Anda di halaman 1dari 9

Radiasi yang digunakan di Radiologi di samping bermanfaat untuk membantu menegakkan diagnosa,

juga dapat menimbulkan bahaya bagi pekerja radiasi dan masyarakat umum yang berada disekitar
sumber radiasi tersebut. Besarnya bahaya radiasi ini ditentukan oleh besarnya radiasi, jarak dari
sumber radiasi, dan ada tidaknya pelindung radiasi.

Upaya untuk melindungi pekerja radiasi serta masyarakat umum dari ancaman bahaya radiasi dapat
dilakukan dengan cara :

1. Mendesain ruangan radiasi sedemikian rupa sehingga paparan radiasi tidak melebihi batas-batas
yang dianggap aman.
2. Melengkapi setiap ruangan radiasi dengan perlengkapan proteksi radiasi yang tepat dalam jumlah
yang cukup.
3. Melengkapi setiap pekerja radiasi dan pekerja lainnya yang karena bidang pekerjaannya harus
berada di sekitar medan radiasi dengan alat monitor radiasi.
4. Memakai pesawat radiasi yang memenuhi persyaratan keamanan radiasi.
5. Membuat dan melaksankan prosedur bekerja dengan radiasi yang baik dan aman.

1. Desain dan paparan di ruangan radiasi


a. Ukuran Ruangan Radiasi
· Ukuran minimal ruangan radiasi sinar-x adalah panjang 4 meter, lebar 3 meter, tinggi 2,8 meter.
· Ukuran tersebut tidak termasuk ruang operator dan kamar ganti pasien.

b. Tebal Dinding
· Tebal dinding suatu ruangan radiasi sinar-x sedemikian rupa sehingga penyerapan radiasinya setara
dengan penyerapan radiasi dari timbal setebal 2 mm.
· Tebal dinding yang terbuat dari beton dengan rapat jenis 2,35 gr/cc adalah 15 cm.
· Tebal dinding yang terbuat dari bata dengan plester adalah 25 cm.

c. Pintu dan Jendela


· Pintu serta lobang-lobang yang ada di dinding (misal lobang stop kontak, dll) harus diberi penahan-
penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal.
· Di depan pintu ruangan radiasi harus ada lampu merah yang menyala ketika meja kontrol pesawat
dihidupkan.

· Tujuannya adalah :
ã Untuk membedakan ruangan yang mempunyai paparan bahaya radiasi dengan ruangan yang tidak
mempunyai paparan bahaya radiasi.
ã Sebagai indikator peringatan bagi orang lain selain petugas medis untuk tidak memasuki ruangan
karena ada bahaya radiasi di dalam ruangan tersebut.
ã Sebagai indikator bahwa di dalam ruangan tersebut ada pesawat rontgen sedang aktif.
ã Diharapkan ruangan pemeriksaan rontgen selalu tertutup rapat untuk mencegah bahaya paparan
radiasi terhadap orang lain di sekitar ruangan pemeriksaan rontgen.

· Jendela di ruangan radiasi letaknya minimal 2 meter dari lantai luar. Bila ada jendela yang letaknya
kurang dari 2 meter harus diberi penahan radiasi yang setara dengan 2 mm timbal dan jendela
tersebut harus ditutup ketika penyinaran sedang berlangsung.
· Jendela pengamat di ruang operator harus diberi kaca penahan radiasi minimal setara dengan 2
mm timbal.

d. Paparan Radiasi
· Besarnya paparan radiasi yang masih dianggap aman di ruangan radiasi dan daerah sekitarnya
tergantung kepada pengguna ruangan tersebut.
· Untuk ruangan yang digunakan oleh pekerja radiasi besarnya paparan 100 mR/minggu.
· Untuk ruangan yang digunakan oleh selain pekerja radiasi besarnya paparan 10 mR/minggu.

2. Perlengkapan Proteksi Radiasi

a.Pakaian Proteksi Radiasi (APRON)


Setiap ruangan radiasi disediakan pakaian proteksi radiasi dalam jumlah yang cukup dan ketebalan
yang setara dengan 0,35 mm timbal.

b.Sarung tangan timbal


Setiap ruangan fluoroskopi konvensional harus disediakan sarung tangan timbal.

3. Alat monitor Radiasi


a. Film Badge
· Setiap pekerja radiasi dan/atau pekerja lainnya yang karena bidang pekerjaannya harus berada di
sekitar medan radiasi diharuskan memakai film badge setiap memulai pekerjaannya setiap hari.
· Film badge dipakai pada pakaian kerja pada daerah yang diperkirakan paling banyak menerima
radiasi atau pada daerah yang dianggap mewakili penerimaan dosis seluruh tubuh seperti dada
bagian depan atau panggul bagian depan.

b. Survey meter
Di unit radiologi harus disediakan alat survey meter yang dapat digunakan untuk mengukur paparan
radiasi di ruangan serta mengukur kebocoran alat radiasi.

4. Pesawat Radiasi
a. Kebocoran tabung
Tabung pesawat rontgen (tube) harus mampu menahan radiasi sehingga radiasi yang menembusnya
tidak melebihi 100 mR per jam pada jarak 1 meter dari fokus pada tegangan maksimum.

b. Filter
Filter radiasi harus terpasang pada setiap tabung pesawat rontgen.

c. Diafragma berkas radiasi


· Diafragma berkas radiasi pada suatu pesawat harus berfungsi dengan baik.
· Ketebalan difragma minimal setara dengan 2 mm timbal.
· Posisi berkas sinar difragma harus berhimpit dengan berkas radiasi.

d. Peralatan Fluoroskopi
· Tabir flouroskopi harus mengandung gelas timbal dengan ketebalan yang setara dengan 2 mm
timbal untuk pesawat rontgen berkapasitas maksimum 100 KV atau 2,5 mm timbal untuk pesawat
rontgen berkapasitas maksimum 150 KV.
· Karet timbal yang digantungkan pada sisi tabir flouroskopi harus mempunyai ketebalan setara
dengan 0,5 timbal dengan ukuran 45 x 45 cm.
· Tabung peswat rontgen dengan tabir flouroskopi harus dihubungkan secara permanen dengan
sebuah stop kontak otomatis harus dipasang untuk mencegah beroperasinya pesawat apabila pusat
berkas radiasi tidak jatuh tepat di tengah-tengah tabir flouroskopi.
· Semua peralatan flouroskopi harus dilengkapi dengan tombol pengatur waktu yang memberikan
peringatan dengan bunyi sesudah waktu penyinaran terlampaui. Penyinaran akan berakhir jika
pengatur waktu tidak di reset dalam waktu satu menit.

5. Pemeriksaan Kesehatan
Setiap pekerja radiasi harus menjalani pemeriksaan kesehatan secara berkala sedikitnya sekali dalam
setahun.

6. Kalibrasi Pesawat Rontgen


Pesawat rontgen harus dikalibrasi secara berkala terutama untuk memastikan penunjukkan angka-
angkanya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

7. Dosis Radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi


· Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi didasarkan atas rumus
dosis akumulasi :
D = 5 ( N - 18 ) rem

D :Dosis tertinggi yang diizinkan untuk diterima oleh seorang pekerja radiasi selama masa kerjanya
N :Usia pekerja radiasi yang bersangkutan dinyatakan dalam tahun
18:Usia minimum seseorang yang diizinkan bekerja dalam medan radiasi dinyatakan dalam tahun

· Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu 1 tahun
ialah 5 rem.
· Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu 13 minggu
ialah 1,25 rem . Sedangkan untuk wanita hamil 1 rem.
· Jumlah tertinggi penerimaan dosis rata-rata seorang pekerja radiasi dalam jangka waktu satu
minggu adalah 0,1 rem.

8. Ekstra Fooding
Rumah sakit berkewajiban menyediakan makanan ekstra puding yang bergizi bagi pekerja radiasi
untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap radiasi.

9. Prosedur Kerja di Ruangan Radiasi


1. Menghidupkan lampu merah yang berada di atas pintu masuk ruang pemeriksaan.
2. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang sedang diperiksa.
3. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua yang tidak berkepentingan berada di luar ruangan
pemeriksaan , sedangkan petugas berada di ruang operator. Kecuali sedang menggunakan
flouroskopi maka petugas memakai pakaian proteksi radiasi.
4. Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan.
5. Tidak menyalakan flouroskopi apabila sedang ada pergantian kaset.
6. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto.
7. Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield.
8. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak menerima radiasi
melebihi dari yang diperlukan.
9. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin gunakan
penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau
memegang film selama penyinaran maka ia harus memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung
tangan timbal serta menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri disamping berkas utama.
10. Pemeriksaan radiologi tidak boleh dilakukan tanpa permintaan dari dokter.

10. Prosedur Kerja di Ruang ICU dengan menggunakan Mobile Unit X-Ray
1. Berkas sinar langsung tidak boleh mengenai orang lain selain pasien yang sedang diperiksa.
2. Pada waktu penyinaran berlangsung, semua petugas harus berada sejauh mungkin dari pasien dan
memakai pakaian proteksi radiasi.
3. Waktu pemeriksaan harus dibuat sekecil mungkin sesuai dengan kebutuhan.
4. Menghindarkan terjadinya pengulangan foto.
5. Apabila perlu pada pasien dipasang gonad shield.
6. Ukuran berkas sinar harus dibatasi dengan diafragma sehingga pasien tidak menerima radiasi
melebihi dari yang diperlukan.
7. Apabila film atau pasien memerlukan penopang atau bantuan, sedapat mungkin gunakan
penopang atau bantuan mekanik. Jika tetap diperlukan seseorang untuk membantu pasien atau
memegang film selama penyinaran maka ia harus memakai pakaian proteksi radiasi dan sarung
tangan timbal serta menghindari berkas sinar langsung dengan cara berdiri disamping berkas utama.

 . Melakukan pemantauan dan perawatan terhadap Alat Proteksi Diri (APD) dengan cara
melakukan kalibrasi setiap 6 bulan sekali. Untuk APD yang telah di kalibrasi diberi Sticker
yang berisikan tanggal pelaksanaan dan tanggal masa berlaku. Jenis APD yang digunakan
adalah : Apron, Ketebalan apron untuk radiodiagnostik adalah setara dengan 0,2 mmPb
atau 0,25 mmPb. Sedangkan untuk ruangan fluoroscopy setara dengan 0,35 mmPb atatu 0,5
mmPb. Yang ditulis secara permanen dan mudah terlihat pada apron tersebut. Pemeliharaan
dilakukan dengan cara digantung.
 28. Perlindungan Tiroid, dengan ketebalan yang setara dengan 1 mmPb. Sarung tangan
Pb (Glove Pb), dengan ketebalan yang setara dengan 0,25 mmPb pada 150KVp. Kaca mata
Pb (Gogle), setara dengan 1 mmPb.
 29. Tabir pelindung (Shielding Pb), dengan ketebalan yang setara dengan 1 mmPb,
dengan ukuran tinggi 2 m, lebar 1 m yang dilengkapi dengan kaca intip Pb yang setara
dengan 1 mmPb.
 30. 4. Menggunakan peralatan pemantauan dosis radiasi per orangan. Peralatan yang
digunakan adalah : Termo Luminisensi Dosimeter (TLD) TLD yang disediakan oleh Balai
Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFK) – Departemen Kesehatan atau Pusat Teknologi
Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) – Badan Tenaga Nuklir (BATAN).
Pengukuran TLD ini dilakukan setiap 3 (tiga) bulan sekali.
 31. Pendos (Pen Dosimetri) Peralatan dosimeter perorangan pembacaan Langsung secara
analog atau digital. Alat ini di gunakan selama berada dalam medan radiasi yang nilai nya
akan langsung bisa terlihat namun tidak bisa diakumulasikan. Dimana petugas harus
membuat daftar perolehan dosis yang diterima setiap kali kegiatan. Keuntungannya kita
langsung dapat menilai daerah yang banyak mengeluarkan radiasi.Sedangkan kelemahannya
setiap pekerja harus rajindan teliti dalam melakukan pencatat dosis. Survey meter
Tersedianya survey meter untu penggunaan pesawat intervensional. Agar setiap saat dapat
mengukur paparan radiasi di sekitar lokasi pemeriksaan.
 32. 5. Memasang tanda-tanda radiasi pada daerah kerja, seperti : Memasang lampu merah
pada ruangan pemeriksaan yang menggunakan pesawat sinar – x , disertai adanya tulisan
“DILARANG MASUK JIKA LAMPU MERAH MENYALA” Memasang stiker tanda
bahaya radiasi di depan pintu ruangan pemeriksaan yang menggunakan sinar – x.
 33. Poster peringatan bahaya Radiasi harus dipasang di dalam ruangan pesawat sinar-x,
yang memuat tulisan “WANITA HAMIL ATAU DIDUGA HAMIL HARUS
MEMBERITAHU DOKTER ATAU RADIOGRAFER” 6. Melakukan pemantauan kesehatan
terhadap pekerja radiasi. Pemeriksaan kesehatan meliputi : Pemeriksaan kesehatan umum,
dilakukan pada saat sebelum bekerja, selama bekerja dan pada saat akan memutuskan
hubungan kerja / pension. Pemeriksaan kesehatan khusus, dilakukan pada pekerja radiasi
yang mengalami atau diduga mengala,I gejala sakit akibat radiasi serta bagi pekerja yang
mendapatkan paparan radiasi yang melibihi nilai ambang batas.

Upaya-upaya yang telah dan perlu di lakukan untuk terjaminnya tingkat kesehatan dan
keselamatan kerja dengan radiasi pengion.A. Upaya yang telah dilakukan :1. Pengurusan izin
pemenfaatan pemakaian pesawat radiologi.Izin pemanfatan / pengoperasian pesawat radiologi
masih berlaku sampai bulan .. tahun 2. Petugas proteksi Radiasi yang berlisensi BAPETEN telah
ada dan tealah melakukan tugasnya sesuai dengan kompetensinya antara lain :3. Membuat prosedur
kerja dengan radiasi4. Membuat tanda-tanda adanya bahaya radiasi dengan jelas sehingga mudah
terlihat dan menempatkan pada tempat-tempat yang semestinya.5. Memelihara peralatan proteksi
radiasi agar selalu dalam keadaan yang memadai baik fisik maupun fungsi.6. Membuat Kartu Dosis
perorangan yang dismpan dengan baik sehingga mudah diperiksa apabila diperlukan.7. Menganalisa
dosis perorangan dari kartu dosis untuk mengetahui apakah ada pekerja radiasi terpapar radiasi
melebihi NBD untuk pekerja radiasi.8. Merekomendasikan untuk memeriksa kesehatan bagi pekerja
setiap 6 ( enem ) bualan sekali.9. Membuat Standar Prosedur Pelayanan Radiologi10. Membuat
Standar Prosedur pemeriksaan radiologi baik dengan bahan kontars maupun tanpa bahan
kontras.11. Membuat Standar Prosedur pemeriksaan radiografi baik dengan bahan kontras maupun
tanpa bahan kontras.12. Membuat Standar Prosedur tindakan kedaruratan medik akibat
penggunaan bahan kontras pada pemeriksaan radiologi.13. Melakukan pemeliharan secara berkala
terhadap sarana, fasilitas dan peralatan radiologi sesuai dengan batas kewenangan radiografer, agar
keadaan baik fisik maupun fungsi sarana, fasilitas dan peralatan radiologi selalu laik pakai, khususnya
pemeliharaan kebersihan pesawat rontgen, kaset dan intensifying screen, alat prosesing film
otomatis.14. Melakukan reject film analisis untuk mengetahui apakah hasil pelayanan radiografi
telah mencapaikualitas yang diharapkan ( jumlah film yang ditolak ternyata masih dalam batas
normal 5% setiap bulan )

Radiasi adalah energi yang dilepaskan, baik dalam bentuk gelombang maupun partikel.
Berdasarkan muatan listrik yang akan dihasilkannya setelah menumbuk obyek tertentu,
radiasi dibagi menjadi radiasi ion dan radiasi non-ion.

Radiasi non-ion mungkin akan lebih sering kita temui di sekeliling kita seperti gelombang
radio, gelombang mikro (microwave), inframerah, cahaya tampak dan sinar ultraviolet.
Sedangkan kelompok radiasi ion antara lain sinar-X (CT- can), sinar gamma, sinar kosmik,
beta, alfa dan neutron.

Bahay radiasi biasanya lebih umum ditemukan pada jenis radiasi ion, karena sifatnya yang
akan memberi substansi bermuatan listrik terhadap obyek yang ditabraknya. Kondisi ini
biasanya akan memberikan pengaruh, terutama bila obyek tersebut adalah mahluk hidup.

Bahaya radiasi bagi manusia tergantung pada faktor ini


Penyusun tubuh mahluk hidup terkecil adalah sel. Saat sel berinteraksi dengan radiasi ion,
energi dari radiasi akan terserap ke dalam sel dan mampu mengakibatkan perubahan kimiawi
pada molekul yang terkandung dalam sel. Perubahan kimiawi inilah yang dapat memicu
terjadinya kelainan genetik yang lain. Bahaya radiasi terhadap tubuh manusia sendiri
berbeda-beda, bergantung dari:

Sumber radiasi

Paparan yang bersumber dari sinar kosmik biasanya cenderung bisa diabaikan, karena
sebelum mencapai tubuh mahluk hidup, radiasi tersebut telah lebih dulu berinteraksi dengan
atmosfer bumi.

Radiasi neutron biasanya hanya ditemukan pada reakton nuklir. Sedangkan radiasi beta hanya
mampu untuk menembus kertas tipis, begitu pula dengan radiasi alfa yang hanyak mampu
menembus beberapa milimeter udara. Namun sinar-X dan sinar gamma, selain terdapat di
sekitar manusia, sinar ini berbahaya bila berhasil memapari mahluk hidup.

Hal ini juga dapat dibedakan dengan radiasi yang Anda terima saat Anda melalui mesin scan
tubuh di bandara (yang intensitasnya lebih rendah), dengan radiasi yang Anda terima bila
Anda tinggal dekat wilayah yang mengalami peristiwa nuklir, karena perbedaan jenis
radiasinya.

Banyaknya dosis radiadi yang diterima tubuh

Pada dosis rendah, sel tubuh yang terpapar radiasi masih mampu memulihkan dirinya sendiri
dalam waktu yang tak begitu lama. Sel yang rusak hanya akan mati dan digantikan oleh sel
yang baru.
Namun pada dosis yang tinggi, sel yang rusak akan memperbanyak diri hingga menjadi sel
kanker (terlebih bila pola hidup Anda mendukung untuk terpapar penyakit kanker seperti
perilaku merokok, konsumsi makanan rentan karsinogen, dan sebagainya).

Lama paparan

Paparan radiasi pada dosis yang tinggi dalam satu waktu atau jangka pendek juga akan
menimbulkan beberapa gejala (yang disebut sindrom radiasi akut) pada tubuh Anda seperti
mual, muntah, diare, demam, lemas hingga pingsan, kerontokan rambut, kulit memerah,
gatal, bengkak hingga terasa terbakar, nyeri hingga kejang-kejang. Gejala ini tentu akan
berbeda bila Anda terpapar dalam jangka waktu lama.

Terkadang kepekaan tubuh seseorang juga mempengaruhi dampak paparan radiasi pada
tubuh seseorang. Contohnya, radiasi gamma sebanyak 400 rem akan menyebabkan kematian
kepada seseorang bila dipapari sebanyak dua waktu yang berbeda, dengan rentang waktu 30
hari. Namun, dosis yang sama malah tak akan memberi efek apapun bila kita terpapar selama
satu tahun dalam dosis merata yang lebih kecil.

Jika kita berkutat pada bidang kesehatan, tentu kita sudah mengenal dengan alat radiologi
yang kita kenal dengan sebutan alat rontgen. Akan tetapi, pemberitahuan akan bahaya alat
rontgen pada kesehatan manusia masih diabaikan. Bahkan dari beberapa kasus, masih banyak
orang tua yang menginginkan anaknya di rontgen saat terserang batuk dengan alasan ingin
melihat secara detail paru-paru si anak.

Nah, perlu kita ulas kembali bahwasannya alat rontgen merupakan suatu metode diagnostik
dengan menggunakan gelombang elektromagnetik berupa Sinar-X.

Sinar-X

Sinar-X ditemukan oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada tahun 1895. Sinar-X adalah pancaran
gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang listrik, radio, inframerah panas,
cahaya, sinar gamma , sinar kosmik dan sinar ultraviolet tetapi dengan panjang gelombang
yang sangat pendek. Penggunaan sinar-x adalah sesuatu yang penting untuk diagnosa gigi
geligi serta jaringan sekitarnya dan pemakaian yang paling banyak pada diagnostic imaging
system.

Perbedaan antara sinar dengan sinar elektromagnetik lainnya terletak pada panjang
gelombang dimana panjang gelombang pada Sinar-X lebih pendek yaitu :

1 A = 1/100.000.000 cm = 10-8 cm.

Sifat Sinar-X

Daya tembus → Sinar-X dapat menembus bahan atau massa yang padat dengan daya tembus
yang sangat besar.

Pertebaran → Apabila berkas sinar x melalui suatu bahan atau suatu zat, maka berkas sinar
tersebut akan bertebaran keseluruh arah, menimbulkan radiasi sekunder (radiasi hambur)
pada bahan atau zat yang dilalui.
Penyerapan → Sinar-X dalam radiografi diserap oleh bahan atau zat sesuai dengan berat
atom atau kepadatan bahan atau zat tersebut. Makin tinggi kepadatannya atau berat atomnya
makin besar penyerapannya.

Fluoresensi → Sinar-X menyebabkan bahan-bahan tertentu seperti kalsium tungstat atau zink
sulfide memendarkan cahaya (luminisensi).

Ionisasi → Efek primer dari Sinar-X apabila mengenai suatu bahan atau zat dapat
menimbulkan ionisasi partikel-partikel atau zat tersebut.

Efek biologi → Sinar-X akan menimbulkan perubahan-perubahan biologi pada jaringan. Efek
biologi ini yang dipergunakan dalam pengobatan radioterapi.

Terjadinya Sinar-X

Pada dasarnya pesawat Sinar-X terdiri dari tiga bagian utama, yaitu tabung Sinar-X, sumber
tegangan tinggi yang mencatu tegangan listrik pada kedua elektrode dalam tabung Sinar-X,
dan unit pengatur.

Di dalam tabung roentgen ada katoda dan anoda dimana pada tabung tersebut dalam keadaan
vakum fungsinya agar elektron yang bergerak cepat dapat bergerak bebas dan tidak
bertumbukan dengan elektron lain. kemudian pada tabung rontgen diberi sumber listrik untuk
memanaskan katoda (filament) kira-kira lebih dari 20.0000C sampai menyala dengan
mengantarkan listrik dari transformator, Karena panas maka electron-electron dari katoda
(filament) terlepas, dengan memberikan tegangan tinggi maka electron-elektron dipercepat
gerakannya menuju anoda (target), electron yang bergerak dengan kecepatan tinggi (karena
ada beda potensial 1000 Kvolt) yang mengenai target anoda, electron tiba-tiba akan
mengalami perlambatan saat mendekati target karena pengaruh gaya inti atom (target anoda)
sehingga menimbulkan Sinar-X yang mana dinamakan Sinar-X Brehmsstrahlung, elektron-
elektron mendadak dihentikan pada anoda (target) sehingga terbentuk panas (99%) dan Sinar-
X (1%), Sinar X akan keluar dan diarahkan dari tabung melelui jendela yang disebut
diafragma, panas yang ditimbulkan pada target (sasaran) akibat benturan elektron dihilangkan
dengan radiator pendingin.

Berikut hasil pemotretan dengan rontgen…

Pemanfaatan Sinar-X dalam Dunia Medis


Radiasi sinar-X merupakan suatu gelombang elektromagnetik dengan gelombang pendek.
Sinar-X mempunyai daya tembus yang cukup tinggi terhadap bahan yang dilaluinya. Dengan
demikian sinar-X dapat dimanfaatkan sebagai alat diagnosis dan terapi di bidang kedokteran
nuklir. Pemanfaatan sinar-X di bidang kedokteran nuklir merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat. Aplikasi ini telah cukup beragam mulai dari radiasi
untuk diagnostik, pemeriksaan sinar-X gigi dan penggunaan radiasi sinar-X untuk terapi.
Radioterapi adalah suatu pengobatan yang menggunakan sinar pengion yang banyak dipakai
untuk menangani penyakit kanker. Alat diagnosis yang banyak digunakan di daerah adalah
pesawat sinar-X (photo Rontgen) yang berfungsi untuk photo thorax, tulang tangan atau kaki
dan organ tubuh yang lainnya. Radiasi di bidang kedokteran membawa manfaat yang cukup
nyata bagi yang menggunakannya. Dengan radiasi suatu penyakit atau kelainan organ tubuh
dapat lebih awal kita diketahui dan pendeteksiannya lebih teliti.

Bahaya Sinar-X

1. Bila sinar-x mengenai tubuh manusia akan menyebabkan jaringan kulit menjadi
mengering, jaringan tulang akan keropos dan sel telur perempuan akan mati, sehingga
menyebabkan mandul.

2. Radiasi dari sinar-x ini bukanlah penyakit, akan tetapi dampak radiasi ini akan
menurunkan tingkat stamina dan kekebalan tubuh seseorang.

3. Sinar-x yang dipaparkan kepada wanita hamil dapat berpotensi menimbulkan keguguran,
atau cacat janin, termasuk malformasi, pertumbuhan terlambat, terbentuk kanker pada usia
dewasanya, atau kelainan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai