Cover Uas
Cover Uas
LARANGAN KHIANAT
Dosen Pembimbing:
Disusun oleh:
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan tauhid-
Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas UAS
matakuliah “QUR’AN HADITS 1”. Adapun makalah ini berjudul “KHIANAT”. Makalah ini
dibuat sebagai tugas mata kuliah belajar dan pembelajaran. Disamping itu makalah ini ditulis
dengan tujuan agar kita mengetahui sedikit tentang gaya belajar, agar kita dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan. Dalam penulisan makalah ini saya berupaya meringkas
beberapa buku dan sumber lainnya, kemudian merangkai dalam suatu materi yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran. Dalam menyelesaikan makalah ini ada banyak pihak yang ikut serta
memberikan bantuan baik materi maupun spiritual. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terimakasih dan hanya doa yang dapat penulis panjatkan semoga segala bantuan yang telah
diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak sangat saya harapkan. Kritik dan saran tersebut akan bermanfaat
bagi penyempurnaan makalah ini pada masa mendatang. Harapan saya semoga dengan adanya
makalah ini akan banyak memberikan manfaat bagi para pembaca.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
i
BAB I
PENDAHULUAN
i
BAB II
PEMBAHASAN
Hianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mangkir atas amanat atau kepercayaan
yang telah dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji.
Khianat adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang
disekitarnya dan kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung
jawab di kemudian hari.1
Sedangkan kata khiyanat dalam Bahasa Indonesia diserap menjadi khianat yang berarti
tindakan yang tidak menepati apa yang telah dijanjikan, yaitu tidak menepati janji. Sifat khianat
adalah salah satu sifat orang munafiq sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa tanda-tanda
orang munafiq itu ada tiga yaitu, apabila berkata ia berdusta, apabila janji ia ingkar dan apabila
diberi amanah berkhianat.2
Berkhianat berasal dari kata ‘ KHIANAT “ yang artinya tidak setia dan durhaka.
Berkhianat berarti berbuat sesuatu disertai dengan unsur tipu daya. Berkhianat juga bisa diartikan
“ Tidak lagi memiliki kesetiaan”. Sifat ini sangat tercela, karena selain dapat merugikan dan
membahayakan orang lain, juga dapat merugikan dan membahayakan diri sendiri. Berkhianat
juga berarti Tidak Amanah, orang-orang yang suka berkhianat tidak akan dapat dipercaya
karena jika ia diberikan kepercayaan, ia akan selalu mengkhianati dan menyalah gunakan
kepercayaan itu.
Khianat merupakan salah satu dari sifat-sifat yang mustahil bagi rasul-rasul. Maka dari
itu Al-Khianah, artinya khianat atau tidak dapat dipercayai. Mustahil apabila rasul mengkhianati
ataupun mengubah walaupun sedikit apa-apa yang telah diperintahkan oleh Allah untuk
menyampaikannya kepada hamba-Nya.3
1 Mukhammad Anieg, Merasakan Tasawuf,(Demak: STIQ Islamic Centre, Vol.3 No.1, 2016) Hlm. 11.
2 Rizki Agustya Putri, Representasi Akhlak Mahmudah Dan Mazmumah Dalam Program “Oh Ternyata” Di Trans Tv, (Semarang: Universitas
Islam Negeri Walisongo, 2015) Hlm. 49.
3 Taib Tahir Muin, Ikhtisar Ilmu Tauhid, (Solo: Ramadani, 1998), Hlm. 78.
i
2.2 AYAT dan HADITS KHIANAT
Rasulullah SAW menandaskan, kewajiban memelihara amanah dengan memiliki sifat
dan sikap amanah,: “ Tunaikanlah amanah kepada orang yang beramanah kepadamu, dan
janganlah engkau berkhianat kepada orang yang berkhianat kepadamu”. (HR. Abu Daud
dan Tirmidzi).
Dengan Hadits tersebut diatas, jelaslah bahwa sebagai kebalikan dari sifat amanah itu
ialah khianat, mungkar atau tidak setia kepada yang dipercayakan kepadanya. Khianat adalah
salah satu gejala munafik, sebagaimana sabda Rasul :
“Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga : apabila berkata dia dusta, apabila berjanji
dia ingkar dan jika di percaya (diamanati) dia khianat”. (HR. Muslim). Betapa pentingnya
sifat dan sikap amanah ini dipertahankan sebagai akhlak masyarakat, karena jika sifat dan
sikap amanah itu telah hilang dari suatu umat, maka hancurlah yang bakal terjadi bagi umat
itu. Jelas tandas sabda Rasulullah SAW ketika seorang sahabat menanyakan kapan
datangnya saat kehancuran : “Apabila hilang amanah (kesetiaan), maka tunggulah
datangnya kehancuran”. (HR. Bukhari).
Mungkin karena tindakannya yang licin, sifat khianat untuk sementara waktu tiada
diketahui manusia, tetapi Allah s.w.t. maha mengetahui. Ia tiada segan bersumpah palsu untuk
memperkuat dan membenarkan keterangannya bila ia tertuduh, karena ia tiada mempunyai rasa
tanggung jawab, sebab dikiranya dia akan memperoleh keuntungan dari tindakannya yang tidak
jujur itu, senang mengorbankan teman, menjadi musuh dalam selimut, menggunting dalam
lipatan, membahayakan keselamatan umum. Amanat membawa kelapangan rezeki, sedangkan
khianat menimbulkan kefakiran. Tetapi sebenarnya ia mencoreng keningnya sediri dengan arang
yang tidak mungkin hilang untuk selama-lamanya, jauh dari teman dan sahabat, terisolir dari
pergaulan, orang lain memandangnya dengan mata sebelah sambil mengejek dan ia kehilangan
kepercayaan, seperti kata pepatah: sekali lancing keujian, seumur hidup orang tak percaya.4
Ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas tentang khianat diantaranya yaitu:
1. Q.S. An-Nisa’ ayat 105&108:
4 Drs. Damanhuri, Akhlak Tasawuf, (Banda Aceh: Yayasan PeNA, Cet.2, Mei, 2010), Hlm. 206.
i
َصي ًما )(١٠٥ ّللاُ َوال ت َ ُك ْن ِل ْلخَائِنِينَ خ ِ
اك َاس بِ َما أ َ َر َ اب بِ ْال َح ِ
ق ِلت َ ْح ُك َم بَيْنَ النَ ِ ْال ِكت َ َ
ِإنَا أ َ ْنزَ ْلنَا ِإلَي َْك
i
Artinya:
Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab (Al Qur'an) kepadamu dengan membawa
kebenaran. Yakni ketika diturunkan, Al Qur'an terpelihara dari para setan yang hendak
menyelipkan kebatilan, bahkan mereka tidak dapat mendekatinya. Al Qur'an turun
dengan kebenaran, mengandung kebenaran, beritanya benar, perintah dan larangannya
pun adil.
agar kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah diajarkan Allah kepadamu.
Yakni tidak dengan hawa nafsumu. Oleh karena itu, Al Qur'an merupakan penyelesai
masalah di tengah-tengah manusia, baik dalam masalah 'aqidah, hukum, masalah darah,
kehormatan, harta dan hak-hak lainnya.
dan janganlah kamu menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela)
orang yang khianat. Yakni dalam ayat ini menunjukkan bahwa seorang hakim harus
berilmu dan adil. Dalil berilmu berdasarkan firman Allah, "dengan apa yang telah
diajarkan Allah kepadamu" dan dalil adil berdasarkan firman Allah, "dan janganlah
kamu menjadi penentang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang yang
khianat", yakni janganlah kamu membela orang yang kamu ketahui khianatnya, orang
yang mendakwakan sesuatu padahal bukan miliknya, orang yang mengingkari hak yang
ditanggungnya, baik kamu mengetahuinya maupun berdasarkan perkiraanmu. Dalam ayat
ini terdapat dalil haramnya membela kebatilan dan menjadi pengacara untuk orang yang
batil. Dalam ayat tersebut juga terdapat dalil bolehnya menjadi pengacara bagi orang
yang tidak diketahui berbuat zalim.5
2. Q.S. Al-Anfal ayat 58:
(58) َّللاَ َال يُ ِحب ْالخَائِنِين َ ِإ َماََو تَخَافَ َن ِم ْن قَ ْوم ِخيَانَةً فَا ْنبِ ْذ ِإلَ ْي ِه ْم َعلَى
َ س َواء ِإ َن
Artinya: Dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan,
maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.
Kandungan pada ayat ke 58 Allah menegaskan bahwa apabila kamu (Muhammad)
khawatir akan penghianatan suatu golongan, maka kembalikanlah perjanjian itu kepada mereka
dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah swt. membenci orang-orang yang berhianat. Namun
i
Asbabun Nuzul pada ayat 58 pada surah al-Anfal diatas turun berkenaan dengan peristiwa
datangnya malaikat Jibril menemui Rasulullah saw. Abu al-Syaikh meriwayatkan dari Ibn
Syihab ia berkata: Malaikat jibril masuk menemui Rasulullah saw. lalu berkata engkau telah
meletakkan senjata (gencatan senjata) sementara engkau masih menuntut suatu kaum, maka
keluarlah karena Allah swt. telah mengizinkan engkau memerangi Bani Quraizah, maka turunlah
ayat 6.َو ِإ َّما تَخَافَ َّن ِم ْن قَ ْو ٍم ِخيَانَة
3. Q.S. An-Nahl ayat 92-94:
ى اَر ٰبى ِمن ا ُ َمة غَزلَ َها ِم ان َِ َبعد قُ َوة اَن َكاثًا تَت َ ِخذُونَ اَي َما َن ُكم دَخ ً ا
َ َل َبينَ ُكم اَن ت َ ُكونَ ا ُ َمة ِه
ضت َ َو َال ت َ ُكونُوا َكالَتِى نَ َق
ُضل ِ ّللاُ لَ َج َعلَ ُك ْم أ ُ َمةً َو
ِ احدَة ً َولَ ِك ْن ي َ ( َولَ ْو شَا َء92) لَـ ُكم يَو َم ال ِق ٰي َم ِة َما ُكنـتُم ِفي ِه خت َ ِلفُونَ ََت
ٰ اِنَ َما َيبلُو ُك ُم
ّللاُ ِبه َولَيُ َب ِين ََن
َ( أ َ ْي َمانَ ُك ْم دَخَل بَ ْينَ ُك ْم َفت َ ِز َل قَدَم َوال تَت َ ِخذُوا بَ ْعد٩٣) َع َما ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع َملُون
َ َو َي ْهدِي َم ْن َُيَشَاء َولَتُسْأَلُ َن
َم ْن يَشَا ُء
(٩٤) ع ِظيم َ ّللاِ َولَ ُك ْم
َ عذَاب َ س ِبي ِل َ ثُبُوتِ َها َوتَذُوقُوا ََالسوء بِ َما
َ صدَ ْدت ُ ْم
َ ع ْن
Artinya:
Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang
sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah
(perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang
lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Allah hanya menguji kamu dengan hal
itu, dan pasti pada hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu
perselisihkan itu. Yakni, ada yang menafsirkan, bahwa kaum muslimin yang jumlahnya
masih sedikit itu telah mengadakan perjanjian yang kuat dengan Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Ketika mereka melihat orang-orang Quraisy berjumlah banyak, lalu timbullah
keinginan mereka untuk membatalkan perjanjian dengan Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam itu. Perbuatan tersebut dilarang oleh Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Ada
pula yang menafsirkan, bahwa kaum muslimin bersekutu dengan golongan lain, namun
ketika mereka mendapatkan golongan yang lebih banyak jumlahnya dan lebih kuat,
6 Jalāluddin al-Suyuthiy, Lubab al-Nuqūl fi Asbāb al-Nuzūl (Cet. III; Bairut: al-Maktbat al-‘Ashriah, 200), hlm. 151.
i
mereka membatalkan perjanjiannya dengan golongan yang lama, dan mengikat perjanjian
baru dengan golongan yang lebih banyak itu. Semua itu dilakukan mengikuti hawa nafsu
dan kepentingan duniawi, wallahu a’lam.
Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Dia
menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia
kehendaki. Tetapi kamu pasti akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan. Yakni,
Akan tetapi hidayah dan penyesatan-Nya termasuk perbuatan-Nya yang mengikuti ilmu
dan kebijaksanaan-Nya, Dia memberikan hidayah kepada yang berhak menerimanya
kaena karunia-Nya, dan menyesatkan kepada yang layak disesatkan karena keadilan-Nya.
Dan janganlah kamu jadikan sumpah-sumpahmu sebagai alat penipu di antaramu, yang
menyebabkan kaki(mu) tergelincir setelah tegaknya (kokoh), dan kamu merasakan
keburukan (di dunia) karena kamu menghalangi (manusia) dari jalan Allah, dan kamu
akan mendapat azab yang besar. Yakni, Dari jalan Islam, di mana jika kamu mau, kamu
akan memenuhi dan jika kamu mau, kamu melanggar sesuai hawa nafsumu sehingga
kakimu tergelincir dari jalan yang lurus.7
i
kewajiban-kewajiban di sini ada dua pendapat pula, yang pertama adalah tidak
menyempurnakannya, yang kedua adalah meninggalkannya. Pendapat yang kedua dari makna
amanat adalah agama, ini adalah pendapat Ibnu Zaid, maka maknanya menjadi “Janganlah
kalian menampakkan keimanan sedangkan kalian menyembunyikan kekufuran”. Adapun
pendapat yang ketiga dari makna amanat adalah makna umum yang mencakup khianat pada
semua yang diamanahkan, dan ini di kuatkan dengan turunnya ayat ini pada apa yang dialami
oleh Abu Lubabah.
Dan Ibnu Katsir mengatakan “Aku mengatakan : Yang benar bahwasannya ayat ini
bersifat umum, meskipun ayat ini turun berdasarkan sebab khusus, maka lebih tepat diambil
keumuman lafadz bukan kekhususan sebab menurut jumhur ulama ”.
Berdasarkan penjelasan As-Sudiy dan Ibnu Katsir diatas dapat diketahui bahwa ayat ini
bersifat umum. Dan sifat khianat sebagaimana yang disebutkan pada ayat ini mencakup banyak
hal, dan tidak hanya mencakup khianat pada amanah yang diberikan orang lain kepada kita, akan
tetapi tercakup pula khianat pada apa-apa yang diwajibkan Allah kepada hamba-Nya.
Diantara bentuk khianat kepada Allah adalah meninggalkan kewajiban-kewajiban yang di
bebankan Allah kepada kita, dan menerjang larangan-larangan Allah yang di peruntukkan
kepada kita. Hal ini bisa dengan meninggalkan salah satu dari rukun yang lima ( Rukun Islam ),
atau melanggar larangan-larangan yang terdapat dalam Al-Qur’an ataupun Sunnah, seperti
minum khamar, makan daging yang disembelih tidak dengan nama Allah, atau yang lainnya.
Termasuk pula di dalamnya seseorang yang tidak membulatkan keikhlasannya kepada Allah
ketika beramal, atau dia melakukannya tidak karena Allah.
Adapun bentuk khianat kepada Rasulullah adalah dengan meninggalkan sunnah-sunnah
beliau yang beliau ajarkan kepada kita, membencinya meskipun kita mengetahui secara jelas
kebenarannya, seperti meninggalkan kewajiban sholat berjamaah lima waktu di masjid,
mencukur jenggot secara sengaja padahal dia tahu bahwa Nabi melarang perbuatan tersebut, juga
sunnah-sunnah lain yang beliau ajarkan.
Sebagai kaum muslimin apabila berjanji sesuatu kepada orang lain, maka harus
dilaksanakan, tidak boleh dikhianati. Berkhianat berasal dari kata “khianat“ yang artinya Tidak
Setia dan Durhaka. Berkhianat berarti berbuat sesuatu disertai dengan unsur tipu daya.
Berkhianat juga bisa diartikan “tidak lagi memiliki kesetiaan”. Sifat ini sangat tercela, karena
i
selain dapat merugikan dan membahayakan orang lain, juga dapat merugikan dan
membahayakan diri sendiri.
Berkhianat juga berarti tidak amanah. Orang-orang yang suka berkhianat tidak akan
dapat dipercaya karena jika ia diberikan kepercayaan, ia akan selalu mengkhianati dan menyalah
gunakan kepercayaan itu.
Bahaya yang timbul akibat dari khianat adalah:
َ ب َع ْن َح ْمزَ ة َ َو
سا ِل ٍم ا ْب َن ْي ٍ ع ْن اب ِْن ِش َها َ سُ ُب أ َ ْخ َب َر ِني يُون
ٍ َحدَّثَنِي َح ْر َملَةُ ب ُْن َي ْحيَى أَ ْخبَ َرنَا اب ُْن َو ْه
سلَّ َم يَقُو ُل ِل ُك ِل غَاد ٍِر ِل َواء يَ ْو َم
َ علَ ْي ِه َو َّ صلَّى
َ َُّللا ِ َّ سو َل
َ َّللا َ ع َم َر قَا َل
ُ س ِم ْعتُ َر َّ ََّللاِ أ َ َّن َع ْبد
ُ ََّللاِ بْن َّ ع ْب ِد َ
ْال ِق َيا َم ِة
Artinya : “ Telah menceritakan kepadaku Harmalah bin Yahya telah mengabarkan
kepada kami Ibnu Wahb telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab dari Hamzah dan
Salim yang keduanya adalah anak Abdullah, bahwa Abdullah bin Umar berkata : " Aku
mendengar Rasulullah SAW bersabda : " Setiap pengkhianat akan membawa benderanya
masing-masing di hari Kiamat kelak ". ( H. R. Muslim ).
Melanggar amanah dan menyia-nyiakannya merupakan tanda rusaknya aturan dan
norma-norma kehidupan dan merupakan tanda dekatnya hari Kiamat. Setiap manusia wajib
menunaikan amanah menurut apa yang telah disyari'atkan, meskipun orang lain berbuat khianat
dan melakukan tipu daya terhadap dirinya. Sebab, khianat merupakan sifat orang munafik.
Hadits Nabi SAW :
َ َعدَ أ َ ْخل
َف َوإِذَا ائْت ُ ِمنَ خَان َ ب َوإِذَا َو ِ ِآيَةُ ْال ُمنَاف
َ ق ث َ ََلث إِذَا َحد
َ ََّث َكذ
Artinya : “ Tanda kemunafikan ada tiga : apabila bercerita ia dusta, apabila berjanji ia
tidak menepatinya dan apabila diberi amanah ia berkhianat ”. ( H. R. Muslim).9
8 Ujang Solahudin, Materi Hadits DTA 2 Bab 3 ( Larangan Khianat ), (Cirebon: guru qur'an hadits di Mts Negeri Karangsembung, 2014), Hlm. 1.
i
Seorang mukmin wajib menjauhi sifat khianat, baik itu khianat kepada Allah dengan
tidak menunaikan amanah yang di berikan kepadannya berupa kewajiban-kewajiban yang harus
di jalankan seorang hamba, dan dengan melanggar larangan-Nya, atau khianat pada apa yang
diamanahkan orang lain kepadannya berupa jabatan, pekerjaan, ataupun barang atau benda yang
harus di jaga.
Khianat merupakan pintu masuk segala kejelekan, dan tempat tumbuhnya segala
keburukan dan kejahatan, apabila sifat ini telah menyebar di tengah-tengah masyarakat maka
akan rusaklah tatanan yang ada dalam masyarakat tersebut. Maka munculah penguasa-penguasa
yang dholim, pejabat-pejabat yang korup, yang akan menghancurkan semua sendi-sendi keadilan
dalam masyarakat.
Allah Yang Maha Kuat lagi Maha Perkasa, Yang menciptakan seluruh makhluk, telah
mengharamkan perbuatan zholim atas diri-Nya. Sebagaimana diterangkan dalam haditsQudsi,
Allah berfirman,
9 Hadits Abu Hurairah R. A. Riwayat Al-Bukhari no. 33, 2682, 2749, 6095, Muslim no. 59 dan At-Tirmidzi no. 2636.
10 Hadits riwayat Muslim no. 2577 dari Abu Dzar radhiyallâhu ‘anhu.
i
“Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya
sendiri dan barangsiapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri; dan sekali-kali
tidaklah Rabb-mu menzholimi hamba-hamba-Nya.” (QS. Fushshulit : 46)
“Sesungguhnya Allah tidak berbuat zholim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi
manusia itulah yang berbuat zholim kepada diri mereka sendiri.” (QS. Yûnus : 44)
“Sesungguhnya Allah tidak menzholimi seseorang walaupun sebesar dzarrah, dan jika
ada kebajikan sebesar dzarrah, niscaya Allah akan melipat gandakannya dan memberikan dari
sisi-Nya pahala yang besar.” (QS. An-Nisâ` : 40)
“Allah tidaklah menzholimi mereka, akan tetapi merekalah yang menzholimi diri mereka
sendiri.” (QS. Âli Imrân : 117)
Dan dalam berbagai nash, diterangkan bahwa perbuatan zholim tidak pernah membawa
kebaikan bagi pelakunya di dunia maupun di akhirat.
“Sesungguhnya Allah memberi tangguhan kepada orang yang zholim, hingga ketika
Allah mengazabnya, ia tidak akan melepaskannya lagi. Kemudian beliau membaca firman-Nya
“Dan begitulah azab Rabb-mu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat
zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.”11
11 Hadits Abu Musa Al-Asy’ary radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry no. 4686, Muslim no. 2583, At-Tirmidzy no. 3120 dan Ibnu Mâjah no. 4018.
12 Hadits Ibnu ‘Umar radhiyallâhu ‘anhuma riwayat Al-Bukhâry no. 2447, Muslim no. 2579 dan At-Tirmidzy no. 2035. Dan hadits Jâbir radhiyallâhu ‘anhuma riwayat Muslim
no. 2578. Dan Al-Kattaniy menggolongkannya sebagai hadits mutawâtir. Baca Nazhmul Mutanâtsir Min Al-Ahâdîts Al-Mutawâtir hal. 177.
i
Bahkan Allah Jalla wa ‘Azza menyatakan dalam berbagai ayat akan bahaya perbuatan
zholim,
“Orang-orang yang berbuat zholim tidak ada seorang penolongpun baginya.” (QS. Al-
Baqarah : 270, Âli Imrân : 192, Al-Mâ`idah : 72)
“Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zholim.” (QS. Al-
Baqarah : 258, Âli Imrân : 86, At-Taubah : 19, 109, Ash-Shoff : 7, Al-Jumu’ah : 5)
“Orang-orang yang zholim tidak mempunyai teman setia seorangpun dan tidak (pula)
mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya.” (QS. Ghôfir : 18)
Dan betapa meruginya orang yang berbuat kezholiman pada hari kiamat,
“Dan tunduklah semua muka (dengan berendah diri) kepada (Allah) Yang Hidup Kekal
lagi senantiasa mengurus (makhluk-Nya). Dan sesungguhnya telah merugilah orang yang
melakukan kezholiman.” (QS. Thôhâ : 111)
Tiada penyesalan yang bermanfaat dan tiada harta yang bisa menebus siksaan bagi pelaku
kezholiman,
“Dan (ingatlah) hari (ketika itu) orang yang zholim menggigit dua tangannya, seraya
berkata, “Aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama Rasul.” Kecelakaan
besarlah bagiku; kiranya aku (dulu) tidak menjadikan si fulan itu teman akrab
(ku).Sesungguhnya dia telah menyesatkan aku dari Al-Qur`ân ketika Al-Qur`ân itu telah datang
kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.” (QS. Al-Furqân : 27-29)
“Dan sekiranya orang-orang yang zholim mempunyai apa yang ada di bumi semuanya
dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus dirinya dengan itu dari
siksa yang buruk pada hari kiamat. Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum
pernah mereka perkirakan.” (QS. Az-Zumar : 47)
i
Dan perlu diketahui oleh seluruh kaum muslimin bahwa seluruh bentuk kezholiman, baik
itu berupa kesyirikan, dosa dan maksiat yang merupakan kezholiman pada diri sendiri, atau dosa
yang kaitannya antara sesama makhluk, seluruh bentuk kezholiman tersebut adalah termasuk hal
yang mengancam sebuah bangsa maupun negara. Allah telah mengingatkan hal tersebut dalam
beberapa ayat,
“Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zholim, dan
telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka.” (QS. Al-Kahfi : 59)
“Dan berapa banyaknya (penduduk) negeri yang zholim yang telah Kami binasakan, dan
Kami adakan sesudah mereka itu kaum yang lain (sebagai penggantinya).” (QS. Al-Anbiyâ` :
11)
“Dan tidak adalah Rabbmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota
itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula)
Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan
kezholiman.” (QS. Al-Qashash : 59)
“Berapa banyak kota yang Kami telah membinasakannya, yang penduduknya dalam
keadaan zalim, maka (tembok-tembok) kota itu roboh menutupi atap-atapnya dan (berapa
banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan serta istana yang tinggi.” (QS. Al-Hajj : 45)
Dan haram hukumnya untuk membela dan melindungi orang-orang yang berbuat
kezholiman,
Adapun perbuatan khianat, ia adalah hal yang tercela dalam seluruh syari’at. Syari’at kita
telah menjelaskan haram berbuat khianat dalam segala perkara, baik itu khianat terhadap sesama
muslim ataupun khianat terhadap orang kafir yang terkait mu’amalat dengannya.
i
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul
(Muhammad) dan (juga) janganlah kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepada kalian, sedang kalian mengetahui.” (QS. Al-Anfâl : 27)
“Dan bahwasanya Allah tidak meridhai tipu daya orang-orang yang berkhianat.” (QS.
Yûsuf : 52)
“Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi mengingkari
nikmat.” (QS. Al-Hajj : 38)
“Tanda kemunafikan ada tiga; apabila bercerita ia dusta, apabila berjanji ia tidak
menepatinya dan apabila diberi amanah ia berkhianat.”13
Dan Allah melarang untuk membela dan melindungi orang-orang yang berbuat khianat,
“Dan janganlah kamu menjadi pembela orang-orang yang khianat.” (QS. An-Nisâ` :
105)
Dan akhlak mulia yang diperintah dalam syari’at Islam adalah menepati janji.
13 Hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry no. 33, 2682, 2749, 6095, Muslim no 59 dan At-Tirmidzy no. 2636.
i
“(Bukan demikian), sebenarnya siapa yang menepati janji (yang dibuatnya) dan
bertakwa, maka sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa.” (QS. Âli Imrân :
76)
Dan perbuatan melanggar janji (ghodar) adalah dosa yang sangat besar dalam syari’at.
Rasulullâh shollallâhu ‘alaihi wa ‘alâ âlihi wa sallam bersabda,
“Diangkat bagi setiap orang yang ghodar bendera pada hari kiamat, dikatakan : “Inilah
ghodarnya si fulan”.
14 Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Âsh radhiyallâhu ‘anhuma riwayat Al-Bukhâry no. 34, 2459, 3178 dan Muslim no. 2635.
i
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Khianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atas amanat atau kepercayaan yang telah
dilimpahkan kepadanya. Khianat biasanya disertai bohong dengan mengobral janji. Khianat
adalah ciri-ciri orang munafik. Orang yang telah berkhianat akan dibenci orang disekitarnya dan
kemungkinan besar tidak akan dipercaya lagi untuk mengemban suatu tanggung jawab di
kemudian hari. Dan ciri-ciri orang munafik ada tiga, apabila berkata ia berdusta, apabila berjanji
mengingkari, dan apabila dipercaya maka ia berkhianat.
Sebagai kaum muslimin apabila berjanji sesuatu kepada orang lain, maka harus
dilaksanakan, tidak boleh dikhianati. Berkhianat berasal dari kata “ khianat “ yang artinya Tidak
Setia dan Durhaka. Berkhianat berarti berbuat sesuatu disertai dengan unsur tipu daya.
Berkhianat juga bisa diartikan “ tidak lagi memiliki kesetiaan ”. Sifat ini sangat tercela, karena
selain dapat merugikan dan membahayakan orang lain, juga dapat merugikan dan
membahayakan diri sendiri.
i
DAFTAR PUSTAKA
Hadits ‘Abdullah bin ‘Amr bin ‘Âsh radhiyallâhu ‘anhuma riwayat Al-Bukhâry no. 34, 2459,
3178 dan Muslim no. 2635.
Hadits Abu Musa Al-Asy’ary radhiyallâhu ‘anhu riwayat Al-Bukhâry no. 4686, Muslim no.
2583, At-Tirmidzy no. 3120 dan Ibnu Mâjah no. 4018.
Hadits Ibnu ‘Umar radhiyallâhu ‘anhuma riwayat Al-Bukhâry no. 2447, Muslim no. 2579 dan
At-Tirmidzy no. 2035. Dan hadits Jâbir radhiyallâhu ‘anhuma riwayat Muslim no. 2578. Dan
Al-Kattaniy menggolongkannya sebagai hadits mutawâtir. Baca Nazhmul Mutanâtsir Min Al-
Ahâdîts Al-Mutawâtir hal. 177.
Hadits riwayat Muslim no. 2577 dari Abu Dzar radhiyallâhu ‘anhu.
Solahudin Ujang. 2014. Materi Hadits DTA 2 Bab 3 ( Larangan Khianat). Cirebon: guru qur'an
hadits di Mts Negeri Karangsembung.
Hadits Abu Hurairah R. A. Riwayat Al-Bukhari no. 33, 2682, 2749, 6095, Muslim no. 59 dan
At-Tirmidzi no. 2636.
https://www.tafsir.id/2017/01/tafsir-surat-an-nahl-ayat-84-96.html, 20-5-2018, 17.06.
Al-Suyuthiy Jalāluddin. Lubab al-Nuqūl fi Asbāb al-Nuzūl. Cet. III; Bairut: al-Maktbat al-
‘Ashriah, 200
http://www.tafsir.web.id/2013/01/tafsir-nisa-ayat-104-112.html, 5-5-2018, 15.58.
Damanhuri. 2010. Akhlak Tasawuf. Banda Aceh: Yayasan PeNA, Cet.2.
Anieg Mukhammad. 2016. Merasakan Tasawuf. Demak: STIQ Islamic Centre, Vol.3 No.1.
Putri Rizki Agustya. 2015. Representasi Akhlak Mahmudah Dan Mazmumah Dalam Program
“Oh Ternyata” Di Trans Tv. Semarang: Universitas Islam Negeri Walisongo.
i
BIODATA PENULIS
NAMA : Amalia Dwi Cahyani
TTL : Pasuruan, 22 Agustus 1998
ALAMAT : Nganglang, Bangil, Pasuruan
NO. HP : 081937032427
HOBI : Memasak
MOTTO : Jika kamu ingin hidup bahagia, terikatlah pada tujuan, bukan orang atau benda.