Anda di halaman 1dari 12

BAB III

PENETAPAN PRIORITAS MASALAH

A. Pengumpulan dan Pengolahan Data


UPTD Puskesmas Pajang melakukan banyak program pelayanan, yaitu
program obat perbekalan dan kesehatan, program pengawasan obat dan
makanana, program upaya kesehatan, program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat, program perbaikan gizi masyarakat, program
pencegahan dan penanggulangan penyakit menular, program pengembangan
lingkungan sehat, program pengawasan dan pengendalian kesehatan makanan,
program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak, program
peningkatan pelayanan kesehatan anak balita, serta program pelayanan
kesehatan lansia. Tabel 3.1 menunjukkan evaluasi data beberapa program
UPTD Puskesmas Pajang yang tidak mencapat targetnya pada tahun 2014.

Tabel 3.1. Sasaran Program UPTD Puskesmas Pajang Kota Surakarta Tahun
2014 yang Tidak Mencapai Target Standar Pelayanan Minimal
No Program Sasaran Indikator Tar- Pembi- Penye- Reali- Capai
get lang but sasi -an
1 Upaya Peningkatan pelayanan Persentase 7% 372 38319 1% 13.9%
Kesehatan kesehatan jiwa dari pelayanan
0.13% (2009) menjadi kesehatan jiwa di
10% (2015) puskesmas dan
RS di luar RS
jiwa
2 Perbaikan Peningkatan Persentase balita 79% 1788 2571 69.54 88%
Gizi persentase balita naik naik berat badan %
Masyarakat berat badan dari 69.1%
(2009) menjadi 80%
(2005)
3 Pencegahan Peningkatan angka Angka penemuan 88% 6 46 13% 14.8%

1
dan penemuan TB paru penderita TB
Penanggula dari 76.2% (2009) paru
ngan menjadi 80% tahun
Penyakit 2015
Menular
4 Pengemban Peningkatan Air Persentase 80% 14 18 77.8% 97.2%
gan Bersih Memenuhi jamban
Lingkungan Syarat ( AB MS) memenuhi syarat
Sehat bakteriologis dari 49%
(2009) menjadi 80%
(2015)
5 Pengawasan Peningkatan cakupan Persentase air 80% 14 18 77.8% 97.2%
dan Depot Air Minum bersih memenuhi
Pengendalia Memenuhi Syarat syarat
n Kesehatan (DAM MS) dari 76% bakteriologis
Makanan (2009) menjadi 100%
(2015)
6 Peningkatan Peningkatan cakupan Persentase 100 969 995 97.4% 97.4%
Keselamata pelayanan ibu hamil pelayanan ibu %
n Ibu K4 dari 96% (2009) hamil K4
Melahirkan menjadi 100% (2015)
dan Anak
7 Peningkatan Mempertahankan Cakupan 90% 2571 3131 82.11 91.2%
Pelayanan cakupan pelayanan pelayanan anak %
Kesehatan anak balita 90% tahun balita
Anak Balita 2015
(Sumber: Data Primer, 2014)

2
Tabel 3.2. Hasil Cakupan Program P2 TB Paru Puskesmas Pajang
Jumlah
No Kegiatan
2009 2010 2011 2012 2013 2014
1 Suspek target 440 480 460 460 460 460
2 Jumlah
pemeriksaan
suspek 126 250 160 166 116 92
3 Target BTA + 42 48 46 46 46 46
4 BTA + yang
diobati 11 15 12 7 7 6
5 Penderita TB
anak 3 3 2 3 3 2
6 Penderita TB
RO + BTA - 3 0 1 2 1 4
7 Angka konversi 100% 100% 100% 100% 100% 100%
8 Angka
kesembuhan 53,84% 100% 100% 100% 100% 100%
9 CDR 29,54% 31,25% 26,00% 15,21% 15,21% 13,04%
(Sumber: Data Primer, 2013)

B. Pemilihan Prioritas Masalah


1. Landasan Teori Penentuan Prioritas Masalah
Penetapan prioritas masalah sangat penting dilakukan disebabkan
beberapa hal, yaitu adanya keterbatasan sumber daya yang tersedia
sehingga tidak memungkinkan menyelesaikan semua masalah serta adanya
hubungan antara masalah satu dengan lainnya. Ada beberapa cara untuk
menentukan prioritas masalah program kesehatan, yaitu (Sulaeman 2014):
Cara penentuan prioritas masalah program kesehatan antara lain:
a. Metode Hanlon
Penentuan prioritas masalah program kesehetan dengan metode
ini memperhitungkan empat aspek, yaitu:
1) Besarnya masalah
Tim menentukan besarnya faktor yang digunakan untuk
menentukan besarnya masalah dengan menggunakan data yang
bersifat kuantitatif, misalnya persentase penduduk yang terkena

3
efek langsung dari masalah tersebut, asumsi jumlah biaya yang
dikeluarkan perorangan perbulan akibat masalah tersebut, biaya
kerugian yang dialami penduduk, dll.
2) Berat/tingkat kegawatan masalah
Penilaian kriteria ini lebih bersifat subyektif. Tim mementukan tiga
faktor tingkat kegawatan, yaitu tingkat urgensi, kecenderungan
penyebaran, tingkat keganasan yang menyebabkan kematian,
kecacatan, dll.
3) Kemudahan penanggulangan masalah
Penanggulangan masalah ditinjau dari aspek ketersediaan sumber
daya dan teknologi yang tersedia apakah tersedia, mampu, dan
mudah dalam menyelesaikan masalah.
4) Pearl factor
Pearl factor terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan
dapat tidaknya program dapat dilaksanakan, yaitu propriate
(kesesuaian dengan program nasional/ daerah/ kesepakatan dunia),
economic (murah untuk dilaksanakan), acceptability (dapat
diterima oleh masyarakat dan pemerintah daerah), resources
(tersedianya sumber daya untuk menunjang kegiatan tersebut), dan
legality (landasan secara hukum/etika kesehatan).
b. Teknik Kriteria Matriks (Matrix Criteria Technique)
Teknik ini menggunakan tiga macam kriteria yaitu:
1) Pentingnya masalah
Makin penting (importancy) masalah tersebut, makin
diprioritaskan penyelesaiannya. Ukuran pentingnya masalah antara
lain: besarnya masalah (prevalence), akibat yang ditimbulkan oleh
masalah (severity), kenaikan besarnya masalah (rate of increase),
derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of
unmeet need), keuntungan sosial karena selesainya masalah (social
benefit), rasa prihatin masyarakat terhadap masalah (public
concern), dan suasana politik (political climate).

4
2) Kelayakan teknologi (technology feasibility)
Makin layak teknologi yang tersedia dan yang dapat dipakai untuk
mengatasi masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut.
3) Sumber daya yang tersedia (resources availibility)
Makin tersedia sumber daya yang dapat dipakai untuk mengatasi
masalah, makin diprioritaskan masalah tersebut. Sumber daya yang
dimaksudkan di sini menunjuk pada 7M + 1I (man, money,
material, machine, method, market, minute, dan information).
c. Komitmen Global dan Nasional
Prioritas masalah kesehatan juga perlu mempertimbangkan
beberapa masalah kesehatan yang telah menjadi komitmen global dan
nasional. Beberapa masalah kesehatan yang termasuk dalam komitmen
global adalah malaria, TB, HIV/AIDS, polio, lepra, kesehatan anak,
dan kesehatan reproduksi. Sementara berdasarkan komitmen nasional,
beberapa masalah kesehatan yang menjadi prioritas adalah KB, DBD,
gizi ibu hamil, balita, dan anak sekolahm pengguna narkoba, penyakit
yang dapat dicegah dengan imunisasi, dan pneumonia balita.

2. Penentuan Prioritas Masalah Program Kesehatan di Puskesmas


Pajang
Dalam menentukan urutan prioritas masalah program kesehatan,
dilakukan penyaringan cakupan pelayanan yang tidak mencapai target
Standar Pelayanan Minimal (SPM), Selanjutnya dengan menggunakan
metode Hanlon dilakukan pembobotan.

5
Tabel 3.3. Urutan Prioritas Masalah Program Kesehatan di UPTD
Puskesmas Pajang
Besar Masalah Kemungkinan Keberhasilan

Urutan Prioritas
Daftar Masalah

Total Skor
Kompetensi

Manajemen

Masyarakat
Tekhnologi
Pemerintah

Tanggapan
Morbiditas
Disabilitas
Mortalitas

No

1. A 1 1 1 3 3 3 1 13 VII
2. B 3 2 3 4 3 3 3 21 III
3. C 4 3 4 5 3 4 1 24 II
4. D 2 1 2 3 3 3 1 15 V
5. E 2 1 2 3 3 3 1 15 VI
6 F 4 4 5 5 3 4 4 29 I
7 G 3 2 3 3 3 3 3 20 IV
Keterangan:
A. Pelayanan kesehatan jiwa
B. Balita naik berat badan
C. Angka penemuan penderita TB paru
D. Air bersih memenuhi syarat bakteriologis
E. Depot air minum memenuhi syarat
F. Persentase pelayanan ibu hamil K4
G. Cakupan pelayanan anak balita
Berdasarkan kriteria matriks diatas maka urutan prioritas masalah
adalah sebagai berikut:
1. Persentase pelayanan ibu hamil K4
2. Angka penemuan penderita TB paru
3. Balita naik berat badan
4. Cakupan pelayanan anak balita
5. Air bersih memenuhi syarat bakteriologis
6. Depot air minum memenuhi syarat
7. Pelayanan kesehatan jiwa

6
Dengan demikian, masalah kesehatan yang menjadi prioritas perhatian
utama di UPTD Puskesmas Pajang adalah pelayanan ibu hamil K4.
Namun permasalahan yang kami angkat untuk Problem Solving Cycle kali
ini adalah angka penemuan penderita TB paru. Hal ini disebabkan TB paru
termasuk dalam masalah kesehatan yang menjadi komitmen global dan
nasional, namun dari tahun 2009 hingga 2014 CDR TB paru di Puskemas
Pajang terus menurun.

3. Analisis Masalah dengan Diagram Tulang Ikan


Diagram tulang ikan adalah salah satu teknik analisis kausal
dengan cara menempatkan masalah yang ditetapkan pada kepala dan
penyebabnya dianalisis dari berbagai aspek yang ditempatkan pada unsur-
unsur besar, kemudian ditelusuri masalah spesifiknya pada rusuk-rusuk
kecil (Sulaeman, 2014). Dalam memecahkan masalah program kesehatan
angka penemuan penderita TB paru yang realisasinya rendah di tahun
2014 di Puskesmas Pajang dapat dianalisis dengan diagram tulang ikan ini.
(diagram ikan di word sendiri)

7
Keterangan:
1. Man (Tenaga Kesehatan)
a. Kekhawatiran petugas tertular TB menyebabkan pelayanan TB jadi
terhambat. Hal ini kemungkinan disebabkan karena kurangnya
pelatihan petugas kesehatan mengenai TB dan lemahnya kesadaran
petugas untuk menggunakan APD.
b. Peran kader belum optimal yang kemungkinan disebabkan
kurangnya sosialisasi dan penyuluhan untuk menjangkau suspek
TB.
2. Money
Sebenarnya program TB mendapatkan dana dari APBD, BOK, dan
GF. Namun seperti yang diketahui dari 2009 hingga 2014 cakupan
CDR TB semakin menurun sehingga diperlukan terobosan program
baru untuk mengatasi hal ini dan tentu saja membutuhkan dana lebih.
3. Material
Kualitas dahak yang dikumpulkan belum sesuai kriteria. Hal ini
kemungkinan disebabkan karena kurangnya edukasi ke suspek TB cara
mengeluarkan dan mengumpulkan dahak.
4. Machine
Keterbatasan jumlah dan kualitas alat kesehatan penunjang diagnostik
yang diakibatkan karena dana yang kurang. Selain itu, walaupun
misalnya dana cukup, namun jumlah tenaga laborat di Puskesmas
Pajang kurang sehingga kekurangan petugas yang mampu
mengoperasikan alat kesehatan penunjang diagnostik.
5. Method
a. Penjaringan suspek TB terlalu longgar. Hal ini dapat terjadi karena
petugas kesehatan belum paham mengenai kriteria suspek TB.
b. Sistem pencatatan dan pelaporan belum lengkap. Hal ini
dikarenakan adanya sistem pencatatan yang baru diberlakukan.
6. Market

8
Kurangnya kesadaran masyarakat dalam memeriksakan kesehatannya
juga menjadi penyebab angka penemuan TB yang rendah. Hal ini
dapat disebabkan masih adanya stigma negatif dalam masyarakat
tentang penderita TB sehingga masyarakat malu apabila ketahuan
sebagai penderita TB. Selain itu masih banyak masyarakat yang
menyepelekan kesehatannya sehingga menganggap dirinya hanya sakit
biasa.
7. Minute
Adanya keterbatasan waktu yang dimiliki petugas kesehatan dalam
melakukan penjaringan secara aktif ke masyarakat. Hal ini disebabkan
petugas memiliki banyak tugas lain (harus melayani ke puskesmas
pusat, 3 puskesmas pembantu, puskesmas keliling, dan posyandu-
posyandu yang dibawahi Puskesmas Pajang).
8. Information
a. Kurangnya sosialisasi DOTS pada DPS.
b. Kurangnya penyuluhan mengenai TB pada masyarakat sehingga
pengetahuan masyarakat tentang TB masih rendah.
Kedua hal ini disebabkan jumlah tenaga kesehatan dan ketersediaan
waktu yang kurang untuk melakukan sosialisasi dan penyuluhan.

9. Analisis SWOT
Analisis SWOT (strength-weakness-opportunity-threat) adalah
perangkat pencocokan yang membantu stakeholders mengembangkan
empat tipe strategi, yaitu: strategi SO (strenght-opportunity), strategi WO
(weakness-opportunity), strategi ST (strength-threat), dan strategi WT
(weakness-threat). Strategi SO merupakan strategi menggunakan kekuatan
internal organisasi layanan kesehatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang eksternal organisasi layanan kesehatan. Strategi WO merupakan
strategi memanfaatkan peluang eksternal layanan kesehatan yang ada
dengan cara meminimalkan dan mengatasi kelemahan internal organisasi
layanan kesehatan. Strategi ST merupakan strategi menggunakan kekuatan

9
yang dimiliki organisasi layanan kesehatan dengan cara menghindari,
mengurangi, atau mengatasi ancaman eksternal organisasi layanan
kesehatan. Sedangkan strategi WT merupakan strategi yang bersifat
defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal layanan
kesehatan dan menghindari ancaman eksternal (David, 2004).

10
Tabel 3.4. Analisis SWOT pada Masalah Angka Penemuan TB Paru
Puskesmas Pajang

S W
1. Jumlah SDM cukup 1. Koordinasi lintas
2. Sarana dan prasarana program lemah.
SW cukup. 2. Komitmen petugas
3. Adanya pendanaan terhadap protap lemah
(APBD, BOK, dan GF) (penjaringan suspek
OT 4. Letak Puskesmas yang terlalu longgar).
Pajang dan puskesmas 3. Kekhawatiran petugas
pembantu yang tertular TB.
strategis. 4. Petugas laboratorium
yang kurang kompeten
O Strategi SO Strategi WO
1. Dukungan dari 1. Optimalisasi dan 1. Pelatihan teknis petugas
stakeholder dan meningkatkan yang belum dilatih
program pemerintah. kemampuan tenaga 2. Menggalang
2. Adanya kader kesehatan dan kader komunikasi dan
kesehatan di setiap yang ada dengan koordinasi dengan
kelurahan. pelatihan kader
3. Kesediaan masyarakat 2. Penggunaan dana yang
yang sembuh dari TB efisien dan efektif
untuk berbagi dalam 3. Perawatan berkala
penyuluhan. sarana dan prasarana
4. Biaya pemeriksaan 4. Meningkatkan
yang terjangkau. kerjasama dengan DPS
5. Biaya pengobatan
gratis.
T Strategi ST Strategi WT
1. Masih kurangnya 1. Penyuluhan berkala dan 1. Koordinasi lintas
pengetahuan rutin. petugas
masyarakat tentang TB 2. Memanfaatkan tokoh
paru. agama/ tokoh
2. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk
dan kemauan mengubah stigma
masyarakat untuk
memeriksakan dahak.
3. Adanya stigma negatif
di masyarakat.

11
DAFTAR PUSTAKA

David (2004). Strategic Management: Concept Ninth Edition, Alih Bahasa:


Kresno Saroso, Manajemen Strategis: Konsep-Konsep, Edisi Kesembilan.
PT Index Kelompok Gramedia Jakarta.

Sulaeman, Endang Sutisna (2014). Manajemen masalah kesehatan : manajemen


strategik dan operasional program serta organisasi layanan kesehatan.
UNS Press : Surakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai