Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas karya ilmiah ini. Karya ilmiah ini
penyusun selesaikan sebagai tugas pelajaran Prakarya.
Dalam menyusun karya ilmiah ini penyusun banyak mengalami berbagai macam gangguan
dan hambatan tetapi semua itu dapat penyusun lalui karena usaha yang penyusun lakukan dan
bantuan dari orang-orang di sekitar penyusun.
Penyusun ucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad Arfandi selaku guru prakarya yang
telah membantu menyusun karya ilmiah ini .
Penyusun menyadari bahwa dalam menyusun karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Karena itu, penyusun selalu mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penyusun
1
Daftar Isi
Kata Pengantar…………………………………………………………………. 1
Daftar Isi………………………………………………………………………... 2
Bab I Pendahuluan……………………………………………………………… 3
A. Latar Belakang……………………………………………………………….. 3
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………. 3
C. Tujuan Penelitian………………………………………………………………4
D. Manfaat Penelitian……………………………………………………………..4
1. Pembahasan Teori…………………………………………………………….. 6
2. Kerangka Pemikiran dan Argumentasi Keilmuan…………………………….. 7
Aspek Pemanfaatan Lahan……………………………………………... 7
Aspek Teknologi………………………………………………………8
Aspek Ekonomi………………………………………………………….10
Aspek Sosial…………………………………………………………….11
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak orang yang sulit mendapatkan pekerjaan dan banyaknya pengangguran. Hal
ini mengakibatkan kriminalitas meningkat. Untuk mengatasi masalah pengangguran tersebut
pemerintah mengusahakan program penyuluhan ke Desa-desa.
Pemerintah menganjurkan agar masyarkat kecil atau menengah ke bawah membuka usaha
sendiri. Misal Peternakan, Pertanian, dan Perindustrian. Salah satu usaha yang menonjol dan
mudah untuk membudidayakan adalah bidang Peternakan. Misal, Pembudidayaan Ayam
Pedaging, Puyuh, Walet, dll.
B. Rumusan Masalah
Dalam penyusunan karya ilmiah ini, kami merumuskan masalah yang akan kami paparkan
dalam pembahasan yaitu :
3. Bagaimana cara mencegah agar ayam pedaging tidak mudah terkena penyakit
?.
C. Tujuan Penelitian
3
2. Memperluas pengetahuan tentang cara-cara merawat dan memelihara ayam pedaging
3. Menginformasikan tata cara pencegahan agar ayam pedaging tidak mudah terkena
penyakit.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang ingin dicapai dalam pembuatan karya tulis ini adalah :
a. Dengan adanya penelitian ini diharapkan untuk meningkatkan keberanian dan juga
mentalitas penulis sebagai bekal dalam menghadapi masa depan yang penuh
persaingan dan akan hanya sanggup terpecahkan dengan ilmu pengetahuan .
c. Dapat bermanfaat sebagai bahan referensi dalam penelitian ataupun penulisan karya
ilmiah kedepannya .
4
BAB II
1.Teori Singkat
Ayam broiler atau yang disebut juga ayam ras pedaging (broiler) adalah jenis ras unggulan
hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama
dalam memproduksi daging ayam[1]. Ayam broiler yang merupakan hasil perkawinan silang
dan sistem berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetik yang
baik akan muncul secara maksimal apabila ayam tersebut diberi faktor lingkungan yang
mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan yang baik, serta
perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Ayam broiler merupakan ternak yang paling
ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan
pertambahan/produksi daging dalam waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4 - 5
minggu produksi daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi. Keunggulan ayam broiler
antara lain pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu
yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta menghasilkan
kualitas daging berserat lunak. Perkembangan yang pesat dari ayam ras pedaging ini juga
merupakan upaya penanganan untuk mengimbangi kebutuhan masyarakat terhadap daging
ayam. Perkembangan tersebut didukung oleh semakin kuatnya industri hilir seperti
perusahaan pembibitan (Breeding Farm) yang memproduksi berbagai jenis strain.
Krisis harga daging sapi yang terjadi di Indonesia membuat berbagai pihak angkat bicara.
Krisis harga daging ini dikhawatirkan mempengaruhi konsumsi daging perkapita orang
Indonesia. Secara umum, konsumsi pangan bergizi rata-rata masyarakat Indonesia masih
rendah, padahal ini sangat penting untuk meningkatkan kecerdasan bangsa. Konsumsi protein
hewani masyarakat saat ini baru mencapai 5,72 gram/kapita/tahun, yang berarti masih di
bawah standar konsumsi gizi nasional yang 6,5 gram/kapita/tahun. Rendahnya pola konsumsi
pangan bergizi ini akibat kurangnya pengetahuan, kebiasaan, serta rendahnya daya beli
masyarakat.
Ketua Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI), Don P. Utoyo, di Jakarta (Rabu,
24/4), menjelaskan daging merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi dan perlu
dikonsumsi oleh anak-anak dan orang dewasa. Karena asam amino yang terkandung dalam
5
daging dapat berfungsi untuk memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak. Terkait rendahnya daya
beli masyarakat, sebenarnya daging ayam atau telor masih banyak yang bisa menjangkaunya.
Telor, misalnya, dibandingkan dengan sumber protein yang lainnya, relatif lebih murah dan
lebih tinggi kandungan proteinnya.
Dijelaskan saat ini kesadaran masyarakat terhadap pentingnya mengonsumsi daging ayam
dan telur bagi kesehatan, pertumbuhan serta kecerdasan anak-anak dan keluarga masih sangat
rendah. Besarnya kandungan nutrisi pada ayam dan telur tersebut tentunya berpengaruh
kualitas gizi yang diperoleh masyarakat terutama bila dikonsumsi sejak anak anak. Bila
dibandingkan dengan Malaysia, konsumsi daging ayam Indonesia per kapita/tahun jauh lebih
rendah. Indonesia per kapita/tahun hanya 7 kg, sedangkan Malaysia 40 kg per kapita/tahun.
“Harus kita akui, memang masih rendah tingkat konsumsi daging ayam kita,” kata Don.
Meskipun masih rendah, Don memperkirakan tahun 2013 kebutuhan daging ayam naik
sebesar 15,79% dibandingkan tahun 2012. Utoyo menyebutkan konsumsi daging ayam pada
2013 ini bisa mencapai 2,2 juta miliar ekor. Sedangkan konsumsi ayam pada tahun lalu
sebesar 1,9 juta miliar ekor. Kenaikan konsumsi daging ayam ini karena kenaikan daya beli
dari masyarakat. Utoyo tidak berani memastikan, apakah kenaikan konsumsi daging ayam
dipicu mahalnya harga daging sapi. Yang pasti, kata Utoyo, kenaikan permintaan daging
ayam membawa konsekuensi kenaikan harga daging ayam.
Dijelaskan, tahun 2011 Indonesia menempati urutan ke-124 dari 187 negara dalam hal tingkat
konsumsi daging ayam berdasarkan data UNDP. Harga daging ayam di Indonesia relatif lebih
mahal karena peternakan Indonesia belum mampu swasembada sehingga kebutuhan daging
ayam masih diimpor. Negara dengan produksi ayam terbesar dikuasai Amerika, China, dan
Brasil yang sudah ekspor 13 miliar ekor/tahun, sementara produksi ayam Indonesia hanya 2,5
juta ekor/tahun. Bandingkan dengan penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta jiwa.
2. Jenis Ayam
Dengan berbagai macam strain ayam ras pedaging yang telah beredar dipasaran, peternak
tidak perlu risau dalam menentukan pilihannya. Sebab semua jenis strain yang telah beredar
memiliki daya produktifitas relatif sama.Artinya seandainya terdapat perbedaan,
perbedaannya tidak menyolok atau sangat kecil sekali. Dalam menentukan pilihan strain apa
yang akan dipelihara, peternak dapat meminta daftar produktifitas atau prestasi bibit yang
dijual di Poultry Shoup. Adapun jenis strain ayam ras pedaging yang banyak beredar di
6
pasaran adalah: Super 77, Tegel 70, ISA, Kim cross, Lohman 202, Hyline, Vdett, Missouri,
Hubbard, Shaver Starbro, Pilch, Yabro, Goto, Arbor arcres, Tatum, Indian river, Hybro,
Cornish, Brahma, Langshans, Hypeco-Broiler, Ross, Marshall”m”, Euribrid, A.A 70, H&N,
Sussex, Bromo, CP 707.
7
Lampu yang dihidupkan saat malam hari yang Fungsinya seperti induk ayam yang
menghangatkan anak ayamnya ketika baru menetas.
d) Tempat makan dan minum
Tempat makan dan minum harus tersedia cukup, bahannya dari bambu,plastik,
almunium atau apa saja yang kuat dan tidak bocor juga tidak berkarat.
e) Alat-alat rutin
Pembibitan ternak yang dipelihara harus mempunyai persyaratan sebagai berikut:
1. Ternak sehat dan tidak cacat pada fisiknya
2. Pertumbuhan dan perkembangannya normal
3. Ternak berasal dari pembibitan yang dikenal keunggulannya
4. Tidak ada lekatan tinja di duburnya
8
minggu diberi pakan BR1 dan paada usia 5-6 minggu di beri pakan BR2, biaya
pakan dari bibit sampai panen setiap ekor menghabiskan dana sebesar Rp 15.000
Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan tiap 10 ekor pada fase starter adalah 12.26
liter. Pada fase starter pemberian air minum hendaknya diberi tambahan gula dan
obat stress kedalam air minumnya, pemberian air gula diberikan 5x dari awal
hingga tahap panen.
b. Pemeliharaan kandang
Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha
pencegahan penyakit yang paling murah. Tindakan preventif dengan memberikan
vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari
poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka
bangunan kandang perlu dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang
rusak supaya segera disulam/diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna
kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan kandang bagi ternak yang
dipelihara.
c. Hama dan penyakit
Penyakit:
a) Berak darah (coccidiosis)
Gejala:
9
Tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam
menggigil kedinginan.
Penanganan:
Menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering, pemberian obat
Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut.
b) Tetelo
Gejala:
Ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu, mata
ngantuk, sayap terkulasi, kadang berdarah
Penanganan:
Menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus, ayam yang
mati segera dibakar/dibuang, memisahkan ayam yang sakit.
Hama:
a) Tungau (kutuan)
Gejala:
Ayam sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal, nafsu
makan turun, pucat dan kurus.
Penanganan:
Pisahkan ayam yang sakit dengan yang sehat, semprotkan dengan menggunakan
karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air ketubuh
pasien. Dengan fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah
menguap seperti Nocotine sulfat atau Black leaf 40.
3. Panen
Hasil panen dibedakan menjadi dua, yakni hasil utama dan hasil tambahan. Hasil
utama dari ternak ayam pedaging adalah daging ayam. Sedangkan hasil tambahan dari
ternak ayam pedaging adalah kotoran ayam yang dapat dimanfaatkan sebagai pupuk.
Menurut kami, budidaya ayam pedaging memberikan keuntungan yang beragam. Ayam
pedaging yang sering kita jumpai di warung-warung makan maupun di pasar, mendatangkan
beberapa keuntungan tersendiri bagi pembudidayaan ayam pedaging . Budidaya ayam
pedaging sangat menguntungkan bila ditinjau dari beberapa aspek, aspek tersebut
diantaranya adalah :
10
a) Aspek Pemanfaatan lahan
Budidaya ayam pedaging dapat memanfaatkan lahan kritis yang tidak bisa dimanfaatkan
untuk lahan pertanian, dapat dimanfaatkan sebagai tempat budidaya ayam pedaging, karena
ayam pedaging dapat hidup di lahan pertanahan yang tidak terlalu luas. Namun untuk
budidaya ayam pedaging dalam skala besar tentu saja membutuhkan lahan yang luas dalam
pembudidayaannya.
b) Aspek Teknologi
Budidaya ayam pedaging sangat mudah untuk dilakukan dan tidak membutuhkan suatu
teknologi yang mutakhir. Teknologi yang diperlukan dalam budidaya ayam pedaging adalah
ilmu titen, telaten dan tekun. Titen berarti cermat pada setiap perubahan yang terjadi pada
kondisi kandang tempat memelihara ayam pedaging dan kondisi ayam pedaging yang
dipelihara. Telaten berarti tidak mudah putus asa dalam menghadapi setiap kendala dalam
budidaya ayam. Tekun berarti harus rajin, tidak mempunyai rasa malas dan putus asa dalam
melakukan usaha budidaya ayam.
c) Aspek Ekonomi
Budidaya ayam pedaging dapat dilakukan oleh setiap orang dengan modal yang sedikit,
sehingga dapat dilakukan dalam skala rumah tangga. Hasil dari budidaya ayam pedaging
dapat dikonsumsi sendiri sebagai pemenuhan gizi keluarga dan hasil lebihnya dapat dijual
sebagai tambahan pendapatan keluarga, sehingga keluarga tersebut akan lebih sejahtera.
d) Aspek Sosial
Komoditas hasil budidaya yaitu ayam pedaging dapat diterima oleh masyarakat luas dan
dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat, berbagai adat, berbagai suku, dan agama.
Sehingga dengan kata lain bahwa budidaya ayam pedaging tidak bertentangan dengan Suku,
Agama, Ras dan Adat istiadat yang ada di masyarakat Indonesia.
Kelebihan dan keunggulan budidaya ayam pedaging yang dilihat dari berbagai aspek
diimbangi dengan konsumsi ayam pada beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat.
Kebutuhan konsumsi ayam pedaging sangat pesat dari tahun ke tahun hal ini disebabkan oleh
keinginan masyarakat yang tinggi dalam mengonsumsi ayam pedaging. Bahkan banyak
Restoran besar yang menghidangkannya, oleh karena itu harga ayam meningkat. Kenaikan
11
harga BBM menyebabkan kenaikan harga bahan pokok pangan dan lainnya, termasuk
menyebabkan kenaikan harga ayam. Hal ini pun disertai dengan permintaan dari masyarakat
dalam mengonsumsi ayam.
12
BAB III
Metodologi Penelitian
Pada laporan hasil penelitian ini kami menggunakan metode literatur untuk menyusun
kami membaca dari berbagai literatur.
I. Populasi
II. Sampel
Penelitian ini populasinya bertingkat (siswa), maka penelitian ini adalah penelitian
sampel.
d. Instrumen Penelitian
Minggu ke 3
Minggu ke 4
Minggu ke 6
1. 30 cm 34 cm 1.5 kg
14
2. 32 cm 36 cm 1.6 kg
3. 35 cm 40 cm 2.0 kg
4. 33 cm 40 cm 1.7 kg
Minggu ke 8
2. 33,7 cm 39 cm 1.7 kg
3. 36,7 cm 43 cm 2.0 kg
4. 35,6 cm 42 cm 1.6 kg
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara pencatatan. Teknik pencatatan dilakukan
dengan cara mencatat perkembangan ikan lele dari benih sampai dengan masa panen.
Data Keterangan
15
Minggu ke-4 SAMPEL TINGGI LEBAR BERAT
AYAM
1. 20 cm 29 cm 1 kg
2. 23 cm 30 cm 1,3 kg
3. 25 cm 34 cm 1,1 kg
4. 25 cm 34 cm 1,3 kg
Minggu ke-6
SAMPEL TINGGI LEBAR BERAT
AYAM
1. 28 cm 34 cm 1,3 kg
2. 28,5 cm 36 cm 1,5 kg
3. 29,8 cm 39,7 cm 1,8 kg
4. 28,8 cm 38 cm 1,6 kg
Minggu ke 7
SAMPEL TINGGI LEBAR BERAT
1. 30 cm 34 cm 1.5 kg
2. 32 cm 36 cm 1.6 kg
3. 35 cm 40 cm 2.0 kg
4. 33 cm 40 cm 1.7 kg
2. 33,7 cm 39 cm 1.7 kg
3. 36,7 cm 43 cm 2.0 kg
4. 35,6 cm 42 cm 1.6 kg
16
Bab IV Deskripsi Hasil Penelitian
Untuk pemberian pakan, pada usia 1-4 minggu kami menggunakan dedak
halus. Hal ini dikarenakan sistem pencernaan mereka yang masih belum sempurna.
Untuk usia di atas 4 minggu kami memberikan pakan yaitu dedak kasar, nasi , jagung,
hal ini agar ayam kami terbiasa mengonsumsi makanan selain dedak. Dengan melepas
ayam kami di halaman membuat ayam memakan daun-dedaunan ataupun rumput
yang ada di halaman. Perkembangan ayam juga signifikan dengan adanya pemberian
pakan yang cukup.
Untuk menjaga kebersihan dan kesterilan kandang, tiap sore setelah pulang
sekolah kami membersihkan kandang dengan cara dicuci dengan air bersih dan sabun.
Lalu pemeliharaan selanjutnya adalah dengan menambahkan lampu untuk
memberikan kehangatan bagi ayam-ayam kami. Kami membuang kotoran ayam yang
terdapat di kandang ke halaman dekat dengan pohon mangga. Kotoran ini bisa
dijadikan sebagai pupuk kandang. Kami memberikan vitamin dengan interval
pemberian 2 hari saat ayam masih berusia 1-4 minggu, setelah usia menginjak 5
minggu kami mulai mengurangi pemberian vitamin menjadi 3 hari sekali, dan sampai
pada minggu ke 6 kami memberikan vitamin tiap 4 hari sekali. Untuk penggantian air
pun selalu kami lakukan setiap hari dan kami pun memastikan bahwa keadaan wadah
air minum ayam bersih dan steril.
Seperti halnya dengan usaha – usaha yang lain usaha peternakan ayam tidak
luput dari gangguan. Gangguan – gangguan yang terdapat pada budidaya ayam
17
pedaging antara lain Ular, kucing, rubah, kuman dan virus. Contoh parasit yang
menghambat kelangsungan hidup ayam adalah tungau (kutu).
Pada minggu pertama, kami mempersiapkan kandang untuk ayam yang dibuat
dengan bahan utama berupa kawat. Kandang yang kami buat adalah untuk ayam
ketika sudah berumur 1 bulan, untuk sementara ayam masih kami letakkan dalam
kardus. Kami memelihara 8 ekor ayam broiler, jadi kami membuat ukuran kandang
sebesar 2 meter x 1.5 meter. Ayam masih relatif kecil, sehingga kami letakkan di
dalam kardus untuk sementara. Kemudian untuk pemberian pakan kira-kira 1 kg pur
untuk satu minggu. Pada hari ketiga minggu pertama, ayam mulai menunjukkan
pertumbuhannya seperti tumbuhnya bulu kasar pada sayapnya. Pertumbuhan ayam
terus berlangsung seiring dengan perkembangannya.
Namun, pada minggu kedua ada 4 ekor ayam yang mati. Belum diketahui
secara pasti faktor penyebab ayam mati. Kami menduga ada beberapa faktor yang
menyebabkan ayam mati, diantaranya adalah kurangnya perawatan, suhu kandang
yang kurang hangat dan kebersihan kandang. Ayam pertama diduga mati karena
kedinginan, dan ayam kedua hingga keempat mati diduga karena stress dan kurang
perawatan. Kami memang belum menyiapkan kandang dan bohlam yang layak untuk
ayam - ayam tersebut, namun kami akan mengusahakan untuk memindahkan ayam
segera ke kandang yang baru dan dilengkapi dengan bohlam. Kami berharap rencana
ini bisa berjalan sesuai dengan harapan ayam - ayam dapat bertahan hingga musim
panen tiba.
Pada minggu ketiga ini kami merasa lega dan bersyukur sekali, karena dari
keempat ayam kami, tidak ada yang mati. Kami belajar dari peristiwa yang terjadi
sebelumnya saat ayam-ayam yang lain mati sehingga kami jauh lebih berhati-hati lagi
dalam merawat dan memelihara ayam kami. Dan perkembangan dari keempat ayam
ini juga sudah terlihat jelas, setiap sore ayam-ayam ini dilepas agar tidak mengalami
kejenuhan jika berada dalam kandang terus. Dan untuk pakan dan pemberian vitamin
kami selalu sesuaikan, untuk makan sesering mungkin kami ganti, karena kami
khawatir akan adanya kuman dan bakteri yang bisa saja hidup di dalam pakan ayam
kami. Dan kami juga memberikan alas Koran yang setiap harinya kami ganti agar
18
kebersihan kandang dapat terjaga juga. Kami berharap agar ayam-ayam kami ini
dapat bertumbuh dan berkembang sesuai keinginan kami. Dan kami juga akan terus
berusaha untuk merawat dan memelihara ayam-ayam kami dengan baik.
Pada minggu ke 4 ini, kami melihat banyak perubahan yang telah terjadi pada
ayam-ayam kami. Perubahan-perubahan yang terjadi diantaranya, naiknya berat badan
secara signifikan, tumbuhnya banyak bulu pada ayam, serta bertambahnya jumlah
asupan ayam per minggu. Metode pemeliharaan yang kami gunakan adalah semi
intensif, yang berarti ayam dilepas dan dikandangkan sehingga sebagian pakan
disediakan di dalam kandang dan sebagian lagi dicari sendiri oleh ayam. Kami
berusaha agar ayam-ayam kami tidak mati lagi seperti yang kami alami pada minggu
kedua dalam budidaya. Adapun usaha-usaha yang kami lakukan adalah menjaga
kebersihan kandang, mengganti tempat makan dan minum ayam sehari satu kali,
melepaskan ayam agar tidak stress dan memenuhi asupan ayam sesuai dengan jumlah
dan kebutuhan ayam yang kami punya. Kendala yang terjadi pada minggu ini antara
lain kami masih mencari solusi untuk mengatasi naiknya konsumsi pakan tiap
minggu. Karena 1 kg pur habis dalam kurun waktu 1 minggu oleh 4 ekor ayam, oleh
karena itu kami masih mencari cara bagaimana untuk menekan biaya pakan untuk
ayam-ayam kami ini. Salah satu solusi yang kami kembangkan adalah pembuatan
pakan ayam dengan bahan-bahan seperti campuran dedak dengan nasi, jagung pipil,
dan berbagai biji kacang-kacangan lainnya.
Pada minggu ke-6 ini ayam-ayam kami sudah dipindahkan ke kandang jenis
postal yang sudah kami buat.Puji syukur kami haturkan juga karena keempat ayam
kami masih hidup dan bertumbuh dengan pesat. Pergerakan mereka pun masih aktif
seiring dengan pertumbuhan mereka yang cukup pesat. Namun, kami mengalami
kendala yaitu kebutuhan pangan mereka mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Hal ini membuat kami harus membeli pakan ayam dalam jumlah lebih
untuk persediaan makanan untuk minggu ini. Dan setiap pagi dari pukul 5 pagi
sampai pukul 6 sore, ayam-ayam selalu dilepas di kebun milik keluarga Evania, agar
19
ayam-ayam leluasa untuk bergerak. Untuk pemberian vitamin sudah dikurangi
dosisnya, yang biasanya setiap hari kami ganti air dan vitaminnya, sekarang kami
member vitamin setiap 2 hari sekali dan untuk penggantian air selalu kami ganti
setiap hari. Untuk kandang pun dibersihkan setiap hari agar tetap terjaga
kebersihannya.
Pada minggu ke-8 ini pertumbuhan dan perkembangan yang dialami ayam-
ayam kami tidak pesat, karena kami mulai mengurangi porsi makanannya. Hal ini
kami lakukan agar ayam-ayam kami tidak mengalami overweight karena dampak dari
overweight ini cukup merugikan bagi ayam dan bagi kami sendiri. Febria sudah
melakukan survey ke pedagang ayam yang berada di dekat rumahnya, yaitu kawasan
20
Ayam-ayam di Jl.Kemandoran Pluis, Jakarta Selatan. Kami memerlukan survey ini
karena kami akan segera menjual ayam hasil budidaya kami ini. Keadaan ayam kami
sekarang sehat dengan bulu putih yang menyelimuti seluruh tubuhnya, dan pemberian
vitamin pun sudah kami kurangi menjadi 4 hari sekali dan penggantian air tetap setiap
hari. Ayam-ayam kami pun masih kami lepas agar tetap leluasa bergerak. Jumlah
ayam kami yang masih hidup adalah 4 ekor. Kami harap keempat ekor ayam kami ini
dapat dijual dengan harga yang sepadan dengan biaya pemeliharaan yang kami
keluarkan.
1. Biaya Tetap
Kandang :
Jumlah : Rp 223.000
2. Biaya Variabel
21
Pakan ayam selama 5 minggu :
Jumlah : Rp 164.500
Jumlah modal yang kami keluarkan selama masa pembudidayaan ini adalah,
Dan setelah kami melakukan survey ke sebuah Pasar, harga pasaran untuk 1kg ayam adalah
Rp 30.000 . Dan untuk sisa ayam kami yang masih hidup adalah 4 ekor, dan untuk penjualan ayam
kami sendiri dapat dihitung yaitu Rp 120.000 . Dengan jumlah modal yang kami keluarkan yaitu Rp
387.500 , kami sudah mengalami rugi sebesar Rp 267.500 . Hal ini wajar dalam usaha awal
pembudidayaan bagi pemula, apalagi untuk kami yang masih berstatus pelajar. Banyak halangan yang
kami temukan saat pemeliharaan serta penjualan ayam itu sendiri.
22
Bab V Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Budidaya ayam pedaging adalah suatu usaha yang patut diperhitungkan tingkat
keuntungannya. Karena apabila sudah menjalankan budidaya ayam pedaging dengan
benar, akan mendatangkan keuntungan yang besar. Selain itu, perawatan dan pakan
ayam tidak terlalu mahal dan sangat mudah dicari. Ayam juga merupakan unggas
yang tidak memakan biaya perawatan yang mahal. Malah, bisa dianggap ayam tidak
memerlukan banyak biaya dalam perawatannya.
B. Saran
23