Anda di halaman 1dari 21

INDERA PEMBAU, PENGECAP, DAN KETERKAITAN KEDUANYA PADA

MAMALIA

Pelaksanaan : Selasa, 20 September 2016.


Dosen : Dr. Raharjo M. Si.
Dra. Nur Kuswanti, M.Sc.St.

Nur Qomariyah, S.Pd. M.Si.


Erlix Rakhmad Purnama, M.Si.

Nama Kelompok :
1. Agustina Mirawati 14030244006
2. Capriati Annisa Bening 14030244019
3. Radhin Fatharani 14030244035
4. Eko Septiono 14030244036

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURUSAN BIOLOGI

2016
A. Judul

Judul praktikum ini adalah Indera pembau, pengecap, dan keterkaitan


keduanya pada mamalia.

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah :

1. Untuk mengetahui pentingnya pengaruh rangsangan bau terhadap


kepekaan seseorang.

2. Praktikan mampu menentukan kecermatan pengecaapan praktikan pada


penggunaan beberapa bahan.

3. Praktikan mampu menentukan daerah penyebaran reseptor dari keempat


sensasi kecap primer berdasarkan kepekaan tertinggi terhadap bahan yang
bersangkutan.

4. Praktikan mampu menentukan daerah penyebaran reseptor kecap selain


sensasi primer.

5. Praktikan mampu mengetahui pentingnya pengaruh bau terhadap kesan


pengecapan.
C. Dasar Teori

INDERA PENGECAP

Gambar 1. Lidah

Lidah mempunyai reseptor khusus yang berkaitan dengan rangsangan kimia.


Lidah merupakan organ yang tersusun dari otot. Permukaan lidah dilapisi dengan
lapisan epitelium yang banyak mengandung kelenjar lendir, dan reseptor
pengecap berupa tunas pengecap. Tunas pengecap terdiri atas sekelompok sel
sensori yang mempunyai tonjolan seperti rambut.

Permukaan atas lidah penuh dengan tonjolan (papila). Tonjolan itu dapat
dikelompokkan menjadi tiga macam bentuk, yaitu bentuk benang, bentuk dataran
yang dikelilingi parit-parit, dan bentuk jamur. Tunas pengecap terdapat pada parit-
parit papila bentuk dataran, di bagian samping dari papila berbentuk jamur, dan di
permukaan papila berbentuk benang.
Gambar 2. Struktur lidah dan pembagian daerah perasanya

Kelainan yang terjadi pada indera pengecap atau lidah antara lain adalah glotes.
Glotes merupakan peradangan pada lidah yang terjadi akibat adanya infeksi pada
gigi dengan gejala adanya lender yang menutupi lidah.

Mekanisme Kerja Alat Pengecap

Zat kimia dalam bentuk larutan yang sampai ke puting pengecap di lidah,
menyebabkan terjadinya depolarisasi yaitu masuknya Na+ dan keluarnya K+ dari
sel reseptor. Depolarisasi berlanjut menyebabkan terbentuknya potensial aksi
yang dihantarkan oleh saraf sensoris dalam bentuk impuls listrik ke otak untuk
diolah sehingga timbul sensasi rasa.

kombinasi dari rasa-rasa ini berhubungan dengan tekstur, temperatur, bau busuk
dan sensasi dari “sense” kimia umum yang memproduksi sebuah rasa. Ini adalah
rasa yang membuat kita tahu apakah benda yang kita makan adalah kacang atau
kaviar. Banyak rasa dikenal melalui indera penciuman. Apabila anda
memegang/menekan hidung anda selagi memakan cokelat, contohnya, anda akan
mendapatkan masalah dalam mengidentifikasi rasa cokelat itu, walaupun anda
dapat membedakan kemanisan dan kepahitan makanan. Ini karena rasa yang tidak
asing lagi dari cokelat diinderai secara luas oleh odor. Jadi sebagai rasa yang
dikenal dari kopi, inilah sebabnya mengapa seseorang yang berharap dapat
menikmati sepenuhnya sebuah rasa yang lezat ( contoh : seorang koki ahli
mencicipi kreasinya sendiri) akan menghirup melalui hidungnya setelah beberapa
kali menelan.

Sel-sel penciuman dan pengecapan adalah satu-satunya sel yang ada di sistem
syaraf yang dapat digantikan pada saat mereka mulai menua atau rusak. Ilmuwan
meneliti fenomena ini sembari mempelajari cara untuk menggantikan sel syaraf
lain yang juga rusak.

INDERA PEMBAU

Indra pembau berupa kemoreseptor yang terdapat di permukaan dalam hidung,


yaitu pada lapisan lendir bagian atas. Reseptor pencium tidak bergerombol seperti
tunas pengecap.

Epitelium pembau mengandung 20 juta sel-sel olfaktori yang khusus dengan


akson-akson yang tegak sebagai serabut-serabut saraf pembau. Di akhir setiap sel
pembau pada permukaan epitelium mengandung beberapa rambut-rambut pembau
yang bereaksi terhadap bahan kimia bau-bauan di udara.
Kelainan pada indera pencium yaitu hidung antara lain mimisan dan anosmia.
Mimisan adalah pendarahan yang terjadi pada hidung yang disebabkan oleh
benturan pada hidung, tumor, atau peradangan pada hidung. Sedangkan anosmia
adalah hilangnya kemampuan hidung untuk mencium bau yang diakibatkan
penyumbatan saluran hidung atau rusaknya reseptor pembau pada hidung.

Antara indra pengecap dan pembau terdapat hubungan yang erat. Indera pencium
menerima rangsang berupa gas, sedangkan indera pengecap berupa cairan. Hanya
ada dua sel reseptor yang dapat dibedakan dalam epitel olfaktori. Masakan atau
bahan yang lain dapat dirasakan kenikmatanya karena adanya kerjasama antara
alat pengecap dan pembau. Apabila salah satu alat itu terganggu, maka
kenikmatanya berkurang. Sebagai contoh, orang yang terkena flu (pilek) kurang
dapat merasakan kenikmatan masakan karena ujung-ujung saraf pembau
terganggu.

Mekanisme Kerja Pembau

Gas yang masuk ke dalam hidung larut dalam lendir hidung di bagian atas rongga
hidung. Gas ini akan merangsang ujung saraf pembau dan menyebabkan
terjadinya depolarisasi yaitu Na+ masuk dan K+ keluar dari reseptor (ujung saraf).
Depolarisasi dapat menyebabkan terjadinya potensial aksi dan dihantarkan dalam
bentuk impuls ke otak untuk diolah.

Anatomi dan mekanisme indera penciuman pada manusia

Indera penciuman dan pengecapan tergolong ke dalam sistem penginderaan kimia


kita (chemosensation). Proses yang kompleks dari “mencium dan mengecap”
dimulai ketika molekul-molekul dilepaskan oleh substansi di sekitar kita yang
menstimulasi sel syaraf khusus di hidung, mulut, atau tenggorokan. Sel-sel ini
menyalurkan pesan ke otak, dimana bau dan rasa khusus diidentifikasi. Sel-sel
olfactory (syaraf penciuman) distimulasi oleh bau busuk di sekitar kita.
Contohnya aroma dari mawar, bau adonan roti. Sel-sel syaraf ini ditemukan di
sebuah tambalan kecil dari jaringan terletak di atas dalam hidung, dan mereka
terhubung secara langsung ke otak. Penciuman (olfaction) terjadi karena adanya
molekul-molekul yang menguap dan masuk ke saluran hidung dan mengenai
olfactory membrane. Manusia memiliki kira-kira 10000 sel reseptor berbentuk
rambut. Bila molekul udara masuk, maka sl-sel ini akan mengirimkan impuls
saraf (Lancent,1988).

Kepekaan penciuman manusia lebih kecil dibandingkan dengan hewan seperti


anjing. Hal itu disebabkan karena jarak hidung manusia ke tanah lebih jauh
daripada hewan. Selain itu, kelembaban pada hidung anjing membantu
melarutkan partikel-partikel bau di udara. Di dalam moncong anjing, ada daerah
berlipat-lipat yang luas yang dapat menangkap macam-macam bau dan
meneruskan informasi ini ke otaknya.Hidung anjing memiliki 200 juta reseptor
(penerima) bau, sedangkan hidung manusia tidak memiliki reseptor sebanyak itu.
Kepekaan indera penciuman dan pengecapan antara manusia yang satu dengan
manusia yang lain pun juga terdapat perbedaan,misalnya perbedaan dalam
mendeteksi rasa pahit. Pada pengecap super kepekaan terhadap rasa pahit lebih
tinggi dibandingkan dengan manusia yang lain. Hal itu disebabkan karena pada
struktur lidah pengecap super terdapat lebih banyak bintil putih.

D. Bahan dan Alat

1. Bahan

- Minyak menthol - Larutan gula


- Minyak angin - Larutan pil kina
- Minyak tawon - Larutan cabai
- Parfum - Bengkoang
- Air - Kentang
- Larutan garam - Apel
- Larutan asam - Pear
2. Alat

- Spuit 2,5 ml - Peta rasa lidah


- Sapu tangan - Tusuk gigi
- Kapas - Pisau
- Cotton bud - Sendok pengaduk
- Cawan petri - Gelas
- Gelas kimia - Stopwatch

E. Cara Kerja

1. Indera Pembau

a. Praktikan tidak boleh flu/pilek.

b. Tutup mata yang bersangkuta.

c. Ambil parfum dengan jarum spuit secukupnya, kemudian lepaskan jarum


dan biarkan syringe dalam kondisi posisi terbalik lubang jarum
menghadap ke atas.

d. Sisipkan ujung penutup pada bagian belakang dalam hidung melalui


lubang hidung satu, sedangkan sisi lain lubang hidung ditutup dengan
kapas agar yang membau hanya satu sisi saja.

e. Praktikan membau/menghirup tanyakan bau apa yang dibaunya, catat


hasilnya.

f. Setelah itu posisi syringe diarahkan ke atas dan disuruh menghirup lagi.

g. Tanyakan bau apa yang dibaunya dan mana yang lebih bau pada posisi
pertama atau posisi kedua. Bandingkan dan catat hasilnya.

h. Ulangi percobaan di atas dengan bahan yang lain.

i. Tutup lubang hidung yang satu dengan kapas dan satu tetap terbuka.

j. Tuang bahan pada spuit secukupnya.


k. Pegang syringe dan dekatkan pada hidung terbuka dengan jarak 1,5 cm di
depan hidung kemudian mintalah praktikan untuk menghirup dan
hembuskan lewat mulut.

l. Ulangi hal ini berkali-kali sampai tidak lagi membau bahan tersebut.

m. Hitunglah Olfactory Fatigue Times (OFT) yaitu waktu yang dibutuhkan


untuk mencapai ketidakkpekaan kelelahan pembau artinya tidak lagi dapat
membau sesuatu. Ulangi 3 X kemudian hitung rata-ratanya.

n. Hitunglah Olfactory Recovery Times (ORT) yaitu waktu yang dibutuhkan


untuk kesembuhan pembau, artinya sampai dapat membau kembali.
Ulangi 3X kemudian hitung rata-ratanya.

o. Ulangi semua percobaan diatas dengan praktikan yang lain dan


bandingkan hasilnya.

2. Indera Pengecap

a. Sebelum percobaan dimulai, bersihkan dulu gusi dan lidah dari sisa-sisa
makanan dengan berkumur. Kemudian bersihkan lidah dengan
tissue/kapas agar tidak basah oleh air ludah.

b. Tuangkan cairan pada cawan petri dan rendam cotton bud pada tiap tiap
larutan.

c. Tutup mata praktikanm agar tidak mengetahui larutan apa yang


dipergunakan.

d. Sentuhkan cotton bud pada tempat-tempat pusat pengecap sesuai Tabel 5.


Dan praktikan diminta untuk mengatakan rasa apa yang dirasakan setiap
kali sentuhan dan pada tempat mana yang paling terasa macam larutan
yang disentuhkan.

Tabel 5. Urutan untuk menyentuhkan cotton bud pada pusat pengecap.


Manis Asin Asam Pahit
Depan 5 2 11 16
Tepi depan 1 14 7 12
Tepi belakang 13 10 3 8
Pangkal 9 6 15 4

e. Sebelum mengganti dengan larutan lain, praktikan yang diuji harus


berkumur dulu.

f. Ulangi percobaan ini dengan cotton bud yang lain sesuai urutannya.
Tanyakan : Apakah pada daerah yang disentuh dirasakan rasa larutan
tertentu (sesuai/tidak dengan macam larutan yang dicobakan).

g. Bila jawaban praktikan sesuai dengan larutan yang dicobakan, maka pada
gambar lidah diberi tanda (+) dan bila tidak sesuai diberi tanda (-).

h. Ulang percobaan ini pada orang lain dengan cotton bud yang berbeda.
Kemudian bandingkan hasilnya.

3. Hubungan Indera Pembau dan Pengecap

a. Tutup mata praktikan dan hidungnya ditutup dengan sapu tangan.

b. Lidah dibersihkan dengan kapas atau tissue. Letakkan sekerat bahan


secara bergantian tanakan apa yang dirasakan setiap kali bahan diletakkan
di lidah dan tanyakan juga apakah ia dapat membau atau mengecap.

c. Ulangi percobaan, akan tetapi pada keadaan hidung terbuka.

d. Ulangi percobaan 2X pada praktikan yang sama dan ulangi percobaan


untuk praktikan yang lain. Bandinglkan!

e. Catat hasilnya, tanda + untuk kotak yang merasakan dan tanda – untuk
kotak yang tidak merasakan.
f. Ulangi percobaan untuk tangan bagian ventral pada praktikan yang sama.

b. Analisis Data

Berdasarkan hasil percobaan dari 2 praktikan yang ditutup hidungnya dapat


diketahui bahwa indera pembau praktikan peka terhadap rangsangan bau, baik
parfum, minyak tawon atau minyak kayu putih. Bau lebih tajam tercium dengan 2
lubang hidung. Pada saat stimulus tersebut (rangsangan bau) yaitu parfum, minyak
tawon, minyak menthol dan minyak kayu putih diletakkan pada posisi syringe
tegak, praktikan dapat membau stimulus tersebut lebih kuat dibandingkan dengan
posisi syringe miring. Diantara ke empat bahan yang digunakan untuk menguji
kepekaan indera pembau pada praktikan, maka bahan yang paling tajam atau pekat
baunya ialah minyak angin. Adapun waktu yang digunakan oleh praktikan untuk
menghilangkan bau tersebut (OFT) lebih lama jika dibandingkan dengan waktu
yang digunakan untuk memulihkan bau tersebut (OFR).

c. Pembahasan
Berdasarkan analisa data diatas dapat di ketahui bahwa reseptor pembau
sangat peka/ sensitive terhadap berbagai stimulus berupa minyak tawon, minyak
kayu putih, minyak mentol dan parfum. Reseptor pembau ini terletak pada langit-
langit rongga hidung, yaitu epitelium olfaktori. Epitelium olfaktori terdiri dari sel-
sel reseptor dan sel-sel penyokong. Sel reseptor olfaktori merupakan sel saraf yang
badan selnya terletak di dalam membran olfaktori. Dendrit sel saraf ini menjulur ke
permukaan membran, dengan ujung dendrit besilia disebut rambut olfaktori.
Stimulus reseptor olfaktori berupa gas atau uap suatu zat (pada kegiatan praktikum
ini berupa minyak tawon, minyak kayu putih, minyak menthol dan parfum) jika
mengenai reseptor olfaktori, maka pada reseptor tersebut akan timbul impuls yang
diteruskan ke pusat pembau di otak melalui saraf pembau (saraf olfaktori).
Bau yang paling tajam tercium oleh reseptor olfaktori ialah dengan 2 lubang
hidung dan pada posisi syringe tegak. Hal ini dikarenakan pada saat rangsangan
berupa minyak tawon, minyak kayu putih, minyak menthol dan parfum mengenai
reseptor olfaktori tidak mengalami hambatan dengan 1 lubang hidung di tutup,
maka impuls akan mudah diteruskan ke pusat pembau di otak melalui saraf pembau
yaitu saraf olfaktori. Akibatnya, saraf olfaktori di otak akan memberikan jawaban
terhadap bau tersebut sehingga praktikan dapat mengetahui bahwa bau tersebut
adalah bau parfum, minyak tawon, minyak menthol atau minyak kayu putih. Dari ke
empat bahan, bau yang paling tajam tercium oleh praktikan ialah minyak angin. Hal
ini dikarenakan minyak angin berbau menyengat dan sangat tajam dibandingkan
ketiga bau lainnya, bau menyengat tersebut lebih sukar hilang dan membutuhkan
waktu yang lebih lama sampai indera pembau praktikan tidak dapat membau
minyak angin. Parfum memiliki waktu OFT yang singkat karena alkohol yang
terkandung di dalamnya memudahkanya untuk menguap.
Adapun waktu yang diperlukan praktikan sampai tidak dapat membau lagi
(OFT) lebih besar dibanding waktu yang diperlukan praktikan sampai dapat
membau kembali (ORT). Hal ini disebabkan karena stimulus yang diberikan berupa
minyak tawon, minyak kayu putih, minyak menthol dan parfum sudah diterima oleh
saraf olfaktori yang ada di otak dan telah memberi respon bahwa bau tersebut
adalah minyak tawon, minyak kayu putih, minyak menthol dan parfum, sehingga
untuk menghilangkan bau tersebut akan butuh waktu yang lebih lama dibandingkan
pada saat mengembalikan bau tersebut untuk dapat mengenalinya lagi.

2.Indera Pengecap
Tabel 2. Indera Pengecap
Bagian Manis Asin Asam Pahit Pedas
Depan + (1 dtk) + (2 dtk) + (4 dtk) + (5 dtk) -
Tepi Depan + (3 dtk) + (1 dtk) + (1 dtk) + (3 dtk) + (1 dtk)
Tepi belakang + (3 dtk) + (2 dtk) + (2 dtk) + (2 dtk) + (1 dtk)
Pangka + (6 dtk) + (4 dtk) + (3 dtk) + (1 dtk) + (3 dtk)

a. Analisis Data
Berdasarkan hasil percobaan dengan menggunakan stimulus berupa lima rasa
yang berbeda, yakni asin, asam, pahit, pedas, dan manis pada praktikan diperoleh
daerah penyebaran reseptor rasa yang berbeda. Masing-masing stimulus rasa
diujikan pada keempat titik reseptor papilla lidah dan menghasilkan kecepatan
respon pengecap yang berbeda.
Rasa manis terdeteksi paling cepat yaitu dalam waktu 1 detik pada daerah
lidah bagian depan atau ujung. Rasa asin dirasakan pada sisi tepi depan dalam
waktu 1 detik. Rasa asam terdeteksi dalam waktu 1 detik pada lidah bagian sisi tepi
depan dan sisi tepi belakang. Rasa pahit terdeteksi dalam waktu 1 detik pada bagian
pangkal lidah. Rasa pedas terdeteksi oleh indera pengecap dalam waktu 1 detik di
bagian tepi depan dan tepi belakang lidah, sedangkan pada bagian pangkal
mendeteksi rasa pedas pada detik ketiga.

b. Pembahasan
Berdasarkan analisa di atas didapatkan kesesuaian daerah penyebaran
reseptor rasa manis di ujung lidah, rasa asin di tepi depan dan rasa pahit di pangkal
lidah, sedangkan untuk rasa asam dan rasa pedas kurang sesuai. Alat indera yang
digunakan sebagai pendeteksi reseptor rasa adalah lidah. Pengecap rasa pada lidah
disebut dengan taste buds. Taste buds mengandung pori-pori atau dikenal sebagai
taste pore yang mengandung mikrovili dan membawa sel gustatoris yang akan
distimuli oleh berbagai cairan kimiawi. Mikrovili merupakan reseptor permukaan
bagi rasa. Serabut nervus sensorik dari taste buds pada bagian anterior lidah
menghantarkan impuls ke batang otak melalui chorda tympani (cabang dari nervus
facialis) (Don W, 2002).

Membran plasma mikrovili mengandung reseptor yang berikatan secara


selektif dengan molekul zat kimia. Zat kimia terlarut atau zat padat yang telah larut
dengan air liurlah yang dapat berikatan dengan reseptor pada indera pengecap.
Hubungan yang terpenting pada pengecap adalah kecenderungan indera rasa
pengecap untuk menerjemahkan sensasi utama tertentu yang terletak di daerah
khusus. Rasa manis dan asin terutama terletak pada ujung lidah, rasa asam pada dua
pertiga bagian samping lidah, dan rasa pahit pada bagian posterior lidah dan
palatum molle (Guyton, 1997).

Rasa manis yang dirasakan oleh lidah praktikan di bagian ujung dikarenakan
bagian ini merupakan bagian lidah yang sangat peka terhadap rasa manis. Rasa
manis suatu senyawa kimia akan direspon oleh papilla-papilla di ujung lidah. Rasa
manis ditimbulkan dari gugus cincin karbon yang dimiliki oleh kelompok glukosa.
Rangsangan dari senyawa kimia ini kemudian diteruskan dengan cepat ke saraf
pengecapan yang akan diinterpretasikan pada bagian pusat sensasi di otak, sehingga
rasa manis yang diberikan pada ujung lidah membutuhkan waktu 1 detik, paling
cepat bila dibandingkan dengan ketiga bagian reseptor lidah lainnya.

Rasa asin paling peka dirasakan pada bagian lidah tepi depan, sehingga pada
hasil eksperimen didapatkan waktu respon paling cepat terhadap rasa asin pada
bagian lidah tersebut. Rasa asin dibentuk oleh garam terionisasi yang kualitas
rasanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain karena garam juga
membentuk sensasi rasa lain selain rasa asin. Garam akan menimbulkan rasa ketika
ion natrium (Na+) masuk melalui kanal ion pada mikrovili bagian apikal (atas),
selain itu juga akan masuk lewat kanal pada lateral (sisi) sel rasa.

Pusat sensori rasa asam pada lidah terletak pada bagian tepi belakang lidah,
namun pada praktikum kali ini bagian lidah yang paling cepat menangkap rasa asam
adalah bagian tepi depan dan tepi belakang lidah. Keduanya dapat mendeteksi rasa
asam dalam waktu 1 detik. Ketidakakuratan indera pengecap ini dapat disebabkan
karena rasa asam yang digunakan untuk pengujian memiliki konsentrasi yang tinggi
sehingga ada dua daerah penyebaran reseptor yang peka terhadap rasa asam ini.
Kemungkinan lainnya adalah ketika praktikum, bagian tepi lidah yang diolesi
dengan larutan jeruk nipis berjarak terlalu dekat sehingga larutan jeruk nipis dapat
dirasakan oleh kedua daerah reseptor lidah.

Bagian lidah yang paling peka terhadap rasa pahit adalah daerah pangkal
lidah, hal ini dikarenakan reseptor rasa pada bagian ini berbentuk cekungan
sehingga zat kimia terlarut yang mengandung rasa pahit akan masuk dan sukar
keluar.

Sensasi pedas dapat dirasakan pada semua bagian lidah. Pedas bukanlah
suatu rasa, pedas merupakan suatu sensasi panas dan terbakar yang diterima oleh
ujung saraf lidah yang disebut papilla. Cabai atau makanan yang menyebabkan
sensasi pedas adalah makanan yang mengandung suatu senyawa bernama
capsaicin. Semakin banyak capsaicin yang dimakan, maka sensasi pedas yang
dirasakan juga akan semakin terasa di seluruh bagian lidah.
Capsaicin yang merupakan suatu partikel ini akan berikatan dengan reseptor
yang ada di papilla lidah bagian mana saja. Semakin banyak papilla yang berikatan
dengan capsaicin, maka akan semakin terasa pula sensasi pedas yang dirasakan.
Sensasi pedas yang bukan merupakan rasa tersebut (capsaicin), apabila sudah
berikatan dengan papilla lidah maka akan mengirimkan sinyal pada otak, dimana
sinyal tersebut sama persis dengan sinyal ketika indera peraba merasakan kepanasan
dan nyeri.

3.Hubungan Indera Pengecap dan Pembau


Tabel 3. Indera Pengecap dan Pembau

Bahan I (Bengkoang) Bahan II (Pear) Bahan III (Apel)


Subjek
Tertutup Terbuka Tertutup Terbuka Tertutup Terbuka

1 + + - - + +

2 + + + + + +

a. Analisis Data
Berdasarkan hasil percobaan dari 2 praktikan yang ditutup mata dan
hidungnya kemudian diminta merasakan bemgkoang, pear, dan apel didapatkan
hasil bahwa bahan I (bengkoang) dan III (apel) dapat terdeteksi oleh kedua
praktikan dalam kondisi mata dan hidung terbuka ataupun tertutup, sedangkan
bahan ke-II yaitu buah pear tidak dapat dideteksi oleh praktikan pertama dalam
kondisi mata dan hidung terbuka atau tertutup.

b. Pembahasan
Secara fungsional antara indera pembau dan indera pengecap memiliki
keterkaitan yang erat dimana keduanya merupakan sistem penginderaan kimia
(chemoreseptor). Proses yang kompleks dari “membau dan mengecap” dimulai
ketika molekul-molekul dilepaskan oleh substansi disekitar kita yang menstimulus
sel syaraf khusus dihidung, mulut, dan tenggorokan. Sel-sel ini menyalurkan pesan
ke otak dimana bau dan rasa khusus diidentifikasi. Bekerjanya indera pembau dan
indera pengecap tergantung pada reseptor yang biasanya distimulasi oleh zat kimia
(chemoreseptor) selain sistem yang sama-sama diaktifkan oleh rangsang kimia.

Berdasarkan analisa data di atas, ketidakmampuan praktikan pertama dalam


menebak buah pear yang diujikan baik dalam kondisi mata dan hidung terbuka
ataupun tertutup dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah buah yang
digunakan sudah terlalu lama dibiarkan pada ruang terbuka sehingga zat kimia yang
terlarut dalam buah tersebut berkurang, akibatnya indera pengecap pada praktikan
pertama tidak bisa mendeteksi rasa pada buah pear tersebut.

Pembau dan pengecap saling bekerja sama, sebab rangsangan bau dari
makanan dalam rongga mulut dapat mencapai rongga hidung dan diterima oleh
reseptor olfaktori. Keadaan ini akan terganggu ketika kita sakit pilek, di mana
hubungan antara rongga hidung dan rongga mulut terganggu, sehingga uap makann
dari makanan di mulut tidak dapat mencapai rongga hidung dan makanan seakan-
akan kehilangan rasanya.
Gambar 3. Hubungan antara Indera Pembau dengan Indera Pengecap

Pengaruh bau sangat menentukan terhadap kesan pengecapan. Jika rangsang


bau dihalangi dengan menutup mata dan ke dua lubang hidung, maka tiga zat
makanan yang berbeda akan mempunyai rasa yang hampir sama. Ini dikarenakan
tidak tersampaikannya rangsangan bau ke reseptor olfaktori ketika hidung tertutup.
Hal lain yang menunjukkan hubungan diantara keduanya adalah bahwa indera
penciuman merupakan reseptor awal sebelum indera pengecap memutuskan untuk
menerima atau tidak menerima suatu makanan, sehingga dengan hidung terbuka
praktikan dapat lebih pekat merasakan stimulus yang diberikan. “Sense” berupa
kimia, mekanisme chemosensory yang lain memberikan kontribusi terhadap indera
pembau dan pengecap. Dalam sistem ini, ribuan syaraf bebas bermuara diatas
permukaan dari mata, hidung, mulut, dan tenggorongan untuk mengidentifikasi
sensasi seperti sengatan amonia, dinginnya menthol, dll. Sehingga antara indera
pembau dan pengecap memiliki keterkaitan yang erat, terutama dalam menanggapi
stimulus berupa zat kimia. Indera pembau dapat menerima rangsangan zat kimia
yang terlarut dalam udara, sedangkan indera pengecap menerima rangsangan zat
kimia yang terlarut dalam air ataupun zat pelarut lainnya.

3.Hubungan indera pembau dan pengecap


Berdasarkan hasil percobaan dari 2 praktikan yang ditutup mata dan
hidungnya kemudian disuruh merasakan bemgkoang, kentang, dan apel didapatkan
hasil bahwa ke tiga bahan tersebut masih dapat dirasakan oleh indera pengecap
tetapi oleh indera pembau tidak terbau. Sedangkan pada saat mata dan hidung kedua
praktikan dibuka, maka praktikan dapat merasakan bengkoang, kentang, dan apel
serta dapat membau 3 bahan tersebut. Kepekaan indera pengecap pada saat mata
dan hidung terbuka lebih peka dibanding dengan ke dua indera tersebut di tutup. Hal
ini menunjukkan bahwa pentingnya pengaruh bau terhadap kesan pengecapan.

G. Diskusi

1. Diantara bahan-bahan yang ada, bau apa yang lebih merangsang praktikan?
Jelaskan, mengapa?
Jawab : ada, minyak angin. Karena bau minyak angin sangat menyengat dan tajam,
selain itu pada saat praktikan mencium bau minyak angin hasil OFT yang terlama
dibanding ketiga bau lainnya.
2. Sebutkan bagian lidah yang paling peka terhadap perasa primer dengan peta
rasa.
Jawab : Tepi depan
3. Apakah ada hubungan antara indera pembau dengan indera pengecap?
Jawab : Ada yaitu jika indera pembau mengalami masalah maka kemampuan indera
pengecap akan terganggu.
H. Kesimpulan

Berdasarkan percobaan mengenai pengaruh berbagai stimulus terhadap tipe


reseptor pada masing-masing indera, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Untuk menentukan kecermatan pengecapan praktikan pada penggunaan beberapa


bahan yang digunakan sebagai stimulus ialah dengan menyebutkan rasa apa yang
dirasakan setiap kali sentuhan dan pada daerah mana dari lidah yang paling
terasa macam larutan yang disentuhkan.

2. Daerah penyebaran reseptor dari empat sensasi kecap primer, yaitu rasa manis
pada ujung lidah, rasa asam pada tepi depan lidah, rasa asin pada tepi lidah
belakang dan rasa pahit pada pangkal lidah, serta rasa pedas sebagai sensasi
selain primer dirasakan hampir pada seluruh sisi lidah.

3. Kepekaan praktikan pengaruh terhadap rangsangan bau berupa parfum lebih


tajam dan pekat baunya dibandingkan dengan minyak tawon dan minyak kayu
putih.

4. Waktu yang digunakan oleh praktikan untuk menghilangkan bau tersebut (OFT)
lebih lama jika dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk memulihkan
bau tersebut (OFR).

5. Terdapat korelasi yang baik antara indera pembau dengan indera pengecap yakni
dengan mata dan hidung terbuka, indera pembau lebih peka daripada dengan
hidung tertutup.

1. Daftar Pustaka

Boron WF, Boulpeap EL. 2005. Medical Physiology. Update Ed. Sounders Comp.
America. p. 327.

Don W, Fawcett. 2002, Buku Ajar Histologi, Penerjemah: dr.Jan Tambayong,


Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal 91-92
Guyton A C. 2001,Buku ajar fisiologi kedokteran (Indera Kimia-pengecapan dan
penciuman).Penerjemah: Irawati Setiawan.Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta. Hal. 664-665
Kuswanti, Nur dkk. 2009. Panduan Praktikum Fisiologi Hewan. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai