Anda di halaman 1dari 8

KEPEMIMPINAN

A. Definisi Kepemimpinan
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan
senantiasa berinteraksi dengan sesama manusia di dalam kebutuhan
hidupnya. Di dalam proses berinteraksi itu, manusia selalu terkait dengan
kehidupan kelompok dan organisasi. Kelompok dapat mencapai tujuan
apabila unsur-unsur yang ada di dalamnya dapat menjalankan fungsinya
masing-masing Salah satu unsur utama yang menentukan jalannya
kelompok atau organisasi adalah pemimpin. Untuk dapat menjalankan
roda organisasi atau kelompok, pemimpin harus tahu tentang
kepemimpinan dan memahami sifat-sifat kepemimpinan. Definisi
kepemimpinan menurut para ahli adalah sebagai berikut:
a. Kepemimpinan adalah suatu seni atau proses mempengaruhi
sekelompok orang, sehingga mereka mau bekerja dengan sungguh-
sungguh untuk meraih tujuan kelompok (H.Koonts and Cyril O’Donel,
1982)
b. Kepemimpinan kepentingan adalah kemampuan untuk mengajak orang
lain mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan penuh semangat
(Davis, 1992)
c. Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar
supaya bekerja dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama (Terry,
1960)
Masih banyak definisi kepemimpinan, namun kesimpulan dari definisi
kepemimpinan adalah tindakan seseorang pemimpin terhadap anggota
kelompoknya dalam upaya mencapai tujuan bersama yang telah
ditentukan. Di Indonesia dikenal dua macam pemimpin, yaitu natural
leader dna management leader. Naturalleader adalah seseorang yang
menggunakan naluri, sikap, kemapuan, dan kepribadiannya untuk
menciptakan keadaan sehingga orang lain yang dipimpinnya dapat slaing
bekerja sama mencapai tujuan. Sedangkan management leader adalah
sesorang dengan kedudukannya sebagai pemimpin dalam melaksanankan
tugas berdasarkan pada prinsip dasar manajemen yaitu
perencanaan,pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian sehingga
dapat menciptakan keadaan orang lain yang dipimpinnya saling bekerja
sama mencapai tujuan.
Seseorang sering mnganggap bahwa pemimpin sama dengan manajer
meskipun semua itu merupakan atasan dari anggota kelompok, tetapi
sebenarnya ada perbedaan nyata diantara keduanya Pemimpin belumtentu
seorang manajer, tetapi manajer adalah seorang pemimpin (Huse,dan
Bowditch, 1977).
Manajer adalah seseorang yang bertugas mengkoordinasikan kegiatan
orang-orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan
melaksanankan fungsi manajemen (perencanaa, pengorganisasian,
pelaksanaan,pemgendalian). Sedangkan pemimpin adalah orang yang
orang yang mampu atau pandai mempengaruhi dan menggerakkan orang
lain untuk mencapai tujuan tertentu., dengan demikian kepemimpinan
ideal adalah kepemimpinan yang dilakukan oleh seorang pemimpin dan
juga memiliki kemampuan manajerial.

B. Teori Kepemimpinan

Tiga teori kepemimpinan yang cukup menonjol adalah :


1. Teori Genetis
Inti teori ini dinyatakan bahwa “leaderare born and not made”.
Menurut teori ini seorang akan menjadi pemimpin apabila mereka
dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan dalam kondisi
bagaimanapun, sesorang ditempatkan, karena ia telah ditakdirkan
sebagai seorang pemimpin suatu kelak ia akan menjadi pemimpin
2. Teori Sosial
Inti teori sosial adalah “Leader are made nothorn” teori ini adalah
kebalikan teori genetis. Penganut teori ini mengemukakan bahwa
setiap orang “dapat”menjadi pemimpin apabila diberikan dan
pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis
Menurut penganut teori ini, mengemukakan bahwa teori genetis dan
teori sosial tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai
reaksi terhadap kedua teori tersebut, muncul teori ekologis yang
intinya seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik
apabila “ia”waktu dilahirkan telah membawa bakat-bakat tersebut yang
selanjutnya dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman yang
memungkinkan untuk mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki.
Teori di atas adalah penggabungan segi positif dari kedua teori
sebelumnya, dan hampir mendekati kebenaran

C. Sifat Kepemimpinan

Sifat-sifat yang perlu dimiliki oleh seorang pemimpin supaya dapat


mendukung keberhasilan memimpin diantaranya :

1. Sosial sensitivity, artinya dapat merasakan dan mengerti tingkah laku


anggota kelompok dan peka terhadap kebutuhannya.
2. Behavior fleksibility, dapat menyesuaikan tingkah lakunya untuk
mengadakan perubahan sesuai dengan kebutuhan dan situasi
kelompoknya.
Sifat kepemimpinan tidak hanya didapat dari bakat sejak lahir saja,
namun juga dapat dipelajari sehingga memenuhi syarat sebagai pemimpin.
Kepemimpinan yang dibutuhkan pada masing-masing organisasi berbeda
menurut tujuan, jenis kegiatan, dan besar kecilnya organsasi, maka sifat
kepemimpinan yang dibuthkan juga berbeda. Menurut Terry, 1960, kriteria
yang harus dipunyai oleh seorang pemimpin adalah
- kekuatan (kekuatan jasmani dan rohani);
- keseimbangan emosi (Harus dapat menguasai perasaannya dalam
apapun yang dihadapinya),
- Pengetahuan tentang hubungan kemanusiaan (kemampuan untuk
mengetahui sifat serta tingkah lakunya dalam pergaulan)
- Motivasi pribadi (Keinginan memimpin berasal dari dalam dirinya,
shingga dapat menimbulkan gairah dalam bekerja)
- Kecakapan berkomunikasi (Pandai menyampaikan informasi dan
maksudnya sehingga timbul kerjasamayang harmonis)
- Kecakapan mengajar (Pemimpin yang baik adalah guru yang baik,
sehingga dibutuhkan kecakapan untuk mengajarkan sesuatu melalui
petunjuk/keteladanan untuk bawahan.
- Kemampuan teknis (memilikikecakapan memimpin
dalammerencana, mengorganisir, melimpahkan tugas, memberi
nasihat, membuat keputusan dan mengawasi dan kerja sama)
D. Wawasan Kepemimpinan
Apabila seorang pemimpin ingin mencapai tujuan dengan efektif,
maka ia haruslah mempunyai wewenang untuk memimpin bawahannya
untuk mencapai tujuan tersebut. Wewenang ini disebut wewenang
kepemimpinannya berupa hak untuk bertindak dan mempengaruhi tingkah
laku orang yang dipimpinnya. Terdapat dua pendapat mengenai sumber
wewenang. Pertama adalah “Top Down Authority” yaitu wewenang yang
dapat berasal dari atasan seperti seorang presiden direktur yang menunjuk
sesorang yang dianggap mampu menjadi kepala penjualan lalu diberi
wewenang untuk memerintah dari atasannya.
Top Manajement

Lower Level Manajer

Pekerja Pekerja Pekerja

Gambar kepemimpinan secara Top Down Authority


Konsep kedua adalah “Bottom up Authority” yang mendasarkan diri
pada teori penerimaan (acceptance theory). Dalam konsep ini pemimpin
dipilih (diterima) oleh mereka yang akan menjadi bawahannya. Apabila
seseorang diterima sebagai pimpinan dan diberi wewenang untuk
memimpin, maka para bawahan akan menerima menghargai wewenang
itu sebabnya mereka punya respek pribadi untuk menghargai orang
tersebut merupakan wakil yang mewakili nilai-nilai yang mereka anggap
penting.
Sesuai dengan teori penerimaan, para bawahan akan mengakui bahwa
bimbingan dan dorongan dapat diperoleh dari kepemimpinan. Para pekerja
akan menilai calon pimpinan yang dapat diterima oleh mereka dan
karenanya, calon pimpinan seharusnya berasal dari bawah bukan Top
down Authority.

Manajer

Pekerja Pekerja Pekerja

Gambar Kepemimpinan secara Bottom up Authority

Meskipun kedua konsep ini saling bertentangan,terdapat manfaatnya


sendiri-sendiri. Top down authority diperlukan apabila koordinasi dan
pengawasan yang layak untuk dicapai. Suatu wewenang yang terpusat
diperlukan untuk mencapai perencana dan pengambilan keputusan yang
diperlukan untuk membantu perusahaan bekerja dengan erat (kohesif).
Susunang wewenang yang formil membantu adanya kesatuan (unity) yang
diinginkan.
Menurut pandangan pimpinan bawahan, pemimpin formal dapat
menjalankan pekerjaanya dengan efektif apabila ia mendapat dukungan
dan diterima oleh bawahannya. Apabila para awahan menghargainya atau
merespek, maka mereka akan mengikuti pimpinan dengan kooperatif dan
gembira. Sehingga hubungan atasan dan bawahan lebih harmonis.
Pengarahan dari para pimpinan leboh bersifat sukarela atau bukan atas
dasar wewenang formil.
E. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pola tingkah laku
dirancang untuk mengintegrasi tujuan individu untuk mencapai tujuan.
Gaya kepemimpinan seorang pemimpin berbeda satu sama lainnya.
Pengelompokan gaya kepemimpinan berdasarkan dasar tertentu seperti
tugas tugas yang dirasakan dan harus dilakukan oleh pimpinan agar
diterima oleh bawahannya adalah sebagai berikut :
1. The Autocratic Leader
Seorang pemimpin tipe ini menganggap bahwa semua semua
kewajiban untuk mengambil keputusan, menjalankan tindakan,
mengarahkan, memberi motivasi serta mengawasi bawahannya terpusat
di tangannya. Seorang pemimpin yang Autocratic mungkin
memutuskan bahwa ialah yang berkompeten untuk memutuskan, dan
mempunyai perasaan bahwa bawahannya tidak mampu mengarahkan
diri mereka sendiri, atau ia mungkin memiliki anggapan mempunyai
posisi yang kuat untuk mengarahkan dan mengawasi. Seorang autocrat
mengawasi pelaksanaan pekerjaan dengan maksud untuk
meminimumkan penyimpangan dari arah yang dikerjakan.
2. The participative
Apabila seorang pemimpin menggunakan kemapuan mengambil
keputusan dari para bawahannya, sehingga pikiran-pikiran mereka akan
selalu meningkat dan semakin matang, maka para bawahan juga
didorong agar meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dan
menerima tanggung jawab yang lebih besar. Pemimpin akan lebih
suportive dalam kontak dengan para bawahan dan bukan menjadi sikap
diktator. Meskipun, tentu saja wewenang terakhir dalam pengambilan
keputusan terletak pada pimpinan

F. Konsistensi dalam Gaya Kepemimpinan


Gaya kepemimpinan yang konsisten adalah gaya kepemimpinan
yang berorientasi terhadap efektifitas dan berorientasi pada terhadap
efektivitas organisasi sesuai dengan kondisi atau situasi yang dihadapi oleh
pimpinan tersebut. Jadi gaya kepemimpinan yang konsisten adalah gaya
kepemimpinan yang lentur (fleksibel) yang berusaha menyelesaikan
dengan situasi yang dihadapinya sehingga dapat mencapai efektifitas
mencapai tujuan. Dengan demikian gaya gaya kepemimpinan ini konsisten
dengan pencapaian tujuan organisasi dan bukan konsisten terhadap salah
satu gaya tertentu saja. Oleh karena itu, dalam pendekatan situasi ini
manajer atau pimpinan harus mampu mempelajari situasi atau lingkungan
yang dihadapinya. Di samping pemimpin harus peka terhadap
perkembangan lingkungan, namun dia harus fleksibel serta mampu
menyesuaikan gaya kepemimpinnya sesuai dengan situasi yang berubah
tersebut, dan bahkan harus disesuaikan dengan tingkat kesiapan bawahan.

1. Tingkat Kesiapan Bawahan


Setiap bawahan memiliki tingkat kesiapan dan kemampuan yang
berbeda dalam menyerap/menerima hal-hal berupa pengetahuan, sikap,
dan tingkah laku yang berasal dari pimpinan. Ada yang memiliki tingkat
kesiapan yang tinggi ada pula yang masih rendah. Tingkat kesiapan
bawahan untuk menerima sikap dan tingkah laku d=serta gaya
kepemimpinan dipengaruhi oleh dua faktor:
1. Kemampuan (Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki)
2. Kemauan ( Kehendak, keinginan, dan motivasi)
Kedua faktor tersebut menimbulkan bermacam-macam tingkat
kesiapan, dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi berturut-
turut sebagai berikut:
a. Tidak mampu dan tidak mau (Kesiapan tingkat 1)
b. Tidak mampu tetapi mau (Kesiapan tingkat 2)
c. Mampu tetapi tidahk mau (Kesiapan tingkat 3)
d. Mampu dan mau (Kesiapan tingkat 4)
Keempat keadaan tersebut, dapat digambarkan dalam gambar sebagai
berikut.:
Tinggi (K4) Menengah Rendah
K3 K2
Mampu dan mau Mampu tapi tak Tak mampu tapi Tak mampu dan
mau mau tak mau

2. Pemilihan Gaya Kepemimpinan Sesuai dengan Tingkat Kesiapan


Bawahan
a. Mengatakan atau memerintahkan (Telling)
Bagi bawahan atau kelompok yang memiliki tingkat kesiapan
K1, maka akan lebih baik diterapkan gaya kepemimpinan yang
bersifat menegaskan, memerintahkan atau mengarahkan secara
terperinci tugas-tugas yang harus dilaksankaan oleh bawahan,
dengan sedikit memberi hubungan kemanusiaan kepadanya. Sebuah
kata yang cocok untuk mengungkapkan gaya kepemimpinan adalah
menugaskan atau mengatakan/ memerintahkan (Tellling) dengan
menugaskan kepada bawahan apa yang harus dilakukan, kapan,
dimana, bagaimana, dan kepada siapa tugas tersebut dilaksanakan.
b. Menjual atau menawarkan (Selling)
Tingkat kesiapan K2, tingkat ini bawahan tidak mampu namun
berkinginan kuat dan berusaha keras dapat melaksanakannya.
Sehingga gaya kepemimpinan yang cocok untuk K2 adalah
kombinasi antara penugasan tinggi dengan hubungan persahabatan
yang tinggi pula. Hal ini disebabkan karena bawahan perlu diberikan
perincian atau pengarahan tugas yang harus dilakukannnya. Akan
tetapi mereka mau berkerja keras, sehingga perlu diberikan dorongan
atau motivasi dalam bentuk hubungan kemanusiaan/persahabatan
yang komunikatif dan persuasif.
Keterangan dapat mengakibtakan kerugian karena kesalahan
yang diakibatkan oleh ketidakmampuan kelompok atau bawahannya
itu. Sehingga gaya kepemimpinan ini disebut dengan “menjual
(selling)”, yang berarti bahwa pemimpin haruslah berusaha untuk
mempengaruhi dan mengarahkan sedemikian rupa sehingga tingkah
laku yang diinginkannya dapat laku terjual, dipakai bawahnnya.
c. Partisipasi (participating)
Kesipan tingkat tiga adalah orang yang sebenarnya mampu akan
tetapi belum siap untuk terjun ke lapangan sehingga tidak memiliki
motivasi yang kuat untuk melakukannya. Hal ini karena rasa takut
dan was-was, disamping itu juga merupakan kelompok orang yang
sebenarnya mampu, dan sebelumnya memiliki motivasi tinggi akan
tetapi karena suatu hal mereka enggan melakukan tugasnya seperti
dikarenakan terdapat kesusahan dalam keluarganya, merasa marah
terhadap atasan, tidak setuju atau senang dengan atasan, atau sebab
lain yang terkait kondisi kepribadian mental orang tersebut.
Gaya kepemimpinan untuk K3 ini adalah prioritas tinggi
terhadap hubungan kemanusiaan dengan teknik komunikasi dua arah
yang persuasif dengan tingkat penugasan dan pengarahan yang
rendah. Hal ini karena mereka sudah mampu melaksanakannya
karena itu hal yang diperhatikan dan dirangsang oleh pimpinan
adalah mengadakan diskusi yang bersifat supportif, fasilitatif, dan
bersahabat untuk menimbbulkan komitmen atau rasa tanggung jawab
yang tinggi
d. Pendelegasian Tugas (delegating)
Kesiapan tingkat 4 merupakan kesiapan yang tertinggi.
Bawahan mampu dan bersemangat tinggi. Mereka bekerja dengan
profesionalisme tinggi tanpa adanya pengarahan. Sehingga gaya
kepemimpinan yang cocok adalah pendelgasian tugas, tanggung
jawab, dan wewenang yang cukup besar kepada bawahan.

G. Peran Manajer Dalam Perusahaan


Secara umum, tugas dan peran manajer dalam perusahaan adalah
merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan
pekerjaan staff dan karyawan perusahaan dan menggunakan sumber-
sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan atau
organisasi yang telah ditetapkan. Fungsi perencanaan dilakukan dengan
menetapkan apa yang harus dilaksanakan oleh anggota-anggota organisasi
untuk menyelesaikan pekerjaan. Fungsi pengorganisasian dilakukan
dengan cara mendistribusikan tugas kepada anggota kelompok,
mendelegasikan wewenang dan menetapkan hubungan kerja antar
anggota. Fungsi kepemimpinan dikerjakan manajer dengan menggerakkan
dan memimpin kelompokn secara efektif dan efisien ke arah pencapian
tujuan. Fungsi pengendalian dilakukan pada setiap pelksanaan kegiatan
agar jalannya perusahaan sesuai rencana yang ditetapkan. Fungsi-fungsi
manajemen yang dilakukan oleh manajer dalam penerapnnya tidak akan
terlepas dan melekat pada fungsi-fungsi operasional perusahaan (Safri,
Maulana, 1999).

Anda mungkin juga menyukai