UNTREATED INDICATION, IMPROPER DRUG SELECTION & MEDICATION USE WITHOUT INDICATION
Indikasi pada Pasien dan Pemilihan Obat
Masalah klinik Panduan Resep dokter Kesesuaian Rekomendasi/Saran Monitoring
Obat
1. Peptic Ulcer IMPROPER DRUG SELECTION - Ranitidine Tidak sesuai Diberikan obat Mual, nyeri
Pada tanggal 6 juni 2018 pasien mengalami - Simetidine golongan PPI perut, dan
mual, nyeri perut, muntah dan diberikan - Antasida syrup (Dipiro 2015 hal muntah.
terapi ranitidine, simetidine, serta antasid. 253).
Pada tanggal 6 dan 7 juni pasien diberikan Omeprazole karena
ranitidine kemudian pada tanggal 8 sampai efektif dalam sub
dengan 12 mei terapi diganti dengan kelompok pasien
simetidine dan antasid. Penggantian obat ini dengan adanya
karena simetidin meiliki durasi yang lebih perdarahan
lama yaitu 4-8 jam dibandingkan dengan (Hasselgren,1996).
ranitidine 4-5 jam (Lacy, 2009, Medscape) .
Terapi ini dinilai tidak tepat karena pasien
tidak melakukan tes H.pylori dan tidak ada
riwayat pemakaian NSAID. Maka pilihan
golongan obat yang sesuai untuk pasien
menurut algoritma terapi PUD first line
terapinya adalah obat golongan PPI (Dipiro
2015 hal 253).
2. Hipertensi - Lasix Tidak sesuai Diberikan Pemantauan
IMPROPER DRUG SELECTION - Albudazide kombinasi tekanan darah
captopril dengan
Pada tanggal 10 juni 2018 pasien mengalami furosemid.
kenaikan darah menjadi 150/80mmHg serta Captopril diberikan
pasien juga memiliki riwayat penyakit karena anti
hipertensi sejak 15 tahun yang lalu. Pasien hipertensi yang
diberikan terapi lasix dan aldazide. Terapi ini paling aman pada
dinilai tidak tepat karena menurut JNC 8 GI (Dauhanminder,
pengobatan pertama hipertensi menggunakan 2000). Kombinasi
golongan ACE-I, ARB, CCB atau kombinasi ACE-I dengan
dengan tiazid. Penggunaan lasix yang berisi diuretik kuat
furosemid dan aldazide yang berisi karena dianggap
spironolakton dan tiabutazid secara lebih aman dan
bersamaan dinilai kurang tepat karena dapat efektif
menyebabkan hiperkalemia, hiponatremi, (Stockley’s,2009).
hipokoagneis, hiperkalsemia, hiperurisemia
(Dipiro, 2009). Terapi yang digunakan yaitu
kombinasi golongan ACE-I dan duiretik kuat
yaitu captopril dikombinasikan dengan
furosemid (Dauhanminder, 2000, DiPiro,
2009). Penggunaan ACE-I dengan
dikombinasikan bersama loop diuretik
karena biasanya lebih aman dan efektif
(Stockley’s, 2009).
3. Infeksi IMPROPER DRUG SELECTION - Ceftriaxon Tidak sesuai Omeprazole, Pemantauan nilai
Pada tanggal 6 juni 2018, pasien mengalami clarithromycin dan RR dan nadi,
peningkatan leukosit menjadi 12500 serta amoxicillin. leukosit serta
ditandai dengan pasien lemah, terjadi Omeprazole dipilih melakukan tes
peningkatan RR pada tanggal 6 juni karena lebih efektif kultur bakteri.
24x/menit, 7 juni 22x/menit, 8 juni dalam sub
22x/menit dan 10 juni 22x/menit serta kelompok pasien
mengalami peningkatan nadi pada tanggal 6 dengan adanya
juni 84x/menit, 7 juni 82x/menit, dan 10 juni perdarahan
84x/menit. Pasien dikhawatirkan terkena (Hasselgren, 2009).
infeksi dari H pylori. Terapi yang digunakan Clarithromycin,
yaitu ceftriaxon. Tetapi dinilai kurang tepat obat ini menjadi
karena, jika pasien dinyatakan positif pilihan satu-
terinfeksi H pylori maka dapat diberikan satunya dalam
terapi obat menggunakan PPI dan antibiotik kombinasi regimen
untuk eradikasi atau pengeluaran H pylori. tiga obat karena
Terdapat dua pilihan terapi eradikasi H merupakan
pylori yaitu terapi regimen tiga obat dan antibiotik yang
regimen empat obat. Terapi regimen dengan paling efektif
tiga obat yang diberikan meliputi PPI, dalam terapi
claritromisin dan amoxicillin sedangan terapi eradikasi H.pylori
regimen empat obat meliputi PPI, bismut, (DiPiro, 2009).
metronidazole dan tetrasiklin (DiPiro, 2009). Berdasarkan
penelitian yang
dilakukan oleh
Cuadrado-Lavı´n et
al (2011) mengenai
perbandingan
resistensi antara
Amoxicilin dan
metronidazole
menunjukan hasil
bahwa resistensi
amoxicillin lebih
rendah
dibandingkan
metronidazole.
Resistensi
amoxicillin yaitu
1,4% sedangkan
metronidazole
yaitu 45,1%.