Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS KESEHATAN MASYARAKAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

DENGAN PREVALENSI PENYAKIT HEPATITIS TERTINGGI DI INDONESIA

Dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat

Disusun oleh:

Ihsan Rahmatillah 260112170522

Adil Prawira Budiman 260112170542

Hidayatun Nisa 260112170556

Indriani Saraswati 260112170568

Ina Widia 260112170576

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
A. Pendahuluan
Hepatitis adalah penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis A, B, C, D atau E. Hepatitis
dapat menimbulkan gejala demam, lesu, hilang nafsu makan, mual, nyeri pada perut kanan atas, disertai urin warna
coklat yang kemudian diikuti dengan ikterus (warna kuning pada kulit dan/sklera mata karena tingginya bilirubin
dalam darah). Hepatitis dapat pula terjadi tanpa menunjukkan gejala (asimptomatis).
Salah satu tenaga kesehatan yang berperan penting dalam menangani masalah kesehatan masyarakat adalah
Apoteker yang memberikan pelayanan berdasarkan Pharmaceutical Care, mengingat banyak ditemukannya
masalah yang berkaitan dengan obat dan penggunaannya; semakin meningkatnya keadaan sosio-ekonomi dan
tingkat pendidikan masyarakat; serta adanya tuntutan dari masyarakat akan pelayanan kefarmasian yang bermutu
terutama di rumah sakit maupun di komunitas. Penekanan Pharmaceutical Care terletak pada dua hal utama, yaitu:
 Apoteker memberikan pelayanan kefarmasian yang dibutuhkan pasien sesuai kondisi penyakit, dalam hal
ini adalah penyakit Hepatitis dengan memberikan penyuluhan tentang pentingnya menjaga kebersihan serta
melakukan imunisasi terhadap hepatitis
 Apoteker membuat komitmen untuk meneruskan pelayanan setelah dimulai secara berkesinambungan.

B. Aspek - Aspek yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan Masyarakat NTT


1. Geografis NTT
Wilayah Provinsi NTT secara geografis terletak di antara 8o -12o Lintang Selatan dan 118o – 125o Bujur Timur.
Luas wilayah daratan 48.718,10 Km2 dan luas wilayah lautan 15.141.773, 10 Ha yang tersebar pada 1.192 pulau.
43 pulau yang dihuni, 1.149 pulau belum dihuni, 246 pulau sudah bernama dan 946 lainnya belum bernama.
Memiliki sungai besar sebanyak 40 sungai dengan panjang antara 25-118 Kilometer. Wilayahnya membentang
sepanjang 160 Km dari Utara di Pulau Palue sampai Selatan di Pulau Ndana dan sepanjang 400 Km dari bagian
barat di Pulau Komodo sampai Alor di bagian Timur. Batas-batas wilayah yaitu; Sebelah Utara dengan Laut Flores,
Sebelah Selatan dengan Samudera Hindia dan Australia, Sebelah Timur dengan Negara Republic Democratic
Timor Leste; dan Sebelah Barat dengan Selat Sape Provinsi Nusa Tenggara Barat

2. Aspek Pendidikan
Di Provinsi NTT pada tahun Pada tahun 2014 penduduk NTT yang berumur 10 tahun ke atas adalah sebesar
3.816.048 orang. Dari angka tersebut atas kepemilikan ijazah yang dimiliki adalah sebagai berikut : persentase
penduduk Provinsi NTT berusia 10 tahun ke atas yang tidak/belum pernah bersekolah atau tidak memiliki tidak
memiliki ijazah SD atau tidak tamat SD adalah sebesar 36,27 %, yang memiliki ijazah atau tamat SD/MI sebesar
32,61 % , memiliki ijazah atau tamat SMP/MTs sebesar 12,74 %, memiliki ijazah atau tamat SMA sebesar 13,83 %
dan yang memilik atau tamat Universitas adalah sebesar 4,56 %.

3. Aspek Kecukupan Gizi


Faktor yang dapat memperburuk derajat kesehatan masyarakat adalah rendahnya konsumsi makanan bergizi,
kurangnya sarana kesehatan, keadaan sanitasi dan lingkungan yang tidak layak. Faktor terpenting dalam upaya
peningkatan kesehatan ada pada manusianya yang bertindak sebagai subyek sekaligus objek pelayanan kesehatan.

C. Analisis Derajat Kesehatan Masyarakat NTT Tahun 2015


1. Angka Kematian
Gambaran perkembangan derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari kejadian kematian dalam masyarakat dari
waktu ke waktu. Kejadian kematian dapat digunakan sebagai indikator dalam penilaian keberhasilan program
pembangunan kesehatan yang telah dilaksanakan. Berikut adalah besar tingkat kematian yang terjadi di NTT pada
periode terakhir:
a. Angka Kematian Bayi (AKB)
 Pada tahun 2013 kasus kematian bayi = 1.286 kasus atau 13,5/1000 KH
 Pada tahun 2014 kasus kematian bayi = 1.280 kasus atau 14/1000 KH
 Pada tahun 2015 kasus kematian bayi = 1.388 kasus atau 11/1000 KH.
b. Angka Kematian Anak Balita (AKABA)
 Pada tahun 2013 kematian balita = 1.367 atau 14,4/1.000 KH
 Pada tahun 2014 kematian balita = 1.408 atau 15/1000 KH
 Pada tahun 2015 kematian balita = 1.568 atau 12/1000 KH
c. Angka Kematian Ibu (AKI)
 Pada tahun 2013 kematian ibu = 176 kematian atau 185,6/100.000 KH
 Pada tahun 2014 kematian ibu = 158 kematian atau 169/100.000 KH
 Pada tahun 2015 kematian ibu = 178 kematian atau 133/100.000 KH
d. Angka Kematian Kasar
Estimasi Angka Kematian Kasar (AKK) menurut BPS tahun 2010 menyebutkan bahwa AKK
penduduk NTT sebesar 8,4 per 1.000 penduduk.
e. Umur Harapan Hidup Waktu Lahir (UHH)
Data SDKI 2007 menunjukkkan bahwa UHH di Provinsi NTT sebesar 65,1 tahun, untuk jenis
kelamin UHH perempuan sebesar 67,2 tahun dan laki-laki sebesar 62,9 tahun. Berdasarkan data dari BPS
NTT Tahun 2010 UHH NTT rata-rata 65,28, meningkat menjadi 65,45 tahun 2011, tahun 2012 menjadi
65,64, tahun 2013 menjadi 65,82, tahun 2014 menjadi 65,91 dan tahun 2015 menjadi 65,96

2. Kasus Penyakit Hepatitis di NTT


Hasil Riskesdas tahun 2013, di antara 4 jenis hepatitis yang dikenal, jenis hepatitis yang terbanyak
penderitanya di Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah hepatitis B (29,6 %) lalu disusul oleh hepatitis A (27,9
%) sedangkan hepatitis C dan hepatitis lainnya sangat kecil proporsinya dan bahkan kedua jenis hepatitis
terakhir ini hanya ditemukan di 1 atau 2 kabupaten/kota saja. Kabupaten/kota yang tertinggi proporsi hepatitis B
adalah Sabu Raijua (100 %) dan hanya jenis hepatitis tersebut yang ditemukan di kabupaten itu. Adapun
proporsi hepatitis A yang tertinggi adalah di Manggarai (74,6 %). Kasus ini dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan atau pendidikan masyarakat yang kurang akan pentingnya kesehatan, kurangnya konsumsi
makanan bergizi, kurangnya sarana kesehatan, keadaan sanitasi dan lingkungan yang tidak layak.

D. Peran Apoteker Terhadap Penyakit Hepatitis


Peran aktif apoteker di antaranya adalah melakukan upaya pencegahan penyakit hepatitis yang diwujudkan
melalui pemberian penyuluhan kepada masyarakat tentang penyakit-penyakit hepatitis meliputi gejala awal, sumber
penyakit, cara pencegahan dan pertolongan pertama yang harus dilakukan ; pembuatan buletin, leaflet, poster, dan
iklan layanan masyarakat seputar penyakit hepatitis dalam rangka edukasi di atas ; berpartisipasi dalam upaya
pengendalian infeksi di rumah sakit melalui Komite Pengendali Infeksi dengan memberikan saran tentang
pemilihan antiseptik dan desinfektan; menyusun prosedur, kebijakan untuk mencegah terkontaminasinya produk
obat yang diracik di instalasi farmasi atau apotek; menyusun rekomendasi tentang penggantian, pemilihan alat-alat
kesehatan, injeksi, infus, alat kesehatan yang digunakan untuk tujuan baik invasive maupun non-invasif, serta alat
kesehatan balut yang digunakan di ruang perawatan, ruang tindakan, maupun di unit perawatan intensif (ICU).
Penyuluhan dapat dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung. Penyuluhan langsung dapat dilakukan secara
perorangan maupun kelompok; sedangkan penyuluhan tidak langsung dapat dilakukan melalui penyampaian pesan-
pesan penting dalam bentuk brosur, leaflet atau tulisan dan gambar di dalam media cetak atau elektronik.
Penyuluhan secara personal atau langsung dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatannya
Selain itu Apoteker juga harus dapat memberikan informasi dan edukasi kepada pasien untuk mempercepat
proses penyembuhan, mencegah bertambah parah atau mencegah kambuhnya penyakit. Hal ini dilakukan dengan
cara memberikan informasi kepada pasien tentang penyakitnya dan perubahan pola hidup yang harus dijalani
(misalnya: diet rendah lemak dan garam, tidak minum minuman beralkohol, istirahat yang cukup), menjelaskan
obat-obat yang harus digunakan, indikasi, cara penggunaan, dosis, dan waktu penggunaannya, serta melakukan
konseling kepada pasien untuk melihat perkembangan terapinya dan memonitor kemungkinan terjadinya efek
samping obat.
Apoteker juga mengedukasi masyararakat mengenai cara pencegahan hepatitis yang dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari hari, diantaranya selalu mengkonsumsi makanan dan minuman dalam keadaan bersih,
selalu mencuci tangan ketika hendak makan, tidak mengkonsumsi alkohol, memasak air hingga mendidih, hindari
memakan daging yang masih mentah atu kurang masak, tidak menggunakan peralatan mandi secara bergantian
dengan orang lain, tidak melakukan seks bebas, serta melakukan vaksin hepatitis.

E. Simpulan
NTT merupakan provinsi dengan prevalensi kasus hepatitis tertinggi di Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh
tingkat pengetahuan atau pendidikan masyarakat yang kurang akan pentingnya kesehatan, kurangnya konsumsi
makanan bergizi, kurangnya sarana kesehatan, keadaan sanitasi dan lingkungan yang tidak layak. Salah satu
penanganan dalam kasus ini adalah di butuhkan peran dari tenaga kesehatan salah satunya Apoteker untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat berdasarkan Pharmaceutical Care mulai dari preventif, kuratif,
rehabilitatif dan promotif dalam hal membantu memaksimalkan terapi pasien, memonitoring penggunaan obat
pada pasien, mengadakan konsultasi bersama pasien tentang obat, hingga mengedukasi pasien untuk dapat
meningkatkan derajat kehidupan dan kesehatannya.
Daftar Pustaka
Dinas Kesehatan Provinsi NTT. 2016. Profil Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2015 . NTT: Dinas Kesehatan.
Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Provinsi NTT tahun 2015. Jakarta. Kemenkes RI
Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan. 2007. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hati. Jakarta : Direktorat Bina Framasi Komunitas dan Klinik.

Anda mungkin juga menyukai