pinset/ cunam 4
Benda asing di hidung: ekstraksi dengan pengait 4
Benda asing di liang telinga: ekstraksi dengan pengait/ pinset 4
Nyeri telinga akut
Tatalaksana Medikamentosa 4
Pemasangan tampon telinga 4
Komplikasi intrakranial otitis media akut/ otitis media supuratif kronis
Tatalaksana Medikasmentosa 3,4
Trauma telinga dan tulang temporal 3,4
Tuli mendadak
170
171
Trauma muka
Trauma jaringan lunak muka
Bedah minor 1
Trauma hidung
Reduksi tertutup 2,3
Aspirasi dan insisi hematoma septum 2
Abses leher
Aspirasi dan insisi abses peritonsil 3,4
Aspirasi dan Insisi abses submandibular 2,3
Aspirasi dan Insisi abses retrofiring 2,3
Aspirasi dan Insisi abses parafaring 2,3
Terapi medikamentosa 2,3
Sumbatan jalan napas atas
Tindakan laringoskopi tidak langsung 3,4
Tindakan laringoskopi langsung 2,3
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 2,3
Trakeostomi primer 2,3
Trauma trakea
Tindakan laringoskopi langsung 2,3
Cricotirotomi 1
Trakeostomi terintubasi 2,3
Trakeostomi primer 2,3
Pemasangan NGT 1
Disfagia
Pemasangan NGT 4,5
Esofagitis korosif
esofagoskopi 2
Pemasangan NGT 2
171
172
G. Pembobotan
H. Sumber Daya
Pelaksana modul : Seluruh staf pengajar THT-KL
Lahan Praktek
1. Unit Gawat Darurat RSCM
2. Ruang rawat RSCM
I. Matriks Kegiatan
Hari/Tgl Waktu Materi Tutor Teknik
Kasus
Senin- 15.00-
kegawatdaruratan DPJP jaga harian Form penilaian
Jumat 07.00
THT
08.00-
Kasus
Sabtu- 20.00
kegawatdaruratan DPJP jaga harian Form penilaian
Minggu 20.00-
THT
08.00
172
173
Daftar Pustaka:
1. Iskandar N, Helmi. Panduan penatalaksanaan gawat darurat telinga hidung
tenggorok. Jakarta: Balai penerbit FKUI. 2008
173