Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menurut who (world health organization), rumah sakit adalah bagian integral

dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan

paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan

penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat

pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhi

syarat (unqualified) dan tidak layak (unfit/unproper) untuk melakukan asuhan

klinis (clinical care).

1.2.2 Tujun Khusus

a. Memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf medis di rumah

sakit.

b. Agar tenaga kesehatan menerapkan prinsip-prinsip etik dalam

memberikan praktik profesinya.


c. Melindungi pasien dari pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan

yang tidak profesional

d. Memelihara dan meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan.

1.3 Ruang Lingkup

Komite tenaga kesehatan lain meliputi Tenaga Bidan. Ahli Gizi, Tenaga

Radiografer, Analis Keshatan, Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian, Perawat

Gigi, Penata Anastesi, Tenaga Sanitarian dan Perekam Medis.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sub Komite Etik dan Disiplin Tenaga Kesehatan Lain

Etik berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti ”yang baik, yang layak”. Etik

merupakan morma-norma, nilai-nilai atau pola tingkah laku kelompok profesi

terentu dalam memberikan pelayanan jasa kepada masyarakat.

Etika Rumah Sakit adalah suatu etika praktis yang dikembangkan untuk

Rumah Sakit sebagai suatu institusi lahir pada waktu yang hampir bersamaan

dengan kehadiran etika biomedis. Atau dapat juga dikatakan etika institusional

rumah sakit adalah pengembangan dari etika biomedika (bioetika). Karena

masalah-masalah atau dilema etika yang baru sama sekali sebagai dampak atau

akibat dari penerapan kemajuan pesat ilmu dan teknologi biomedis, justru terjadi di

rumah sakit.

Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari kata ini

timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan, pada

dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan hidup dan kehidupan belajar dan mengajar

yang teratur serta mencintai dan menghargai pekerjaannya.


Secara umum masalah etik dan disiplin rumah sakit yang perlu diatur oleh

Subkomite Tenaga Kesehatan Lain adalah tentang: Tenaga Rekam medis, Tenaga

laboratorium, Tenaga radiologi, Ahli Gizi, Perawat Gigi, Penata Anastesi, Tenaga

Sanitarian, Apoteker, Tenaga Teknis Kefarmasian dan Bidan.

2.2 Kode Etik Tenaga Kesehatan Lain

2.2.1 Kode Etik Bidan Indonesia

A. Deskripsi Kode Etik Bidan Indonesia

Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai

internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan

komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntunan bagi anggota dalam

melaksanakan pengabdian profesi.

B. Kode Etik Bidan Indonesia.

a. Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat

1) Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati danmengamalkan

sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugaspengabdiannya.

2) Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjungtinggi

harkat dan martabat kemanusiaan yang utuh dan memeliharacitra bidan.

3) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada

peran, tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien,

keluarga dan masyarakat.


4) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan

klien, menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianutoleh klien.

5) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa mendahulukan

kepentingan klien, keluaraga dan masyaraka tdengan identitas yang sama

sesuai dengan kebutuhanberdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

6) Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalamhubungan

pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk

meningkatkan derajart kesehatannya secaraoptimal.

b. Kewajiban bidan terhadap tugasnya

1) Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien,

keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang

dimilikinya berdasarkan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat

2) Setiap bidan berkewajiaban memberikan pertolongan sesuai dengan

kewenangan dalam mengambil keputusan termasuk mengadakan

konsultasi dan atau rujukan

3) Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan

atau dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau

diperlukan sehubungan dengan kepentingan klien.

c. Kewajiban bidan terhadap sejawat dan tenaga kesehatan lainnya

1) Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk

menciptakan suasana kerja yang serasi.


2) Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati

baik terhadap sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.

d. Kewajiban bidan terhadap profesinya

1) Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra

profesi dengan menampilkan kepribadian yang bermartabat dan

memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat

2) Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan

kemampuan profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan

dan teknologi.

3) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan

kegiatan sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

e. Kewajiban bidan terhadap diri sendiri

1) Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan

tugas profesinya dengan baik.

2) Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai

dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

3) Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.

f. Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa, bangsa dan tanah air

1) Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan

ketentuan-ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya

dalam pelayananan Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan

Kesehatan Keluarga.
2) Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan

pemikiran kepada pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan

pelayanan kesehatan terutama pelayanan KIA/KB dan kesehatan

keluarga

2.2.2 Kode Etik Radiografer

A. Mukadimah (Deskripsi/mukadimah disamakan dg bidan)

Ahli radiographer adalah salah satu profesi yang baik langsung maupun

tidak langsung ikut berperan dalam upaya menuju kesejahteraan fisik

materil dan mental spiritual bagi masyarakat Indonesia. oleh karena itu,

segala sesuatu yang menyangkut profesi Ahli Radiografer selalu

berorientasi kepda tuntutan masyarakat.

Ahli radiografi adalah suatu profesi yang melakukan pelayanan kepada

masyarakat bukanlah profesi yang semata-mata pekerjaan untuk mencari

nafkah, akan tetapi merupakan pekerjaan kepercayaan, dalam hal ini

kepercayaan dari masyarakat yang memerlukan pelayanan profesi,

percaya kepada ketulusan hati, percaya kepada kesestiaannya dan percaya

kepada kemampuan profesionalnya.

Adanya limpahan dari anggota masyarakat tersebut, menuntut setiap

anggota profesi agar dalam mempersembahkan pelayanan dengan

carayang terhormat, dengan disadari sepenuhnya bahwa anggota profesi


selain memikul tanggung jawab kehormatan pribadi, juga memikul

tanggung jawab terhadap kehormatan profesi dalam mengamalkan

pelayanannya. Dan disamping itu juga dengan penuh kesadaran bahwa

pelayanannya merupakan bagian dari usaha meningkatkan serajat

kesehatan masyarakat.

Oleh karena itu anggota profesi Ahli Radiografer memandang perlu

menyusun rumusan-rumusan sebagai petunjuk dengan harapan dapat

menjadi ikatan moral bagi anggota-anggotanya. Dan anggota profesi

radiologi menyadari sepenuhnya bahwa hanya karena bimbingan Tuhan

Yang Maha Esa anggota Profesi Ahli Radiografi dapat melaksanakan

tugas pengabdiannya demi kepentingan kemanusiaan, bangsa dan Negara

dengan berdasarkan pancasila dan UUD 1945. Dirangkum saja jadi 1

paragraf

B. Kewajiban Umum

a. Setiap Ahli Radiografer di dalam melaksanakan pekerjaan profesinya

tidak dibenarkan membeda-bedakan kebangsaan, kesukuan, warna

kulit, jenis kelamin, agama, politik serta status sosial kliennya.

b. Setiap ahli radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya selalu

memakai standar profesi.

c. Setiap Ahli radiografi Indonesia di dalam melaksanakan pekerjaan

profesi, tidak dibenarkan melakukan perbuatan yang dipengaruhi

pertimbangan keuntungan pribadi.


d. Setiap Ahli Radiografi Indonesia didlam melaksanakan pekerjaan

profesinya, selalu berpegang teguh pada sumpah jabatan dank ode etik

serta standar Profesi Ahli Radiografi. Poin2 di samakan dengan

memakai angka/huruf

C. Kewajiban Terhadap Profesinya

a. Ahli Radiografi harus menjaga dan menjungjung tinggi nama baik

profesinya.

b. Ahli Radiografi hanya melakukan pekerjaan radiografi, Imejing dan

radioterapi atas perintah dokter dengan tidak meninggalkan prosedur

yang telah digariskan.

c. Ahli Radiografer tidak dibenarkan menyuruh orang lain yang bukan

ahlinya untuk melakukan pekerjaan radiografi, Imejing dan

Radioterapi.

d. Ahli Radiografi tidak dibenarkan menetukan diagnose Radiologi dan

perencanaan dosis Radioterapi.

D. Kewajiban terhadap pasien

a. Setiap Ahli Radiografer dalam melaksanakan pekerjaan profesinya

senantiasa memelihara seasana dan lingkungan dengan menghayati

nilai-nilai budaya, adat istiadat, agama dan penderita, keluarga

penderit dan masyarakat pada umumnya.

b. Setiap Ahli Radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya

wajib dengan tulus dan ikhlas terhadap pasien dengan memberikan


pelayanan terbaik terhadapnya. Apabila ia tidak mampu atau menemui

kesulitan, ia wajib berkonsultasi dengan teman sejawat yang ahli atau

ahi lainnya.

c. Setiap Ahli Radiografi wajib merahasiakan segala sesuatu yang

diketahui baik hasil pekerjaan profesinya maupun dari bidang lainnya

tentang keasaan pasien, karena kepercayaan pasien yang telah

bersedia dirinya untuk diperiksa.

d. Setiap ahli Radiografi wajib melaksanakan peraturan-peraturan

kebijakan yang telah digariskan oleh pemerintah di dalam bidang

kesehatan.

e. Setiap Ahli Radiografi demi kepentingan penderita setiap saat bekerja

sama dengan ahli lain yang terkait dan melaksanakan tugas secara

cepat, tepat dan terhormat serta percaya diri akan kemampuan

profesinya.

f. Setiap Ahli Radiografi wajib membina hubungan kerja yang baik

antara profesinya dengan profesi lainnya demi kepentingan pelayanan

terhadap masyarakat.

E. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri

a. Setiap Ahli Radiografi harus menjaga kesehatan dan keselamatan

dirinya baik terhadap bahaya radiasi maupun terhadap penyakitnya

b. Setiap Ahli Radiografi senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan

profesinya baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan jalan


mengikuti perkembangan imu dan teknologi , meningkatkan

keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi pelayanan

terhadap masyarakat.

2.2.3 Kode Etik Perelam Medis Sama disamakan aturan point2ny

A. Mukadimah

bahwa memajukan kesejahteraan umum adalah salah satu tujuan nasional

yang ingin diwujudkan oleh bangsa Indonesia. Kesehatan merupakan salah

satu wujud dari kesejahteraan nasional dan mempunyai andil yang besar

dalam pembangunan sumber daya manusia berkualitas yang dapat

mendukung kelangsungan kehidupan bangsa dan terwujudnya cita-cita

nasional yaitu masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945.

Rekam Medis dan Informasi Kesehatan merupakan aspek penting untuk

mendukung keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh karena itu

pengembangan sistem dan penerapannya didukung oleh tenaga profesi

yang berkualitas. Karena Rekam Medis dan Informasi Kesehatan

menyangkut kepentingan kerahasiaan pribadi pasien dan rahasia jabatan,

maka Perekam Medis merasa perlu untuk merumuskan pedoman sikap dan

perilaku profesi, baik anggota Perhimpunan Profesional Perekam Medis

Indonesia (PORMIKI) maupun Perekam Medis lainnya dalam

mempertanggungjawabkan segala tindakan profesinya, baik kepada

profesi, pasien maupun masyarakat luas.


Pedoman sikap dan prilaku Perekam Medis ini dirumuskan dalam rangka

meningkatkan daya guna dan hasil guna partisipasi kelompok Perekam

Medis dalam pembangunan nasional khususnya pembangunan kesehatan.

Maka berdasarkan pemikiran di atas, Kongres I PORMIKI menyepakati

Kode Etik Perekam Medis sebagai berikut : Dirangkum

B. Pengertian

1. Definisi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

Seorang yang telah menyelesaikan pendidikan formal Rekam

Medis dan Informasi Kesehatan sehingga memiliki kompetensi yang

diakui oleh pemerintah dan profesi serta mempunyai tugas, atnggung

jawab, wewenang dan hak secara penuh untuk melakukan kegiatan

pelayanan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan pada unit pelayanan

kesehatan.

2. Definisi Kode Etik

Kode Etik merupaka ciri profesi yang bersumber dari nilai–nilai

internal dan eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan

komprehensif suatu profesi yang memberikan tuntutan bagi anggota

dalam melaksanakan pengabdian profesi.

3. Definisi Kode Etik Perekam Medis

Pedoman sikap dan perilaku Perekam Medis dalam menjalankan serta

mempertanggung jawabkan segala tindakan profesinya baik kepada

profesi, pasien, maupun masyarakat luas.


C. Kewajiban Umum

1. Di dalam melaksanakan tugas profesi, tiap Perekam Medis selalu

bertindak demi kehormatan diri, profesi dan organisasi PORMIKI.

2. Perekam Medis selalu menjalankan tugas berdasarkan standar profesi

tertinggi.

3. Perekam Medis lebih mengutamakan pelayanan daripada kepentingan

pribadi dan selalu berusaha memberikan pelayanan yang sesuai dengan

kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu.

4. Perekam Medis wajib menyimpan dan menjaga data rekam medis serta

informasi yang terkandung di dalamnya sesuai dengan ketentuan

prosedur manajemen, ketetapan pimpinan institusi dan peraturan

perundangan yang berlaku.

5. Perekam Medis selalu menjunjung tinggi doktrin kerahasiaan dan hak

atas informasi pasien yang terkait dengan identitas individu atau sosial.

6. Perekam Medis wajib melaksanakan tugas yang dipercaya pimpinan

kepadanya dengan penuh tanggungjawab, teliti dan akurat.

D. Perbuatan/ tindakan yang bertentangan dengan kode etik :

1. Menerima ajakan kerjasama seseorang / orang untuk melakukan

pekerjaan yang menyimpang dari standar profesi yang berlaku.

2. Menyebarluaskan informasi yang terkandung dalam rekam medis yang

dapat merusak citra Perekam Medis.

3. Menerima imbalan jasa dalam bentuk apapun atas tindakan no.1 dan 2.
E. Peningkatan Pengetahuan Dan Kemampuan

Peningkatan pengetahuan dan kemampuan profesional, baik anggota

maupun organisasi dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan

profesi melalui penerapan ilmu dan teknologi yang berkaitan dengan

perkembangan di bidang Rekam Medis dan Informasi Kesehatan.

F. Kewajiban Terhadap Profesi

1. Perekam Medis wajib mencegah terjadinnya tindakan yang menyimpang

dari Kode Etik Profesi.

2. Perekam Medis wajib meningkatkan mutu rekam medis dan informasi

kesehtan.

3. Perekam Medis wajib berpartisifasi aktif dan berupaya mengembangkan

serta meningkatkan citra profesi.

4. Perekam Medis wajib menghormati dan mentaati peraturan dan kebijakan

organisasi profesi.

G. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri

1. Perekam Medis wajib menjaga kesehatan dirinya agar dapat bekerja

dengan baik.

2. Perekam Medis wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

sesuai dengan perkembangan IPTEK yang ada.

H. Penutup

Perekam Medis wajib menghayati dan mengamalkan Kode Etik profesinya

2.2.4 Kode Etik Prefesi Sanitarian


A. Kewajiban Umum

1. Seorang sanitarian harus menjunjung tinggi, menghayati dan

mengamalkan profesi sanitasi dengan sebaik-baiknya.

2. Seorang sanitarian harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya

sesuai dengan standar profesi yang tertinggi.

3. Dalam melakukan pekerjaan atau praktek profesi sanitasi, seorang

sanitarian tidak boleh dipengaruhi sesuatu yang mengakibatkan

hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

4. Seorang sanitarian harus menghindarkan diri dari perbuatan yang

bersifat memuji diri sendiri.

5. Seorang sanitarian senantiasa berhati-hati dalam menerapkan setiap

penemuan teknik atau cara baru yang belum teruji kehandalannya dan

hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

6. Seorang hanya memberi saran atau rekomendasi yang telah melalui

suatu proses analisis secara komprehensif.

7. Seorang sanitarian dalam menjalankan profesinya, harus memberikan

pelayanan yang sebaik-baiknya dengan menjunjung tinggi kesehatan

dan keselamatan manusia, serta kelestarian lingkungan.

8. Seorang sanitarian harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan

klien atau masyarakat dan teman seprofesinya, dan berupaya untuk

mengingatkan teman seprofesinya yang dia ketahui memiliki

kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan


penipuan atau kebohongan dalam Menangani masalah klien atau

masyarakat.

9. Seorang sanitarian harus menghormati hak-hak klien atau masyarakat,

hak-hak teman seprofesi, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus

menjaga kepercayaan klien atau masyarakat.

10. Dalam melakukan pekerjaannya seorang sanitarian harus

memperhatikan kepentingan masyarakat dan memperhatikan seluruh

aspek kesehatan lingkungan secara menyeluruh, baik fisik, biologi

maupun sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi

masyarakat yang sebenar-benarnya.

11. Seorang sanitarian dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang

kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harus saling

menghormati.

B. Kewajiban Sanitarian Terhadap Klien / Masyarakat

1. Seorang sanitarian wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan

segala ilmu dan keterampilannya untuk kepentingan penyelesaian

masalah klien atau masyarakat. Dalam hal ia tidak mampu melakukan

suatu pemeriksaan atau penyelesaian masalah, maka ia wajib

berkonsultasi, bekerjasama dan atau merujuk pekerjaan tersebut kepada

sanitarian lain yang mempunyai keahlian dalam penyelesaian masalah

tersebut.
2. Seorang sanitarian wajib melaksanakan profesinya secara bertanggung

jawab.

3. Seorang sanitarian wajib melakukan penyelesaian masalah sanitasi

secara tuntas dan keseluruhan.

4. Seorang sanitarian wajib memberikan informasi kepada kliennya atas

pelayanan yang diberikannya.

5. Seorang sanitarian wajib mendapatkan perlindungan atas praktek

pemberian pelayanan.

C. Kewajiban Sanitarian Terhadap Teman Seprofesi

1. Seorang sanitarian memperlakukan teman seprofesinya sebagai bagian

dari penyelesaian masalah.

2. Seorang sanitarian tidak boleh saling mengambil alih pekerjaan dari

teman seprofesi, kecuali dengan persetujuan, atau berdasarkan prosedur

yang ada.

D. Kewajiban Sanitarian Terhadap Diri Sendiri

1. Seorang sanitarian harus memperhatikan dan mempraktekan hidup

bersih dan sehat supaya dapat bekerja dengan baik.

2. Seorang sanitarian harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kesehatan lingkungan, kesehatan dan

bidang-bidang lain yang terkait.

2.2.5 Kode Etik Apoteker


A. Mukadimah

Bahwasanya seorang Apoteker di dalam menjalankan tugas kewajibannya

serta dalam mengamalkan keahliannya harus senantiasa mengharapkan

bimbingan dan keridhaan Tuhan Yang Maha Esa.

Apoteker di dalam pengabdiannya serta dalam mengamalkan keahliannya

selalu berpegang teguh kepada sumpah/janji Apoteker.

Menyadari akan hal tersebut Apoteker di dalam pengabdian profesinya

berpedoman pada satu ikatan moral yaitu :

BAB I - KEWAJIBAN UMUM

Pasal 1

Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan

Sumpah / Janji Apoteker.

Pasal 2

Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati

dan mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.

Pasal 3

Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai

kompetensi Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang

teguh pada prinsip kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.

Pasal 4
Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang

kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.

Pasal 5

Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri

dari usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan

martabat dan tradisi luhur jabatan kefarmasian.

Pasal 6

Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi

orang lain.

Pasal 7

Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan

profesinya.

Pasal 8

Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan

perundang-undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang

farmasi pada khususnya.

BAB II - KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN

Pasal 9

Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus

mengutamakan kepentingan masyarakat. menghormati hak azasi pasien

dan melindungi makhluk hidup insani.


BAB III - KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN

SEJAWAT

Pasal 10

Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana

ia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 11

Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati

untuk mematuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.

Pasal 12

Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk

meningkatkan kerjasama yang baik sesama Apoteker di dalam

memelihara keluhuran martabat jabatan kefarmasian, serta mempertebal

rasa saling mempercayai di dalam menunaikan tugasnya.

BAB IV - KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT

PETUGAS KESEHATAN LAIN

Pasal 13

Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk

membangun dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,

menghargai dan menghormati sejawat petugas kesehatan lain.

Pasal 14

Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau

perbuatan yang dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya


kepercayaan masyarakat kepada sejawat petugas kesehatan lain.

BAB V - PENUTUP

Pasal 15

Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan

kode etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya

sehari-hari.

Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar

atau tidak mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib

mengakui dan menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi

farmasi yang menanganinya (IAI) dan mempertanggungjawabkannya

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2.2.6 Kode Etik Perawat Gigi

A. Kewajiban Umum

1. Setiap Perawat Gigi Indonesia harus senantiasa menjalankan

profesinya secara optimal.

2. Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib menjunjung tinggi norma-norma

hidup yang luhur.

3. Dalam menjalankan profesi, setiap Perawat Gigi Indonesia tidak

dibenarkan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan Kode Etik.

4. Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memberikan kesan dan

keterangan atau pendapat yang dapat dipertanggung jawabkan.


5. Setiap Perawat Gigi Indonesia agar menjalin kerja sama yang baik

dengan tenaga kesehatan lainnya.

6. Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib bertindak sebagai motivator dan

pendidik masyarakat.

7. Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib berupaya meningkatkan

kesehatan gigi dan mulut masyarakat dalam bidang promotif, prefentif

dan kuratif.

B. Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Masyarakat

1. Dalam menjalankan profesinya, setiap Perawat Gigi Indonesia wajib

memberikan pelayanan yang sebaik mungkin kepada individu

masyarakat.

2. Dalam hal ini ketidakmampuan dan diluar kewenangan Perawat Gigi

Indonesia berkewajiban merujuk kasus yang ditemukan kepada

tenanga yang lebih ahli.

3. Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib merahasiakan segala sesuatu yang

ia ketahui tentang kliennya.

4. Setiap Perawat gigi indonesia wajib memberikan pertolongan darurat

dalam batas-batas kemampuan, sebagai suatu tugas perikemanusiaan,

kecuali pada waktu itu ada orang lain yang lebih mampu memberikan

pertolongan.
5. Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib memberikan pelayanan kepada

pasien dengan bersikap ramah, ikhlas sehingga pasien merasa tenang

dan aman.

C. Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Teman Sejawatnya

1. Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memperlakukan teman

sejawatnya sebagaimana ia sendiri deperlukan.

2. Setiap Perawat Gigi Indonesia harus berpartisipasi dalam

pengembangan profesi baik secara menyeluruh, kelompok dan

individu

3. Setiap Perawat Gigi Indonesia harus menjaga kerahasiaan teman

sejawat secara profesional.

D. Kewajiban Perawat Gigi Terhadap Diri Sendiri

1. Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib mempertahankan dan

meningkatkan martabat dirinya, berfikir kritis dan analitis, bersikap

kreatif, inisiatif dan cermat.

2. Setiap Perawat Gigi Indonesia wajib mengikuti secara aktif

perkembangan pengetahuan dan teknologi.

3. Setiap Perawat Gigi Indonesia harus menjadi panutan di dalam

penampilan dan kebersihan personal.

4. Setiap Perawat Gigi Indonesia harus berprilaku sopan, penuh dedikasi

dan bertanggung jawab.


5. Setiap Perawat Gigi Indonesia harus memelihara kesehatannnya supaya

dapat bekerja dengan baik.

E. Penutup

Setiap Perawat Gigi Indonesia yang menjadi landasan kehidupan dan

landasan dalam melaksanakan tugasnya baik jiwa dan perbuatan untuk

segala zaman untuk setiap insan yang selalu mengumandangkan

kebersamaan.

2.2.7 Kode Etik Penata Anastesi

A. BAB I - Ketentuan Umum

Pasal 1

Yang dimaksud dengan:

1. Penata Anestesi adalah setiap orang yang telah lulus pendidikan bidang

keperawatan anestesi atau Penata Anestesi sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah alat dan/atau tempat yang

digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik

promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitative yang dilakukan oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyartakat.


3. Klien adalah orang, badan hokum atau lembaga lain yang menerima

jasa dan/atau pelayanan kepenataan anestesi dari Penata Anestesi.

4. Teman sejawat adalah orang atau mereka yang menjalankan praktik

Pelayanan Asuhan Kepenataan Anesetesi sebagai Penata Anestesi

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

5. Teman sejawat asing adalah Penata Anestesi yang bukan

berkewarganegaraan Indonesia yang menjalankan praktik Pelayanan

Asuhan Kepenataan Anestesi di Indonesia sesuai dengan ketentuan

perundang-undangan yang berlaku.

6. Majelis Kode Etik adalah lembaga atau badan yang dibentuk oleh

organisasi profesi Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) yang

berfungsi dan ber-kewenangan mengawasi pelaksanaan Kode Etik

Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) sebagaimana semestinya oleh

Penata Anestesi dan behak menerima dan memeriksa pengaduan

terhadap seseorang Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI)

yang dianggap melanggar Kode Etik Ikatan Penata Anestesi Indonesia

(IPAI).

7. Honorarium adalah pembayaran kepada Penata Anesetesi sebagai

imbalan jasa Penata Anestesi berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

B. BAB III - Kepribadian Penata Anestesi

Pasal 2
1. Setiap Penata Anestesi harus menjunjung tinggi, menghayati dan

mengamalkan Sumpah Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI).

2. Seorang Penata Anestesi harus senantiasa berupaya melaksanakan

profesinya sesuai dengan standar profesi yang tinggi.

3. Dalam melakukan Asuhan Kepenataan Anestesi, Penata Anestesi tidak

boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya

kebebasan dan kemandirian profesi.

4. Seorang Penata Anestesi harus menghindarkan diri dari perbuatan yang

memuji diri sendiri.

5. Seorang Penata Anestesi harus bersikap jujur dalam berhubungan

dengan klien dan sejawat, dan berupaya mengingatkan sejawatnya

yang diketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi.

6. Seorang Penata Anestesi harus menghormati hak-hak klien, hak-hak

sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya dan harus menjaga

kepercayaan klien.

7. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dalam bekerja

sama dengan cara profesional dibidang kesehatan dan bidang lainnya

serta masyarakat hendaknya memelihara saling menghormati.

8. Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan

makhluk insani, psikis maupun fisik hanya diberikan untuk

kepentingan dan kebaikan klien.


9. Seorang Penata Anestesi hendaknya hanya memberikan keterangan

atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.

10. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) hendaknya

senantiasa mengikuti perkembangan Iptek Pelayanan Asuhan

Kepenataan Anestesi dan meningkatkan ketrampilannya serta tetap

setia kepada cita-cita yang luhur.

C. BAB III – Hubungan dengan Pasien

Pasal 3

1. Setiap Penata Anestesi dalam menjalankan tugasnya senantiasa

berpedoman pada tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan

pasien.

2. Setiap Penata Anestesi dalam menjalankan tugasnya senantiasa

mendahulukan kepentingan pasien dengan identitas yang sama dengan

kebutuhannya berdasarkan kemampuan yang dimilikinya.

3. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dalam

memberi pelayanan asuhan kepenataan anestesi kepada pasien wajib

memegang rahasia jabatan tentang hal-hal yang diberitahukan oleh


pasien secara kepercayaan dan wajib tetap menjaga rahasia itu setelah

berakhirnya hubungan

4. antara Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dengan

pasien.Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) harus

menolak memberikan pelayanan asuhan kepenataan anestesi kepada

pasien yang menurut keyakinannya tidak didasarkan pada standar

pelayanan, kode etik dan peraturan perundang-undangan.

5. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) tidak

dibenarkan membebani pasien dengan biaya-biaya yang tidak perlu

diluar yang telah ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.

6. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib

menghormati hak asasi pasien

D. BAB IV – Hubungan dengan Praktik

Pasal 4

1. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib

memberikan pelayanan paripurna kepada pasien sesuai dengan

kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan pasien.

2. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib

memelihara mutu pelayanan asuhan kepenataan anestesi yang tinggi

disertai kejujuran professional dalam menerapkan pengetahuan serta

ketrampilan sesuai kebutuhan pasien.


E. BAB V – Hubungan dengan Teman Sejawat dan Tenaga Kesehatan

Lain

Pasal 5

1. Hubungan antara teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya dengan

Penata Anestesi harus dilandasi sikap saling menghormati, saling

menghargai dan saling mempercayai

2. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) jika

membicarakan teman sejawat dan tenaga kesehatan lainnya hendaknya

tidak menggunakan kata-kata yang tidak sopan baik secara lisan

maupun tertulis.

3. Keberatan-keberatan terhadap tindakan teman sejawat yang dianggap

bertentangan dengan Kode Etik Ikatan Penata Anestesi Indonesia

(IPAI) harus diajukan kepada Majelis Kode Etik untuk diperiksa dan

tidak dibenarkan untuk disiarkan melalui media social atau cara lain.

4. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib

memperlakukan teman sejawatnya dan tenaga kesehatan lainnya

sebagaimana ia sendiri ingin diberlakukan.

5. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib menjalin

hubungan yang baik dengan teman sejawatnya dan tenaga kesehatan

lainnya untuk mencapai suasana kerja yang serasi.

F. BAB VI – Hubungan Dengan Profesinya

Pasal 6
1. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib menjaga

nama baik dan menjunjung tinggi cita-cita profesinya dengan

menampilkan kepribadian yang tinggi dan memberikan pelayanan yang

bermutu dan paripurna kepada pasien.

2. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib

mengembangkan diri dan meningkatkan kemamouan profesinya sesuai

dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

3. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) senantiasi

berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan sejenisnya yang

dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.

G. BAB VII – Hubungan dengan Diri Sendiri

Pasal 7

1. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) wajib

memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas profesinya

dengan baik.

2. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) seyogyanya

berusah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilannya sesuai

dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

H. BAB VIII – Hubungan dengan Pemerintah, Nusa Bangsa dan Tanah

Air

Pasal 8
1. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) dalam

menjalankan tugasnya senantiasa melaksanakan ketentuan pemerintah

dalam bidang kesehatan, khususnya dalam Pelayanan Asuhan

Kepenataan Anestesi.

2. Setiap Anggota Ikatan Penata Anestesi Indonesia (IPAI) melalui

profesinya berfartisipasi dan menyumbangkan pemikirannya kepada

pemerintah untuk meningkatkan mutu Pelayanan Asuhan Kepenataan

Anestesi.

2.2.8 Kode Etik Ahli Gizi

A. Mukadimah

Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya

memelihara dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan

kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi,

pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi

dalam menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, menunjukan sikap dan perbuatan terpuji yang

dilandaskan oleh filsafah dan nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar

1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli

Gizi Indonesia serta etika profesinya.


B. Kewajiban Umum

1. Ahli Gizi berperan meningkatkan keasaan gizi dan kesehatan serta

berperan dalam meningkatkan kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.

2. Ahli Gizi berkewajiban menjunjung tinggi nama baik profesi gizi

dengan menunjukan sikap, prilaku, dan budi luhur serta tidak

mementingkan diri sendiri

3. Ahli gizi berkewajiban senantiasa menjalankan profesinya menurut

standar profesi yang telah di tetapkan.

4. Ahli Gizi berkewajiban senntiasa menjalankan profesinya bersikap

jujur, tulus dan adil.

5. Ahli Gizi berkewjiban menjalankan profesinya berdasarkan prinsip

keilmuan, informasi terkini, dan dalam menginterprestasikan

informasi hendaknya objektif tanpa membedakan individu dan dapat

menunjukan sumber rujukan yang benar.

6. Ahli Gizi senantiasa mengenal dan memahami keterbatasannya

sehingga dapat bekerjasama dengan fihak lain atau membuat rujukan

bila diperlukan.

7. Ahli gizi dalam melakukan profesinya mengutamakan kepentingan

masyarakat dan berkewajiban senantiasa berusaha menjadi pendidik

dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.


8. Ahli Gizi dalam bekerjasama denganpara professional lain di bidang

kesehatan maupun lainnya berkewajiban senantiasa memelihara

pengertian yang sebaik-baiknya.

C. Keawajiban Terhadap Klien

1. Ahli gizi berkewajiban sepanjang waktu senantiasa berusaha

memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup

institusi pelayanan gizi atau di masyarakat umum.

2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa menjaga kerahasiaan klien atau

masyaarakat yang dilayaninya baik pada saat klien masih atau sudah

tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien meninggal

kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hokum.

3. Ahli Gizi dalam menjalankan profesinya senantiasa menghormati dan

menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayaninya dan peka

terhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam

hal suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usaha dan tidak

menunjukan pelecehan seksual.

4. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memberikan pelayanan gizi prima,

cepat dan akurat.

5. Ahli Gizi berkewajiban memberikan informasi kepada klien dengan

tepat dan jelas, sehingga memungkinkan klien mengerti dan mau

memutuskan sendiri berdasarkan informasi tersebut.


6. Ahli Gizi dalam melakukan tugasnya, apabila mengalami keraguan

dalam memberikan pelayanan berkewajiban senantiasa berkonsultasi

dan merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.

D. Kewajiban Terhadap Masyarakat

1. Ahli Gizi berkewajiaban melindungi masyarakat umum khusunya

tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan praktek

yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan

terapi gizi/die, ahli gizi hendaknya senantiasa memberikan

pelayanannya sesuai dengan informasi factual, akurat dan dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya.

2. Ahli gizi senantiasa melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi

sehingga dapat mencegah masalah gizi di masyarakat.

3. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa peka terhadap status gizi

masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi dan

meningkatkan status gizi masyarakat.

4. Ahli Gizi berkewajiban memberikan contoh hidup sehat dengan pola

makan dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai dengan nilai praktek

gizi individu yang baik.

5. Dalam bekerjasama dengan professional lain di masyarakat, Ahli Gizi

berkewajiban hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan,

dukungan, inisiatif dan bantuan lain dengan sungguh-sungguh demi

tercapainya status gizi dan kesehatan optimal di masyarakat.


6. Ahli Gizi dalam mempromosikan atau mengesahkan produk makanan

tertentu berkewajiban senantiasa tidak dengan cara yang salah atau,

menyebabkan salah interprestasi atau menyesatkan masyarakat.

E. Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi dan Mitra Kerja

1. Ahli Gizi dalam bekerja melakuakan promosi gizi, memelihara dan

meningkatkan status gizi masyarakat secara optimal, berkewajiban

senantiasa bekerjasama dan menghargai berbagai berbagai disiplin

ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat.

2. Ahli Gizi berkewajiban senantiasa memelihara hubunagn

persahabatan yang humoris dengan semua organisasi atau disiplin

ilmu, professional yang terkait dalam upaya meningkatkan status gizi,

kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat.

3. Ahli Gizi berkewajiban selalu menyebar luaskan ilmu pengetahuan

dan keterampilan terbaru kepada sesame profesi mitra kerja.

F. Kewajiban Terhadap Profesi dan Diri Sendiri

1. Ahli Gizi berkewajiban mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi

ketentuan yang dicanangkan oleh profesi.

2. Hli Gizi berkewajiaban senantiasa memajukan dan memperkaya

pengetahuan dan keahlian yang diperlukan dalam menjalanjakan

profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini serta peka

terhadap perubahan lingkungan.


3. Ahli Gizi hrus menunjukan sikap percaya diri, berpengetahuan luas

dan berani mengemukakan pendapat serta senantasa menunjukan

kerendahan hati dan mau menerima pendapat orang lain yang benar.

4. Ahlin Gizi dalam menjalankan profesinya berkewajiban untuk tidak

boleh dipengaruhi oleh kepentingan pribadi termasuk menerima uang

selain imbalan yang layat seseuai dengan jasanya, meskipun dengan

pengetahuan klien/masyarakat (tempat bdimana ahli gizi

dipekerjakan).

5. Ahli Gizi berkewajiban tidak melakukan perbuatan yang melawan

hokum, dan memaksa oranng lalin untuk melawan hkum.

6. Ahli Gizi berkewajiban memelihara kesehatan dan keadaan gizinya

agar dapat bekerja dengan baik.

7. Ahli Gizi berkewajiban melayani masyarakat umum tanpa

memandang keuntungan perseorangan atau kebesaran seseorang.

8. Ahli Gizi berkewajiban selalub menjaga nama baik profesi dan

mengharumkan organisasi profesi.

2.2.9 Kode Etik Asisten Apoteker

A. Mukadimah

Asisten Apoteker yang melaksanakan profesi kefarmasian mengabdikan

diri dalam upaya memelihara dan memperbaiki kesehatan, kecerdasan

dan kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan pelayanan Farmasi,


pendidikan Farmasi, pengembangan ilmu dan teknologi Farmasi, serta

ilmu-ilmu terkait. Asisten apoteker dalama menjalankan profesinya harus

senantiasa bertaqwa kapada Tuhan YME, menunjukan sikap dan

perbuatan terpuji yang dilandaskan oleh falsafah-falsafah dan nilai-nilai

pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar san

Anggaran Rumah Tanggga Persatuan Ahli Farmasi Indonesia (PAFI)

serta etika profesinya.

Kode etik PAFI ini sebagai landasan moral profesi yang harus diamalkan

dan dilaksanakan oleh seluruh Asisten Apoteker.

B. Kewajiban terhadap Profesi

1. Seorang Asisten Apoteker harus menjunjung tinggi serta memelihara

martabat, kehormatan profesi, menjaga integritas dan kejujuran serta

dapat dipercaya.

2. Seorang Asisten Apoteker berkewajiban untuk meningkatkan keahlian

dan pengetahuan sesuai dengan perkembangan teknologi.

3. Serorang Asisten Apoteker senantiasa harus melakukan pekerjaan

profesinya sesuai dengan standar operasional prosedur, standar profesi

yang berlaku dan kode etik profesi.

4. Serorang Asisten Apoteker senantiasa harus menjaga profesionalisme

dalam memenuhi panggilan tugas dan kewajiban profesi.

C. Kewajiban Ahli Farmasi terhadap teman sejawat


1. Seorang Asisten Apoteker memandang teman sejawat sebagaimana

dirinya dalam memberikan penghargaan

2. Seorang Asisten Apoteker senantiasa menghindari perbuatan yang

merugikan teman sejawat secara material maupun moral

3. Seorang Asisten Apoteker senantiasa meningkatkan kerjasama dan

memupuk keutuhan martabat jabatan kefarmasiaqn,mempertebal rasa

saling percaya didalam menunaikan tugas

D. Kewajiban terhadap Pasien/pemakai Jasa

1. Seorang Asisten Apoteker harus bertanggung jawab dan menjaga

kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada pasien/pemakai

jasa secara professional

2. Seorang Asisten Apoteker harus menjaga rahasia kedokteran dan

rahasia kefarmasian, serta hanya memberikan kepada pihak yang

berhak

3. Seorang Asisten Apoteker harus berkonsultasi/merujuk kepada teman

sejawat atau teman sejawat profesi lain untuk mendapatkan hasil yang

akurat atau baik.

E. Kewajiban Terhadap Masyarakat

1. Seorang Asisten Farmasi harus mampu sebagi suri teladan ditengah-

tengah masyarakat
2. Seorang Asisten Farmasi Indonesia dalam pengabdian profesinya

memberikan semaksimal mungkin pengetahuan dan keterampilan

yang dimiliki

3. Seorang Asisten Farmasi Indonesia harus selalu aktif mengikuti

perkembangan peraturan perundang-undangan dibidang kesehatan

khususnya dibidang kesehatan khususnya dibidang Farmasi

4. Seorang Asisten Farmasi Indonesia harus selalu melibatkan diri dalam

usaha – usaha pembangunan nasional khususnya dibidang kesehatan.

5. Seorang Asisten Farmasi Indonesia harus menghindarkan diri dari

usaha- usaha yang mementingkan diri sendiri serta bertentangan

dengan jabatan Farmasian.

F. Kewajiban Ahli Farmasi Indonesia terhadap Profesi Kesehatan

Lainnya

1. Seorang Asisten Apoteker senantiasa harus menjalin kerjasama yang

baik, saling percaya, menghargai dan menghormati terhadap profesi

kesehatan lainnya.

2. Seorang Ahli Farmasi Indonesia harus mampu menghindarkan diri

terhadap perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan,menghilangkan

kepercayaan,penghargaan masyarakat terhadap profesi kesehatan

lainnya.
2.2.10 Kode Etik Analisis Kesehatan

A. BAB I KEWAJIBAN U M U M
Pasal 1

Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik(disingkat dulu /ATLM) harus

menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah profesi

Pasal 2

Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik dalam menyelenggarakan

praktik profesinya harus berpedoman pada standar profesi.

Pasal 3

Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menghormati hak-hak

pasien, hak-hak teman sejawat dan hak-hak tenaga kesehatan lainnya.

B. BAB II KEWAJIBAN ATLM TERHADAP PROFESI


Pasal 4

Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik harus menjunjung tinggi serta

memelihara martabat, kehormatan profesi, menjaga integritas, kejujuran

serta dapat dipercaya, produktif, efektif, efisien, peduli terhadap tugas dan

lingkungan.

Pasal 5

Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik berkewajiban menjunjung

tinggi norma-norma dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan dalam

penyelenggaraan praktik profesinya.


Pasal 6

Setiap Ahli Teknologi Laboratorium Medik senantiasa harus melakukan

pekerjaan profesinya sesuai dengan standar prosedur operasional, standar

keselamatan kerja yang berlaku dan kode etik profesi.

Pasal 7

Setiap ATLM yang akan menjalankan pekerjaannya wajib memiliki Surat

Tanda Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktik (SIP)

C. BAB III KEWAJIBAN ATLM TERHADAP TEMAN SEJAWAT


DAN PROFESI LAIN
Pasal 8

Setiap ATLM memperlakukan setiap teman sejawat dalam batas-batas

norma yang berlaku sebagaimana dia sendiri ingin diperlakukan.

Pasal 9

Setiap ATLM harus menjunjung tinggi kesetiakawanan dan sikap saling

menghargai dengan teman sejawat dalam penyelenggaraan profesinya.

Pasal 10

Setiap ATLM harus membina hubungan kerjasama yang baik dan saling

menghormati dengan teman sejawat dan tenaga profesional lainnya dengan

tujuan utama untuk menjamin pelayanan senantiasa berkualitas tinggi.

D. BAB IV KEWAJIBAN ATLM TERHADAP PASIEN / PEMAKAI


JASA
Pasal 11
Setiap ATLM dalam memberikan pelayanan harus bersikap adil dan

mengutamakan kepentingan pasien dan atau pemakai jasa tanpa membeda-

bedakan kedudukan, golongan, suku, agama, jenis kelamin dan kedudukan

sosial.

Pasal 12

Setiap ATLM harus bertanggungjawab dan menjaga kemampuannya dalam

memberikan pelayanan kepada pasien dan atau pemakai jasa secara

profesional.

Pasal 13

Setiap ATLM berkewajiban merahasiakan segala sesuatu baik informasi dan

hasil pemeriksaan yang diketahui berhubungan dengan tugas yang

dipercayakannya kecuali jika diperlukan oleh pihak yang berhak dan jika

diminta oleh pengadilan.

Pasal 14

Setiap ATLM dapat berkonsultasi/merujuk kepada teman sejawat atau

pihak yang lebih ahli untuk mendapatkan hasil yang akurat.

E. BAB V KEWAJIBAN ATLM TERHADAP MASYARAKAT


Pasal 15

Setiap ATLM dalam menjalankan praktik profesinya harus mengutamakan

kepentingan masyarakat dan memperhatikan aspek pelayanan kesehatan

serta nilai budaya, adat istiadat yang berkembang di masyarakat

Pasal 16
Setiap ATLM harus memiliki tanggung jawab untuk menyumbangkan

kemampuan profesionalnya baik secara teori maupun praktek kepada

masyarakat luas serta selalu mengutamakan kepentingan masyarakat.

Pasal 17

Setiap ATLM dalam melaksanakan pelayanan sesuai dengan profesinya

harus mengikuti peraturan perundang- undangan yang berlaku serta norma-

norma yang berkembang pada masyarakat.

Pasal 18

Setiap ATLM harus dapat mengetahui penyimpangan pelayanan yang tidak

sesuai dengan standar prosedur operasional dan norma yang berlaku pada

saat itu serta melakukan upaya untuk dapat melindungi kepentingan

masyarakat.

F. BAB VI KEWAJIBAN ATLM TERHADAP DIRI SENDIRI


Pasal 19

Setiap ATLM senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa

Pasal 20

Setiap ATLM berkewajiban untuk meningkatkan keahlian dan

pengetahuannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Pasal 21
Setiap ATLMberkewajiban untuk meningkatkan pengetahuan, kemampuan

dan ketrampilan di bidang teknologi Laboratorium Medik maupun bidang

lain yang dapat menunjang pelayanan profesinya.

Pasal 22

Dalam melakukan pekerjaannya, setiap ATLM harus bersikap dan

berpenampilan sopan dan wajar serta selalu menjaga nilai-nilai kesopanan.

Pasal 23

Setiap ATLM harus memelihara kesehatan dirinya supaya dapat bekerja dan

melayani dengan baik

2.3 Penegakan Disiplin Tenaga Kesehatan

Penegakan disiplin tenaga kesehatan diatur dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan Pasal 49 ayat 1-4,

sebagai berikut :

(1) Untuk menegakkan disiplin Tenaga Kesehatan dalam penyelenggaraan praktik,

konsil masing-masing Tenaga Kesehatan menerima pengaduan, memeriksa, dan

memutuskan kasus pelanggaran disiplin Tenaga Kesehatan.

(2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), konsil masing-

masing Tenaga Kesehatan dapat memberikan sanksi disiplin berupa:

a. pemberian peringatan tertulis;

b. rekomendasi pencabutan STR atau SIP; dan/atau

c. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan kesehatan.


(3) Tenaga Kesehatan dapat mengajukan keberatan atas putusan sanksi disiplin

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Menteri.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi disiplin

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Beberapa faktor yang mempengaruhi pelanggaran atau timbulnya masalah etik

antara lain tingginya beban kerja tenaga kesehatan, ketidak jelasan Kewenangan

Klinis, menghadapi pasien gawat-kritis dengan kompetensi yang rendah serta

pelayanan yang sudah mulai berorientasi pada bisnis. Kemampuan praktik yang

sesuai dengan standar hanya merupakan kemampuan yang dipelajari pada saat di

masa studi/pendidikan, belum merupakan hal yang penting dipelajari dan

diimplementasikan dalam praktik kerja dalam keadaan nyata. Berdasarkan hal

tersebut, penegakan disiplin profesi dan pembinaan etika profesi perlu dilakukan

secara terencana, terarah dan dengan kemauan yang tinggi sehingga pelayanan

kesehatan yang diberikan benar-benar menjamin pasien akan aman dan mendapat

kepuasan.

3.2 Saran
3.2.1 Sebagai

Anda mungkin juga menyukai