Disusun oleh :
Fauzia Citra Dyanti
1620221221
Pembimbing:
dr. Budi Wiranto Sp.THT-KL
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
oleh :
Fauzia Citra Dyanti
1620221221
1. 1. TELINGA LUAR
Telinga luar terdiri atas auricula dan meatus akustikus eksternus. Auricula
mempunyai bentuk yang khas dan berfungsi mengumpulkan getaran udara, auricula
terdiri atas lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi kulit. Auricula juga
mempunyai otot intrinsic dan ekstrinsik, yang keduanya dipersarafi oleh N.facialis.
Auricula atau lebih dikenal dengan daun telinga membentuk suatu bentuk unik yang
terdiri dari antihelix yang membentuk huruf Y, dengan bagian crux superior di sebelah
kiri dari fossa triangularis, crux inferior pada sebelah kanan dari fossa triangularis,
antitragus yang berada di bawah tragus, sulcus auricularis yang merupakan sebuah
struktur depresif di belakang telinga di dekat kepala, concha berada di dekat saluran
pendengaran, angulus conchalis yang merupakan sudut di belakang concha dengan sisi
kepala, crus helix yang berada di atas tragus, cymba conchae merupakan ujung terdekat
dari concha, meatus akustikus eksternus yang merupakan pintu masuk dari saluran
pendengaran, fossa triangularis yang merupakan struktur depresif di dekat anthelix, helix
yang merupakan bagian terluar dari daun telinga, incisura anterior yang berada di antara
tragus dan antitragus, serta lobus yang berada di bagian paling bawah dari daun telinga,
dan tragus yang berada di depan meatus akustikus eksternus.
Yang kedua adalah meatus akustikus eksternus atau dikenal juga dengan liang telinga
luar. Meatus akustikus eksternus merupakan sebuah tabung berkelok yang
menghubungkan auricula dengan membran timpani. Pada orang dewasa panjangnyalebih
kurang 1 inchi atau kurang lebih 2,5 cm, dan dapat diluruskan untuk memasukkan
otoskop dengan cara menarik auricula ke atas dan belakang. Pada anak kecil auricula
ditarik lurus ke belakang, atau ke bawah dan belakang. Bagian meatus yang paling sempit
adalah kira-kira 5 mm dari membran timpani.
Rangka sepertiga bagian luar meatus adalah kartilago elastis, dan dua pertiga bagian
dalam adalah tulang yang dibentuk oleh lempeng timpani. Meatus dilapisi oleh kulit, dan
sepertiga luarnya mempunyai rambut, kelenjar sebasea, dan glandula seruminosa.
Glandula seruminosa ini adalah modifikasi kelenjar keringat yang menghasilkan sekret
lilin berwarna coklat kekuningan. Rambut dan lilin ini merupakan barier yang lengket,
untuk mencegah masuknya benda asing.
Saraf sensorik yang melapisi kulit pelapis meatus berasal dari n.auriculotemporalis
dan ramus auricularis n. vagus. Sedangkan aliran limfemenuju nodi parotidei
superficiales, mastoidei, dan cervicales superficiales.
1. 2. TELINGA TENGAH
Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis temporalis yang
dilapisi oleh membrana mukosa. Ruang ini berisi tulang-tulang pendengaran yang
berfungsi meneruskan getaran membran timpani (gendang telinga) ke perilympha telinga
dalam. Kavum timpani berbentuk celah sempit yang miring, dengan sumbu panjang
terletak lebih kurang sejajar dengan bidang membran timpani. Di depan, ruang ini
berhubungan dengan nasopharing melalui tuba auditiva dan di belakang dengan antrum
mastoid.
Telinga tengah mempunyai atap, lantai, dinding anterior, dinding posterior, dinding
lateral, dan dinding medial. Atap dibentuk oleh lempeng tipis tulang, yang disebut
tegmen timpani, yang merupakan bagian dari pars petrosa ossis temporalis. Lempeng ini
memisahkan kavum timpani dan meningens dan lobus temporalis otak di dalam fossa
kranii media. Lantai dibentuk di bawah oleh lempeng tipis tulang, yang mungkin tidak
lengkap dan mungkin sebagian diganti oleh jaringan fibrosa. Lempeng ini memisahkan
kavum timpani dari bulbus superior V. jugularis interna. Bagian bawah dinding anterior
dibentuk oleh lempeng tipis tulang yang memisahkan kavum timpani dari a. carotis
interna. Pada bagian atas dinding anterior terdapat muara dari dua buah saluran. Saluran
yang lebih besar dan terletak lebih bawah menuju tuba auditiva, dan yang terletak lebih
atas dan lebih kecil masuk ke dalam saluran untuk m. tensor tympani. Septum tulang
tipis, yang memisahkan saluran-saluran ini diperpanjang ke belakang pada dinding
medial, yang akan membentuk tonjolan mirip selat. Di bagian atas dinding posterior
terdapat sebuah lubang besar yang tidak beraturan, yaitu auditus antrum. Di bawah ini
terdapat penonjolan yang berbentuk kerucut, sempit, kecil, disebut pyramis. Dari puncak
pyramis ini keluar tendo m. stapedius. Sebagian besar dinding lateral dibentuk oleh mem-
bran timpani.
1. 1. 1. MEMBRAN TIMPANI
Membran timpani adalah membrana fibrosa tipis yang berwarna kelabu mutiara.
Membran ini terletak miring, menghadap ke bawah, depan, dan lateral. Permukaannya
konkaf ke lateral. Pada dasar cekungannya terdapat lekukan kecil, yaitu umbo, yang
terbentuk oleh ujung manubrium mallei. Bila membran terkena cahaya otoskop,
bagian cekung ini menghasilkan "refleks cahaya", yang memancar ke anterior dan
inferior dari umbo.
Membran timpani berbentuk bulat dengan diameter lebih-kurang 1 cm.
Pinggirnya tebal dan melekat di dalam alur pada tulang. Alur itu, yaitu sulcus tim-
panicus, di bagian atasnya berbentuk incisura. Dari sisi-sisi incisura ini berjalan dua
plica, yaitu plica mallearis anterior dan posterior, yang menuju ke processus lateralis
mallei. Daerah segitiga kecil pada membran timpani yang dibatasi oleh plika-plika
tersebut lemas dan disebut pars flaccida. Bagian lainnya tegang disebut pars tensa.
Manubrium mallei dilekatkan di bawah pada permukaan dalam membran timpani oleh
membran mucosa. Membran tympan sangat peka terhadap nyeri dan permukaan
luarnya dipersarafi oleh n.auriculotemporalis dan ramus auricularis n. Vagus.
Dinding medial dibentuk oleh dinding lateral telinga dalam. Bagian terbesar dari
dinding memperlihatkan penonjolan bulat, disebut promontorium, yang disebabkan
oleh lengkung pertama cochlea yang ada di bawahnya. Di atas dan belakang
promontorium terdapat fenestra vestibuli, yang berbentuk lonjong dan ditutupi oleh
basis stapedis. Pada sisi medial fenestra terdapat perilympha scala vestibuli telinga
dalam. Di bawah ujung posterior promontorium terdapat fenestra cochleae, yang
berbentuk bulat dan ditutupi oleh membran timpani sekunder. Pada sisi medial dari
fenestra ini terdapat perilympha ujung buntu scala timpani.
Tonjolan tulang berkembang dari dinding anterior yang meluas ke belakang pada
dinding medial di atas promontorium dan di atas fenestra vestibuli. Tonjolan ini
menyokong m. tensor timpani. Ujung posteriornya melengkung ke atas dan
membentuk takik, disebut processus cochleariformis. Di sekeliling takik ini tendo m.
tensor timpani membelok ke lateral untuk sampai ke tempat insersionya yaitu
manubrium mallei.
Sebuah rigi bulat berjalan secara horizontal ke belakang, di atas promontorium
dan fenestra vestibuli dan dikenal sebagai prominentia canalis nervi facialis.
Sesampainya di dinding posterior, prominentia ini melengkung ke bawah di belakang
pyramis.
1. 1. 3. TUBA EUSTACHIUS
Tuba eustachius terbentang dart dinding anterior kavum timpani ke bawah,
depan, dan medial sampai ke nasopharynx. Sepertiga bagian posteriornya adalah
tulang dan dua pertiga bagian anteriornya adalah cartilago. Tuba berhubungan dengan
nasopharynx dengan berjalan melalui pinggir atas m. constrictor pharynges superior.
Tuba berfungsi menyeimbangkan tekanan udara di dalam cavum timpani dengan
nasopharing.
1. 1. 4. ANTRUM MASTOID
Antrum mastoid terletak di belakang kavum timpani di dalam pars petrosa ossis
temporalis, dan berhubungan dengan telinga tengah melalui auditus ad antrum,
diameter auditus ad antrum lebih kurang 1 cm.
Dinding anterior berhubungan dengan telinga tengah dan berisi auditus ad
antrum, dinding posterior memisahkan antrum dari sinus sigmoideus dan cerebellum.
Dinding lateral tebalnya 1,5 cm dan membentuk dasar trigonum suprameatus. Dinding
medial berhubungan dengan kanalis semicircularis posterior. Dinding superior
merupakan lempeng tipis tulang, yaitu tegmen timpani, yang berhubungan dengan
meninges pada fossa kranii media dan lobus temporalis cerebri. Dinding inferior
berlubang-lubang, menghubungkan antrum dengan cellulae mastoideae.
I. 3. TELINGA DALAM
Telinga dalam terletak di dalam pars petrosa ossis temporalis, medial terhadap telinga
tengah dan terdiri atas (1) telinga dalam osseus, tersusun dari sejumlah rongga di dalam
tulang; dan (2) telinga dalam membranaceus, tersusun dari sejumlah saccus dan ductus
membranosa di dalam telinga dalam osseus.
DAUN TELINGA
1. Diperhatikan bentuk serta tanda-tanda peradangan atau pembengkakan.
2. Daun telinga ditarik, untuk menentukan nyeri tarik dan menekan tragus
untukmenentukan nyeri tekan.
DAERAH MASTOID
1. Adakah abses atau fistel di belakang telinga.
2. Mastoid diperkusi untuk menentukan nyeri ketok.
LIANG TELINGA
1. Lapang atau sempit, dindingnya adakah edema, hiperemis atau ada furunkel.
Perhatikan adanya polip atau jaringan granulasi, tentukan dari mana asalnya. Apakah
ada serumen atau sekret.
MEMBRAN TIMPANI
1. Nilai warna, reflek cahaya, perforasi dan tipenya dan gerakannya.
2. Warna membran timpani yang normal putih seperti mutiara.
3. Refleks cahaya normal berbentuk kerucut, warna seperti air raksa.
4. Bayangan kaki maleus jelas kelihatan bila terdapat retraksi membrane timpanike arah
dalam.
Perforasi umumnya berbentuk bulat. Bila disebabkan oleh trauma biasanyaberbentuk
robekan dan di sekitarnya terdapat bercak darah. Lokasi perforasidapat di atik (di daerah
pars flaksida), di sentral (di pars tensa dan di sekitarperforasi masih terdapat membran)
dan di marginal (perforasi terdapat di parstensa dengan salah satu sisinya langsung
berhubungan dengan sulkustimpanikus). Gerakan membran timpani normal dapat dilihat
dengan memakai balonotoskop.Pada sumbatan tuba Eustachius tidak terdapat gerakan
membran timpani ini.
Tes WEBER
o Prinsip tes Weber : Membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan kanan penderita.
o Garpu tala digetarkan di linea mediana, dahi atau di gigi insisivus atas kemudian
tentukan bunyi terdengar di mana ?sama keras di kedua telinga atau terdengar lebih
keras di salah satu telinga.
o Penilaiannya ada atau tidak ada lateralisasi
o Interpretasi
- Lateralisasi ke telinga sakit ( tuli konduktif yang sakit)
- Lateralisasi ke telinga sehat ( tulisaraf yang sakit)
Tes SCHWABACH
o Prinsip : Membandingkan hantaran tulang yang diperiksa dengan pemeriksa, dimana
pemeriksa harus normal
o Garputala digetarkan, di letakkan di prosesus mastoid yang diperiksa, setelah tidak
terdengar bunyi garputala dipindahkan ke prosesus mastoid pemeriksa dan
sebaliknya.
o Interprestasi :
- Schwabach memanjang à gangguan konduksi
- Schwabach memendek à gangguan sensorineural
- Schwabach sama à Normal
Tes STENGER
digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau pura-pura tuli)
Cara: Menggunakan prinsip Masking.
Contoh : Misalnya pada seseorang yang berpura-pura tuli pada telinga kiri.
Dua buah penala yang identik digetarkan dan masing-masing diletakkan di depan telinga
kiri dan kanan, dengan cara yang tidak kelihatan oleh yang diperiksa. Penala pertama
digetarkan dan diletakkan di depan telinga kanan (yang normal) sehingga jelas terdengar.
Kemudian penala yang kedua digetarkan lebih keras dan diletakkan di depan teling yang
kiri (yang pura-pura tuli).
Apabila kedua telinga normal karena efek masking, hanya telinga kiri yang mendengar
bunyi, jadi telinga kanan tidak akan nebdebgar bunyi. Tetapi bila telinga kiri tuli, telinga
kanan tetap mendengar bunyi.
KALORI TEST
Berfungsi untuk mengetahui apakah keadaan labirin normal, hipoaktif/ tdk berfungsi.
Kepala px diangkat ke belakang 30º. Tabung suntik 20 cc diisi dgn air 30ºC,
disemprotkan ke liang telinga, shg gendang telinga tersiram kira-kira 20 detik. Amati
bola mata , ada nistagmus atau tdk. Bila telinga kiri yg dipanaskan maka nistagmus ke
kiri
Telinga yg satu diberi 5 ml air es diinjeksikan ke telinga scr lambat. Amati ada
nistagmus atau tdk. Jika tdk ulangi. Jk msh blm berarti labirin tdk berfungsi. Bila
telinga kiri yg didinginkan maka nistagmus ke kanan, krn air yg disuntikkan lbh dingin
dari suhu badan)
Catatlah arah gerak nistagmus, frekuensi (biasanya 3-5x/ detik) & lamanya nistagmus
berlsg (biasanya ½ - 2 menit) tiap org beda.
ROMBERG TEST
Pasien dgn kaki yg satu di depan kaki yg lainnya. Tumit kaki yg satu berada di depan
jari kaki yg lainnya, lengan dilipat pd dada & mata kemudian ditutup. Orang normal
mampu berdiri dlm sikap romberg yg dipertajam selama 30 detik/ lebih.