A. Pendahuluan
Secara umum, jembatan merupakan suatu infrastruktur yang dibangun untuk kebutuhan
transportasi barang/jasa dari satu tempat ke tempat yang lain. Jembatan menurut Peraturan
Pemerintah RI No. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan yaitu jalan yang terletak di atas permukaan
air dan/atau di atas permukaan tanah. Selanjutnya, menurut Hariman F, dkk (2007), jembatan
merupakan bagian yang penting dalam suatu sistem jaringan jalan, karena pengaruhnya yang
berarti bila jembatan itu runtuh atau tidak berfungsi dengan baik. Berdasarkan data yang
diperoleh dari paparan Kementerian PU tahun 2014, Indonesia memiliki lebih dari 88.000
jembatan dengan total panjang 1.050 km termasuk fly over. Merujuk kepada data dari Buku
Informasi Statistik Kementerian PUPR tahun 2017, total jembatan yang menjadi aset
Pemerintah Pusat yang berada pada jalan nasional tahun 2016 yaitu 18.014 unit jembatan
dengan panjang 481.926 m. Data kondisi jembatan nasional tahun 2016 per provinsi di
Indonesia disajikan pada diagram sbb:
Dari diagram di atas, dapat dilihat bahwa hampir 40% kondisi jembatan nasional di Indonesia
mengalami kerusakan, sehingga perlu dilakukan kegiatan pemeliharaan jembatan untuk
menekan jumlah persentase kerusakan jembatan di Indonesia.
B. Sistem Manajemen Pemeliharaan Jembatan
3. Rehabilitasi/Penanganan Besar
Pemeliharaan rutin jembatan yaitu kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk menjaga
kondisi jembatan tetap seperti semula, bersifat berulang dan sederhana, serta dilakukan
selama umur layan jembatan. Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin jembatan sesuai dengan
Pedoman Pemeliharaan Rutin Jembatan No. 005-02/P/BM/2011 yaitu:
e. Pengecatan sederhana,dll
Pemeliharaan berkala jembatan yaitu kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk menjaga
jembatan tetap dalam kondisi dan daya layan yang baik setelah pembangunan yang dapat
bersifat diduga atau terencana. Lingkup pekerjaan pemeliharaan berkala jembatan sesuai
dengan Pedoman Pemeliharaan Berkala Jembatan No. 005-03/P/BM/2011 antara lain:
a. Pengecatan ulang
c. Pemeliharaan perletakan
e. Perbaikan tiang/sandaran
Sistem manajemen pemeliharaan jembatan yang diterapkan oleh Direktorat Jenderal Bina
Marga Kementerian PUPR yaitu menggunakan BMS (Bridge Management System) ‘93. Sistem
ini kemudian dikenal juga dengan Sistem Manajemen Jembatan yaitu kegiatan pengelolaan
jembatan yang terintegrasi mulai dari pemeriksaan, rencana dan program, sampai dengan
implementasi/pelaksanaan konstruksi dan pemeliharaan jembatan (Hariman F dkk, 2007).
Sistem ini berisi database jembatan dan beberapa program komputasi yang sesuai untuk:
Nilai kondisi yang telah diperoleh pada level tertinggi (level 1) digunakan untuk menentukan
nilai kondisi jembatan, NK 0-1 berarti baik, NK 2 berarti kondisi sedang, NK 3 berarti rusak
ringan, NK 4 berarti rusak berat, dan NK 5 berarti kritis/runtuh. Data NK yang diperoleh
kemudian digunakan pada Sistem Manajemen Jembatan untuk menentukan strategi
pemeliharaan jembatan yang ditinjau.
Selanjutnya, berdasarkan data NK jembatan, data lalu lintas, dll, dilakukan proses Rencana
dan Pemrograman dengan menggunakan bantuan program komputer IBMS (Sistem Informasi
Manajemen Jembatan). Melalui technical screening dan evaluasi ekonomis berdasarkan NPV
(Net Present Value) atau IRR (Internal Rate of Return), dapat ditentukan prioritas penanganan
jembatan sesuai kriteria NPV atau IRR program yang direkomendasikan. Menurut BMS, suatu
kegiatan dapat dikatakan “ekonomis” apabila IRR yang diperoleh sama atau lebih besar 15%.
Adapun kriteria technical screening menurut BMS (1993) sbb:
C. Penutup
Aplikasi sistem manajemen pemeliharaan jembatan yang digunakan oleh Pemerintah saat ini
telah mampu memberikan rekomendasi pemeliharaan jembatan dengan skala prioritas
secara komprehensif. Namun, hasil rekomendasi tersebut tetap perlu disesuaikan dengan
arahan kebijakan dan rencana strategis Pemerintah dan alokasi anggaran yang tersedia.
Konsep maintainability, reliability, dan availability atau sering disingkat RAM pada
infrastruktur jembatan dinilai dapat menjadi kriteria dalam penentuan kebijakan
pemeliharaan jembatan. Sebagai contoh, jembatan dengan tingkat maintainability yang
relatif tinggi berarti bahwa suatu jembatan mempunyai waktu pemeliharaan yang relatif
cepat dan tidak menghambat lalu lintas secara signifikan, sehingga availability dan
kemampuan layan dari jembatan tersebut cenderung tinggi. Jika sebaliknya, jembatan yang
mempunyai waktu pemeliharaan yang lama atau tingkat maintainability yang rendah dapat
menyebabkan lalu lintas sekitarnya terhambat. Hal ini berarti bahwa availability dari
jembatan tersebut rendah atau tidak dapat tercapai dengan baik. Database kondisi jembatan
dan rekomendasi jenis pemeliharaan jembatan yang ada pada sistem manajemen
pemeliharaan jembatan dapat digunakan untuk melakuan estimasi waktu/lamanya
pemeliharaan. Dengan demikian, alternatif pemutakhiran fitur dengan konsep RAM pada
sistem manajemen pemeliharaan jembatan dapat dilakukan untuk membantu penentuan
kebijakan pemeliharaan jembatan di masa yang akan datang. Selain itu, sistem operasi yang
digunakan pada program sistem manajemen pemeliharaan jembatan dengan BMS ’93 masih
menggunakan DOS, sehingga perlu dilakukan updating menggunakan sistem operasi yang
mengikuti perkembangan teknologi.
DAFTAR REFERENSI
3. Sekretariat Jenderal Kementerian PUPR (2017). Buku Informasi Statistik 2017, Jakarta
6. Hariman, F. (2007). Evaluasi dan Program Pemeliharaan Jembatan dengan Metode BMS
(Studi kasus: Empat Jembatan Provinsi DIY). Jurnal Forum Teknik Sipil No. XVII.
7. Ignou The People’s University (2000). Total Quality Management and Maintenance
Management, Unit 9 Reliability, Availability and Maintainability Concepts.