Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIKA TANAH

PENETAPAN TEKSTUR TANAH METODE PIPET

Oleh :
Annastasia Leony D P
A1H011039

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanah adalah lapisan yang menyelimuti bumi anatara litosfer (batuan yang
membentuk kerak bumi) dan atmosfer. Tanah merupakan tempat tumbuh
kembangnya tanaman. Tanah merupakan elemen dasar yang tidak terpisahkan
dalam dunia pertanian. Tanpa adanya tanah mustahil kita bisa menanam padi,
palawija, sayuran, buah-buahan maupun kehutanan, meskipun saat ini telah
banyak dikembangkan sistim bercocok tanam tanpa tanah, misalnya Hidroponik,
Airponik, dan lain-lain, tetapi apabila usaha budidaya dalam skala luas masih
lebih ekonomis dan efisien menggunakan media tanah. Mengingat pentingnya
peranan tanah dalam usaha tani, maka haruslah dilakukan perawatan sebaik
mungkin untuk menjaga kesuburan tanahnya.
Kesuburan tanah merupakan faktor vital yang turut mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tanah mempunyai beberapa
karakteristik yang terbagi dalam tiga kelompok diantaranya adalah sifat fisik, sifat
kimia, dan sifat biologi. Sifat fisik tanah antara lain adalah tekstur, permeabilitas,
infiltrasi, dan lain-lain. Setiap jenis tanah memiliki sifat fisik tanah yang berbeda.
Usaha untuk memperbaiki kesuburan tanah tidak hanya terhadap perbaikan sifat
kimia dan biologi tanah tetapi juga perbaikan sifat fisik tanah. Perbaikan keadaan
fisik tanah dapat dilakukan dengan pengolahan tanah, perbaikan struktur tanah,
dan meningkatkan kandungan bahan organic tanah. Selain itu sifat fisik tanah
sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Kondisi fisik tanah
menentukan penetrasi akar dalam tanah, retensi air, drainase, aerasi, dan nutrisi
tanaman. Sifat fisik juga mempengaruhi sifat kimia dan biologi tanah.
Salah satu sifat fisik tanah adalah tekstur tanah, tekstur tanah merupakan
salah satu karakteristik penting yang perlu diteliti karena berkaitan dengan
pemilihan tanaman untuk ditanam pada lahan tertentu, karena setiap jenis tanaman
cenderung menghendaki tekstur tanah tertentu sebagai tempat tumbuhnya. Tekstur
tanah adalah perbandingan relatif (dalam bentuk persentase) fraksi-fraksi pasir,
debu, dan liat. Penentuan kelas tekstur suatu tanah secara teliti harus dilakukan
analisa tekstur di laboratorium yang disebut analisa mekanik tanah. Dalam
menetapkan tekstur tanah, ada tiga metode yang digunakan yaitu metode lapang,
hydrometer, dan pipet. Sedangkan metode yang digunakan untuk praktikum fisika
tanha kali ini adalah metode pipet.

B. Tujuan

1. Mahasiswa dapat mengetahui batas cair tanah (BC).


2. Mahasiswa dapat mengetahui batas lekat tanah (BL).
3. Mahasiswa dapat mengetahui batas gulung tanah (BG).
4. Mahasiswa dapat mengetahui batas berubah warna (BBW).
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tekstur tanah


Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)
yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir,
fraksi debu dan fraksi liat (Hanafiah, 2008).
Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang
ditentukan oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai
kelompok ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan
pasir berukuran 2 mm ke bawah (Notohadiprawito, 1978).
Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk,
sehingga diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat
teksturnya dan akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini
digunakan nama kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan
klasifikasinya ini, merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun
digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal
adalah pasir, liat dan lempung(Buckman dan Brady, 1992)
Pembagian kelas tekstur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas
tekstur menurut USDA.Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran,
plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian pengolahan tanah, kekeringan,
penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam
suatu wilayah geogtrafis (A.K. Pairunan, dkk, 1985).
Tekstur tanah dapat menentukan ssifat-sifat fisik dan kimia serta mineral
tanah. Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas kelompok-kelompok tertentu
berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi kimia, warna, berat, dan
sifat lainnya. Analisis laboratorium yang mengisahkan hara tanah disebut analisa
mekanis. Sebelum analisa mekanis dilaksanakan, contoh tanah yang kering udara
dihancurkan lebih dulu disaring dan dihancurkan dengan ayakan 2 mm.
Sementara itu sisa tanah yang berada di atas ayakan dibuang. Metode ini
merupakan metode hidrometer yang membutuhkan ketelitian dalam
pelaksanaannya. Tekstur tanah dapat ditetapkan secara kualitatif dilapangan
(Hakim, 1986).
Tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas seperti yang tertera pada diagram
segitiga tekstur tanah USDA yang meliputi pasir, pasir berlempung, lempung
berpasir, lempung, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat,
lempung berdebu, debu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat (Lal, 1979).
Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga tanah
dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, diantaranya kasar, agak
kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hardjowigeno, 1995).
Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah)
ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas
tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir
(lebih besar 2 mm), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi
berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus,
berliat halus, dan berliat sangat halus (Hardjowigeno, 1995).

2.2 Karakteristik tekstur tanah


Sifat-sifat fisik tanah banyak bersangkutan dengan kesesuaian tanah untuk
berbagai penggunaan. Kekuatan dan daya dukung, kemampuan tanah menyimpan
air, drainase, penetrasi, akar tanaman, tata udara, dan pengikatan unsur hara,
semuanya sangat erat kaitannya dengan sifat fisik tanah (Lal, 1979).
Karakteristik tekstur tanah terdiri atas fraksi pasir, fraksi debu dan fraksi
liat. Suatu tanah disebut bertekstur pasir apabila mengandung minimal 85% pasir,
bertekstur debu apabila berkadar minimal 80% debu dan bertekstur liat apabila
berkadar minimal 40% liat (Hanafiah, 2008).
Berdasarkan kelas teksturnya maka tanah dapat digolongkan menjadi tanah
bertekstur kasar atau tanah berpasir berarti tanah yang mengandung minimal 70%
pasir atau pasir berlempung (Nyakpa, 1989).
Tanah bertekstur halus atau tanah berliat berarti tanah yang mengandung
minimal 37,5% liat atau bertekstur liat, liat berdebu atau liat berpasir (Nyakpa,
1989).
Tanah bertekstur sedang atau tanah berlempung terdiri dari tanah
bertekstur sedang tetapi agak kasar meliputi tanah yang bertekstur lempung
berpasir atau lempung berpasir halus. Tanah bertekstur sedang meliputi yang
bertekstur lempung berpasir sangat halus, lempung, lempung berdebu atau debu.
Tanah bertekstur sedang tetapi agak halus mencakup lempung liat, lempung liat
berpasir atau lempung liat berdebu (Hakim, 1986).
Dalam penetapan tekstur tanah ada tiga jenis metode yang biasa digunakan
yaitu metode feeling yang dilakukan berdasarkan kepekaan indra perasa (kulit jari
jempol dan telunjuk), metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti
dan metode hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan
pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan
asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu
larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara
kuadratik (Hardjowigeno, 1995).
Tanah bertekstur kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa lengket sera tidak
bisa membentuk gulungan atau lempengan continue sebaliknya jika partikel tanah
terasa halus lengket dan dapat dibuat gulungan maka berarti tanah bertekstur liat.
Tanah bertekstur debu akan mempunyai partikel-partikel yang terasa agak halus
dan licin tetapi tidak lengket serta gulungan yang terbentuk rapuh dan mudah
hancur. Tanah bertekstur lempung akan mempunyai partikel-partikel yang
mempunyai jenis ketiganya secara proporsional, apabila yang terasa lebih
dominan adalah sifat pasir maka berarti tanah bertekstur lempung berpasir dan
seterusnya (Buckmandan Brady, 1992).

2.3 Hubungan tekstur dengan pertumbuhan tanah


Pemahaman tanaman sebagai media tumbuh tanaman pertama kali
dikemukakan oleh Dr.H.L.Jones dari Cornell University Inggris
(Darmawijaya,1990), yang mengkaji hubungan tanah pada tanaman tingkat tinggi
untuk mendapatkan produksi pertanian yang seekonomis mungkin. Kajian tanah
dari aspek ini disebut edaphologi (edaphos=bahan tanah subur), namun pada
realitasnya kedua defenisi selalu terintegrasi.
Tanah pada masa kini sebagai media tumbuh tanaman didefenisikan
sebagai lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat
tumbuh berkembangnya perakaran penopang tegak tumbuhnya tanaman dan
penyuplai kebutuhan air dan udara, secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi dan unsur-unsur esensial sedangkan secara biologis
berfungsi sebagai habitat biota yang berpatisipasi aktif dalam penyediaan hara
tersebut dan zat-zat adiktif bagi tanaman (Hanafiah, 2008).
Tanah yang didominasi pasir akan banyak mempunyai pori-pori makro,
tanah yang didominasi debu akan mempunyai pori-pori meso (sedang), sedangkan
didominasi liat akan banyak mempunyai pori-pori mikro. Hal ini berbanding
terbalik dengan luas permukaan yang terbentuk, luas permukaan mencerminkan
luas situs yang dapat bersentuhan dengan air, energi atau bahan lain, sehingga
makin dominan fraksi pasir akan makin kecil daya tahannya untuk menahan tanah
(Hakim, 1986).
Makin poreus tanah akan makin mudah akar untuk berpenetrasi, serta
makin mudah air dan udara untuk bersirkulasi tetapi makin mudah pula air untuk
hilang dari tanah dan sebaliknya, makin tidak poreus tanah akan makin sulit akar
untuk berpenetrasi serta makin sulit air dan udara untuk bersirkulasi. Oleh karena
itu, maka tanah yang baik dicerminkan oleh komposisi ideal dari kedua kondisi
ini, sehingga tanah bertekstur debu dan lempung akan mempunyai ketersediaan
yang optimum bagi tanaman, namun dari segi nutrisi tanah lempung lebih baik
ketimbang tanah bertekstur debu (Nyakpa, 1989).
Fraksi pasir umumnya didominasi oleh mineral kuarsa yang sangat tahan
terhadap pelapukan, sedangkan fraksi debu biasanya berasal dari mineral feldspar
dan mika yang cepat lapuk, pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah
hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur ketimbang tanah
bertekstur pasir (Hardjowigeno, 1993).
Pada tanah-tanah di daerah tropika nisbah debu liat merupakan kriteria
penting dalam mengevaluasi fenomena seperti migrasi liat, taraf pelapukan fisik,
dan umur bahan induk tanah serta klasifikasi tanah (Lal, 1979).
III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Cawan porselen
2. Gelas beker
3. Gelas ukur
4. Kertas lakmus biru
5. Kompor
6. Pipet
7. Thermometer
8. Tanah kering udara
9. Larutan H2O2
10. Larutan HCl
11. Larutan NaOH
12. Aquades

B. Prosedur Kerja

1. 10 gram tanah kering udara ditimbang


2. Ditambahkan 25 ml H2O2
3. Tanah dan H2O2 dicampur (dimasukkan) pada gelas beker 500ml dan
didiamkan selama 1 malam (24 jam)
4. Gelas beker dipanaskan dan ditambahkan H2O2 sedikit demi sedikit hingga
busanya hilang (didalam praktikum ditambahkan H2O2 sebanyak 80 ml).
5. Kemudian didinginkan dan ditambahkan 15 ml HCl dan dipanaskan
selama 60 menit, lalu uji dengan kertas lakmus biru.
6. Dilakukan pencucian larutan dengan menggunakan air suling atau aquades
hingga pH netral.
7. Ditambahkan 10 ml NaOH, diaduk 10-15 menit.
8. Larutan tersebut dimasukkan ke dalam gelas beker 1000 ml.
9. Ditambahkan aquades higga mencapai volume 1000ml.
10. Pasir akan mengendap, air yang ada diatas dituangkan kedalam gelas ukur
1000 ml (pasir jangan sampai terbawa).
11. Endapan pasir dituang kedalam gelas ukur sampai volume 25 ml, lalu
dimasukkan ke dalam cawan porselen (cawan porselennya sebaiknya
ditimbang terlebih dahulu, agar praktikan mengetahui berat cawan
kosong).
12. Lalu dimasukkan ke dalam oven selama satu malam dengan suhu 105o.

Untuk menentukan waktu tenggang pemipetan II :


Ukur suhu yang ada pada gelas ukur lalu lakukan pencocokan dengan tabel
pada modul untuk menentukan waktu tenggang.
Pemipetan II :
1. Dilakukan pemipetan 20cm dari permukaan.
2. Dimasukkan ke dalam cawan sampai 25 ml.
3. Dimasukkan ke oven selama satu malam.
Untuk menentukan waktu tenggang pemipetan III :
Ukur suhu yang ada pada gelas ukur lalu lakukan pencocokan dengan tabel
pada modul untuk menentukan waktu tenggang.
Pemipetan III :
1. Dilakukan pemipetan 5cm dari permukaan
2. Dimasukkan ke cawan sampai 25 ml
3. Di masukkan ke dalam oven sampai satu malam
13. Cawan yang telah dikeluarkan dari oven kemudian ditimbang beratnya dan
dicatat hasilnya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Lama Menunggu
Suhu Pemipetan II (silt and clay) Pemipetan III (clay)
20cm 5 cm
20 1’30” 30 54
21 1’28” 30 48
22 1’26” 30 43
23 1’24” 30 38
24 1’22” 30 33
25 1’20” 30 28
26 1’18” 30 23
27 1’16” 30 20
28 1’14” 30 14
29 1’13” 30 10
30 1’11” 30 05
31 1’10” 30 01
32 1’08” 20 50
33 1’06” 20 53
Tabel 1. Hubungan antara suhu dan cairan dengan kecepatan jatuh partikel
Catatan : ‘ = menit , “ = detik, 0 = jam

Berat Cawan + Isi


Berat Cawan Kosong
Nama Cawan Setelah Di Oven
(gr) (a)
(gr) (b)
A (pasir) 69.15 67.95
B (debu liat) 72.60 72.25
C (liat) 75.19 74.85
Tabel 2. Hasil dari praktikum

Penetapan Tekstur :
1. Gram pasir (P) = (b – a) gram
= 69.15 – 67.95
= 1.2 gram
2. Gram debu+liat (D+L) = (b – a) gram
= 72.60 – 72.25
= 0.35 gram
3. Gram liat (L) = (b – a) gram
= 75.19 – 74.85
= 0.34 gram
4. Gram debu = (D+L) – L
= 0.35 – 0.34
= 0.01 gram

Jumlah pasir, debu, liat = 1.2 + 0.34 + 0.01

= 1.55 gram
gram pasir
1. Persen pasir = X 100 %
∑PDL
1.2
= 1.55 X 100 %
= 77.42 %
gram debu
2. Persen debu = X 100 %
∑PDL
0.01
= 1.55 X 100 %
= 0.64 %
gram liat
3. Persen liat = X 100 %
∑PDL
0.34
= 1.55 X 100 %
= 21.94 %

B. Pembahasan

Praktikum kali ini membahas tentang tekstur tanah dengan menggunakan


metode pemipetan. Tekstur tanah, biasa juga disebut besar butir tanah, termsuk
salah satu sifat tanah yang paling sering ditetapkan. Hal ini disebabkan karena
tekstur tanah berhubungan erat dlam pergerakan air dan zat terlarut, udara,
pergerakan panas, berat volume tanah, luas permukaan spesifik (specific surface),
kemudahan tanah memadat (compressibility), dan lain-lain (Hillel, 1982).
Tekstur tanah menunjukkan komposisi partikel penyusun tanah (separat)
yang dinyatakan sebagai perbandingan proporsi (%) relatif antara fraksi pasir,
fraksi debu dan fraksi liat (Hanafiah, 2008).
Tekstur merupakan sifat kasar-halusnya tanah dalam percobaan yang
ditentukan oleh perbandingan banyaknya zarah-zarah tunggal tanah dari berbagai
kelompok ukuran, terutama perbandingan antara fraksi-fraksi lempung, debu, dan
pasir berukuran 2 mm ke bawah (Notohadiprawito, 1978).
Tanah terdiri dari butir-butir yang berbeda dalam ukuran dan bentuk,
sehingga diperlukan istilah-istilah khusus yang memberikan ide tentang sifat
teksturnya dan akan memberikan petunjuk tentang sifat fisiknya. Untuk ini
digunakan nama kelas seperti pasir, debu, liat dan lempung. Nama kelas dan
klasifikasinya ini, merupakan hasil riset bertahun-tahun dan lambat laun
digunakan sebagai patokan. Tiga golongan pokok tanah yang kini umum dikenal
adalah pasir, liat dan lempung(Buckman dan Brady, 1992)
Pembagian kelas tekstur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas
tekstur menurut USDA.Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran,
plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian pengolahan tanah, kekeringan,
penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam
suatu wilayah geogtrafis (A.K. Pairunan, dkk, 1985).
Tekstur tanah dapat menentukan ssifat-sifat fisik dan kimia serta mineral
tanah. Partikel-partikel tanah dapat dibagi atas kelompok-kelompok tertentu
berdasarkan ukuran partikel tanpa melihat komposisi kimia, warna, berat, dan
sifat lainnya. Analisis laboratorium yang mengisahkan hara tanah disebut analisa
mekanis. Sebelum analisa mekanis dilaksanakan, contoh tanah yang kering udara
dihancurkan lebih dulu disaring dan dihancurkan dengan ayakan 2 mm.
Sementara itu sisa tanah yang berada di atas ayakan dibuang. Metode ini
merupakan metode hidrometer yang membutuhkan ketelitian dalam
pelaksanaannya. Tekstur tanah dapat ditetapkan secara kualitatif dilapangan
(Hakim, 1986).
Tekstur tanah dibagi menjadi 12 kelas seperti yang tertera pada diagram
segitiga tekstur tanah USDA yang meliputi pasir, pasir berlempung, lempung
berpasir, lempung, lempung liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat,
lempung berdebu, debu, liat berpasir, liat berdebu, dan liat (Lal, 1979).
Tanah terdiri dari butir-butir pasir, debu, dan liat sehingga tanah
dikelompokkan kedalam beberapa macam kelas tekstur, diantaranya kasar, agak
kasar, sedang, agak halus,dan hancur (Hardjowigeno, 1995).
Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah)
ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas
tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir
(lebih besar 2 mm), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi
berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus,
berliat halus, dan berliat sangat halus (Hardjowigeno, 1995).
Tekstur adalah perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu, dan liat,
yaitu partikel tanah yang diameter efektifnya ≤ 2 mm. di dalam analisis tekstur,
fraksi bahan organic tidak diperhitungkan. Bahan organic terlebih dahulu
didestruksi dengan hydrogen peroksida (H2O2). Tekstur tanah dapat dinilai secara
kualitatif dan kuantitatif. Cara kualitatif biasa digunakan surveyor tanah dalam
menetapkan kelas tekstur tanah di lapangan. Berbagai lembaga penelitian atau
intuisi mempunyai criteria sendiri untuk pembagian fraksi partikel tanah. Sebagai
contoh, pada Tabel 4 akan diperlihatkan sistem klasifikai fraksi partikel menurut
International Soil Science Society (ISSS), United States Department of
Agriculture (USDA), dan United States Public Roads Administration (USPRA).
Tabel 3. Klasifikasi tekstur tanah menurut beberapa sistem (Hillel, 1982)
ISSS USDA USPRA
Diameter Diameter Diameter
Fraksi Fraksi Fraksi
(mm) (mm) (mm)
>2 Kerikil >0.02 Kerikil >2 Kerikil
0.02 – 2 Pasir 0.05-2 Pasir 0.05 – 2 Pasir
1-2 Sangat kasar
0.5 – 1 Kasar
0.2 -2 Kasar 0.25 – 2 Kasar
0.25 - 0.5 Sedang
0.02 – 0.2 Halus 0.05 – 0.25 Halus
0.1 – 0.25 Halus
0.05 – 0.1 Sangat halus
0.002 – 0.02 Debu 0.002 – 0.05 Debu 0.005 – 0.05 Debu
<0.002 Liat <0.002 Liat <0.005 Liat
Tanah dengan berbagai perbandingan pasir, debu, dan liat akan
dikelompokkan atas berbagai kelas tekstur seperti yang digambarkan segitiga
tekstur (Gambar 1).

Gambar 1. Segitiga tekstur


Ada beberapa metode dalam menententukan tekstur tanah, yaitu secara
kualitatif (dilakukan di lapang) dan kuantitatif (di laboratorium dengan
menggunakan analisis mekanis), secara kualitatif yaitu dapat dilakukan di
lapangan, berikut penjelasannya :
1. Penetapan di lapang dilakukan dengan membasahi tanah kering atau
lembab, kemudian dispirit diantara ibu jari dan telunjuk, sehingga
membentuk pita lembab, sambil diperhatikan adanya rasa kasar atau
licin, dapat ditentukan kelas tekstur lapang, atau dapat diamati bila
memiliki cirri-ciri seperti ini :
 apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat
dibentuk bola dan gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Pasir.
 apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat
dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Pasir Berlempung.
 apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola
tetapi mudah hancur, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung Berpasir.
 apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk
bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan
mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung.
 apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan
gulungan dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Lempung Berdebu.
 apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh,
dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat, maka tanah tersebut
tergolong bertekstur Debu.
 apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak
teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur, maka
tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Berliat.
 apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat,
dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah
hancur, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat
Berpasir.
 apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk
bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan
mengkilat, maka tanah tersebut tergolong bertekstur Lempung Liat
Berdebu.
 apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk
bola teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat Berpasir.
 apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola
teguh, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat Berdebu.
 apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan
baik, dan mudah dibuat gulungan, maka tanah tersebut tergolong
bertekstur Liat.
2. Penetapan tekstur tanah di laboratorium, biasanya menggunakan
analisis mekanis proses ini terdiri dari pendispersian agregat tanah
menjadi butir-butir tunggal dan kemudian diikuti dengan sedimentasi.
Dispersi dan sedimentasi merupakan proses penting sebelum tekstur
tanah ditentukan dengan salah satu metode, metode hydrometer tau
metode pipet. Dengan proses pendispersian, butir-butir tanah yang
biasanya lengket satu sama lain dalam suatu agregat akan dipisahkan
dengan cara membuang zat perekatnya dengan menambahkan zat anti
flokulasi. Zat perekat yang umum didalam tanah adalah bahan organic
(dihancurkan dengan hydrogen peroksida), kalsium karbonat (asam
klorida) dan oksida besi (Hillel, 1982). Sedangkan sedimentasi
digunakan untuk memisahkan partikel yang mempunyai ukuran yang
berbeda.
Metode hydrometer ”Bouyoucos”, (lebih teliti), yang didasarkan pada
perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air
dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan
(density) sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear
apabila radius partikel bertambah secara kuadratik (Hanafiah, 2005).
Berikut prosedur singkat menggunakan hydrometer :
Nilai RL adalah pembacaan kalibrasi hidrometer yang didapatkan
dengan prosedur sebagai berikut:
a. Tambahkan 50 ml 10% (NaPO3)6 ke dalam silinder sedimentasi
yang kosong.
b. Tambahkan aquades sehingga volume akhir larutan menjadi 1.000
ml.
c. Aduk dengan sempurna.
d. Celupkan hidrometer dan catat pembacaan (RL).
Pembacaan hidrometer dilakukan pada miniskus bagian atas suspensi
(larutan).
Metode pipet merupakan metode langsung pengambilan contoh
partikel tanah dari dalam suspense dengan menggunakan pipet pada
kedalaman h dan waktu t. pada kedalaman h dan waktu t tersebut
partikel dengan diameter >x sudah berada pada kedalaman h.
Hasil dari praktikum fisika tanah acara penetapan tekstur tanah metode
pipet ini didapat hasil 77.42 % pasir, 0.64% debu, dan 21.94% liat, setelah dilihat
pada segitiga tekstur, maka diketahui tektur sampel tanah yang diuji adalah
lempung liat berpasir. Didalam praktikum pasti ada kekeliruan dalam mengamati
dan bisa juga ditentukan oleh faktor lain, kelompok kami mendapatkan berat debu
yang lebih ringan dari liat, menurut teori, seharusnya berat liat lebih ringan
daripada berat debu, jika menurut saya praktikum saya bukan gagal, tetapi setiap
tanah memiliki tekstur yang berbeda, dan menurut pengamatan kelompok saya
sampel tanah memiliki tekstur lempung liat berpasir.
Kendala untuk praktikum kali ini adalah, kurangnya asisten dalam
menjelaskan tujuan diadakannya praktikum dan bagaimana aplikasinya atau
penerapannya didalam ilmu teknik pertanian, kurangnya asisten menguasai materi
membuat praktikan yang bertanya menjadi bingung dan tidak menemukan
solusinya. Tapi didalam praktikum kali ini asisten dan praktikum dapat
bekerjasama untuk menyelesaikan praktikum acara penetapan tekstur tanah
metode pipet ini.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tekstur tanah adalah perbandingan relatif (dalam bentuk persentase) fraksi-


fraksi pasir, debu, dan liat.
2. Ada tiga metode yang digunakan untuk menentukan tekstur tanah yaitu
metode lapang, hydrometer, dan pipet. Metode lapang biasanya disebut
dengan metode kualitatif, sedangkan hydrometer dan pipet termasuk pada
metode kuantitatif yang menggunakan proses analisis mekanis yaitu disperse
dan sedimentasi.
3. Menurut hasil yang didapat maka dapat menentukan tekstur tanah, dengan
hasil 77.42 % pasir, 0.64% debu, dan 21.94% liat maka tekstur yang didapat
adalah lempung liat berpasir.

B. Saran

Asisten sudah cukup mentransfer materi yang ada di modul dan


diharapkan asisten lebih menguasai materi sehingga dapat menjelaskan dengan
sejelas-jelasnya bagaimana aplikasi, penerapan, dan lain-lain di bidang keteknikan
pertanian kepada praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/2182/7/bab30001.PDF
diakses pada tanggal 17 Mei 2013.
Buckman, Harry O. 1982. Ilmu Tanah. PT Bhratara Karya Aksara, Jakarta.
Djunaedi, M. Sodiq. 2008. Teknik Penetapan Berat Isi Tanah di Laboratorium
Fisika Tanah Balai Penelitian Tanah.
http://pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/bt132087.pdf. Diakses
tanggal 19 Maret 2011.
Foth, Henry D. 1986. Fundamental of Soil Science. Gajah Mada University.
Yogyakarta.
Hakim, N, dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar
Lampung.
Hanafiah, Kemas. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Penerbit Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Lugito. 2012. Teknik Pengambilan Contoh Tanah Utuh dan Agregat Terganggu
(Bongkah) Laporan Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Bandar Lampung. http://lugito-center.blogspot.com/2012/12/teknik-
pengambilan-contoh-tanah.html. diakses tanggal 17 Mei 2013.
Nugroho, Agung Wahyu. 2006. Karakteristik Tanah.
http://www.dephut.go.id/files/Agung.pdf. Diakses tanggal 17 Mei 2013.
Poerwowidodo.1991. Ganesha Tanah. Penerbit Rajawali Pers. Jakarta.
Suganda,Husein, Achmad Rachman, dan Sutono . Petunjuk Pengambilan Contoh
Tanah.
http://balittanah.litbang.deptan.go.id/dokumentasi/lainnya/NOMOR%2002
.pdf diakses pada tanggal 17 Mei 2013.
Sutedjo, M.M. 2002. Pengantar Ilmu Tanah Terbentuknya Tanah dan Tanah
Pertanian. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Tim penyusun. 2013. Modul Praktikum Fisika Tanah. Fakultas Pertanian.
UNSOED
Utomo, Wani Hadi. 1985. Dasar-dasar Fisika Tanah. Universitas Brawijaya,
Malang.

Anda mungkin juga menyukai