Anda di halaman 1dari 6

1.

Pemilihan Topik dan Masalah


Topik berasal dari bahasa Yunani “topoi” yang berarti tempat. Topik adalah
inti utama dari seluruh isi tulisan yang hendak disampaikan atau lebih
dikenal dengan topik pembicaraan. Topik adalah hal yang pertama kali
ditentukan ketika penulis akan membuat tulisan.

Topik/masalah adalah pokok pembicaraan (Widyamartaya dan Sudiati


1997:31; Sudarmoyo 2000:11; Arifin:8). Topik banyak tersedia dan
melimpah disekitar kita, misalnya persoalan kemasyarakatan, pertanian,
manajemen, akuntansi, sumber daya manusia, kedokteran, teknik, industri,
hukum, pariwisata, perhotelan, lingkungan hidup, dan sebagainya.

Dalam hubungan dengan pemilihan topik yang hendak diangkat ke dalam


karya ilmiah, Keraf (1980:111) berpendapat bahwa penyusunan karya
ilmiah lebih baik menulis sesuatu yang menarik perhatian dengan pokok
persoalan yang benar-benar diketahui daripada menulis pokok-pokok yang
tidak menarik atau tidak diketahui sama sekali. Sehubungan dengan isi
pernyataan itu, Arifin (2003:8) menyampaikan hal-hal berikut yang patut
dipertimbangkan dengan seksama oleh penyusun karya ilmiah.
1. Topik yang dipilih harus berada di sekitar kita, baik di sekitar
pengalaman kita maupun di sekitar pengetahuan kita. Hindarilah topik
yang jauh dari diri kita karena hal itu akan menyulitkan kita ketika
menggarapnya.
2. Topik yang dipilih harus topik yang paling menarik perhatian kita.
3. Topik yang dipilih terpusat pada suatu segi lingkup yang sempit dan
terbatas. Hindari pokok masalah yang menyeret kita kepada
pengumpulan informasi yang beraneka ragam.
4. Topik yang dipilih memiliki data dan fakta yang objektif. Hindari topik
yang bersifat subjektif, seperti kesenangan atau angan-angan kita.
5. Topik yang dipilih harus kita ketahui prinsip-prinsip ilmiahnya,
walaupun serba sedikit. Artinya topik yang dipilih itu janganlah terlalu
baru bagi kita.
6. Topik yang dipilih harus memiliki sumber acuan, memiliki bahan
kepustakaan yang dapat memberikan informasi tentang pokok masalah
yang hendak ditulis. Sumber kepustakaan dapat berupa buku, majalah,
jurnal, surat kabar, brosur, surat keputusan, situs web, atau undang-
undang.

2. Pembatasan Topik
Topik yang akan diangkat dalam permasalahan harus dibatasi sampai tahap
yang paling sempit dan terbatas agar pembatasannya tidak terlalu luas dan
terarah. Pembatasan topik sekurang-kurangnya akan membantu pengarang
dalam bebrapa hal:
1. Pembatasan memungkinkan penulis untuk menulis dengan penuh
keyakinan dan kepercayaan, karena topik itu benar-benar diketahuinya.
2. Pembatasan dan penyempitan topik akan memungkinkan penulis untuk
mengadakan penelitian yang lebih intensif mengenai masalahnya.
Dengan pembatasan itu penulis akan lebih mudah memilih hal-hal yang
akan dikembangkan.

Cara membatasi sebuah topik secara umum dapat dilakukan dengan


mempergunakan cara sebagai berikut:
1. Tetapkanlah topik yang akan digarap dalam kedudukan sentral.
2. Mengajukan pertanyaan, apakah topik yang berada dalam kedudukan
sentral itu masih dapat dirinci lebih lanjut? Bila dapat, tempatkanlah
rincian itu sekitar lingkaran topik pertama tadi.
3. Tetapkanlah dari rincian tadi mana yang akan dipilih.
4. Mengajukan pertanyaan apakah sektor tadi masih dapat dirinci lebih
lanjut atau tidak.
Demikian dilakukan secara berulang sampai diperoleh sebuah topik yang
sangat khusus dan cukup sempit.
Cara mempersempit sebuah topik seperti disebutkan “Cipta Lika Caraka”
dapat dilakukan sebagai berikut.
1. Menurut tempat
Contoh, Indonesia lebih khusus daripada dunia, pulau jawa lebih khusus
daripada tanah air Indonesia, dan sebagainya.
2. Menurut waktu/ periode zaman
Contoh, “Perkembangan Islam” bisa dibatasi “ Perkembangan Islam di
Masa Nabi Muhammad SAW”
3. Menurut Hubungan Kausal
Contoh, “Perkembangan Islam” dapat dikhususkan pembahasannya
menjadi “Sebabnya Islam Tersiar”
4. Menurut pembagian bidang kehidupan manusia (politik, sosial,
ekonomi, agama, kebudayaan, ilmu pengetahuan, kesenian)
Contoh, Topi “ Pembangunan di Indonesia” dapat dibatasi menjadi “
Pembangunan Politik Masa Orde Baru”
5. Menurut aspek umum-khusus
Contoh, Topik “ Pengaruh Kebijaksanaan 15 November 1978 Terhadap
Masyarakat” dapat dikhususkan menjadi “ Pengaruh Kebijaksanaan
1978 Terhadap Usaha Kerajinan Rotan di Amuntai”
6. Menurut objek material dan objek formal
Objek material ialah bahan yang dibicarakan, sebagai objek formal ialah
dari sudut mana bahan itu ditinjau.
Contoh: “Perkembangan Pers di Indonesia di Tinjau dari Segi
Kebebasannya. Perkembangan Pers di Indonesia sebagai objek material,
dan di Tinjau dari Segi Kebebasannya adalah objek material.
3. Penentuan Judul
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, judul di definisikan sebagai (1)
nama yang dipakai untuk nama buku atau bab dalam buku yang dapat
menyiratkan secara pendek isi atau maksud buku dalam bab itu; (2) kepala
karangan judul dalam suatu karya ilmiah harus berbentuk frasa, bukan
kalimat atau kata.

Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita,
dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa seluruh karya tulis, bersifat
menjelaskan diri dan yang manarik perhatian dan adakalanya menentukan
wilayah (lokasi). Dalam artikel judul sering disebut juga kepala tulisan. Ada
yang mendefinisikan judul adalah lukisan singkat atau disebut juga miniatur
isi bahasan. Judul hendaknya dibuat dengan ringkas, padat dan menarik.
Judul diusahakan tidak lebih dari lima kata, tetapi cukup menggambarkan
isi bahasan.Judul merupakan hal yang pertama di baca oleh para pembaca
untuk itu kita harus tetap memperhatikan judul dalam setiap penulisan karya
ilmiah

Judul dapat dikatakan sebagai jabaran topik atau tema. Karena itu judul
harus mampu mencerminkan topik atau tema, tidak boleh menyimpang dari
intinya. Itulah sebabnya memilih judul tidak selalu mudah. Dalam
percakapan sehari-hari yang kurang penting, tidak biasa ditentukan
topiknya. Namun,dalam pembicaraan atau dialog khusus bisa saja
ditentukan topiknya supaya pihak-pihak bisa mempersiapkan diri.

Selain dengan pembatasan topik, menurut Arifin (2003:9) penentuan judul


karya ilmiah dapat pula ditempuh dengan melontarkan pertanyaan: masalah
apa, mengapa, bagaimana, dimana, dan kapan. Walapun tidak semua
pertanyaan tersebut harus terjawab.
 Contoh masalah yang kita temukan disekitar kita adalah:
a. Industri mebel;
b. Greeter hotel;
c. Gas karbon monoksida (co).
 Jika topik masalah sudah ditentukan, maka kita dapat bertanya dengan
pertanyaan “mengapa”. Jawaban dari pertanyaan tersebut adalah:
a. Mengembang;
b. Melayani;
c. Mencemari.
 Judul karya ilmiah haruslah berbentuk frasa, bukan berbentuk kalimat.
Oleh karena itu, kata-kata tersebut dapat kita jadikan kata benda agar
dapat dijadikan judul karya, seperti:
a. Mengembang menjadi pengembangan;
b. Melayani menjadi pelayanan;
c. Mencemari menjadi pencemaran.
 Kata-kata yang sudah ditentukan topik disusun menjadi tetap kata kerja
asal ditambah atau mengandung kata benda dan judul yang dibuat tidak
berupa kalimat. Dengan pertanyaan masalah apa dan mengapa, kita
memiliki judul sebagai berikut:
a. Pengembangan Industri Mebel atau Upaya Mengembangkan Industri
Mebel;
b. Pelayanan Greeter Hotel;
c. Pencemaran Gas Karbon Monoksida.
 Agar karya ilmiah tidak mengambang, judul harus harus dibatasi dengan
pertanyaan dimana yang akan memberikan jawaban mengenai tempat
objek yang akan diteliti, misalnya:
a. di Kabupaten Jepara;
b. di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta;
c. di Kota Semarang.
 Selanjutnya kita akan menjawab pertanyaan kapan akan memberikan
jawaban, antara lain:
a. tahun 2007;
b. semester I/2207;
c. dewasa ini.
 Kini kita sudah memiliki judul karya ilmiah menjadi:
a. Pengembangan Industri Mebel di Kabupaten Jepara Tahun 2007.
b. Pelayanan Greeter di Hotel Inna Garuda, Yogyakarta,
SemesterI/2007.
c. Pencemaran Gas Karbon Monoksida di Kota Semarang Dewasa Ini.

Anda mungkin juga menyukai