Anda di halaman 1dari 16

ANALISA DETERIORASI KOMPONEN JEMBATAN DENGAN MENGGUNAKAN PERMODELAN FAULT TREE ( STUDI KASUS JEMBATAN AIR OGAN I DAN

OGAN II )
Mona Foralisa Toyfur1, Helson Mebro2 Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya (Jl. Raya Prabumulih KM 32 Indralaya, Sumatera Selatan) Email : mforalisa@yahoo.com 2 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Sriwijaya (Jl. Raya Prabumulih KM 32 Indralaya, Sumatera Selatan) Email : mebronizer@ymail.com
1

ABSTRAK
Perkembangan ekonomi suatu negara sangat tergantung pada ketersediaan infrastruktur, termasuk jembatan. Melihat pentingnya fungsi dari suatu jembatan, maka pemeliharaan jembatan harus diperhatikan untuk mempertahankan kinerja jembatan. Oleh sebab itu perlu dikembangkan Sistem Manajemen Jembatan ( Bridge Management System ) untuk mendukung pemeriksaan,pemeliharaan dan rehabilitasi jembatan agar kinerja jembatan dapat dipertahankan semaksimal mungkin. Salah satu komponen Sistem Manajemen Jembatan yang penting adalah Model Deteriorasi yang dapat memberi gambaran tentang penurunan kondisi yang terjadi pada jembatan. Dalam penelitian ini, Model Deteriorasi dikembangkan berdasarkan Nilai Kondisi yang diperoleh dari pemeriksaan kondisi jembatan. Permodelan yang diambil berupa permodelan fault tree yang mempertimbangkan kerusakan komponen jembatan disertai pengaruh lingkungannya. Subjek penelitian adalah Jembatan Ogan I dan Ogan II Kertapati Palembang. Pengumpulan data dilakukan dengan (1) mengambil data sekunder melalui jurnal, penelitian terdahulu dan studi pustaka. (2) Data primer berdasarkan tinjauan langsung di lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan permodelan deteriorasi yang menggambarkan penurunan kondisi Jembatan Ogan I dan Ogan II. Sehingga dapat terlihat kondisi jembatan saat ini serta dapat juga diketahui jenis penanganan yang harus dilaksanakan agar kinerja jembatan tetap optimal. Kata kunci ; jembatan, nilai kondisi, model deteriorasi

1.

PENDAHULUAN

Sistem infrastruktur seperti jembatan dan struktur jalan adalah kunci dari jaringan transportasi. Jembatan dapat dikatakan sebagai salah satu peralatan yang tertua di dalam peradaban manusia. Jembatan dapat didefinisikan sebagai suatu struktur yang memungkinkan rute transportasi yang melintasi sungai, danau, jalan kereta api dan lain-lain. Melihat pentingnya fungsi dari suatu jembatan, maka pemeliharaan jembatan harus diperhatikan untuk mempertahankan kinerja jembatan.

Penurunan kondisi jembatan ( deteriorasi ) sangat mempengaruhi kinerja dari jembatan itu sendiri. Seringkali deteriorasi dipengaruhi oleh usia jembatn, lingkungan sekitar jembataan yang tidak terpelihara dengan baik, cuaca serta kepadatan lalu lintas yang melintasi jembatan tersebut. Jembatan yang dijadikan objek penelitian adalah Jembatan Ogan I dan Ogan II Kertapati Palembang. Jembatan ini dipilih karena memiliki lalu lintas yang padat sehingga memerlukan penanganan yang lebih dari pemerintah.

Komponen yang dianalisis pada penelitian ini terbagi menjadi tiga bagian utama, yaitu lantai kendaraan, struktur atas dan struktur bawah jembatan. Tiga bagian ini memegang peranan penting dalam menentukan kondisi dari Jembatan Ogan I dan Ogan II. Hal ini disebabkan karena tiga komponen ini mengalami deteriorasi akibat usia pakai yang sudah cukup tua serta lalu lintas padat yang melintasi kedua jembatan. Permodelan yang dipakai untuk menggambarkan deteriorasi yang terjadi pada Jembatan Ogan I dan Ogan II adalah Permodelan Fault Tree. Permodelan ini mampu memperlihatkan deteriorasi yang terjadi pada komponen-komponen jembatan. Selain itu, keuntungan permodelan ini juga mampu menunjukkan adanya pengaruh interaksi antar komponen jembatan yang mengalami deteriorasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa model deteriorasi antar komponen Jembatan Ogan I dan Ogan II menggunakan permodelan Fault Tree berdasarkan data dari BMS (Bridge Management System) Bina Marga. Ruang lingkup dari penelitian ini adalah : a. Mengamati secara visual kerusakan komponen jembatan berdasarkan data primer dan sekunder. Permodelan deteriorasi jembatan berupa Permodelan Fault Tree.

b.

2. TINJAUAN PUSTAKA
1) Jembatan System infrastruktur seperti jembatan dan struktur jalan adalah kunci dari jaringan transportasi (Sukuwan dan Hadikusumo,2010). Jembatan adalah suatu struktur yang memungkinkan route transportasi melintasi sungai, danau, kali, jalan raya, jalan Kereta Api, dan lain-lain ( manu, 1995 ). Jembatan dapat dibagi atas dua bangunan utama : a. Bangunan atas. b. Bangunan bawah. Beberapa bagian pokok jembatan : a. Bangunan atas adalah bagian yang berada di atas suatu jembatan, berfungsi menampung beban-beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas orang, kendaraan, dan lain-lain dan kemudian menyalurkannya kepada bangunan bawah. b. Plat lantai merupakan komponen jembatan yang memiliki fungsi utama untuk mendistribusikan beban sepanjang potongan melintangjembatan.

c. Landasan bagian ujung bawah dari suatu bangunan atas yang berfungsi menyalurkan gaya-gaya reaksi dari bangunan atas kepada bangunan bawah. d. Bangunan bawah adalah bagian yang umumnya terletak di bagian bawah suatu jembatan. Bagian ini berfungsi untuk menerima beban yang diterima bangunan atas lalu meneruskan beban tersebut ke pondasi jembatan. e. Oprit adalah timbunan tanah padat yang terletak dibelakan abutment. Berfungsi untuk menghindari terjadinya penurunan yang akan mengganggu pengendara yang akan melintas di atas jembatan. Selain itu untuk menghindari kerusakan pada expantion joint antara bangunan atas dan abutment. f. Abutment adalah kepala jembatan yang merupakan bagian jembatan yang teletak pada ujung-ujung jembatan. Berfungsi sebagai pendukung bangunan atas dan penahan tanah. g. Pondasi merupakan bagian bawah jembatan yang berfungsi untuk menerima beban-beban dari banguna bawah jembatan dan langsung menyalurkannya ke tanah. h. Pilar jembatan berupa bagian bawah jembatan yang biasanya terletak di antara dua buah abutment dengan jumlah tergantung dengan keperluan. Pelar ini hanya berfungsi sebagai pedukung bangunan atas. Seringkali pilar ini tidak diperlukan. i. Bangunan pengaman adalah bangunan yang berfungsi sebagai pengaman jembatan dari sungai yang bersangkutan 2) Bridge Management System ( BMS ) Bridge Management System ( BMS ) atau Sistem Manajemen Jembatan adalah suatu paket operasional,berupa metode, prosedur, data, perangkat lunak, kebijakan dan lain-lain, yang menghubungkan dan memungkinkan pelaksanaan aktivitas-aktivitas yang terlibat dalam manajemen jembatan. Sistem manajemen jembatan dirancang untuk memaksimalkan fungsi ketersediaan data dan menentukan strategi optimal untuk menampilkan peningkatan jembatan dengan biaya yang sangat efektif (Sukuwan dan Hadikusumo,2010). Pemerintah Indonesia, melalui Direktorat Jendral Bina Marga, melihat kebutuhan akan suatu system manajemen jembatan untuk mengelola jembatan-jembatan yang ada di Indonesia. Pada tahun 1991 Bina Marga berhasil menyusun Sistem Manajemen Jembatan (SMJ) atau yang lebih dikenal

Bridge Management System (BMS), dimana penyusunan ini dibantu dengan salah satu konsultan Australia, yaitu SMEC-KinHill. Sejak tahun 1992 BMS telah diterapkan di seluruh provinsi Indinesia. Selanjutnya pembahsan BMS dalam tinjauan pustaka ini mengacu pada BMS 1992 Bina Marga. BMS dibagi dalam beberapa komponen untuk dikembangkan. Komponen-komponen tersebut adalah : Pemeriksaan Pemeliharaan Perencanaan dan pembuatan desain Pengawasan pelaksanaan konstruksi

Suplai dan penyimpanan material jembata

3) Penilaian Elemen Jembatan Nilai kondisi suatu jembatan ditentukan oleh beberapa hal yang ditinjau dari segi struktur, kerusakan dan volume atau perkembangan kerusakan, serta apakah elemen tersebut masi berfungsi atau tidak, dan apakah terdapat pengaruh kerusakan yang ada pada elemen yang bersangkutan pada elemen yang lain. Nilai kondisi merupakan suatu nilai tertentu pada setiap pemeriksaan jembatan. Nilai kondisi ini dapat juga menjelaskan mengenai kuantitas dan kualitas suatu jenis kerusakan pada elemen, walaupun elemen tersebut masih tetap dapat berfungsi.

Tabel 1 Nilai Kerusakan Pada Jembatan


No. 1 2 3 Jenis Kerusakan Segi Struktur Segi Tingkat Kerusakan Segi Perkembangan (Volume kerusakan) Berdasarkan Elemennya Fungsi NIlai Kerusakan 0 1 Jika kerusakan struktur Jika kerusakan struktur tidak berbahaya berbahaya Jika kerusakan tidak parah Jika kerusakan struktur parah Jika <50% elemen yang Jika >50% elemen yang ditinjau mengalami ditinjau mengalami kerusakan kerusakan Jika elemen tersebut masih Jika elemen tersebut tidak dapat berfungsi lagi berfungsi berdasarkan berdasarkan persyaratan persyaratan Jika kerusakan tidak Jika kerusakan mempengaruhi elemen mempengaruhi elemen lain lain

Berdasarkan Pengaruh Kerusakan Elemen Tersebut Terhadp Elemen Lain Atau Pemakai Jalan

Berdasarkan tabel nilai kondisi di atas, maka Nilai Kondisi Jembatan adalah jumlah total dari nilai kerusakan jembatan, bisa dihitung dengan persamaan berikut :

Nilai Kondisi = Nilai Kerusakan (1)+Nilai Kerusakan (2)+Nilai Kerusakan (3)+ Nilai Kerusakan (4)+Nilai Kerusakan (5) ............ (1) Sehingga didapat angka antara 0 sampai dengan 5 yang akan dijelaskan pada Tabel 2.

Tabel 2 Skala Nilai Kondisi Elemen (BMS)


Penilaian 0 0% 0% < % Kerusakan 20% Persentase Kerusakan Uraian Tidak ada kerusakan dimana elemen jembatan dalam keadaan baik. Terjadi kerusakan ringan yang dapat ditangani dengan pemeliharaan rutin. Kerusakan tidak mempengaruhi fungsi atau keselamatan jalan. Terjadi kerusakan tapi dapat ditunda perbaikannya. Jika tidak diperbaiki, kerusakan harus dipantau secara berkala. Kerusakan cukup parah yang memerlukan perbaikan secepatnya dalam kurun waktu 12 bulan. Kerusakan yang berbahaya karena elemen jembatan dalam keadaan kritis dan memerlukan penanganan secepatnya. Elemen jembatan sudah tidak berfungsi.

20% < % Kerusakan 40% 40% < % Kerusakan 60% 60% < % Kerusakan 80% 80% < % Kerusakan 100%

4 5

4) Permodelan Fault Tree

Menurut Dunker dan Rabbat, nilai (rating) kondisi jembatan merefleksikan deteriorasi fisik karena pengaruh-pengaruh lingkungan dan lalu lintas, sedangkan nilai kewajaran (appraisal rating) jembatan mengindikasikan perubahan-perubahan pada volume lalulintas dan kapasitas beban yang ada, sesuai dengan standar kemanan yang berhubungan dengan geometri dan ruang bebas jembatan. Selain itu dinyatakan pula bahwa defisiensi yang terjadi pada komponen-komponen jembatan terkait erat dengan deteriorasi/memburuknya fisik komponen yang disebabkan oleh pengaruh faktorfaktor eksternal, seperti : kondisi lingkungan, pola kebijakan pemanfaatan dan pemeliharaan, serta faktor-faktor lain yang tak terantisipasi sebelumnya. Namun demikian disamping faktor-faktor eksternal tersebut, interaksi antar komponen jembatan juga akan mempengaruhi kondisi dan laju deteriorasi jembatan secara

keseluruhan, sebagaimana hasil studi yang telah dilakukan oleh Sianipar dan Adams serta Johnson. Penelitian yang dilakukan oleh Sianipar Adams ini dilakukan dengan Fault-Tree Analysis dengan jumlah elemen terkecil dari model adalah sebanyak 17 elemen. Meskipun permodelan ini menjadi salah satu titik awal dalm permodelan deteriorasi jembatan, namun model Fault Tree ini tidak mampu menunjukkan adanya interaksi antar komponen dalam penurunan kondisi ( deteriorasi ) jembatan. LeBeau dan Widia-Facetti ( 2000 ) mengembangkan sistem manajemen jembatan yang memperhitungkan kemungkinan adanya interaksi antar elemen dalam memprediksi deteriorasi jembatan. Mereka menggunakan pendekatan Fault Tree pada permodelan interaksi antar elemen dalam deteriorasi jembatan.

Gambar 2 Fault tree events (LeBeau dan Wadia Fascetti,2000) Dimana symbol ( ) mewakili penyaatuaan dua event atau lebih.

3.

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan dalam studi ini, mulai dari studi pustaka, tinjauan lapangan, pengolahan data, analisis data, input data dalam model, analisa dan pembahasan fault tree model. Data-dat kerusakan Jembatan Ogan I dan Ogan II yang didapat berdasarkan data yang berasal dari Direktorat Jenderal Bina Marga Satuan Kerja Non Vertikal Tertentu ( SNVT )Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Metropolitan Palembang.

Gambar 3 Diagram Alir Penelitian

4.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kerusakan Komponen Jembatan Menghitung persentase kerusakan pada jembatan menggunakan rumus : Persentase Kerusakan= (Kerusakan Komponen : Jumlah Total Kerusakan) x 100% A. Jembatan Ogan I Berikutnya pada Tabel 3 akan digambarkan lebih detail lagi kerusakan pada komponen-komponen tersebut.

Permodelan Fault Tree ini menunjukkan deteriorasi dari Jembatan Ogan I dan Ogan II. Selain itu interaksi dari komponen-komponen jembatan yang mengalami dateriorasi dapat terlihat pada permodelan ini. Jembatan yang dibahas adalah Jembatan Air Ogan I dan Ogan II Kertapati Palembang. Data yang diambil adalah data yang tercatat pada Laporan Pemeriksaan Mendetail Jembatan di Palembang Tahun 2009. Untuk kedua jembatan tersebut hanya memiliki data historis pemeriksaan detail jembatan pada tahun 2009.

Table 3 Detail Kerusakan Komponen Jembatan Ogan I


Komponen Balok Penahan Gempa Bangunan Tegak Pelengkung Expantion Joint Kepala Tiang Lantai Lapisan Permukaan Pasangan Batu Pilar Dinding/Kolom Pipa Cucuran Sandaran Tiang Pancang Kerusakan Hilang Pecah Terisi Total Keropos Aus Retak Lapisan Perkerasan Berlebih Hilang Aus Tersumbat Hilang Penurunan mutu Korosi Jumlah 1 2 1 1 8 7 2 1 3 3 1 1 1 Persntase Kerusakan (%) 2,86 % 5,71 % 2,86 % 2,86 % 22,86 % 19,99 % 5,71 % 2,86 % 8,57 % 8,57 % 2,86 % 2,86 % 2,86 %

Berdasarkan Table 3 di atas, struktur bawah banyak mengalami kerusakan diakibatkan pengikisan pada daerah-daerah tertentu seperti kepala tiang serat kolom. Sedangkan

untuk struktur bangunan atas banyak terjadi deformasi. Detail kerusakan di atas dijadikan dasar untuk melihat deteriorasi yang terjadi pada Jembatan Ogan I.

Tabel 4.3. Hasil pemeriksaan pada pemeliharaan rutin ( Sumber : Laporan Pemeriksaan Mendetail Jembatan )
Pertanyaan * 1 2 3 4 5 6 7 Rata-rata 0 3 3 2 1 2 3 Pemeliharaan Rutin 0% 100% 100% 66,67% 33,33% 66,67% 100% 66,67% Ya 3 0 0 1 2 1 0 Pemeliharaan Rutin 0% 0% 33,33% 66,67% 33,33% 0% 33,33% Tidak 100%

*) Keterangan: 1 = Apakah ada penumpukan puing atau rintangan di sungai? 2 = Apakah ada penumpukan kotoran pada elemen jembatan? 3 = Apakah ada tumbuhan liar? 4 = Apakah pipa cucuran air di lantai ada yang tersumbat? 5 = Apakah drainase di daerah timbunan tidak cukup? 6 = Apakah ada lubang dan permukaan yang bergelombang? 7 = Apakah sandaran perlu di-cat? Pada data di atas terlihat pemeliharaan rutin yang dilakukan berdasarkan BMS. Pemeliharaan ini tetap berpengaruh juga dalam kerusakan komponeen jembatan. Untuk beberapa poin pemeliharan tidak dilaksanakan dengan baik. Misal pada pemeliharaan drainase

pada timbunan ( point 5 ), hal ini akan mempercepat terjadinya deteriorasi Jembatan Ogan I. Nilai Kondisi jembatan dinilai berdasarkan BMS dan dilakukan oleh inspektorat yang telah berpengalaman serta memiliki lisensi. Nilai Kondisi akan menggambarkan kondisi dari masingmasing komponen jembatan yang telah mengalami deteriorasi. Seperti terlihat pada Nilai Kondisi untuk expantion joint adalah ( 3,5 ), menurut skala BMS ( Tabel 2 ) nilai ini sudah menunjukkan tingkat yang cukup parah dan perlu dilakukan tindakan perbaikan. Selanjutnya Nilai Kondisi untuk lapisan permukaan, kolom dan pipa cucuran yang sudah berada pada angka ( 4 ) menunjukkan bahwa kondisi komponen tersebut sudah berbahaya.

Tabel 4 Tabel Nilai Kondisi Rata-Rata Jembatan Ogan I


Komponen Posisi Nilai Kondisi 3 3 3 3 4 2 2 2 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 5 3 3 Niali Kondisi RataRata(%) 3 3 3 3,5

Balok Penahan gempa Pilar 1 Bangunan Pelengkung Bentang 3 Dinding Tegak Pelengkung Bentang 3 Expantion Joint Sepanjang bentang Sepanjang bentang Kepala Tiang Pilar 2 Kepala Tiang Pilar 3 Kepala Tiang Pilar 4 Kepala Tiang Pilar 1 Kepala Tiang Pilar 1 Kepala Tiang Pilar 2 Kepala Tiang Pilar 2 Kepala Tiang Pilar 3 Kepala Tiang Pilar 4 Lantai Bentang 1 Lantai Bentang 2 Lantai Bentang 2 Lantai Bentang 3 Lantai Bentang 3 Lantai Bentang 4 Lantai Bentang 5 Lapisan Permukaan Sepanjang bentang Pilar Dinding/Kolom Pilar 1 Pilar Dinding/Kolom Pilar 3 Pilar Dinding/Kolom Pilar 4 Pipa Cucuran Sepanjang bentang Pipa Cucuran Sepanjang bentang Pipa Cucuran Bentang 1 Pipa Cucuran Bentang 2 Tiang Pancang Pilar 1 Tiang Pancang Pilar 2

3,2

4 4

Tiang Pancang Tiang Pancang

Pilar 3 Pilar 4

3 3

Dalam kasus ini, fault tree model diturunkan berdasarkan hasil pengolahan data, dan akan dibahas deteriorasi jembatan akibat kerusakan . B. Jembatan Ogan II

komponen jembatan, dan pengaruh lingkungan sekitar jembatan terhadap deteriorasi jembatan secara keseluruhan.

Table 5 Detail Kerusakan Komponen Jembatan Ogan II


Komponen Expantion Joint Kepala Tiang Lantai Pilar Dinding/Kolom Pipa Cucuran Tiang Pancang Timbunan Kerusakan Beda tinggi Hilang Keropos Retak Keropos Tersumbat Korosi Penurunan Jumlah 1 1 2 5 5 2 5 1 Persentase Kerusakan (%) 4,545 % 4,545 % 9,09 % 22,73 % 22,73% 9,09 % 22,73 % 4,54 %

Berdasarkan Table 5 di atas, struktur bawah banyak mengalami kerusakan diakibatkan korosi. Sedangkan untuk struktur bangunan atas banyak terjadi deformasi. Detail kerusakan di atas dijadikan dasar Tabel 6

uuntuk melihat deteriorasi yang terjadi pada Jembatan Ogan II. Tabel berikut adalah tabel yang menunjukkan pemeliharaan rutin yang dilakukan pada Jembatan Ogan II.

Hasil pemeriksaan pada pemeliharaan rutin ( Sumber : Laporan Pemeriksaan Mendetail Jembatan )
Ya 100% 100% 100% 100% 0% 100% 100% 85,71% Tidak 0% 0% 0% 0% 100% 0% 0% 14,29%

Pertanyaan* 1 2 3 4 5 6 7 Rata-rata

Berikutnya adalah data Nilai Kondisi rata-rata Jembatan Ogan II yang ditunjukkan pada Tabel 4.7. Nilai kondisi terparah terlihat pada pipa air cucuran jembatan yang banyak tersumbat. Hal ini perlu penanganan secepatnya karena pada nilai kondisi ( 4 ) menunjukkan kondisi komponen 8

tersebut pada tingkat yang berbahaya. Selanjutnya pada komponen expantion joint menunjukkan angka ( 3,5 ), tingkat kerusakan yang ditunjukkannya sudahh sangat parah. Foto kerusakan-kerusakan elemen jembatan tersebut dapat dilihat pada Lampiran ( Foto kerusakankerusakan elemen Jembatan Ogan II).

Tabel 4.7 Tabel Nilai Kondisi Rata-Rata Jembatan Ogan II


Komponen Expantion Joint Expantion joint Kepala Tiang Kepala Tiang Lantai Lantai Lantai Lantai Lantai Pilar Dinding/Kolom Pilar Dinding/Kolom Pilar Dinding/Kolom Pilar Dinding/Kolom Pilar Dinding/Kolom Pipa Cucuran Pipa Cucuran Tiang Pancang Tiang Pancang Tiang Pancang Tiang Pancang Tiang Pancang Timbunan Posisi Sepanjang bentang Sepanjang bentang Pilar 2 Pilar 5 Bentang 1 Bentang 2 Bentang 3 Bentan g 4 Bentang 5 Pilar 2 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5 Sepanjang Bentang Sepanjang Bentang Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5 Abutmen 1 Nilai Kondisi 3 4 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 4 4 3 3 3 3 3 3 Nilai Kondisi Ratarata 3,5 2

Analisa Permodelan Fault Tree Jembatan Ogan I ( Laporan Pemeriksaan Mendetail Jembatan 2009 ) Model deteriorasi di dapat dari permodelan Fault Tree yang merupakan penurunan dari persentase kerusakan komponen ( Tabel 4.1 ) serta pengaruh pemeliharaan rutin terhadap jembatan tersebut (Tabel 4.3 ). Sedangkan gambar dari permodelan tersebut dapat dilihat dari Gambar 4.7 dan Gambar 4.8. Kondisi kerusakan komponen jembatan diperlihatkan dalam bentuk persentase yang berjumlah 100% untuk masing-masing kondisi komponen. Jembatan dibagi menjadi tiga bagian utama yaitu lantai, Struktur atas dan struktur bawah. Pada kondisi joint terjadi kerusakan sebesar 5,71% dan kondisi yang baik adalah 94,29%. Untuk kondisi material lantai jembatan, terbagi atas beberapa penurunan kondisi (deteriorasi) komponen, yaitu 9

lapisan permukaan (5,71%), pipa cucuran (11,44%), sandaran (2,86%) dan tiang sandaran (1,67%). Kerusakan untuk material dijumlahkan menjadi 21,68%, sehingga total kondisi material jembatan yang masih dalam keadaan baik adalah 78,32% ( dimana total kondisi (100%) kondisi deteriorasi (21,68%)). Maka persentase penurunan kondisi yang paling tinggi memberikan pengaruh kerusakan yang paling dominan pada kondisi lantai jembatan yaitu kerusakan pada material (21,68%). Untuk kondisi struktur atas, gelagar dan kondisi perletakan tidak mengalami kerusakan (0%), sehingga kondisi untuk struktur ini adalah baik (100%). Dapat disimpulkan bagian struktur ini tidak mengalami deteriorasi. Sedangkan untuk kondisi struktur bawah terbagi menjadi tiga komponen dan terdapat dua komponen yang mengalami deteriorasi. Terdiri atas komponen

pilar (8,57%) dan kepala tiang (25,72%) yang keduanya diakibatkan oleh korosi yang terjadi pada masing-masing komponen. Untuk kondisi abutmen tidak mengalami penurunan kondisi (dimana deteriorasi sebesar 0%). Sehingga disimpulkan komponen kepala tiang adalah komponen yang paling dominan dalam memberikan pengaruh deteriorasi pada struktur bawah jembatan Ogan I. Pada Gambar 4.7 diperlihatkan kondisi Jembatan Ogan I tanpa dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan. Terlihat terdapat tiga bagian utama jembatan yang mempengaruhi penurunan kondisi (deteriorasi) jembatan. Dari persentase kerusakan, didapatkan kondisi penurunan lantai (21,68%), struktur atas (0%) dan struktur bawah (25,72%). Kondisi struktur bawah memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap penurunan kodisi Jembatan Ogan I (25,72%) dan memilki persentasi keadaan baik sebesar (74,28%).

Sedangkan pada Gambar 4.8, jembatan ditambahkan oleh pengaruh lingkungan yang ikut menyebabkan deteriorasi terhadap jembatan (42,86%). Akan tetapi pengaruh lingkungan tidak memberikan pengaruh yang dominan terhadap deteriorasi kondisi jembatan. Sebab dapat dilakukan pemeliharaan rutin untuk meningkatkan kondisi jembatan. Sedangkan bagian struktur bawah menjadi bagian vital yang mempengaruhi kondisi jembatan secara dominan. Sehingga kondisi deteriorasi tetap diambil dari penurunan kondisi struktur bawah jembatan (25,72%). Berdasarkan Tabel 2.2 dapat dilihat penurunan kondisi yang terjadi pada Jembatan Ogan I (25,72%) berada pada Nilai Kondisi 2 ( 20% < % Kerusakan 40% ). Dapat disimpulkan bahwa kondisi jembatan terdapat kerusakan, namun perbaikannya masih bisa ditunda dengan melakukan pemantauan berkala.

10

Kondisi Jembatan

Baik 74,28 Rusak 25,72

Kondisi lantai

Kondisi Struktur atas

Kondisi Struktur Bawah

Baik 78,32 Rusak 21,68

Baik 100 Rusak 0

Baik 74,28 Rusak 25,72

Kondisi joint Baik 94,29 Rusak 5,71

Kondisi material lantai Baik 100 Rusak 0

Kondisi gelagar

Kondisi landasan/perletakan Baik 100 Rusak: Deformasi 0 Kondisi pilar/ tiang pancang (pile slab) Baik 91,43 Rusak : Korosi 8,57% Kondisi Kepala Tiang Baik 74,28 Rusak : Korosi 25,72 Baik 100 Rusak: 0 Kondisi abutment

Baik Rusak (21,68) : Lapisan permukaan Pipa cucuran Sandaran 2,86 Tiang sandaran

78,32 5,71 11,44

1,67

Gambar 4.7 Fault tree model Jembatan Ogan I Tanpa Pengaruh Lingkungan 11

Kondisi Jembatan

Baik 74,28 Rusak 25,72

Kondisi Struktur atas Kondisi lantai Baik 100 Rusak 0

Kondisi Struktur Bawah Pengaruh lingkungan Baik 74,28 Rusak 25,72

Baik 78,32 Rusak 21,68

Baik 57,14 Rusak 42,86

Kondisi material lantai Kondisi joint Baik 94,29 Rusak 5,71 Baik Rusak (21,68) : Lapisan permukaan Pipa cucuran Sandaran 2,86 Tiang sandaran 78,32 5,71 11,44 Baik 100 Rusak 0 Kondisi gelagar

Kondisi landasan/perletakan Baik 100 Rusak: Deformasi 0 Kondisi pilar/ tiang pancang (pile slab) Baik 91,43 Rusak : Korosi 8,57% Kondisi Kepala Tiang Baik 74,28 Rusak : Korosi 25,72 Baik 100 Rusak: 0 Kondisi abutment

1,67

Gambar 4.8 Fault tree model Jembatan Ogan I Dengan Pengaruh Lingkungan 12

Analisa Permodelan Fault Tree Jembatan Ogan II ( Laporan Pemeriksaan Mendetail Jembatan 2009 ) Pada Gambar 4.9 kondisi joint terjadi kerusakan sebesar 9,09% dan kondisi yang baik adalah 90,01%. Untuk kondisi material lantai jembatan terjadi penurunan (22,73%) yang diakibatkan keretakan dan lapisan perkerasannya yang berlebih. Maka persentase penurunan kondisi yang paling tinggi memberikan pengaruh kerusakan yang paling dominan pada kondisi lantai jembatan yaitu kerusakan pada material (22,73%). Untuk kondisi struktur atas, gelagar dan kondisi perletakan tidak mengalami kerusakan (0%), sehingga kondisi untuk struktur ini adalah baik (100%). Dapat disimpulkan bagian struktur ini tidak mengalami deteriorasi. Sedangkan untuk kondisi struktur bawah terbagi menjadi tiga komponen yang mengalami deteriorasi. Terdiri atas komponen pilar (22,73%) dan kepala tiang (9,09%) yang keduanya diakibatkan oleh korosi yang terjadi padamasingmasing komponen. Untuk kondisi abutmen mengalami penurunan kondisi (4,54%) yang diakibatkan terjadinya penurunan tanah. Sehingga disimpulkan komponen pilar adalah komponen yang paling dominan dalam memberikan pengaruh deteriorasi pada struktur bawah jembatan Ogan II. Pada Gambar 4.9 diperlihatkan kondisi Jembatan Ogan II tanpa dipengaruhi oleh pengaruh lingkungan. Terlihat terdapat tiga bagian utama jembatan yang mempengaruhi penurunan kondisi (deteriorasi) jembatan. Dari persentase kerusakan, didapatkan kondisi penurunan lantai (22,73%), struktur atas (0%) dan struktur bawah (22,73%). Kondisi struktur bawah memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap penurunan kodisi Jembatan Ogan II (22,73%) dan memilki persentasi keadaan baik sebesar (77,27%).

Sedangkan pada Gambar 4.10, jembatan ditambahkan oleh pengaruh lingkungan yang ikut menyebabkan deteriorasi terhadap jembatan (85,71%). Akan tetapi pengaruh lingkungan tidak memberikan pengaruh yang dominan terhadap deteriorasi kondisi jembatan. Sebab dapat dilakukan pemeliharaan rutin untuk meningkatkan kondisi jembatan. Sedangkan bagian struktur bawah menjadi bagian vital yang mempengaruhi kondisi jembatan secara dominan. Sehingga kondisi deteriorasi tetap diambil dari penurunan kondisi struktur bawah jembatan (22,73%). Berdasarkan Tabel 2.2 dapat dilihat penurunan kondisi yang terjadi pada Jembatan Ogan II (22,73%) berada pada Nilai Kondisi 2 ( 20% < % Kerusakan 40% ). Dapat disimpulkan bahwa kondisi jembatan terdapat kerusakan, namun perbaikannya masih bisa ditunda dengan melakukan pemantauan berkala. Akan tetapi, data yang didapat dari penelitian ini adalah data yang didapat secara visual dan kulit luar dari Jembatan Ogan I dan Ogan II. Sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya digunakan peralatan yang lebih mampu untuk mengukur volume kerusakan secara lebih akurat dan spesifik.

13

Kondisi Jembatan

Baik 77,27 Rusak 22,73

Kondisi lantai Baik 100 Rusak 0

Kondisi Struktur atas

Kondisi Struktur Bawah Baik 77,27 Rusak 22,73

Baik 77,27 Rusak 22,73

Kondisi joint Baik 90,01 Rusak 9,09 Baik 77,27 Rusak 22,73

Kondisi material lantai

Kondisi gelagar Baik 100 Rusak 0

Kondisi landasan/perletakan Baik 100 Rusak: Deforma si 0

Kondisi pilar/ tiang pancang (pile slab) Baik 77,27 Rusak : Korosi 22,73

Kondisi Kepala Tiang Baik 90,01 Rusak : Korosi 9,09

Kondisi abutment Baik 95,46 Rusak: 4,54

Gambar 4.9 Fault tree model Jembatan Ogan II Tanpa Pengaruh Lingkungan 14

Kondisi Jembatan

Baik 77,27 Rusak 22,73

Kondisi lantai Baik 100 Rusak 0

Kondisi Struktur atas

Kondisi Struktur Bawah Baik 77,27 Rusak 22,73

Pengaruh lingkungan

Baik 77,27 Rusak 22,73

Baik 14,29 Rusak 85,71

Kondisi joint Baik 90,01 Rusak 9,09 Baik 77,27 Rusak 22,73

Kondisi material lantai

Kondisi gelagar Baik 100 Rusak 0

Kondisi landasan/perletakan Baik 100 Rusak: Deforma si 0

Kondisi pilar/ tiang pancang (pile slab) Baik 77,27 Rusak : Korosi 22,73

Kondisi Kepala Tiang Baik 90,01 Rusak : Korosi 9,09

Kondisi abutment Baik 95,46 Rusak: 4,54

Gambar 4.10 Fault tree model Jembatan Ogan II Dengan Pengaruh Lingkunga 15

KESIMPULAN
a. Kondisi struktur bawah memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap penurunan kodisi Jembatan Ogan I (25,72%) dan memilki persentasi keadaan baik sebesar (74,28%). Walaupun persentase penurunan oleh pengaruh lingkungan lebih besar, namun penurunan kondisi akibat struktur bawah lebih dominan terhadap penurunan kondisi jembatan Ogan I. Berdasarkan Tabel 2.2 dapat dilihat penurunan kondisi yang terjadi pada Jembatan Ogan I (25,72%) berada pada Nilai Kondisi 2 ( 20% < % Kerusakan 40% ). Dapat disimpulkan bahwa kondisi jembatan terdapat kerusakan, namun perbaikannya masih bisa ditunda dengan melakukan pemantauan berkala. b. Pada Jembatan Ogan II, kondisi struktur bawah memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap penurunan kodisi (22,73%) dan memilki persentasi keadaan baik sebesar (77,27%). Walaupun persentase penurunan oleh pengaruh lingkungan lebih besar, namun penurunan kondisi akibat struktur bawah lebih dominan terhadap penurunan kondisi jembatan Ogan II. Berdasarkan Tabel 2.2 dapat dilihat penurunan kondisi yang terjadi pada Jembatan Ogan II (22,73%) berada pada Nilai Kondisi 2 ( 20% < % Kerusakan 40% ). Dapat disimpulkan bahwa kondisi jembatan terdapat kerusakan, namun perbaikannya masih bisa ditunda dengan melakukan pemantauan berkala. c. Pengaruh lingkungan tidak memberikan pengaruh yang dominan terhadap

deteriorasi kondisi jembatan. Sebab dapat dilakukan pemeliharaan rutin untuk meningkatkan kondisi jembatan. Sedangkan bagian struktur bawah menjadi bagian vital yang mempengaruhi kondisi jembatan secara dominan.

DAFTAR PUSTAKA
1) Anonim, Panduan Pemeriksaan Jembatan, Bridge Management System. 2) Bowers, Susan dan College, Lafayette, Graphical Probability Models for Bridge Management, Journal, University of Delaware, 2004. 3) Budiartha, Wayan Mega, Kajian Penilaian Kinerja Jembatan Dengan Menganalisa Fenomena Interaksi Antar Komponen, Thesis, ITB, 2002. 4) Catatan Kursus BMS2-T, Sistem Manajemen Jembatan, 1991. 5) H.J. Struyk, K.H.C.W. van der Veen, dan Soemargono, Jembatan. Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta, 1995. 6) Hadikusumo B.H.W, Sukuwan Nukul, Condition Rating Sistem For Thailand Concrete Bridge, Journal of construction in developing countries Vol.15, 2010. 7) LeBeau, K. H. dan Widia-Fascetti, S. J. A Fault Tree Model of Bridge Deterioration, Northeastern university, Boston, 2000. 8) Manu, Agus Iqbal, Dasar-dasar Perencanaan Jembatan Beton Bertulang. Penerbit PT. Mediatama Saptakarya, Jakarta, 1995.

16

Anda mungkin juga menyukai