Disusun oleh:
Pembimbing:
Dr. Anita Masidin, Sp.OK
I. Nama Perusahaan
Bengkel “BOY”
II. Gambaran Lokasi
a. Alamat : Pasar 7 Ulu Rt. 51, 50 Meter dari Puskesmas 7 Ulu
b. Luas : Bangunan sederhana berukuran 6 x 5 meter
c. Sanitasi : 1 kamar mandi, 1 keran air, 1 plastik sampah
d. Pencahayaan : Kurang (ruangan semi outdoor)
e. Ventilasi : Kurang (ruangan semi outdoor)
IV. Sarana/APD
Tidak ada. Pemilik bengkel tidak mewajibkan kepada pekerja untuk memakai alat-alat
pelindung diri seperti sepatu, masker, kacamata, dan lainnya. Pemilik mengatakan hal
tersebut kembali kepada para pekerjanya yang mau menggunakan atau tidak.
V. Tunjangan kesehatan
Tidak ada
VI. Proses kerja
2
Dalam perbengkelan ini pekerja hanya melakukan service motor seperti menganti oli,
tambal ban, mengisi angin, memperbaiki atau mengganti suku cadang motor dan
penjualan suku cadang motor.
3
3. Potensi Hazard Biologi
Genangan air yang menyebabkan nyamuk dapat berkembang biak.
Lokasi kerja yang lembab dan penyimpanan kayu yang menyatu dalam lokasi
kerja memungkinkan pertumbuhan jamur yang dapat membahayakan
kesehatan pekerja.
4. Potensi Hazard Ergonomi
Sikap dan cara kerja yang tidak sesuai pada saat melakukan service motor.
Pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut berada pada posisi jongkok yang
dapat menyebabkan penyakit muskuloskeletal.
Lantai yang licin karena ketumpahan oli dapat menyebabkan pekerja berisiko
terjatuh.
5. Potensi Hazard Psikososial
Gangguan fisiologis lama-lama bisa menimbulkan gangguan psikologis.
Suara bising yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan stress, gangguan
jiwa, sulit konsentrasi dan berfikir, dan lain-lain.
Hubungan antara pekerja yang kurang baik akibat kompetisi kerja juga dapat
menimbulkan stress.
Risk Assessment
Proses Risiko Insiden Risiko Masalah
Memindahkan motor Tegelicir, kejatuhan motor, Cedera karena tergelincir,
dari dan ke bengkel peralatan mekanik yang kejatuhan motor
berantakan
Memeriksa kondisi Menghirup gas sisa pembuangan Gangguan pernapasan, iritasi
motor kendaraan, mendengar suara dan infeksi mata, gangguan
bising kendaraan pendengaran, gangguan
psikologis
Penggantian oli dan Kontak dengan bahan kimia Iritasi dan infeksi kulit, luka
pelumas rantai bakar
Proses service Postur tubuh yang tidak tepat saat Sakit pada tulang/sendi, luka
melakukan service, bagian tubuh pada tangan, kepala yang
mengenai bagian motor yang terluka karena terbentur, luka
tajam, bersentuhan dengan bagian bakar
motor yang panas
Penambahan air aki Terciprat air aki Gangguan mata, iritasi kulit
Proses charging aki Ledakan Luka bakar
VIII. Pengolahan Sampah – Limbah Industri
4
Sampah dari sisa limbah bengkel tidak dipisahkan dengan sampah rumah tangga dan
berisiko mencemari lingkungan. Selain itu, meningkatkan risiko kebakaran karena
tercampurnya bahan-bahan sisa yang mudah terbakar. Sedangkan, limbah cair dari
bengkel dibuang langsung ke saluran parit.
X. Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan terhadap penerapan prinsip manajamen risiko keselamatan
dan kesehatan kerja di Bengkel ”BOY”, maka dapat dikatakan bahwa manajemen K3
di bengkel ini belum diterapkan oleh pemilik maupun pekerja. Hal ini dapat dilihat
dari belum digunakannya APD yang sesuai oleh para pekerja, rendahnya pengawasan
dari pemilik usaha, dan belum terciptanya lingkungan kerja yang nyaman serta
kondusif bekerja. Hambatan-hambatan penerapan prinsip K3 di bengkel ini dapat
terjadi karena pemilik usaha dan pekerja menganggap sepele terhadap bahaya yang
mungkin terjadi dan juga faktor pemberi kerja atau pemilik bengkel yang tidak
memberikan pelatihan dan menyediakan alat pelindungan yang memadai. Tingkat
pendidikan pekerja pun bisa mempengaruhi perilaku pekerja, karena dengan tingkat
pendidikan atau pengetahuan yang rendah, pekerja pada umumnya tidak begitu
memahami mengenai prinsip K3 dan kurang mawas diri dalam melakukan
pencegahan untuk dirinya sendiri dari setiap bahaya yang mungkin terjadi. Dalam
usaha penerapan manajemen risiko di bengkel motor tersebut perlu adanya kerjasama
antara kedua belah pihak yaitu pekerja dan pemilik usaha.
XI. Saran
Berikut ini hal-hal yang dapat dilakukan untuk upaya perbaikan diantaranya:
A. Bagi Pengusaha
1. Melakukan identifikasi dan penilaian risiko bahaya di tempat kerja.
2. Memberikan promosi dan edukasi tentang prinsip-prinsip K3 di tempat kerja.
5
3. Menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan kebutuhan
pekerja, seperti kaca mata, sarung tangan, masker, baju lengan panjang, dan
sepatu boot.
4. Meningkatkan pengawasan dan ketanggapan terhadap manajemen kesehatan
dan keselamatan kerja untuk seluruh pekerja.
5. Menyediakan lingkungan kerja yang ergonomis untuk seluruh pekerja.
B. Bagi Pekerja
1. Menggunakan APD yang sudah disediakan oleh pengusaha pada setiap
kegiatan operasional.
2. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya upaya pencegahan risiko bahaya.
3. Menaati sistem manajamen K3 yang dibentuk oleh pemilik usaha.