Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia semakin hari semakin
meningkat, hal ini dapat dilihat dari data yang dikeluarkan oleh Dinas
Kependudukan tahun 2000-2025 yang menunjukkan bahwa untuk Indonesia
secara umum, jumlah penduduk akan mengalami peningkatan dari 205,1 juta di
tahun 2000 menjadi 273,1 juta di tahun 2025. Dari hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa sebenarnya kita membutuhkan adanya fasilitas dan sarana
yang dapat melayani kelahiran yang akan terjadi. Salah satu fasilitas tersebut
diwujudkan dalam bentuk sebuah Rumah Sakit Ibu dan Anak yang khusus
menangani ibu hamil, bersalin dan bayi baru lahir, sampai anak hingga menjadi
dewasa.
Kesehatan ibu dan anak merupakan hal yang sangat mendasar didalam
menciptakan keluarga yang sejahtera. Anak sebagai generasi penerus perlu
mendapat perhatian khusus dalam pemeliharaan kesehatannya, sehingga tingkat
kesakitan atau kematian anak dapat dikurangi. Peningkatan pelayanan anak
dirasakan sangat perlu. Anak pada golongan usia balita pada masa itu perlu
mendapatkan prioritas utama karena merupakan masa rawan, sehingga anak
mudah terkena infeksi atau kekurangan gizi. Pertumbuhan dan kesehatan diusia
selanjutnya sangat bergantung pada penanganan kesehatan anak pada usia balita
tersebut
Persalinan merupakan salah satu peristiwa penting dan senantiasa diingat
dalam kehidupan wanita. Setiap wanita memiliki pengalaman melahirkan
tersendiri yang dapat diceritakan ke orang lain. Memori melahirkan, peristiwa
dan orang-orang yang terlibat dapat bersifat negatif atau positif, dan pada
akhirnya dapat menimbulkan efek emosional dan reaksi psikososial jangka
pendek dan jangka panjang. Persalinan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan
tempat persalinan berlangsung.
2

Idealnya, setiap wanita yang bersalin dan tim yang mendukung serta
memfasilitasi usahanya untuk melahirkan bekerja sama dalam suatu lingkungan
yang paling nyaman dan aman bagi ibu yang melahirkan. Persalinan difasilitas
kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga yang siap menolong sewaktu-waktu
terjadi komplikasi persalinan.
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan
atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan
dipimpin oleh seorang tenaga medis. Tenaga medis adalah dokter, dokter
spesialis, dokter kandungan atau dokter kandungan spesialis, sedangkan tenaga
kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
Klinik bersalin merupakan lembaga yang bekerja dalam memberikan
pelayanan kesehatan terhadap masyarakat khususnya wanita hamil memberikan
solusi bagi permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat, disamping
memberikan pelayanan-pelayanan terhadap masyarakat, klinik bersalin juga
memiliki segi bisnis yang berjalan didalamnya. Semakin besar suatu klinik
bersalin itu akan semakin komplek proses-proses yang berjalan di dalamnya.
Dan semakin banyak permasalahan yang harus dipecahkan dan itu
membutuhkan penanganan yang tepat untuk memecahkan permasalahan
tersebut. Penelitian terus dilakukan untuk membangun system informasi baru
dan pengembangan-pengembangan terhadap sistem yang telah ada. Semua itu
dilakukan untuk menghasilkan sistem informasi yang benar-benar dibutuhkan
oleh masyarakat dan dapat membantu memecahkan permasalahan-
permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat, sehingga masyarakat semakin
baik.
3

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Untuk mengetahui tentang klinik
1.2.2 Untuk mengetahui tentang klinik bersalin
1.2.3 Untuk mengetahui tentang pendirian Klinik Femina Center

1.3 Manfaat
I.3.1 Dapat menambah informasi dan sumber pembelajaran tentang klinik
secara umum
1.3.2 Dapat mengetahui dan menambah referensi tentang klinik bersalin
1.3.3 Dapat mengetahui latar belakang dan kiat – kiat untuk mendirikan klinik
Femina Center
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klinik
2.1.1 Definisi
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar
dan/ atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga
kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis. Tenaga medis adalah
dokter, dokter spesialis, dokter kandungan atau dokter kandungan spesialis,
sedangkan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan
melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (Permenkes RI
No.9/Menkes/Per/I/2014).

2.1.2 Fungsi Klinik


2.1.3 Klasifikasi dan jenis pelayanan
a. Klasifikasi
Berdasarkan jenis pelayanannya, klinik dibagi menjadi Klinik Pratama
dan Klinik Utama menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 028/Menkes/Per/I/2011.
a. Klinik Pratama merupakan klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik dasar.
b. Klinik Utama merupakan klinik yang menyelenggarakan
pelayanan medik spesialistik atau pelayanan medik dasar dan
spesialistik. Klinik Pratama atau Klinik Utama dapat
mengkhususkan pelayanan pada satu bidang tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ atau jenis penyakit tertentu.
5

b. Pelayanan Klinik
Kategori kegiatan pelayanan kesehatan dibagi menjadi medis dan non
medis (Widya, 2012:24).
a. Medis
- Pemeriksaan, melayani pemeriksaan kesehatan pada pasien.
- Farmasi, pelayanan kesehatan yang penyediaan obat-obatan.
Pendistribusian obat dilakukan ke bagian perawatan, pelayanan
dan penunjang secara medis.
- Tindakan medis, pelayanan persalinan untuk menolong
kelahiran.
- Perawatan, bagian ini dibedakan atas perawatan ibu dan bayi,
masing-masing bagian perawatan mendapat pengawasan dari
perawat atau bidan.
b. Non Medis
- Kegiatan administrasi, meliputi kegiatan pendaftaran pasien,
mendata keluhan dan penyakit pasien, serta laporan
perkembangan pasien.
- Kegiatan perawatan inap, ruang inap beserta seluruh
pendukungnya.
- Pendukung pelayanan medis, fungsi-fungsi yang terkait, seperti
laboratorium, dll.
- Kegiatan pendukung non medis, terdiri dari kantor dll.
- Kegiatan komersial dan sosial, berfungsi sebagai salah satu
pemasukan seperti area parkir, kantin dll.
- Service penunjang, meliputi dapur, pos keamanan, janitor, dll.

Berdasarkan pelaku kegiatan dibedakan 4, yaitu pasien (ibu


hamil), pengantar, tenaga medis dan staff (Hadibowo, 2014:4).
- Pasien (ibu hamil) : pemeriksaan, konsultasi, USG, proses
persalinan, pemulihan.
- Pengantar : menunggu, beristirahat, mencari informasi,
mengambil oba
6

- Tenaga medis : menolong persalinan, diskusi dan rekam medis,


penelitian, beristirahat
- Staff : bekerja, pelayanan, beristirahat
2.1.4 Struktur organisasi
- Pemilik
o Direktur utama
 Manager operasional
 Kabag medis (rawat jalan, rawat inap,
farmasi, labolatorium, inseminasi)
 Kabag umum (administrasi umum,
penunjang dan pajak, logistik, personalia
dan humas, HRD dan training, marketing)
 Kabag penunjang medis (rumah tangga,
sekuriti, driver dan limbah)
 Akuntansi
 Teknologi informasi

2.1.5 Syarat mendirikan klinik


a. Lokasi
1) Pemerintah daerah kabupaten/kota mengatur persebaran Klinik yang
diselenggarakan masyarakat di wilayahnya dengan memperhatikan
kebutuhan pelayanan berdasarkan rasio jumlah penduduk.
2) Lokasi Klinik harus memenuhi ketentuan mengenai persyaratan
kesehatan lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
b. Bangunan
1) Bangunan Klinik harus bersifat permanen dan tidak bergabung fisik
bangunannya dengan tempat tinggal perorangan.
2) Ketentuan tempat tinggal perorangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak termasuk apartemen, rumah toko, rumah kantor,
rumah susun, dan bangunan yang sejenis.
7

3) Bangunan Klinik harus memperhatikan fungsi, keamanan,


kenyamanan dan kemudahan dalam pemberian pelayanan serta
perlindungan keselamatan dan kesehatan bagi semua orang
termasuk penyandang cacat, anak-anak dan orang usia lanjut.
Bangunan Klinik paling sedikit terdiri atas:
a. ruang pendaftaran/ruang tunggu
b. ruang konsultasi
c. ruang administrasi
d. ruang obat dan bahan habis pakai untuk klinik yang
melaksanakan pelayanan farmasi
e. ruang tindakan
f. ruang/pojok ASI
g. kamar mandi/wc
h. ruangan lainnya sesuai kebutuhan pelayanan.

Selain persyaratan sebagaimana dimaksud diatas, Klinik rawat inap


harus memiliki:
a. ruang rawat inap yang memenuhi persyaratan
b. ruang farmasi
c. ruang laboratorium
d. ruang dapur
e. Jumlah tempat tidur pasien pada Klinik rawat inap paling sedikit
5 (lima) buah dan paling banyak 10 (sepuluh) buah.
c. Prasarana
Prasarana Klinik meliputi:
a. instalasi sanitasi
b. instalasi listrik
c. pencegahan dan penanggulangan kebakaran
d. ambulans, khusus untuk Klinik yang menyelenggarakan rawat inap;
e. sistem gas medis
f. sistem tata udara
g. sistem pencahayaan
8

h. prasarana lainnya sesuai kebutuhan.


Sarana dan Prasarana Klinik harus dalam keadaan terpelihara dan
berfungsi dengan baik.
d. Ketenagaan
1) Penanggung jawab teknis Klinik harus seorang tenaga medis. Dan
harus memiliki Surat Izin Praktik (SIP) di Klinik tersebut, dan dapat
merangkap sebagai pemberi pelayanan.
2) Tenaga Medis hanya dapat menjadi penanggung jawab teknis pada
1 (satu) Klinik.
3) Ketenagaan Klinik rawat jalan terdiri atas tenaga medis, tenaga
keperawatan, Tenaga Kesehatan lain, dan tenaga non kesehatan
sesuai dengan kebutuhan.
4) Ketenagaan Klinik rawat inap terdiri atas tenaga medis, tenaga
kefarmasian, tenaga keperawatan, tenaga gizi, tenaga analis
kesehatan, Tenaga Kesehatan lain dan tenaga non kesehatan sesuai
dengan kebutuhan.
5) Tenaga medis pada Klinik pratama yang memberikan pelayanan
kedokteran paling sedikit terdiri dari 2 (dua) orang dokter dan/atau
dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.
6) Tenaga medis pada Klinik utama yang memberikan pelayanan
kedokteran paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang dokter spesialis
dan 1 (satu) orang dokter sebagai pemberi pelayanan. (3) Tenaga
medis pada Klinik utama yang memberikan pelayanan kedokteran
gigi paling sedikit terdiri dari 1 (satu) orang dokter gigi spesialis dan
1 (satu) orang dokter gigi sebagai pemberi pelayanan.
7) Setiap tenaga medis yang berpraktik di Klinik harus mempunyai
Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
8) Setiap tenaga kesehatan lain yang bekerja di Klinik harus
mempunyai Surat Tanda Registrasi (STR), dan Surat Izin Kerja
(SIK) atau Surat Izin Praktik (SIP) sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
9

9) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Klinik harus bekerja sesuai


dengan standar profesi, standar prosedur operasional, standar
pelayanan, etika profesi, menghormati hak pasien, serta
mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien.
10) Pendayagunaan tenaga kesehatan warga negara asing di Klinik
dilaksanakan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
11) Klinik yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 24 (dua puluh
empat) jam harus menyediakan dokter serta tenaga kesehatan lain
sesuai kebutuhan pelayanan dan setiap saat berada di tempat.
e. Peralatan
1) Klinik harus dilengkapi dengan peralatan medis dan nonmedis yang
memadai sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan.
2) Peralatan medis dan nonmedis sebagaimana dimaksud harus
memenuhi standar mutu, keamanan, dan keselamatan dan harus
memiliki izin edar sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3) Peralatan medis yang digunakan di Klinik harus diuji dan dikalibrasi
secara berkala oleh institusi pengujian fasilitas kesehatan yang
berwenang.
4) Peralatan medis yang menggunakan sinar pengion harus
mendapatkan izin sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
5) Penggunaan peralatan medis di Klinik harus dilakukan berdasarkan
indikasi medis.
f. Kefarmasian
1) Klinik rawat jalan tidak wajib melaksanakan pelayanan farmasi.
2) Klinik rawat jalan yang menyelenggarakan pelayanan kefarmasian
wajib memiliki apoteker yang memiliki Surat Izin Praktik Apoteker
(SIPA) sebagai penanggung jawab atau pendamping.
3) Klinik rawat inap wajib memiliki instalasi farmasi yang
diselenggarakan apoteker. Instalasi farmasi sebagaimana dimaksud
melayani resep dari dokter Klinik yang bersangkutan, serta dapat
melayani resep dari dokter praktik perorangan maupun Klinik lain.
10

4) Klinik yang menyelenggarakan pelayanan rehabilitasi medis


pecandu narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya wajib
memiliki instalasi farmasi yang diselenggarakan oleh apoteker.
g. Laboratorium
1) Klinik rawat inap wajib menyelenggarakan pengelolaan dan
pelayanan laboratorium klinik.
2) Klinik rawat jalan dapat menyelenggarakan pengelolaan dan
pelayanan laboratorium klinik.
3) Laboratorium Klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) pada klinik pratama merupakan pelayanan laboratorium klinik
umum pratama sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
4) Klinik utama dapat menyelenggarakan pelayanan laboratorium
klinik umum pratama atau laboratorium klinik umum madya.
5) Perizinan laboratorium klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan (4) terintegrasi dengan perizinan Klinik.
6) Dalam hal Klinik menyelenggarakan laboratorium klinik yang
memiliki sarana, prasarana, ketenagaan dan kemampuan pelayanan
melebihi kriteria dan persyaratan Klinik sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dan ayat (4), maka laboratorium klinik tersebut harus
memiliki izin tersendiri sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

2.1.5 Perizinan sebuah klinik


1) Setiap penyelenggaraan Klinik wajib memiliki izin mendirikan dan izin
operasional.
2) Izin mendirikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota.
3) Izin operasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh
pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota.
11

4) Untuk mendapatkan izin mendirikan, penyelenggara Klinik harus


melengkapi persyaratan:
a. identitas lengkap pemohon
b. salinan/fotokopi pendirian badan hukum atau badan usaha, kecuali
untuk kepemilikan perorangan
c. salinan/fotokopi yang sah sertifikat tanah, bukti kepemilikan lain
yang disahkan oleh notaris, atau bukti surat kontrak minimal untuk
jangka waktu 5 (lima) tahun
d. dokumen SPPL untuk Klinik rawat jalan, atau dokumen UKL-UPL
untuk Klinik rawat inap sesuai ketentuan peraturan
perundangundangan
e. profil Klinik yang akan didirikan meliputi pengorganisasian, lokasi,
bangunan, prasarana, ketenagaan, peralatan, kefarmasian,
laboratorium, serta pelayanan yang diberikan
f. persyaratan lainnya sesuai dengan peraturan daerah setempat.
5) Izin mendirikan diberikan untuk jangka waktu 6 (enam) bulan, dan dapat
diperpanjang paling lama 6 (enam) bulan apabila belum dapat
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
6) Apabila batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) habis dan
pemohon tidak dapat memenuhi persyaratan, maka pemohon harus
mengajukan permohonan izin mendirikan yang baru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).
7) Untuk mendapatkan izin operasional, penyelenggara Klinik harus
memenuhi persyaratan teknis dan administrasi.
8) Persyaratan teknis meliputi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana,
ketenagaan, peralatan, kefarmasian, dan laboratorium sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 24.
9) Persyaratan administrasi meliputi izin mendirikan dan rekomendasi dari
dinas kesehatan kabupaten/kota.
10) Izin operasional diberikan untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat
diperpanjang kembali selama memenuhi persyaratan.
12

11) Pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan


kabupaten/kota harus mengeluarkan keputusan atas permohonan izin
operasional, paling lama 1 (satu) bulan sejak diterima permohonan izin.
12) Keputusan sebagaimana dimaksud dapat berupa penerbitan izin,
penolakan izin atau pemberitahuan untuk kelengkapan berkas.
13) Apabila dalam permohonan izin operasional, pemohon dinyatakan
masih harus melengkapi persyaratan sesuai ketentuan, maka Pemerintah
daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan kabupaten/kota
harus segera memberitahukan kepada pemohon dalam jangka waktu 1
(satu) bulan.
14) Pemohon sebagaimana dimaksud dalam jangka waktu 60 (enam puluh)
hari sejak pemberitahuan disampaikan, harus segera melengkapi
persyaratan yang belum dipenuhi.
15) Apabila dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud pemohon tidak
dapat memenuhi persyaratan, pemerintah daerah kabupaten/kota atau
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota mengeluarkan surat penolakan
atas permohonan izin operasional dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari.
16) Perpanjangan izin operasional sebagaimana dimaksud harus diajukan
pemohon paling lama 3 (tiga) bulan sebelum habis masa berlaku izin
operasional
17) Dalam waktu 1 (satu) bulan sejak permohonan perpanjangan izin
sebagaimana dimaksu diterima, pemerintah daerah kabupaten/kota atau
kepala dinas kesehatan kabupaten/kota harus memberi keputusan
berupa penerbitan izin atau penolakan izin.
18) Dalam hal permohonan perpanjangan izin sebagaimana dimaksud
ditolak, pemerintah daerah kabupaten/kota atau kepala dinas kesehatan
kabupaten/kota wajib memberikan alasan penolakan secara tertulis.

2.2 Standard Penyelenggaraan Klinik


1) Klinik menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
13

2) Pelayanan kesehatan yang bersifat promotif, preventif, kuratif dan


rehabilitatif sebagaimana dimaksud dilaksanakan dalam bentuk rawat jalan,
rawat inap, pelayanan satu hari (one day care) dan/atau home care.
3) Pelayanan satu hari (one day care) sebagaimana dimaksud merupakan
pelayanan yang dilakukan untuk pasien yang sudah ditegakkan diagnosa
secara definitif dan perlu mendapat tindakan atau perawatan semi intensif
(observasi) setelah 6 (enam) jam sampai dengan 24 (dua puluh empat) jam.
4) Home care sebagaimana dimaksud merupakan bagian atau lanjutan dari
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan dan komprehensif yang
diberikan kepada individu dan keluarga di tempat tinggal mereka yang
bertujuan untuk meningkatkan, mempertahankan atau memulihkan
kesehatan atau memaksimalkan tingkat kemandirian dan meminimalkan
dampak penyakit.
5) Klinik rawat inap hanya dapat memberikan pelayanan rawat inap paling
lama 5 (lima) hari.
6) Apabila memerlukan rawat inap lebih dari 5 (lima) hari, maka pasien harus
secara terencana dirujuk ke rumah sakit sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
7) Klinik pratama hanya dapat melakukan bedah kecil (minor) tanpa anestesi
umum dan/atau spinal.
8) Klinik utama dapat melakukan tindakan bedah, kecuali tindakan bedah
yang:
a. menggunakan anestesi umum dengan inhalasi dan/atau spinal
b. operasi sedang yang berisiko tinggi
c. operasi besar.
9) Setiap Klinik mempunyai kewajiban:
a. memberikan informasi yang benar tentang pelayanan yang diberikan.
b. memberikan pelayanan yang efektif, aman, bermutu, dan
nondiskriminasi dengan mengutamakan kepentingan terbaik pasien
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan dan standar prosedur
operasional
14

c. memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan


kemampuan pelayanannya tanpa meminta uang muka terlebih dahulu
atau mendahulukan kepentingan finansial;
d. memperoleh persetujuan atas tindakan yang akan dilakukan (informed
consent)
e. menyelenggarakan rekam medis
f. melaksanakan sistem rujukan dengan tepat
g. menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan
etika serta peraturan perundang-undangan
h. menghormati dan melindungi hak-hak pasien
i. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak dan
kewajiban pasien
j. melaksanakan kendali mutu dan kendali biaya berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan
k. memiliki standar prosedur operasional
l. melakukan pengelolaan limbah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku; m. melaksanakan fungsi social
m. melaksanakan program pemerintah di bidang kesehatan
n. menyusun dan melaksanakan peraturan internal klinik
o. memberlakukan seluruh lingkungan klinik sebagai kawasan tanpa
rokok.
10) Setiap Kinik mempunyai hak:
a. menerima imbalan jasa pelayanan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan
b. melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam mengembangkan
pelayanan
c. menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian
d. mendapatkan perlindungan hukum dalam melaksanakan pelayanan
kesehatan
e. mempromosikan pelayanan kesehatan yang ada di Klinik sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.
15

11) Penyelenggara Klinik wajib:


a. memasang nama dan klasifikasi Klinik
b. membuat dan melaporkannya kepada dinas kesehatan daftar tenaga
medis dan tenaga kesehatan lain yang bekerja di Klinik dengan
menyertakan:
- nomor Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP)
bagi tenaga medis
- nomor surat izin sebagai tanda registrasi atau Surat Tanda Registrasi
(STR), dan Surat Izin Praktik (SIP) atau Surat Izin Kerja (SIK) bagi
tenaga kesehatan lain
- melaksanakan pencatatan untuk penyakit-penyakit tertentu dan
melaporkan kepada dinas kesehatan kabupaten/kota dalam rangka
pelaksanaan program pemerintah sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
12) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Klinik, dilakukan akreditasi
secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali.
13) Setiap Klinik yang telah memperoleh izin operasional dan telah beroperasi
paling sedikit 2 (dua) tahun wajib mengajukan permohonan akreditasi.
14) Akreditasi sebagaimana dimaksud dilakukan oleh lembaga independen
pelaksana akreditasi yang membidangi fasilitas pelayanan kesehatan.
15) Dalam penyelenggaraan Klinik harus dilakukan audit medis.
16) Audit medis sebagaimana dimaksud dilakukan secara internal dan eksternal.
17) Audit medis internal dilakukan oleh Klinik paling sedikit satu kali dalam
setahun. (4) Audit medis eksternal dapat dilakukan oleh organisasi profesi.
16

BAB III
HASIL

3.1 Profil Klinik Femina Center Cirebon

3.2 Visi dan Misi Klinik Femina Center Cirebon


3.2.1 Visi Klinik Femina Center Cirebon
Menjadi pusat layanan masalah kesuburan dan endokrinologi reproduksi
yang terpadu dan terkemuka di wilayah Jawa Barat.

3.2.2 Misi Klinik Femina Center


Memberikan pelayanan yang terbaik dan berkualitas sesuai dengan norma-
norma syariah yang berlaku:
- Infertilitas dasar
- Masalah kelainan hormon reproduksi wanita
- Teknologi reproduksi berbantu (IUI, IVF)
- Serta aktif berperan dalam pengembangan ilmu teknologi
reproduksi di Indonesia.
17

3.3 Lokasi
Klinik Femina Center yang didirikan oleh dr. Zulkifli Ahmad, SpOG.,
KFER.,MKes. Klinik bersalin ini didirikan pada tahun 2008 berlokasi di Jl. Dr.
Sutomo No.35 kota Cirebon.

3.4 Fasilitas dan Layanan


3.4.1 Fasilitas Klinik Femina Center
- Ruang pendaftaran
- Ruang tunggu
- Ruang konsultasi dan pemeriksaan
- Ruang administrasi
- Ruang persalinan
- Ruang farmasi 24 jam
- IGD 24 jam
- Ruang inseminasi dan simban beku sperma
- Ruang pertemuan
- Mushola
- Toilet

3.4.2 Pelayanan Klinik Femina Center


1. Klinik Kesuburan
a. Pemeriksaan kesuburan: pemeriksaan berbagai faktor penyebab
belum mendapatkan kehamilan.
b. Konsultasi masalah haid: pengobatan masalah-masalah haid (nyeri
haid, haid tidak teratur, perdarahan diluar siklus yang normal.
c. Pemantauan benih wanita: pemantauan perkembangan telur wanita
dan penentuan masa subur.
d. Perangsangan pertumbuhan telur wanita: pemberian obat untuk
merangsang pertumbuhan telur sehingga matang atau supayatelur
tumbuh lebih dari satu, sehingga didapat kehamilan kembar.
18

e. Laparoskopi/Histeroskopi: tindakan penelusuran dengan teknologi


kamera vido untuk menentukan penyebab ketidaksuburan.
f. Inseminasi: teknologi untuk mendapatkan kehamilan dengan teknik
terkini dan biaya yang sangat terjangkau.
g. Analisis sperma: penelusuran penyebab belum hamil dari pihak pria
atau suami.
h. Pengelolaan masa menopause: penanganan berbagai masalah
menopause yang disebabkan menurunnya bekal telur pada wanita
menjelang umur 50 tahun.
2. Pemeriksaan kehamilan
a. Melakukan pemantauan kesejahteraan janin secara konvesional
maupun khusus menggunakan teknologi ultrasonografi 3D.
3. Persalinan dengan riwayat sesar atau sungsang
a. Mengupayakan persalinan normal baik pada kehamilan pertama
maupun pada persalinan dengan riwayat sesar atau sungsang.
4. Pengendalian kesuburan
a. Pelayanan untuk mengendalikan kesuburan sehingga jarak antar
anak dapat direncanakan menggunakan berbagai teknik kontrasepsi.
5. Imunisasi
a. Penceghan kanker mulut rahim.
b. Imunisasi dasar lengkap untuk bayi
6. IGD 24 jam.
7. Instalasi farmasi 24 jam

3.5 Hasil Wawancara


Klinik Permata Bunda Syariah yang didirikan oleh dr. Zulkifli Ahmad,
SpOG., KFER.,MKes yang dibantu oleh Sonari, S.Far.,Apt dan Tatin
Sofiatun,S.ST. Klinik bersalin ini didirikan pada tahun 2008 berlokasi di Jl.
Kesambi No 199 Kota Cirebon.
Sejarah dan latar belakang klinik ini berawal dari komitmen dr. Zulkifli
Ahmad, SpOG dibidang kesehatan. Dimana beliau berusaha menggali potensi
yang ada dalam dirinya dan komitmen serta niat itu yang membuat beliau
19

berpikir bagaimana cara agar bisa menjadi orang yang berharga yang artinya
bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain. Alasan dimencantumkan
nama “syariah” pada klinik ini adalah agar segala sesuatu di lakukan tidak
melenceng dari niat kita untuk membantu orang lain. Setelah lulus dari
pendidikan spesialis beliau mendapatkan kurang lebih 300 pasangan yang
belum mendapat keturunan. Dari kasus pasien-pasien tersebut, dr Zulkifli
mempunyai ide untuk membuka klinik yang berfokuskan pada fertilisasi dan
endokrin yang masih berjalan sampai sekarang.
Kepemimpinan dari klinik ini dilakukan oleh dr. Zulkifli Ahmad,
SpOG., KFER.,MKes, sebagai pendiri tunggal. Beliau sering memberikan
motivasi kerja kepada pegawai dalam melaksanakan pekerjaan. Salah satu
karakteristik kewirausahaan yaitu mengambil pengalaman beliau terdahulu
dalam praktek yang menemukan 300 pasangan yang belum dikaruniai
keturunan dan memunculkan keinginan untuk memfokuskan diri dalam bidang
kesuburan.
Klinik Permata Bunda Syariah didirikan pada tahun 2008 secara fisik,
tahun 2009 melakukan praktek kecil-kecilan dan tahun 2010 mengajukan surat
izin untuk praktek klinik swasta. Tujuan didirikannya klinik ini ntuk membantu
pasangan yang belum mempunyai keturunan dengan bayi tabung, inseminasi
buatan, bank sperma beku. Menjadi tempat konsultasi bagi pasangan yang ingin
mendapatkan keturunan, membantu wanita yang memiliki penyakit yang
berhubungan dengan kesehatan reproduksinya dan membantu merencanakan
kehamilan seperti jumlah anak, merencanakan jenis kelamin anak.
Klinik permata bunda syariah termasuk klinik utama karena klinik ini
menyelenggarakan pelayanan khusus untuk kesuburan, pelayanan obstetrik dan
ginekologi. Kelebian klinik permata bunda syariah adalah memfokuskan di
bidang kesuburan. Meliputi program bayi tabung, USG intravagina, inseminasi
dan simpan baku sperma yang masih di kembangkan. Kekurangan klinik ini
tidak memberikan pelayanan 24 jam.
Fasilitas di Klinik permata bunda syariah dibagi menjadi 2, yaitu
fertilitas dan endokrin dan reproduksi, seperti bayi tabung, inseminasi buatan,
USG transvaginal, obat-obatan hormon, persalinan, dll. Harapan kedepan untuk
20

klinik ini program simpan baku sperma cepat terlaksan. Sehingga dapat lebih
membantu untuk pasangan jarak jauh. Keberhasilan yang telah diraih dari mulai
terbentuk sampai sekarang adlah Dari 900 pasangan, sudah 500 pasangan yang
berhasil program.
Klinik permata bunda syariah tidak menerima pembiayaan lain ataupun
pasien BPJS, karena mayoritas asuransi tidak mengcover tentang kesuburan.
Pada awal klinik ini didirikan pernah mengalami masa – masa sulit seperti tidak
adanya pasien yang datang namun saya selau berfikir positif dan tidak
menyerah. Modal pertama didirikannya klinik ini bertahap , disesuaikan dengan
kemampuan tidak menggunakan dana pinjaman dari bank. Klinik permata
bunda syariah ini belum melakukan promosi melalui media cetak atau media
elektronik, namun sedang di kembangkan web dalam beberapa bulan kedepan.
Seiring dengan perkembangan Klinik Bersalin Permata Bunda Syariah
Cirebon sejak tahun 2008 hingga saat ini, terdapat perkembangan yaitu sedang
dikembangkan program simpan baku sperma yang sangat berguna bagi
pasangan suami istri yang jarang bertemu yang banyak disebabkan tempat kerja
yang jauh seperti pelayaran.
Sejak didirikannya Klinik Bersalin Permata Bunda Syariah Cirebon tidak
banyak kendala yang dihadapi oleh dokter, hanya saja perlu mengembangkan
metode-metode yang belum terdapat di klinik tersebut.
Pembuatan klinik ini tidak terlepas dari bantuan berbagi pihak, seperti
kelurga kerabat dan sahabat terdekat. kiat – kita membangun klinik ini adlah
ruruskan niat, jangan pernah berkata tidak bisa dan tidak mungkin, berdo’a ,
berusaha, gali potensi diri dan tekuni apa yang sedang kita jalani.
21

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

5.2 SARAN
22
23

DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 09/Menkes/Per/I/2014 tentang Klinik.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik.
Suryana, 2003. Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses,
Jakarta : PT.Salemba Empat.

Anda mungkin juga menyukai