Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK Usu
Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK Usu
Disusun Oleh:
060100126
FAKULTAS KEDOKTERAN
2009
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
2
ABSTRAK
Tujuan: untuk mengetahui pengaruh genetik dan lamanya bekerja arak dekat
dengan miopia.
Metode: penelitian ini dilakukan dengan pengumpulan kuesioner dari 93 orang
mahasiswa FK USU yang berisi tentang status kelainan refraksi pada mahasiswa, status
kelainan refraksi orang tua mahasiswa, lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan
kegiatan jark dekat ( seperti belajar, membaca untuk hobi, menonton TV, menggunakan
komputer) dan waktu yang dihabiskan untuk berada di luar rumah selain untuk kegiatan
perkuliahan.
Hasil: mahasiswa yang mengalam miopia cenderung untuk mempunyai ayah dan
ibu yang mengalami miopia (P=0,010). Namun, waktu yang dihabiskan untuk melakukan
pekerjaan jarak dekat antara mahasiswa yang miopia dan tidak miopia tidak terlalu
signifikan (p>0,05)
Kesimpulan : keturunan adalah faktor yang berhubungan sedangkan lamanya
bekerja jarak dekat tidak mmemiliki hubungan dengan miopia.
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
3
ABSTRACK
Purpose: to quantify the degree of association student myopia, parental myopia and
near work.
Methods: refractive error, parental refractive status, current level of near
activities( assumed working distance –weighted hours per week spent studying; reading
for pleasure, watching television, playing video gameor working on the computer), hours
per week spent in ut door were assessed in 93 medical student.
Result: student with myopia more likely to have parents with myopia (P=0,010).
and less time in out door, but the time that which nt for near work is not different between
myopic student and the normal student.
Conclusion: heredity was the most important factor associated with student
myopia, with smaller contribution from near work, and less time in out door activity.
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
4
KATA PENGANTAR
Assalammua’laikum wr.wb.
Bismillahirrohmanirrohim.
Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kesehatan, motivasi dan
kekuatan pada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Hubungan
Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja dalam Jarak Dekat, dengan Miopia pada Mahasiswa
FK USU.
Skripsi ini diajukan ke Fakultas Kedokteran UniversitAS Sumatra Utara sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked). Dalam
pelaksanaan Skripsi ini penulis banyak menerima bantuan dan dorongan baik secara
moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Staf pengajar FK USU yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan
2. Ibu dr. Aryani A. Amra Siregar Sp.M, sebagai pembimbing yang telah banyak
meluangkan waktu dan fikiran dengan penuh kesabaran untuk membimbing penulis
3. Kedua orang tua tercinta, yang senantiasa mendo’akan, memberikan semangat dan
Semoga semua bantuan, bimbingan, dorongan, saran-saran, dan amal kebaikan yang
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
5
sepenuhnya bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu kritik dan saran
sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan
Penulis
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
6
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan .................................................................................................. i
Abstrak..........................................................................................................................ii
Abstrack ....................................................................................................................... iii
Kata Pengantar ........................................................................................................... iv
Daftar Isi ........................................................................................................................... vi
Daftar Tabel ................................................................................................................ vii
Daftar Lampiran ......................................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang… ........................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 4
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 4
1.4 Manfaat ...................................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................. 5
2.1 Defenisi ........................................................................................................ 5
2.2 Etiologi........................................................................................................ 5
2.3 Patogenesa ...................................................................................................7
2.4 Manifestasi Klinis ........................................................................................ 8
2.5 Penatalaksanaan ........................................................................................... 6
2.6 Pencegahan ................................................................................................... 8
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
8
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel I:
Statistik Deskriptif dan nilai P dari masing masing variabel ............................................ 16
Table II .
Proporsi miopia pada mahasiswa dan miopia pada kesua orang tuanya ........................... 17
Tabel III:
Nilai Ekspektasi Hubungan Keturunan dan Miopia………… 18
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
9
DAFTAR LAMPIRAN
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
10
BAB I
PENDAHULUAN
mengalami miopia yang ekstrem≥(10 D), sedangkan orang yang tidak mempunyai gen
ini hanya mengalami miopia tinggi (6-10 D) dengan sampel merupakan mahasiswa
kedokteran tahun pertama di Universitas Kedokteran Chung Shan, Taiwan. Penelitian di
Australia terhadap anak kembar yang mengalami miopia juga menunjukkan 50% faktor
genetik mempengaruhi pemanjangan aksis bola mata (Dirani, 2008).
Tingkat pendidikan sering digunakan untuk menghubungkankan lamanya waktu
bekerja dalam jarak dekat dengan miopia pada orang-orang yang berpendidikan tinggi.
Berdasarkan penelitian ini, orang-orang yang berpendidikan tinggi lebih banyak
mengalami miopia (Wensor, 2009).. Penelitian cross sectional di Yunani menunjukan
prevalensi miopia yang meningkat pada orang yang memiliki pendidikan tinggi
(Konstantopoulos, 2008). Sedangkan penelitian yang dilakukan pada komunitas nelayan
Hong Kong menunjukan bahwa miopia lebih sering terjadi pada subjek yang bersekolah,
dengan resiko terbesar pada anak-anak yang masuk sekolah pada umur yang lebih muda
dan anak-anak yang lebih banyak mengahabiskan waktunya pada membaca dan menulis
(Wong, 1992). Peneliti di Singapura mengamati bahwa anak yang menghabiskan
waktunya untuk membaca, menonton TV, bermain video game dan menggunakan
komputer lebih banyak mengalami miopia (Guggenheim, 2007).
Peneliti lain mengungkapkan bahwa prevalensi miopia sekarang ini secara
dominan karena perbedaan lingkungan, bukan karena genetik. Peneliti Australia
membandingkan gaya hidup 124 anak dari etnis Cina yang tinggal di Sidney, dengan 682
anak dari etnis yang sama di Singapura. Bila dibandingkan antara anak yang mengalami
miopia di Singapura (29%), hanya 3,3% anak-anak di Sidney yang menderita miopia.
Padahal, anak-anak di Sidney membaca lebih banyak buku tiap minggu dan melakukan
ativitas dalam jarak dekat lebih lama dari pada anak di Singapura. Tetapi, anak-anak di
Sidney juga menghabiskan waktu di luar rumah lebih lama (13,75 jam per minggu)
dibandingkan dengan anak anak di Singapura (3,05 jam). Hal ini adalah faktor yang
paling signifikan berhubungan dengan miopia antara kedua grup (McCredie, 2008).
Meningkatnya lama bekerja dalam jarak dekat sebagai suatu komplikasi lanjutan
menunjukkan asosiasi antara miopia dan abilitas intelektual. Orang dengan miopia
cenderung mempunyai IQ nonverbal yang lebih tinggi (Saw, 2004). Hal yang sama juga
didapatkan oleh peneliti-peneliti lain. Penelitian pada anak-anak miopia di London,
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
12
menunjukkan bahwa mereka belajar lebih keras dan lebih memperhatikan pelajaran di
kelas, mempunyai banyak hobi akademik dan sangat tidak berminat pada olah raga,
mereka sangat sukses di sekolah, dan mempunyai ambisi yang tinggi untuk pendidikan
yang lebih jauh dan pekerjaan kantoran (kepegawaian). Hasil temuan ini sangat
berhubungan dengan usia awal ketika miopia dan lingkungan di sekitar rumah (Douglas,
1967).
Mahasiswa kedokteran cenderung mengalami miopia. Penelitian yang dilakukan
di Universitas Nasional Singapura menunjukkan bahwa 89,8% mahasiswa kedokteran
tahun kedua mengalami miopia (Woo, 2004). Penelitian lain di Fakultas Kedokteran
Grant, Norwegia, juga menunjukkan bahwa 78% mahasiswa kedokteran tahun pertama
mengalami miopia. Hal ini mungkin disebabkan mahasiswa kedokteran banyak
melakukan kegiatan membaca buku, sehingga mereka cenderung mengalami miopia.
Selain itu, berdasarkan uraian di atas, orang yang mengalami miopia cenderung
mempunyai IQ yang lebih tinggi daripada populasi umum; begitu pula mahasiswa
kedokteran. Oleh karena itu, miopia cenderung terjadi pada mahasiswa kedokteran
(Midelfart, 2005).
Dari hal-hal di atas dapat diketahui bahwa pengaruh lamanya bekerja jarak dekat
dan keturunan terhadap miopia belum sepenuhnya dapat dibuktikan. Selain itu, terdapat
kecenderungan mahasiswa kedokteran mengalami miopia. Oleh karena itu, penulis ingin
mengetahui lebih jauh tentang kelainan refraksi ini dan hubungannya dengan keturunan
dan lamanya waktu yang dipakai dalam pekerjaan jarak dekat. Untuk melihat hubungan
ini penulis melakukan penelitian di kampus FK USU dengan sampel mahasiswa FK
USU.
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi
Miopia merupakan mata dengan daya lensa positif yang lebih kuat sehingga sinar
yang sejajar atau datang dari tak terhingga difokuskan di depan retina. Kelainan ini
diperbaiki dengan lensa negatif sehingga bayangan benda tergeser ke belakang dan diatur
dan tepat jatuh di retina (Mansjoer, 2002).
2.2 Etiologi
Miopia terjadi karena bola mata tumbuh terlalu panjang saat bayi. Dikatakan pula,
semakin dini mata seseorang terkena sinar terang secara langsung, maka semakin besar
kemungkinan mengalami miopia. Ini karena organ mata sedang berkembang dengan
cepat pada tahun-tahun awal kehidupan (Curtin, 2002).
Pada miopia, panjang bola mata anteroposterior dapat terlalu besar atau kekuatan
pembiasan media refraksi terlalu kuat. Dikenal beberapa jenis miopia seperti:
a. Miopia refraktif, miopia yang terjadi akibat bertambahnya indeks bias media
penglihatan, seperti terjadi pada katarak intumesen dimana lensa menjadi lebih
cembung sehingga pembiasan lebih kuat. Sama dengan miopia refraktif ini, miopia
bias atau miopia indeks adalah miopia yang terjadi akibat pembiasan media
penglihatan kornea dan lensa yang terlalu kuat.
b. Miopia aksial, miopia yang terjadi akibat memanjangnya sumbu bola mata,
dibandingkan dengan kelengkungan kornea dan lensa yang normal (Mansjoer,
2002).
Selain itu, ada beberapa faktor resiko yang mempengaruhi seseorang untuk
cenderung mengalami miopia. Diantaranya ialah faktor genetik, lingkungan, tingkat
intelegensi, dan faktor sosial.
Ada dua hipotesis yang berkembang untuk menunjukkan hubungan antara miopia
pada orang tua dan miopi pada anak. Yang pertama adalah teori dari kondisi lingkungan
yang diwariskan. Tendensi untuk miopia dalam suatu keluarga lebih mungkin disebabkan
linkungan yang mendorong untuk melakukan kegiatan yang berjarak dekat dengan intens
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
15
dalam keluarga, dari pada karena faktor genetik. Orang tua dengan miopia biasanya akan
menetapkan standar akademik yang tinggi atau mewariskan kesukaan membaca pada
anak-anak mereka daripada mewariskan gen itu sendiri. Suatu penelitian di Tanzania
menunjukkan bahwa orang tua yang memiliki status pendidikan tinggi, terutama ayahnya,
lebih banyak mempunyai anak yang menderita miopia (Wedner, 2002).
Selain itu, teori mengenai adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi miopia
didukung melalui penelitian yang dilakukan di Australia. Pada penelitian tersebut
dibandingkan gaya hidup 124 anak dari etnis Cina yang tinggal di Sidney, dengan 682
anak dari etnis yang sama di Singapura. Didapati prevalensi miopia di Singapura ada
29%, dan hanya 3,3% di Sidney. Padahal, anak-anak di Sidney membaca lebih banyak
buku tiap minggu dan melakukan ativitas dalam jarak dekat lebih lama dari pada anak di
Singapura. Tetapi, anak-anak di Sidney juga menghabiskan waktu di luar rumah lebih
lama (13,75 jam per minggu) dibandingkan dengan anak anak di Singapura (3,05 jam).
Hal ini adalah faktor yang paling signifikan berhubungan dengan miopia antara kedua
grup (McCredie, 2008). Peneliti lain juga mengungkapkan hal yang serupa bahwa
eksposur sinar matahari pada usia anak-anak dan remaja dapat mencegah miopia
(Jonathan Stone, 2009).
Hipotesis yang lain menyatakan bahwa ada pengaruh genetik yang membawa sifat
miopia. Orang yang melakukan pekerjaan dekat secara intens tetapi tidak mengalami
miopia mungkin tidak mempunyai gen tersebut. Anak dengan orang tua yang miopia
cenderung mengalami miopia (P= 0,001). Hal ini cenderung mengikuti pola dose-
dependent pattern. Prevalensi miopia pada anak dengan kedua orang tua miopia adalah
32,9%, namun jika anak dengan salah satu orang tua yang miopia berkurang menjadi
18,2%, dan kurang dari 6,3% pada anak dengan orang tua tanpa miopia (Mutti, 2002).
Sekarang ini, adanya lokus genetik telah dibuktikan berhubungan dengan miopia
patologi (Tsai, 2007). Dari penelitian lain didapatkan bahwa orang yang mempunyai
polimorfisme gen PAX6 akan mengalami miopia yang ekst≥re1m
0 D
( ), sedangkan
orang yang tidak mempunyai gen ini hanya mengalami miopia tinggi (6-10 D) dengan
sampel merupakan mahasiswa kedokteran tahun pertama di Universitas Kedokteran
Chung Shan, Taiwan. Penelitian di Australia terhadap anak kembar yang mengalami
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
16
miopia juga menunjukkan 50% faktor genetik mempengaruhi pemanjangan aksis bola
mata (Dirani, 2008).
Selain faktor genetik dan lamanya bekerja dalam jarak dekat, faktor sosial ekonomi
juga mempengaruhi kejadian miopia pada seseorang. Penelitian lain menunjukan
prevalensi yang lebih tinggi pada anak di lingkungan urban, dan sosioekonomi tinggi di
Malaysia (Hashim,2008). Hal yang sama juga ditemukan di Australia. Prevalensi miopia
lebih rendah pada regio suburban dan paling tinggi pada regio pusat kota. anak yang
tinggal di apartemen dari pada yang tingal di rumah biasa (Ip, 2008)
2.3 Klasifikasi
Menurut perjalanan penyakitnya, miopia dibagi menjadi:
a. Miopia stasioner, yaitu miopia yang menetap setelah dewasa.
b. Miopia progresif, yaitu miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat
bertambah panjangnya bola mata.
c. Miopia maligna, yaitu miopia yang berjalan progresif, dan dapat mengakibatkan
ablasi retina serta kebutaan. Miopia ini dapat juga disebut miopia pernisiosa atau
miopia maligna atau miopia degenerative. Disebut miopia degeneratif atau miopia
maligna, bila miopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan
panjang bola mata sehingga terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian
temporal papil disertai dengan atrofi karioretina. Atrofi retina berjalan kemudian
setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch
yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina.
Pada miopia dapat terjadi bercak Fuch berupa hiperplasi pigmen epitel dan
perdarahan, atropi lapis sensoris retina luar, dan degenerasi papil saraf optik
(Sidarta, 2005).
pinhole (lubang kecil). Pasien miopia mempunyai pungtum remotum (titik terjauh yang
masih dilihat jelas) yang dekat sehingga mata selalu dalam keadaan konvergensi. Hal ini
yang akan menimbulkan keluhan astenopia konvergensi. Bila kedudukan mata ini
menetap, maka penderita akan terlihat juling kedalam atau esoptropia (Sidarta, 2005).
2.5 Penatalaksanaan
Orang yang mengalami miopia diberi kaca mata lensa sferis untuk membantu
penglihatannya.
2.6. Pencegahan
Sejauh ini, hal yang dilakukan adalah mencegah kelainan anak atau mencegah
jangan sampai menjadi parah. Biasanya dokter akan melakukan beberapa tindakan seperti
pengobatan laser, obat tetes tertentu untuk membantu penglihatan, operasi, penggunaan
lensa kontak dan penggunaan kacamata.
Pencegahan lainnya adalah dengan melakukan visual hygiene berikut ini:
a. Mencegah terjadinya kebiasaan buruk.
1) Hal yang perlu diperhatikan adalah anak dibiasakan duduk dengan posisi
tegak sejak kecil.
2) Memegang alat tulis dengan benar.
3) Lakukan istirahat tiap 30 menit setelah melakukan kegiatan membaca atau
melihat TV.
4) Batasi jam membaca.
5) Aturlah jarak baca yang tepat (30 centimeter), dan gunakanlah penerangan
yang cukup.
6) Kalau memungkinkan untuk anak-anak diberikan kursi yang bisa diatur
tingginya sehingga jarak bacanya selalu 30 cm.
7) Membaca dengan posisi tidur atau tengkurap bukanlah kebiasaan yang
baik.
b. Beberapa penelitian melaporkan bahwa usaha untuk melatih jauh atau melihat
jauh dan dekat secara bergantian dapat mencegah miopia.
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
18
c. Jika ada kelainan pada mata, kenali dan perbaiki sejak awal. Jangan menunggu
sampai ada gangguan pada mata. Jika tidak diperbaiki sejak awal, maka kelainan
yang ada bisa menjadi permanen, misalnya bayi prematur harus terus dipantau
selama 4-6 minggu pertama di ruang inkubator untuk melihat apakah ada tanda-
tanda retinopati.
d. Untuk anak dengan tingkat miopia kanan dan kiri tinggi, segera lakukan
konsultasi dengan dokter spesialis mata anak supaya tidak terjadi juling. Patuhi
setiap perintah dokter dalam program rehabilitasi tersebut.
e. Walaupun sekarang ini sudah jarang terjadi defisiensi vitamin A, ibu hamil tetap
perlu memperhatikan nutrisi, termasuk pasokan vitamin A selama hamil.
f. Periksalah mata anak sedini mungkin jika dalam keluarga ada yang memakai
kacamata. Untuk itu, pahami perkembangan kemampuan melihat bayi.
g. Dengan mengenali keanehan, misalnya kemampuan melihat yang kurang,
segeralah melakukan pemeriksaan.
h. Di sekolah, sebaiknya dilakukan skrining pada anak-anak (Curtin, 2002).
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
19
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka konsep
Variabel independent Variable dependen
MIOPIA
Genetik
a. Miopi. Dalam penelitian ini miopia dideskripsikan sebagai gangguan untuk melihat
jauh dengan visus di bawah 6/6.
b. Faktor genetik. Bila mahasiswa mempunyai salah satu atau kedua orang tua yang
menderita miopi, maka dikatakan bahwa mahasiswa tersebut mempunyai faktor genetik.
c. Pekerjaan jarak dekat dinilai dengan menanyakan pada mahasiswa lamanya waktu di
luar kampus yang dihabiskan dalam lima aktivitas , yaitu:
a) Membaca atau belajar palajaran di kampus
b) Membaca untuk kesenangan (hobi)
c) Menonton televisi.
d) Bermain video game, bekerja dengan komputer dirumah, menggunakan internet
e) Menghabiskan waktu dengan berolah raga di luar rumah
Aktivitas-aktivitas ini dianalisa terpisah dan berfungsi sebagai bagian dari variabel
pekerjaan jarak dekat dan diurutkan dari aktivitas nomor satu sampai empat. Tujuannya
adalah untuk mengukur kuantitas eksposur pekerjaan dekat, tidak hanya dari segi waktu,
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
20
tetapi juga usaha mata untuk berakomodasi (accomodative effort) dalam tiap-tiap
aktifitas. Variabel dioptherhours (Dh) menurut Mutti (2001) didefinisikan sebagai jumlah
waktu yang dihabiskan dalam bekerja jarak dekat dikali dengan kekuatan akomodasi
mata atau dengan kata lain:
Dh=3 x (waktu yang dihabiskan untuk belajar + waktu yang dihabiskan dengan
membaca untuk kesenangan) + 2 x (waktu yang dihabiskan untuk bermain video
game, bekerja dengan komputer, menggunakan internet) + 1 x (waktu yang
digunakan untuk menonton televisi)
Pekerjaan jarak dekat selama kuliah tidak diperhitungkan. Peneliti berasumsi bahwa
waktu yang dihabiskan pada waktu kuliah tidak berpengaruh secara substansial pada
variabilitas pekerjaan dalam jarak dekat untuk mahasiswa KBK (Kurikulum Berbasis
Kompetensi).
3.3 Hipotesis
Ho: Tidak ada hubungan antara genetik dan lamanya bekerja dalam jarak dekat dengan
miopia pada mahasiswa.
Ha: ada hubungan antara genetik dan lamanya bekerja dalam jarak dekat dengan miopia
pada mahasiswa
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
21
BAB IV
METODE PENELITIAN
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
23
BAB V
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
24
5.1.3 Hasil
Dalam penelitian ini, dari 93 orang mahasiswa, 59 orang (63,4%) mengalami
miopia, 34 orang (36,6%) normal.
Tabel I: Statistik Deskriptif dan nilai P dari masing masing variabel
Table II: Proporsi miopia pada mahasiswa dan miopia pada kesua orang tuanya
apakah anda
mengalami miopia?
ya tidak Total
apakah orang ayah dan
5 0 5
tua anda ibu
mengalami ayah atau
15 4 19
moipia? ibu
tidak 39 30 69
Total 59 34 93
Selain int, didapati bahwa dari 59 orang mahasiswa yang mengalami miopia,
lima orang mempunyai kedua orang tua yang miopia. Lima belas orang lainnya
mempunyai salah satu orang tua yang mengalami miopia. Dan 39 orang mahasiswa
miopia tidak memiliki orang tua yang miopia (P=0,010). (Tabel II)
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
26
apakah anda
mengalami miopia? Total
ya tidak
ayah dan Expected Count
ibu (% )
100.0
100.0% .0%
%
Konsisten dengan hasil penelitian sebelumya bahwa ada faktor keturunan yang
mendasari seseorang mengalami miopia. Hal ini cenderung mengikuti dose respons
pattern. Dalam penelitian ini, anak yang kedua orang orang tuanya mengalami miopia,
semuanya mengalami miopia dibandingkan dengan anak yang salah satu oranr tuanya
mengalami miopia (78,9%) atau anak yang memiliki orang tua yang tidak miopia
(63,4%).(Tabel III)
5.1.4 Pembahasan
Dalam penelitian ini faktor keturunan berhubungan dengan miopia. Hal ini
mengikuti pola dose response pattern, dimana anak yang kedua orang tuanya mengalami
miopia memiliki kemungkinan hampir 100% mengalami miopia dibandingkan hanya
salah satu orang tua yang mengalami miopia (78,9%) dan keduanya tidak mengalami
miopia (63,4%). Dari penelitian lain juga didapatkan bahwa orang yang mempunyai
polimorfisme gen PAX6 akan mengalami miopia yang ekst≥re1m
0 D
( ), sedangkan
orang yang tidak mempunyai gen ini hanya mengalami miopia tinggi (6-10 D) dengan
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
27
hidup 124 anak dari etnis Cina yang tinggal di Sidney, dengan 682 anak dari etnis yang
sama di Singapura. Bila dibandingkan antara anak yang mengalami miopia di Singapura
(29%), hanya 3,3% anak-anak di Sidney yang menderita miopia. Padahal, anak-anak di
Sidney membaca lebih banyak buku tiap minggu dan melakukan ativitas dalam jarak
dekat lebih lama dari pada anak di Singapura. Tetapi, anak-anak di Sidney juga
menghabiskan waktu di luar rumah lebih lama (13,75 jam per minggu) dibandingkan
dengan anak anak di Singapura (3,05 jam). Hal ini adalah faktor yang paling signifikan
berhubungan dengan miopia antara kedua grup (McCredie, 2008).
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
29
BAB VI
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Fakultas Kedokteran USU pada mahasiswa
2. Pengaruh faktor keturunan mengikuti dose respons pattern, dimana anak yang
memiliki kedua orang tua mempunyai resiko paling besar mengalami miopia.
3. Perbandingan lamanya waktu yang dihabiskan mahasiswa yang miopia dan yang
tidak miopia dalam melakukan kegiatan jarak dekat tidak jauh berbeda, sehingga
hubungan antara lamanya bekerja jarak dekat dan kejadian miopia tidak tampak.
untuk kegiatan perkuliahan, dan hal ini memiliki hubungan dengan kejadian miopia
6.2. Saran
dihabiskan untuk bekerja jarak dekat dan sedikitnya waktu yang dihabiskan untuk
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
30
berada di luar rumah, kegiatan-kegiatan di luar rumah seperti berolah raga hendaknya
ditingkatkan.
2. Faktor keturunan cenderung tidak dapat dihindari. Walaupun demikian, hal yang
dilakukan adalah mencegah agar miopia tidak sampai menjadi parah dengan:
mengubah kebiasaan buruk, misalnya batasi jam membaca, mengatur jarak baca yang
tepat (30 sentimeter), dan gunakan penerangan yang cukup dan hindari membaca
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
31
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous, 2009. Fed:humans out living their eyeballs, Australian scientist say. AAP
General News Wire. Available from:
http://proquest.umi.com/ [ Accesed 13th April 2009]
Curtin. B., J., 2002. The Myopia. Philadelphia Harper & Row. 348-38
Dirani M, Chamberlain M, Shekar SN, et al, 2008. Heritability of refractive error and
ocular biometrics:The gene in myopia (GEM) twin study . Investigative
Ophthalmology and Visual Science 49(10):4336-433. Available from:
www.iovs.org/cgi/content/abstract/47/11/4756 [ Accesed 13th April2009]
Douglas JW, Ross JM,Simpson HR, 1967. The ability and attainment of short sighted
pupils. Journal of the Royal Statistical Society. Series A (General), Vol. 131, No. 2
(1968), p. 229. Available from:
http://www.jstor.org/pss/2982520 [ Accesed 13th April 2009]
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
32
Guggenheim JA, 2007. Correlation in refractive errors between siblings in the Singapore
cohort study of risk factor for myopia. British Journal of Ophtalmology 91(6):781-
784. Available from:
http://proquest.umi.com/ [ Accesed 13th April 2009]
Hahsim SE, 2008. Prevalence of refractive error in malay primary school children in
suburban area of Kota Bharu, Kelantan, Malaisya . Annals of Academy of Medicine
37(11):940-946. Available from:
http://proquest.umi.com/ [ Accesed 13th April 2009]
Ilyas, S., 2006. Penuntun Ilmu penyakit Mata. Edisi Ke-3. Jakarta, FK UI
Ip Jenny M, Rose Kathryn A, Morgan Lang C,et al, 2008. Myopia and the urban
enviroment :findings in a sample of 12-year-old Australian school children.
Investigative Ophthalmology and Visual Science. 2008;49:3858-3863.Available
from:
www.iovs.org/cgi/content/abstract/49/9/3858 [ Accesed 13th April 2009]
Mansjoer, A., 2002. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ke-3 Jilid 1. Media Aesculapius.
Jakarta, FK UI
McCredie Jane, 2008. Outdoor time could cut risk of childhood myopia. Australian
doctor page:3.Available from:
http://proquest.umi.com/ [ Accesed 13th April 2009]
Midelfart A., and Hjertnes S., 2005.Myopia Among Medical Students in Norway Invest
Ophthalmol Vis Sci 46: E-Abstract 562.Available from:
http://abstracts.iovs.org/cgi/content/abstract/46/5/5626 [ Accesed 13th April 2009]
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
33
Sai Y-Y, Chiang C-C, Lin H-J, et al, 2008.A PAX6 gene polymorphism is associated with
genetic predisposition to extreme myopia. Eye 22:576-581. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17948041 [ Accesed 13th April 2009]
Saw Seang Mei, Husain R, Gazzard GM, et al, 2003. Causes of low vision and
blindness in rural Indonesia British Journal of Ophthalmology 87(9): 1075–1078.
Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1771857 [Accesed 13th
April 2009]
Saw Seang-Mei, Katz J, Schein OD, et al, 1996.Epidemiology of myopia .Epidemiol Rev
1 8:2. Available from:
www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9021311 [ Accesed 13th April 2009]
Saw Seang Mei, Tan Say-Beng, Fung Daniel, et al, 2004.IQ and the association with
myopia in children. Investigative Ophthalmology and Visual Science 45:9. Available
from:
www.iovs.org/cgi/content/abstract/45/9/2943 [ Accesed 13th April 2009]
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
34
Sperduto RD, Seigel D, Roberto J, Roland M. Prevalence Myopia in United States. Arch
Ophtalmol.1983;101:405-407.
The Framingham Offspring Eye Study Group. Familial Aggregation and Prevalence of
Myopia in the Framingham Offspring EYE Study Arch Ophtalmol.1996; 114:326-
332
Wensor Mattew, Borth, Carhty MS, 1999.Prevalence and risk factor of myopia in
Victoria, Australia. Arch Ophtalmol.117:658-663. Available from:
dtl.unimelb.edu.au/dtl_publish/28/65583.html [ Accesed 13th April 2009]
Wedner SH, Ross DA, Todd J, et al, 2002.Myopia in secondary school students in
Mwanza City, Tanzania:the need for a national screening programe. British Journal
of Ophtalmology 86:1200-1206. Available from:
bjo.bmj.com/cgi/content/abstract/86/11/1200 [ Accesed 13th April 2009]
Wong J, Coggon D, Cruddas M, et al, 1993. Education, reading, and familiar tendency
as risk factor for myopia in Hongkong fishermen. Journal of epidemiology and
community health 47:50-53. Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=105971 [ Accesed 13th
April 2009]
Woo WW, Lim KA, Yang H, 2004. Refractive errors in medical students in Singapore.
Singapore Med J Vol 45(10):470.Available from:
www.sma.org.sg/smj/4510/4510a1.pdf [ Accesed 13th April 2009]
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
35
Initial responden:
Umur:
pertama kali menggunakan kaca mata?
Ibu : tahun
Ceklistlah pilihan jawaban dari Pada usia tersebut, untuk tujuan apa
refraksi?
b. melihat dekat
a.ya
c.melihat jauh dan dekat
b.tidak
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada Mahasiswa FK
USU, 2010.
37
2. Uji Validitas
berapa
lama berapa kualitas
apakah anda berapa lama berapa and
apakah orang mengerj lama berapa anda lama kuantita
anda tua anda akan anda lama menggu anda s lama
mengala mengala tugas membac anda nakan berada bekarja
mi mi perkulia a untuk menonto kompute di luar jarak
miopia? moipia? han? hobi? n tv? r? rumah? dekat?
apakah anda Pearson
mengalami Correlati 1 .273(**) -.149 -.088 -.184 -.226(*) -.238(*) -.265(*)
miopia? on
Sig. (2-
.008 .154 .402 .077 .029 .021 .010
tailed)
N 93 93 93 93 93 93 93 93
apakah Pearson
orang tua Correlati
anda on .273(**) 1 .142 -.071 .061 .138 -.018 .165
mengalami
moipia?
Sig. (2-
.008 .176 .500 .565 .186 .867 .113
tailed)
N 93 93 93 93 93 93 93 93
berapa lama Pearson
anda Correlati
mengerjakan on -.149 .142 1 .339(**) -.059 .288(**) .159 .802(**)
tugas
perkuliahan?
Sig. (2-
.154 .176 .001 .575 .005 .128 .000
tailed)
N
93 93 93 93 93 93 93 93
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada
Mahasiswa FK USU, 2010.
38
Sig. (2-
.029 .186 .005 .013 .463 .001 .000
tailed)
N
93 93 93 93 93 93 93 93
93 93 93 93 93 93 93 93
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada
Mahasiswa FK USU, 2010.
39
Riwayat Pendidikan:
Fatika Sari Hasibuan : Hubungan Faktor Keturunan, Lamanya Bekerja Jarak Dekat, Dengan Miopia Pada
Mahasiswa FK USU, 2010.