Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS PADAT HASIL PELAYANAN


KESEHATAN DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Keselamatan Kerja

Dosen Pengajar :
Dessy Laksyana Utami, SKM, M. K.K.K.

Disusun Oleh :
Dwi Nisafitri Rahayu 205159001
Siti Nurciah 205159058
Lindung Magdalena 205159034

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA 2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

Segala puji kepada Allah SWT. Shalawat serta salam selalu kita limpah
curahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat rahmat-Nya kami mampu menyelesaikan
tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah kesehatan dan keselamatan
kerja dalam praktik kebidanan.
Makalah ini di susun agar pembaca dapat memahami tentang kesehatan dan
keselamatan kerja dalam praktik kebidanan pada layanan pengelolaan limbah padat
hasil dari pelayanan kesehatan. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kami mengetahui makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu, kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya
makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi masyarakat dan bermanfaat
untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jakarta, 18 Mei 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau Healthcare Associated
Infection (HAIs) merupakan salah satu masalah kesehatan diberbagai negara di
dunia, termasuk Indonesia. Salah satunya limbah medis padat adalah limbah yang
langsung dihasilkan dari kegiatan diagnosis dan tindakan medis terhadap pasien.
Unit-unit pelayanan kesehatan mempunyai kewajiban untuk memelihara
lingkungan dan kesehatan masyarakat termasuk mengelola limbah yang
dihasilkan. Kewajiban yang harus dipenuhi oleh unit pelayanan kesehatan adalah
untuk memastikan dalam proses penanganan, pengolahan dan pembuangan
limbah yang dihasilkan tidak menimbulkan dampak bagi lingkungan. (Dewi
Mustika et al, 2014).
Salah satu unit pelayanan kesehatan yang menghasilkan limbah medis yaitu
bidan praktik mandiri. Definisi bidan menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI)
adalah seorang wanita yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan yang
telah diakui pemerintah dan lulus sesuai dengan persyatan yang berlaku dan
diberi izin secara sah untuk melaksanakan praktik. Dalam kegiatan pelayanan
kesehatan dan kebidanan di masyarakat, bidan diberi wewenang oleh pemerintah
sesuai dengan wilayah yang diberikan yang tertera pada peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang registrasi dan praktek
bidan.
Berdasarkan pengalaman mengenai penanganan limbah medis padat
praktik kebidanan di Majenang-Cilacap, yaitu limbah medis padat dan non medis
masih bercampur, tidak ada kereta khusus untuk pengangkutan limbah medis
padat, tidak ada tempat penyimpanan sementara. Limbah medis padat yang
dihasilkan pada kegiatan bidan praktik mandiri biasanya berasal dari proses
persalinan seperti : perban bekas, jarum suntik, alat injeksi, botol bekas obat
injeksi, masker, dan benda-benda tajam lain.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah mengeluarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor P.56/Menlhk-Setjen/2015 tentang
Tata Cara Persyaratan Teknis Pengelolaan Limbah Berbahaya dan Beracun dari
Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Prinsip pengelolaan mulai dari sejak limbah
dihasilkan sampai dengan penimbunan yang merupakan rangkaian kegiatan
pemilahan, pewadahan, pengumpulam, pengangkutan, penyimpanan, pengolahan
limbah B3 sampai dengan penimbunan hasil pengolahan. Dalam melakukan
kegiatan bidan praktik mandiri, sangat memungkinkan untuk ditulari dan
menularkan kuman dari dan kepada kliennya yang dapat menimbulkan infeksi.
(Mustika, 2006).
Bidan perlu melaksanakan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di
fasilitas kesehatan untuk melindungi klien, petugas kesehatan, pengunjung yang
menerima pelayanan kesehatan serta masyarakat dengan cara memutus siklus
penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berdasarkan transmisi.
Dampak buruk yang akan terjadi apabila pengelolaan limbah medis padat
kurang baik yaitu dapat menimbulkan berbagai macam infeksi penyakit yang
ditularkan melalui vektor, maupun akibat kontak langsung dengan limbah medis
padat. Pengetahuan bidan mengenai pengelolaan limbah medis padat harus
diperhatikan mengingat dampak yang akan ditimbulkan akibat pengelolaan
limbah medis padat yang tidak baik di tempat praktik.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana penanganan limbah medis padat pada Bidan Praktik Mandiri ?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui penanganan limbah medis padat pada Bidan Praktik Mandiri
1.4 Manfaat
1. Memberi pengetahuan di praktik mandiri bidan tentang pengelolaan limbah
padat.
2. Memberi saran pada puskesmas sebagai lembaga atau instansi terdekat
dengan praktik mandiri bidan dalam penanganan sampah medis.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 BIDAN
2.1.1 DEFINISI BIDAN
Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan
yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik
Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister,
sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik
kebidanan. (ICM, 1972)
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan
kesehatan, tidak hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan
masyarakat. Kegiatan ini mencakup pendidikan antenatal dan persiapan
menjadi orang tua serta dapat meluas pada kesehatan perempuan, kesehatan
seksual atau kesehatan reproduksi dan asuhan anak. Bidan dapat praktik
diberbagai tatanan pelayanan: termasuk di rumah, masyarakat, Rumah Sakit,
klinik atau unit kesehatan lainnya. (PP IBI, 2016).
2.1.2 PRAKTIK KEBIDANAN
Praktik Kebidanan adalah kegiatan pemberian pelayanan yang
dilakukan oleh bidan dalam bentuk asuhan kebidanan, secara professional dan
bertanggung jawab serta akuntabel, bidan bekerja sebagai mitra perempuan
untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa
persalinan dan masa nifas, memfasilitasi dan memimpin persalinan atas
tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan
bayi. Asuhan ini mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal,
deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan
lain yang sesuai, serta melaksanakan tindakan kegawat-daruratan. Serta
pelayanan kesehatan reproduksi remaja dan pelayanan keluarga berencana.
(PMK No. 28, 2017).
2.1.3 FUNGSI BIDAN
Fungsi merupakan pekerjaan yang harus dilakukan sesuai dengan
peranannya. Berdasarkan peran bidan seperti yang dikemukakan di atas, maka
fungsi bidan adalah sebagai berikut.
1. Fungsi Pelaksana
Fungsi bidan sebagai pelaksana mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Melakukan bimbingan dan penyuluhan kepada individu, keluarga, serta
masyarakat (khususnya kaum remaja) pada masa praperkawinan.
b. Melakukan asuhan kebidanan untuk proses kehamilan normal, kehamilan
dengan kasus patologis tertentu, dan kehamilan dengan risiko tinggi.
c. Menolong persalinan normal dan kasus persalinan patologis tertentu.
d. Merawat bayi segera setelah lahir normal dan bayi dengan risiko tinggi.
e. Melakukan asuhan kebidanan pada ibu nifas.
f. Memelihara kesehatan ibu dalam masa menyusui.
g. Melakukan pelayanan kesehatan pada anak balita dan prasekolah
h. Memberi pelayanan keluarga berencana sesuai dengan wewenangnya.
i. Memberi bimbingan dan pelayanan kesehatan untuk kasus gangguan
sistem reproduksi, termasuk wanita pada masa klimakterium internal dan
menopause sesuai dengan wewenangnya.
2. Fungsi Pengelola Fungsi bidan sebagai pengelola mencakup hal-hal
sebagai berikut:
a. Mengembangkan konsep kegiatan pelayanan kebidanan bagi individu,
keluarga, kelompok masyarakat, sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
masyarakat setempat yang didukung oleh partisipasi masyarakat.
b. Menyusun rencana pelaksanaan pelayanan kebidanan di lingkungan
unit kerjanya.
c. Memimpin koordinasi kegiatan pelayanan kebidanan.
d. Melakukan kerja sama serta komunikasi inter dan antarsektor yang
terkait dengan pelayanan kebidanan.
e. Memimpin evaluasi hasil kegiatan tim atau unit pelayanan kebidanan.
3. Fungsi Pendidik sebagai pendidik mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Memberi penyuluhan kepada individu, keluarga, dan kelompok
masyarakat terkait dengan pelayanan kebidanan dalam lingkup
kesehatan serta keluarga berencana.
b. Membimbing dan melatih dukun bayi serta kader kesehatan sesuai
dengan bidang tanggung jawab bidan.
c. Memberi bimbingan kepada para bidan dalam kegiatan praktik di
klinik dan di masyarakat. d. Mendidik bidan atau tenaga kesehatan
lainnya sesuai dengan bidang keahliannya.
4. Fungsi Peneliti Fungsi bidan sebagai peneliti mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a. Melakukan evaluasi, pengkajian, survei, dan penelitian yang dilakukan
sendiri atau berkelompok dalam lingkup pelayanan kebidanan.
b. Melakukan penelitian kesehatan keluarga dan keluarga berencana.
2.2 SAMPAH
Sampah adalah hasil buangan dari suatu proses kegiatan baik industri
maupun domestik (rumah tangga). Definisi World Health Organization (WHO)
sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disukai atau
sesuatu yang dibuang yang berasal dari proses kegiatan manusia dan tidak terjadi
dengan sendirinya (Chandra, 2006).
UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, menyebutkan
sampah adalah sisa dari berbagai proses kegiatan setiap hari yang dilakukan oleh
manusia ataupun proses alam yang berbentuk padat atau semi padat berupa zat
organik atau anorganik bersifat dapat terurai atau tidak dapat terurai yang
dianggap sudah tidak bermanfaat dan dibuang ke lingkungan (Slamet, 2002).
2.3 SAMPAH RUMAH SAKIT ATAU PELAYANAN KESEHATAN LAINNYA
Rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lainnya seperti praktik
bidan mandiri sebagai tempat pelayanan kesehatan tentu menghasilkan limbah
dalam jumlah yang besar. Limbah hasil dari pelayanan kesehatan merupakan
limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya.
Limbah ini dapat ditemui dalam bentuk padat, cair, pasta, dan gas yang dapat
mengandung bahan kimia beracun, mikroorganisme patogen bersifat infeksius,
dan sebagian dari limbah ini bersifat radioaktif.
Sarana pelayanan kesehatan memiliki potensi menghasilkan Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang biasa disebut Limbah B3. Potensi
tersebut dapat mempengaruhi kesehatan manusia dan mencemari kelestarian
lingkungan hidup apabila pengelolaannya tidak tepat.
Secara umum, limbah hasil dari pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan
dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu limbah medis dan non medis. Limbah
medis merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan utama. Jenis limbah dari
pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan ini merupakan limbah yang dianggap
mengandung bahan patogen seperti virus dan bakteri yang dapat menimbulkan
penyakit. Limbah non medis adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan praktik
mandiri bidan di luar medis yang biasanya berasal dari dapur, perkantoran, taman
dan halaman.
Limbah padat adalah sisa aktifitas manusia yang bersifat padat terdiri atas
zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak berguna lagi dan harus
dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungi investasi
pembangunan. (Setiawan, 2021).
Sasaran dari pengelolaan limbah dari pelayanan kesehatan di fasilitas
kesehatan adalah bagaimana menangani, menyingkirkan, dan memusnahkan
Limbah B3 secara ekonomis, higienis dan tidak membahayakan lingkungan,
sedangkan untuk Limbah Non B3, penanganannya seperti limbah domestik pada
umumnya. Kegiatan daur ulang sebisa mungkin dilakukan pada proses
pengelolaannya. Berikut merupakan jenis limbah rumah sakit, contoh limbah
rumah sakit, serta cara pengolahannya:
1. Limbah Umum
Sejenis limbah domestik, bahan pengemas, limbah dari cuci serta kegiatan
lain yang tidak membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan merupakan
contoh limbah rumah sakit domestik. Dalam pengolahannya, tidak diperlukan
penanganan khusus dan dapat disatukan dengan pengolahan limbah domestik.
Penyimpanannya pada tempat sampah berplastik hitam.
2. Limbah Patologis
Contoh limbah rumah sakit patologis meliputi jaringan-jaringan, organ,
bagian tubuh, plasenta, darah, dan cairan tubuh. Pengolahan limbah ini
dilakukan dengan sterilisasi, insinerasi, dan landfilling. Proses insinerasi
sangat dianjurkan dalam pengolahan limbah patologis lengkap dengan
kantong-kantong yang digunakan untuk membungkus limbah tersebut.
Penyimpanan limbah patologis terdapat pada tempat sampah berplastik
kuning.
3. Limbah Radioaktif
Merupakan jenis limbah rumah sakit yang terkontaminasi dengan
radionuklida. Bahan radioaktif yang digunakan dalam kegiatan medis
biasanya tergolong memiliki daya radioaktivitas level rendah, sehingga dapat
dikatakan tidak mengandung bahaya yang signifikan bila ditangani dengan
baik. Pengelolaan limbah dapat dilakukan di dalam area rumah sakit, dan
umumnya disimpan hingga waktu paruh limbah habis, untuk kemudian
disingkirkan sebagai limbah non-radioaktif. Penyimpanannya pada tempat
sampah berplastik merah.
4. Limbah Kimia
Limbah Kimia dapat berasal dari pekerjaan penelitian atau diagnostik,
pembersihan atau prosedur desinfeksi. Limbah kimia tidak berbahaya
penanganannya sama seperti limbah tidak berbahaya pada umumnya.
Sedangkan untuk limbah kimia berbahaya, pengolahannya berbeda untuk
setiap jenis bahan kimia.
5. Limbah Infeksius
Jenis limbah rumah sakit yang mengandung mikroorganisme patogen dan
berpotensi menimbulkan penyakit bila terpapar. Pengolahan limbah ini
memerlukan sterilisasi terlebih dahulu atau langsung dibakar dalam
insinerator. Tempat penyimpanan limbah infeksius terdapat pada tempat
sampah dengan plastik berwarna kuning dan berlambang biohazard.
6. Limbah Benda Tajam
Merupakan benda padat yang memiliki sudut kurang dari 90 derajat. Contoh
limbah rumah sakit jenis ini meliputi jarum suntik, syringe, gunting, pisau,
kaca pecah dan kasa dan hal lainnya yang dapat menyebabkan luka dan
infeksi. Benda-benda ini dapat terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi atau sitotoksik. Dalam pengolahannya, limbah ini harus dikemas
dalam kemasan yang dapat melindungi dari bahaya tertusuk sebelum dibakar
dalam insinerator. Penyimpanannya pada safety box / container.
7. Limbah Farmasi
Produk-produk kefarmasian, obat-obatan yang telah kedaluwarsa atau
terkontaminasi. Pengolahan limbah farmasi dilakukan dengan insinerasi atau
landfilling atau dikembalikan ke pemasok. Tempat penyimpanan limbah
farmasi pada tempat sampah berplastik coklat.
2.4 LIMBAH MEDIS PADAT
2.4.1 KLASIFIKASI LIMBAH MEDIS PADAT
Secara umum, limbah padat terdiri atas, antara lain:
1. Limbah padat mudah tersulut
2. Limbah padat suka tersulut
3. Limbah padat mudah mereput
4. Limbah padat mudah di daur ulang
5. Limbah radioakif
6. Lumpur
7. Gumpalan bangunan
2.4.2 DAMPAK LIMBAH MEDIS PADAT BAGI KESEHATAN DAN
LINGKUNGAN
Berikut ini terdapat beberapa dampak dari limbah padat, yakni sebagai
berikut:
1. Bisa mengakibatkan gas beracun, misalnya asam sulfat (H 2S), amonia
(NH3), methan (CH4), CO2. Gas tersebut akan dampak apabila limbah
padat ditumpuk dan mereput karena terdapat mikroorganisme.
2. Bisa menyusutkan tingkat udara pada sampah yang disusun.
3. Bisa menyusutkan tingkat air karena limbah padat umumnya langsung
dibuang pada lautan ataupun berdampingan dengan air limbah.
4. Bisa mengakibatkan kehancurakn pada permukaan tanah.
5. Mengakibatkan kerusakan ekosistem tanah karena sisa sampah tidak
terurai secara sempurna.
2.5 PENANGANAN LIMBAH MEDIS PADAT
A. Penatalaksanaan Limbah Infeksius :
1. Dimasukkan dalam wadah dengan kantong plastik kuning
2. Wadah harus kuat, tahan air dan mudah dibersihkan
3. Penempatan wadah dekat dengan area tindakan
4. Jika wadah sudah berisi ¾ segera diangkat, diikat kuat dan tidak boleh
dibuka lagi
5. Pembuangan akhir limbah infeksius, dapat dimusnahkan dengan
insenerator atau bekerjasama dengan pihak ketiga.
6. Jika bekerja sama dengan pihak ketiga maka pastikan mereka memiliki
perijinan, fasilitas pengelolaan limbah sesuai dengan peraturan dan
perundang undangan
B. Penatalaksanaan Limbah Non Infeksius
1. Dimasukkan dalam wadah dengan kantong plastik Hitam.
2. Wadah harus yang kuat, tahan air dan mudah dibersihkan.
3. Tempatkan wadah dekat dengan area tindakan.
4. Jika wadah sudah berisi ¾ segera diangkat, diikat kuat dan dibawa ke
TPS.
5. Limbah non infeksius seperti botol-botol obat dapat dilakukan recycle
dengan melakukan pembersihan terlebih dahulu.
6. Pembuangan akhir limbah non infeksius di Tempat Pembuangan Akhir
(TPA) yang sudah ditentukan oleh Pemda setempat.
C. Penanganan Limbah Benda Tajam
1. Jangan menekuk atau mematahkan benda tajam.
2. Jangan letakkan limbah benda tajam sembarang tempat.
3. Segera buang limbah benda tajam ke kontainer (safety box) yang tersedia.
4. Selalu buang limbah benda tajam sendiri oleh si pemakai.
5. Tidak menyarungkan kembali (recapping) jarum suntik bekas pakai.
6. Kontainer limbah benda tajam diletakkan dekat lokasi tindakan.
7. Kontainer (safety box) dibuang setelah terisi ⅔ penuh.

D. Pengelolaan Limbah Cair


1. Limbah cair yang berasal dari seluruh sumber harus diolah melalui unit
pengolah limbah cair (IPAL).
2. Limbah cair seperti feces, urin, darah dibuang pada pembuangan atau
pojok limbah (spoelhoek).
3. Pastikan terdapat tempat penampungan limbah sementara, yang terpisah
dari area pelayanan dengan ruangan tertutup.
4. Penyimpanan limbah tidak menempel di lantai - gunakan papan
penyanggah atau palet. Dilakukan pembersihan rutin. Dikelola sesuai
peraturan perundang- undangan.
Gb1. Manajemen limbah

E. Metode Manajemen Limbah


1. Praktik untuk meminimalkan, memisahkan, mengumpulkan, mengangkut,
dan menyimpan limbah layanan kesehatan.
2. Proses pengelolaan limbah dimulai dari identifikasi, pemisahan, labeling,
pengangkutan, penyimpanan hingga pembuangan/ pemusnahan.
F. Wadah Tempat Penampungan
Wadah tempat penampungan sementara limbah infeksius berlambang
biohazard. Wadah limbah di ruangan:
1. Harus tertutup.
2. Mudah dibuka dengan menggunakan pedal kaki.
3. Bersih dan dicuci setiap hari.
4. Terbuat dari bahan yang kuat, ringan dan tidak berkarat.
5. Jarak antar wadah limbah 10-20 meter, diletakkan di ruang tindakan dan
wadah tidak boleh diletakkan di bawah tempat tidur pasien.
6. Ikat kantong plastik limbah jika sudah terisi ¾ penuh.
G. Pengangkutan
1. Menggunakan troli khusus yang kuat, tertutup dan mudah dibersihkan,
tidak boleh tercecer, petugas menggunakan APD ketika mengangkut
limbah.
H. Tempat Penampungan Limbah Sementara
1. Tempat Penampungan Sementara limbah sebelum dibawa ke tempat
penampungan akhir pembuangan.
2. Tempatkan limbah dalam kantong plastik dan ikat dengan kuat.
3. Beri label pada kantong plastik limbah.
4. Setiap hari limbah diangkat dari TPS minimal 2 kali sehari.
5. Mengangkut limbah harus menggunakan kereta dorong khusus.
6. Kereta dorong harus kuat, mudah dibersihkan, tertutup, limbah tidak boleh
ada yang tercecer.
7. Gunakan APD ketika menangani limbah.
8. TPS harus di area terbuka, terjangkau oleh kendaraan, aman dan selalu
dijaga kebersihannya dan kondisi kering
I. Pengolahan Limbah
1. Limbah infeksius dimusnahkan dengan insinerator.
2. Limbah non-infeksius dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA).
3. Limbah benda tajam dimusnahkan dengan insinerator.
4. Limbah cair dibuang ke spoelhoek.\
5. Limbah feces, urin, darah dibuang ke tempat pembuangan/pojok limbah
(spoelhoek).
J. Pembuangan Limbah Benda Tajam
1. Harus dimasukkan ke dalam kantong medis sebelum insinerator.
2. Bila tidak mungkin dibakar/insenerasi – dapat dikubur dan dikaporisasi
bersama limbah lain.
3. Apapun metode yang digunakan haruslah tidak memberikan kemungkinan
perlukaan.
Gb2. Pembuangan Limbah

K. Alternatif Pembuangan Limbah Medis di DTPK


Limbah dikubur di lokasi dengan ketentuan Permen LH no P.56/Menlhk-
Setjen/2015 pasal 25-28:
1. bebas banjir, tanah longsor, berjarak paling sedikit 20 m (dua puluh meter)
dari sumur dan/atau perumahan.
2. Kedalaman kuburan minimal 1,8 meter.
3. Diberikan pagar pengaman dan papan penanda kuburan Limbah B3.
4. Mengisi kuburan Limbah B3 dengan Limbah B3 maksimal setengah dari
jumlah volume total, dan ditutup dengan kapur dengan ketebalan paling
rendah 50 cm sebelum ditutup dengan tanah.
5. Memberikan sekat tanah dengan ketebalan minimal 10 cm pada setiap
lapisan Limbah B3 yang dikubur.
6. Melakukan pencatatan, perawatan, pengamanan, dan pengawasan terhadap
limbah B3 yang dikubur.
Gb3. Alternatif Pembuangan Limbah Medis

L. Tabel Job Safety Analysis di Praktik Mandiri Bidan


Jenis pekerjaan : pelayanan kesehatan
Unit : ruang periksa
Tanggal : 28/05/2021
Tahapan
No Potensi bahaya Pengendalian
Pekerjaan
1. Suntik KB Luka atau a. Gunakan sarung
tertusuk jarum tangan
suntik b. Tutup spuit dg 1
tangan
c. Sediakan air
clorine
d. Masukan spuit
yg sudah tertutu
dan d spul dg
larutan clorine
kedalam safety
box
5. Limbah Padat Nosokomial Buang kapas
alcohol segera
setelah melakukan
penyuntikan pada
tempat sampah
tertutup dan
menggunakan
kantong plastik
kuning.

TIM Job Safety Analysis di Praktik Mandiri Bidan


No Nama Petugas Jabatan TTD
1. Dwi N.R Tim K3
2. Siti N Tim K3
3. Lindung M. Tim K3

ANALISA POTENSI BAHAYA


Pengaruh
No Komponen Kegagalan Frekuensi Metode Deteksi
Tingkat Bahaya
1. Jarum suntik Tertusuk Ringan Jarang Benda runcing
Sisa desinfektan
2. Kapas alcohol Tercecer Ringan Jarang
tubuh pasien

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan
Pengelolaan limbah di praktik mandiri bidan masih sederhana, dan
pembuangan limbah yang belum tepat sasaran sehingga meningkatkan reesiko
pencemaran lingkungan, serta kesadaran dalam menggunakan alat pelindung diri
ketika membersihkan limbah hasil pelayanan.
Tingkat pengetahuan praktik mandiri bidan dengan sistem pengelolaan
sampah medis. Pengetahuan akan berpengaruh pada proses pengelolaan limbah
medis padat yang dilakukan di bidan praktik mandiri. Dibutuhkan kesadaran diri
sendiri dan faktor pendukung seperti puskesmas untuk memfasilitasi dalam
bentuk kerjasama maupun edukasi kepada bidan praktik mandiri. Serta
keterbatasan informasi untuk melakukan kerjasama dengan pihak ketiga.
3.2 Saran
1. Diharapkan bidan praktik mandiri dapat melakukan pengelolaan limbah medis
padat yang baik sesuai dengan peraturan yang berlaku tentang Persyaratan
Teknis Pengelolaan Limbah B3 dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Pengelolaan yang dimaksud dimulai dari tahap pengurangan dan pemilahan
limbah B3, penyimpanan limbah B3, pengangkutan limbah B3, dan
pengolahan limbah B3. Kegiatan pemilahan limbah medis padat pada praktik
bidan yaitu dapat memilah limbah medis padat dan non medis serta
membuangnya ke dalam tempat sampah yang bagian dalam dilapisi plastik
dan label sesuai dengan karakteristiknya. Kegiatan penyimpanan sampah
infeksius, benda tajam, dan/atau patologis tidak boleh disimpan lebih dari 2
(dua) hari untuk menghindari pertumbuhan bakteri, putrekasi, dan bau. Tahap
terakhir yaitu bidan praktik dapat menggunakan alat pelindung diri yang dapat
digunakan oleh bidan praktik yaitu sarung tangan, masker, apron, dan sepatu
anti tusuk.
2. Diharapkan Puskesmas sebagai lembaga pemerintah terdekat dengan praktik
bidan mandiri dapat melakukan penyuluhan bagi bidan praktik mandiri
mengenai pengelolaan limbah medis padat pada tempat praktik bidan mandiri.

Anda mungkin juga menyukai