Anda di halaman 1dari 15

REFERAT

ERISIPELAS DAN SELULITIS

Disusun Oleh :
Novan Fachrudin 2012730070

Pembimbing :
dr. Flora Anisah, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK STASE KULIT


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH R. SYAMSUDIN SH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas referat ini tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta para
pengikutnya hingga akhir zaman. Referat ini kami buat dengan tujuan memenuhi tugas kami
selama menjalani kepanitraan klinik stase kulit dan juga dengan referat ini kami bisa
mempelajari proses perjalanan penyakit baik secara subjektif maupun objektif.
Terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam pencarian materi dan
mengumpulkan data. Semoga referat ini dapat bermanfaat kepada kami pada khususnya dan
bagi pembaca pada umumnya.
Kami harapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk menambah kesempurnaan
referat.

Penyusun

Jakarta, 1 Juni 2018

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
1.1 PENDAHULUAN.......................................................................................................1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................2
2.1. ERISIPELAS...............................................................................................................2
2.1.1. DEFINISI.............................................................................................................2
2.1.2. ETIOLOGI...........................................................................................................2
2.1.3. EPIDEMIOLOGI DAN PATOGENESIS............................................................3
2.1.4. FAKTOR RESIKO...............................................................................................3
2.1.5. GEJALA KLINIS.................................................................................................3
2.1.6. DIAGNOSIS........................................................................................................4
2.1.7. DIAGNOSIS BANDING.....................................................................................4
2.1.8. KOMPLIKASI.....................................................................................................4
2.1.9. PENATALAKSANAAN......................................................................................5
2.2. SELULITIS.................................................................................................................6
2.2.1. DEFINISI.............................................................................................................6
2.2.2. ETIOLOGI...........................................................................................................6
2.2.3. EPIDEMIOLOGI DAN PATOGENESIS............................................................6
2.2.4. GEJALA KLINIS.................................................................................................6
2.2.5. DIAGNOSIS........................................................................................................7
2.2.6. DIAGNOSIS BANDING.....................................................................................8
2.2.7. KOMPLIKASI.....................................................................................................8
2.2.8. PENATALAKSANAAN......................................................................................8
BAB III KESIMPULAN..........................................................................................................10
3.1. KESIMPULAN.........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PENDAHULUAN

Penyakit kulit karena infeksi bakteri yang sering diterjadi disebut pioderma.
Pioderma disebabkan oleh bakteri gram positif Staphyllococcus, terutama S. aureus dan
Streptococcus atau keduanya. Faktor predisposisinya yaitu higiene yang kurang,
menurunnya daya tahan tubuh (mengidap penyakit menahun, kurang gizi,
keganasan/kanker dan sebagainya) dan adanya penyakit lain di kulit yang menyebabkan
fungsi perlindungan kulit terganggu.1
Erisipelas dan Selulitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
bakteri,yang menyerang jaringan subkutis dan daerah superficial (epidermis dan dermis).
Faktor resiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka
di kulit atau gangguan pada pembuluh vena maupun pembuluh getah bening. Angka
kejadian infeksi kulit ini kira-kira mencapai 10% pasien yang dirawat di rumah sakit.2
Kompetensi seorang dokter umum untuk kasus erisipelas dan selultis sesuai dengan
Standar Kompetensi Dokter Indonesia adalah 4 A. Tinjauan pustaka ini membahas
mengenai definisi, epidemiologi, etiologi, patogenesis, manifestasi klinis, diagnosis
banding, diagnosis, serta penatalaksanaan agar dapat meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman untuk menegakkan dan menatalaksana erisipelas dan selulitis dengan cepat
dan tepat sesuai kompetensi.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ERISIPELAS
2.1.1. DEFINISI
Erisipelas merupakan penyakit infeksi pada struktur yang lebih dangkal yang
mempengaruhi limfatik dermis superfisial dan jaringan yang berdekatan biasanya
disebabkan oleh S. aureus atau Streptococcus β-hemolitik (terutama Streptococcus group
A).2

2.1.2. ETIOLOGI
Erisipelas biasanya disebabkan oleh S. aureus atau Streptokokus β-hemolitik
(terutama Streptococcus group A).2

Tipe Infeksi Penyebab Paling Penyebab Tidak Umum


Umum
Erisipelas Streptococcus grup A Streptococcus grup B, C dan G, Staphylococcus aureus
Selulitis S.aureus, Streptococcus grup B, C dan G, Streptococccus iniae;
Streptococcus grup A Pneumococcus; Haemophilus influenza (anak); Escherichia
coli; Proteus, Enterobakteriaceae lainnya; Campylobacter
jejuni; Moraxella; Cryptococcus neoformans; Legionella
Pneumophila, Legionella meicdadei; Bacilus antrachis
(anthrax); Aeromonas hydrophila; Erysipelothrix
rhusiopathiae; Vibrio vulnicus;Vibrio alginolyticus; Vibrio
cholaer non-01
Selulitis pada anak S.aureus, Streptococcus grup B (neonatus)
Selulitis wajah/ Streptococccus grup A
periorbital S.aureus, Neisseria meningitides, H. Influenza (anak kecil)
Selulitis perianal Streptococccus grup A S. aureus
Streptococccus grup A
Selulitis sekunder Pseudomonas V. vulnificus; Streptococcus pneumoniae, Streptococcus grup
bakteremia aeruginosa A, B, C dan G
Selulitis yang E. rhusiopathiae V. vulvinicus,A. Hydropila, Myobacterium marinum
berhubungan (limpangitis nodular), Mycobacteria fortuitum kompleks
dengan paparan
air

Tabel 1. Etiologi Erisipelas dan Selulitis2

2.1.3. EPIDEMIOLOGI DAN PATOGENESIS

2
Erisipelas merupakan penyakit anak muda, orang tua, orang dengan limfadema
atau ulkus kulit kronik. Pasien wanita lebih banyak, kecuali pada anak-anak yang laki-laki
lebih banyak. Sebagian Besar disebabkan oleh S.Pyogenens group A, yang lebih jarang
disebabkan oleh S. aureus group G, B, C dan D, spesies pneumococcus, K. Pneumoniae,
Yersinia entercolitica, Haemophillus influenza type B.3

2.1.4. FAKTOR RESIKO


Resiko terjadinya erisipelas meningkat pada individu dengan imun yang rendah,
seperti baru menjalani kemoterapi, menggunakan steroid, atau infeksi HIV.2

2.1.5. GEJALA KLINIS


Erisipelas pada umumnya diawali dengan gejala-gejala prodormal, yaitu panas,
menggigil, sakit kepala, nyeri sendi, muntah dan rasa lemah. Pada kulit nampak
kemerahan, berbatas tegas dengan bagian tepi meninggi, nyeri dan teraba panas pada area
tersebut. Di permukaan kulit adakalanya dijumpai gelembung kulit (bula) yang berisi
cairan kekuningan (seropurulen). Pada keadaan yang berat, kulit nampak melepuh dan
kadang timbul erosi (kulit mengelupas). Biasanya menyerang wajah, ekstremitas atas atau
bawah, badan dan genitalia. Kelenjar getah bening di sekitar daerah yang terinfeksi, sering
membesar dan terasa nyeri.1
Eritema merah cerah yang menyerupai kulit jeruk (peau d ‘orange). Adanya edema
sebelumnya atau abnormalitas anatomik lainnya dapat menyebakan tepi antara jaringan
yang sehat dan sakit tidak jelas. 75-90% kasus terjadi pada ekstremitas bawah dan dapat
mengenai wajah 2,5-10% dari kasus. Erisipelas pada wajah diawali dengan unilateral tetapi
dapat juga terjadi simetris pada wajah. Orofaring merupakan port the entry yang sering dan
kultur tenggorokan menunjukkan Streptococcus group A (GAS). Edema inflamatori bisa
sampai ke kelopak mata, tetapi komplikasi pada mata jarang terjadi.2

3
A B

Gambar 1. A: Erisipelas. Nyeri, eritem edema dengan tepi yang jelas pada kedua pipi dan hidung.
Teraba lunak dan pasien mengalami demam dan menggigil. B: Erisepelas. Nyeri, eritem hangat
pada ekstremitas bawah dengan tepi yang jelas.

2.1.6. DIAGNOSIS
Dasar diagnosis dengan melihat gambaran klinis. Pada pemeriksaan laboratorium
ditemukan leukositosis dengan perfeseran ke kiri. Biakan darah hanya positif 5%. Swab
dari lesi (pustule, bula, tenggorok, nares) mungkin menolong. Biakan dari biopsy dan
metode injection-re-aspiration hasilnya jelek, terutama penjamu imunokompeten. Titer
DNAase dan ASO merupakan indikator yang baik untuk mengetahui infeksi
Streptococcus. Imunoflouresensi langsung dan tes aglutinasi latex dapat dipakai untuk
mendeteksi Streptococcus dalam specimen kulit.3

2.1.7. DIAGNOSIS BANDING


Diagnosis banding erysipelas adalah selulitis, dan infeksi jaringan lunak lain
(erisipeloid, necroting fasciitis), dermatitis kontak, urtikaria, bahkan lepra.3

2.1.8. KOMPLIKASI
Erisipelas cenderung rekuren pada lokasi yang sama, mungkin disebabkan oleh
kelainan imunologis, tetapi faktor predisposisi yang berperan pada serangan pertama harus
dipertimbangkan sebagai penyebab misalnya obstruksi limfatik dan edema persisten.2

2.1.9. PENATALAKSANAAN
Penderita dianjurkan istirahat (masuk rumah sakit) atau bed rest total dirumah. Bila
lokasi lesi pada tungkai bawah dan kaki, maka bagian yang terserang ini ditinggikan.
4
Secara lokal, dapat diberikan kompres terbuka yaitu kompres dingin untuk mengurangi
rasa sakit.2 Pengobatan sistemik ialah antibiotik; topikal diberikan kompres terbuka dengan
antiseptic. Jika terdapat edema berikan diuretika.1
Drug of choice untuk erisipelas akibat Streptococcus adalah penisilin selama 10-14
hari. Walaupun makrolid seperti eritromisin dapat dipakai pada pasien yang alergi penisilin
tetapi banyak yang resisten terhadap strain S. Pyogens. Untuk anak dan pasien debilitasi
sebaiknya dirawat di rumah sakit untuk diberi obat intra vena atau intramuskular.3

5
2.2. SELULITIS
2.2.1. DEFINISI
Selulitis adalah infeksi pada dermis dan lemak subkutan. Selulitis biasanya
disebabkan oleh S. aureus atau Streptococcus β-hemolitik (terutama Streptococcus group
A).2

2.2.2. ETIOLOGI
Penyebab paling sering selulitis adalah Streptococcus pyogenes dan
Staphylococcus aureus. Selulitis pada anak paling sering disebabkan oleh Staphylococcus
aureus dan beberapa Haemophillus influenza.3
2.2.3. EPIDEMIOLOGI DAN PATOGENESIS
Penyebab paling sering selulitis adalah Streptococcus pyogenes dan
Staphylococcus aureus. Selulitis pada anak paling sering disebabkan oleh Staphylococcus
aureus dan beberapa Haemophillus influenza. Pada ulkus diebetikum dan ulkus dan ulkus
decubitus biasanya disebabkan oleh organisme campuran antara kokus Gram positif dan
Gram negative aerob maupun anaerob. Bakteri mencapai dermis melalui jalur ekstenal
maupun hematogen. Pada imunokompeten perlu ada kerusakan barrier kulit, sedangkan
pada imunokompremais lebih sering melalui aliran darah. Faktor predisposisi selulitis
adalah limfedema, alkoholisme, diabetes melitus, intravenous drug abuse,, penyakit
vascular perifer.3

2.2.4. GEJALA KLINIS


Selulitis biasanya didahului oleh gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan
malaise. Daerah yang terkena terdapat 4 kardinal peradangan yaitu rubor (eritema), kalor
(hangat), dolor (nyeri) dan tumor (pembengkakan). Lesi tampak merah gelap, tidak
berbatas tegas pada tepi lesi tidak dapat diraba atau tidak meninggi. Pada infeksi yang
berat dapat ditemukan pula vesikel, bula, pustul, atau jaringan neurotik. Ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening regional dan limfangitis asenden. Pada pemeriksaan
darah tepi biasanya ditemukan leukositosis.2

6
A B C

Gambar 3. Selulitis A. Pembengkakan, eritem dan lunak, perhatikan blister dan krusta pada
ektremitas bawah B. Selulitis muncul dari abses ekstremitas atas C. Selulitis Pipi. H. Influenza.
Eritema dan edem pada pipi anak kecil dengan gejala demam dan malaise. H. Influenza
ditemukan pada kultur nasofaring.

2.2.5. DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosa antara erisipelas dan selulitis cukup sulit, karena
hampir mempunyai keluhan dan gambaran klinis yang sama, ada beberapa perbedaan
antara erisipelas dan selulitis.2
Gejala dan Tanda Erisipelas Selulitis
Gejala Prodormal Demam, malaise, nyeri sendi Demam, malaise, nyeri sendi
dan menggigil dan menggigil
Daerah Predileksi Ekstrimitas atas dan bawah, Ekstrimitas atas dan bawah,
wajah, badan dan genitalia wajah, badan dan genitalia
Makula eritematous Eritema terang Eritema lebih gelap
Tepi Batas tegas Batas tidak tegas
Tekstur Permukaan Keras, seperti papan Lebih lunak
Penonjolan Ada penonjolan Tidak terlalu menonjol
Vesikel atau Bula Biasanya disertai dengan Biasanya disertai dengan
vesikel atau bula vesikel atau bula
Edema Edema Edema
Hangat Hangat Tidak terlalu hangat
Fluktuasi - Fluktuasi
Tabel 2. Perbedaan Erisipelas dan Selulitis 2

Dapat disertai limfangitis dan limfadenitis. Penderita biasanya demam dan dapat
menjadi septikemi. Selulitis yang disebabkan oleh H. influenza, lesi kulit berwarna merah
keabu-abuan, merah kebiru-biruan atau merah keunguan. Lesi kebiru-biruan atau
keunguan dapat juga ditemukan pada selulitis yang disebabkan oleh Streptokokus

7
pneumonia. Anak dengan selulitis yang disebabkan oleh H. influenza tampak sakit berat
dan toksik dan sering disertai gejala infeksi traktus respiratonius bagian atas, bakteriemi
dan septikemi. Pada pemeriksaan darah tepi selulitis terdapat leukositosis dengan hitung
jenis bergeser ke kiri.2

2.2.6. DIAGNOSIS BANDING


Pada tungkai bawah di diagnosis banding dengan thrombosis vena dalam dan
penyakit peradangan lain seperti dermatitis stasis, tromboplebitis, superfisial, panniculitis
(terutama lipodermatosklerosis).3
2.2.7. KOMPLIKASI
Selulitis yang rekurens biasanya disebabkan oleh kerusakan pada sistem limfatik
(diseksi kelenjar limfe sebelumnya, pengambilan v.saphena magna, atau episode selulitis
akut sebelumnya.3
2.2.8. PENATALAKSANAAN
Pada kebanyakan selulitis, tujuan pengobatan adalah terhadap S.pyogenes dan S.
aureus pada kasus ringan diobati dengan antibiotik oral terhadap gram positif. Pada pasien
yang sakit serius dan selulitis diwajah perlu dirawat dirumah sakit dan diterapi antibiotic
parenteral. Ulkus decubitus dan pasien diabetes dengan komplikasi selulitis memerlukan
antibiotik spectrum luas (misalnya piperasilin/tazobactam atau pada pasien alergi penisilin
diberi metronidazole plus siprofloksasin).3
Pada daerah yang ad bula atau eksudat, perlu diberi kompres, peninggian kaki dan
imobilisasi. Sementara itu dilakukan biakan, dan pengobatan selanjutnya sesuai hasil
biakan. Jika mengobati selulitis sebaiknya hindari pemberian obat NSAID oleh karena
dapat mengaburkan adanya tanda dan gejala deeper necrotizing infection.3

Kelas Lini Pertama Lini Kedua Durasi


I Flukloksasillin 500 mg qds po Alergi penisilin:klaritromisin 10 hari
500 mg bd po
II Flukloksasillin 2g qds IV atau Alergi penisilin:klaritromisin 10 hari
*seftrikason 1g od IV 500 mg bd IV atau
(hanya pada outpatient klindamisin 600 mg tds IV
parenteral antibiotic
therapy/ OPAT)
III Flukloksasillin 2g qds IV Alergi penisilin:klaritromisin 14 hari
500 mg bd IV atau
klindamisin 900 mg tds IV
IV Benzilpenisilin 2,4 g setiap 2-4 jam IV + siprofloksasin 400 mg bd IV + Ditentukan
klindamisin 900 mg tds IV (jika alergi penisilin gunakan oleh
siprofloksasin dan klindamisin saja) mikrobi

8
NB: diskusi dengan layanan Kesehatan Mikrobiologi setempat ologi
*Jangan digunakan pada anafilaksis penisilin
Tabel 3. Penatalaksanaan Selulitis4

9
BAB III
KESIMPULAN

3.1. KESIMPULAN

Erisipelas dan Selulitis merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
bakteri Streptococcus dan S. aureus, yang menyerang jaringan subkutis dan daerah
superficial (epidermis dan dermis). Erisipelas adalah bentuk selulitis superfisial yang
mengenai pembuluh limfe. Selulitis merupakan peradangan akut jaringan subkutis. 1 Faktor
resiko untuk terjadinya infeksi ini adalah trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit
atau gangguan pada pembuluh balik (vena) maupun pembuluh getah bening.2
Daerah predilesi yang sering terkena yaitu wajah, badan, genitalia dan ekstremitas
atas dan bawah. Pada pemeriksaan klinis erisipelas, didapatkan adanya makula eritematous
yang agak meninggi, berbatas jelas, teraba panas dan terasa nyeri. Di atas macula
eritematous dapat dijumpai vesikel dan demam .Sedangkan pada pemeriksaan klinis
selulitis : adanya makula eritematous, tepi tidak meninggi, batas tidak jelas, edema,
infiltrat dan teraba panas. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
gambaran klinis. Penanganan perlu memperhatikan faktor predisposisi dan komplikasi
yang ada.

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Luniwih, Sri; Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi Ketujuh Cetakan
Keempat. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: 2017
2. Fitzpatrick, Thomas B. Dermatology in General Medicine, Seventh Edition. New
York: McGrawHill: 2008.
3. Kartowigno, S. Sepuluh Besar Kelompok Penyakit Kulit. Palembang: UNSRI Press:
2012.
4. Clinical Resource Efficiency Support Team (CREST). Guideline on the Management
of Cellulitis in Adults. Northend Ireland: CREST;2005.p.1-31

iii

Anda mungkin juga menyukai