Anda di halaman 1dari 29

Curriculum Vitae

Dr. dr. H. Idham Jaya Ganda, Sp.A (K)


Divisi Emergensi dan Rawat Intensif Anak
Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran,
Universitas Hasanuddin
Pendidikan
 SD Negri Bulo 1970
 SMP Negri Walenrang 1973
 SMA Negri Pare-pare 1976
 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 1984
 Pedidikan Dokter Spesialis Anak FK UNHAS 1996
 Fellowship Bidang Pediatrik Gawat Darurat 1997
 Konsultan Bidang Pediatrik Gawat Darurat 2007
 Doktor Universitas Hasanuddin 2010
Organisasi
 Pengurus Ikatan Dokter Anak Indonesia cabang Sulawesi Selatan
 Ketua Subdivisi Emergensi dan Rawat Intensif Anak, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UNHAS
 Sekertaris Umum Ikatan Dokter Indonesia Cabang Makassar
 Pengurus UKK Emergensi dan Rawat Intensif Anak
 Ketua Komite Medik Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo
Diagnosis dan tatalaksana
penurunan kesadaran pada anak
DR. dr. Idham Jaya Ganda, SpA(K)

Emergensi dan Rawat Intensif Anak (ERIA)


Departemen Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin
Penurunan Kesadaran pada anak:
 Kedaruratan medik
 Pemantauan ketat dan berkala
 Intervensi cepat dan terencana

 Kesadaran:
 Hemisfer
 Batang otak -> ARAS
Penyebab kesadaran menurun:
Infeksi, yaitu: Infeksi bakteri, virus, dan lain-lain.

Struktural: Trauma, perdarahan intrakranial, Neoplasma, dan Hidrosefalus

Hipoksik-iskemik: syok, gagal jantung atau paru, tenggelam, keracunan CO2.

Kelainan metabolik: hiperglikemia dan hipoglikemia.

Gangguan elektrolit,

Obat-obatan dan logam berat


Penyebab
Infeksi Struktural
lainnya

TIK

Dinamika intrakranial:
Autoregulasi Kompliance Aliran darah Metabolisme
otak (CBF) otak
Vasodilatasi Perubahan Monro Kellie Doctrine
Vasoskonstriksi • PaCO2 • Kejang
TIK • Oksigen/hipoksia
Tekanan darah • Panas
• pH/ Asidosis
• CPP
Perubahan
CBF volume
Tekanan intra kranial
• Sakit kepala, muntah proyektil, penurunan kesadaran, kejang, ubun-ubun
membonjol.
• TIK berat: dilatasi pupil, edema papil, trias Cushing
• Kelumpuhan saraf kranial III,IV,VI
• CPP= MAP – ICP
• CT scan: sulci dan gyri menghilang, ventrikel otak menyempit atau
menghilang atau membesar, sisterna basalis menghilang, pergeseran garis
tengah(midline shift), edema, perdarahan dan infark.
• Pengukuran TIK: Invasif (monitor intraventrikuler, intraparenkimal,
subarachnoid / sudural, epidural), non-invasive (transcranial Doppler) dan
monitoring multimodalitas (Kombinasi dari teknologi mikrodialisis dengan
sensor oksigen jaringan otak, TIK, dan monitoring CBF dan EEG)
Herniasi Otak
Diagnosis
• Anamnesis / Riwayat klinis
• Pemeriksaan fisik - Tanda vital
• Pemeriksaan neurologis
o Derajat kesadaran
o Pola nafas
o Gerak bola mata (Doll’s Eyes movement)
o Ukuran pupil
o Respon motorik
TINGKAT KESADARAN
•Tingkat kesadaran kualitatif
• Kompos mentis ………………..GCS 14-15
• Apatis ………………………………GCS 12-13
• Delirium …………………………..GCS 10-11
• Somnolen ………………………..GCS 7-9
• Sopor atau Stupor ……………GCS 5-6
• Koma………… ……………………GCS 3-4
Skala AVPU
• A : Sadar (Alert)
• V : Memberi reaksi pada suara (Voice)

• P : Memberi reaksi pada rasa sakit (Pain)


GCS ≤ 8
• U : tidak sadar (Unconscious), tidak ada reaksi dgn voice dan pain.
Glasgow Coma Scale Pediatric

Klasifikasi: GCS 14-15 (Ringan)


9-13 (Sedang)
3-8 (Berat)
FOUR SCORE

Klasifikasi: Skor FOUR 0-7 : risiko mortalitas tinggi


Skor FOUR 8-14 : risiko mortalitas menengah
Skor FOUR 15-16 : risiko mortalitas rendah
Penilaian FOUR SCORE

Respon mata (Eye)


E4= kelopak mata terbuka atau pernah terbuka dan
mengikuti arah atau berkedip oleh perintah
E3 = kelopak mata terbuka namun tidak mengikuti
arah
E2 = kelopak mata tertutup namun terbuka jika
mendengar suara keras
E1 = kelopak mata tertutup namun terbuka oleh
rangsang nyeri
E0 = jika kelopak tetap tertutup dengan rangsang
nyeri
Respon motorik
M4 = ibu jari terangkat, atau mengepal, atau
tanda “damai” (peace sign)
M3 = melokalisasi nyeri
M2 = memberi respon fleksi pada rangsang nyeri
M1 = memberi respon ekstensi pada rangsang
nyeri
M0 = tidak ada respon terhadap nyeri atau status
mioklonus umum
Refleks batang otak (Brain stem)
B4 = terdapat refleks pupil dan kornea
B3 = salah satu pupil melebar terus
menerus
B2 = tidak ada refleks pupil atau kornea
B1 = tidak ada refleks pupil dan kornea
B0 = tidak ada refleks pupil, kornea, atau
batuk
Respirasi
R4 = pola nafas regular, tidak terintubasi
R3 = pola cheyne-stokes, tidak terintubasi
R2 = pola nafas iregular, tidak terintubasi
R1 = nafas dengan kecepatan di atas
ventilator, diintubasi
R0 = apnea atau pernafasan dengan
kecepatan ventilator,diintubasi
FOUR SCORE vs GCS
FOUR SCORE GCS

1. Digunakan pada pasien kesadaran menurun, koma 1. Baku emas penilaian kesadaran
dan terintubasi
2. Digunakan untuk klasifikasi cedera otak (ringan,
2. Mengatasi keterbatasan yang dimiliki GCS sedang, berat)

3. Dapat digunakan juga pada pasien dengan gangguan 3. Komponen verbal tidak dapat dinilai pada pasien yang
metabolik akut, syok, kerusakan otak non structural koma, terintubasi (20%-48%), dan afasia

4. Dapat menilai fungsi batang otak (refleks pupil, refleks 4. Tidak memiliki indikator klinis (reflex batang otak,
kornea dan refleks batuk) perubahan pola nafas dan ventilasi mekanik

5. Menilai pola nafas Cheyne-Stokes dan irregular 5. Penggunaan sedasi di ruang intensif mempengaruhi
(disfungsi bihemisfere atau batang otak bagian penilaian GCS
bawah)

6. Dapat menilai herniasi dan permulaan status vegetatif


POLA NAPAS ABNORMAL
a) Cheyne-Stokes ( hemisfer serebri
atau diensefalon, metabolik atau
herniasi)
b) Central Hiperventilasi (Lesi batang
otak yaitu midbrain dan pons,
asidosis metabolic,hipoksia,
keracunan/narkotika)
c) Apneustik (pons,medulla
oblongata)
d) Cluster breathing (Biots),medulla
oblongata,herniasi,opioid abuse
e) Ataksik breathing (medulla
oblongata dan atau herniasi)
Pola Pupil
Refleks bola mata
Refleks okulosefalik abnormal, jangan
dilakuan pada pasien cedera leher.
• apabila kepala diputar ke kiri
atau ke kanan, maka pada
keadaan normal mata bergerak
berlawanan dengan gerakan
kepala; pada keadaan
abnormal maka gerakan tidak
ada atau kacau.
• apabila kepala dianggukkan
(fleksi), pada keadaan normal
terjadi deviasi mata ke atas,
apabila tidak ada reaksi.
Respon motorik
• Decortication
• posisi fleksi (lengan fleksi, abduksi dan
tertarik ke atas dada, ektensi ekstremitas
bawah dan plantar fleksi telapak kaki)
• Kerusakan hemisfer serebral bilateral
(kortikal atau sub-kortikal) atau depresi
toksik-metabolik fungsi otak dengan fungsi
batang otak yang masih baik.
• Deserebrasi
• Posisi ekstensi (lengan ekstensi dan rotasi
interna, ektensi ekstremitas bawah dan
plantar fleksi telapak kaki)
• Lesi otak tengah dan pons bagian atas,
kelainan metabolik berat (ensefalopati
hepatik dan ensefalopati hipoksik anoksik.)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan rutin: darah, urin dan tinja
• Pemeriksaan kadar glukosa, elektrolit, analisis gas darah, fungsi hati,
fungsi ginjal
• Foto thoraks
• Elektrokardiografi
• Lumbal punksi, funduscopi,EEG,CT scan,MRI
• Pemeriksaan khusus atas indikasi.
PENATALAKASAAN
• Tujuan utama:
• Mencegah atau meminimalkan kerusakan sekunder otak.
• Tatalaksana etiologi.
A. Tatalaksana awal:
1. Assesment dan tatalaksana
Assesment kesadaran: AVPU
• Airway
• Breathing
• Circulation
Airway:
• Posisi kepala
• Head tilt, chin lift, jaw trust
• Suction
• Guedel
• Intubasi ( GCS < 8, edema cerebri diffused, herniasi, pola nafas abdnormal,
obstruksi jalan nafas atas)
PENATALAKASAAN
Breathing:
• Oksigen (ambu bag)
• Saturasi oksigen > 80%
Circulation:
• Tekanan darah (normovolemi)
• Hipotensi : resusitasi cairan sesuai dengan tatalaksana syok
• Hipotensi refrakter: dopamin, dobutamin.
2. Dekstrose 25% 1-4 ml/kgBB, lanjut infus dektrose 10% 0,5g/kgBB
3. Tatalaksana kejang
4. Sedasi dan analgesia
5. Regulasi temperatur
6. Normocarbia (PCO2 35-45mmHg)
PENATALAKASAAN
B. Tatalaksana TIK:
1. Head positioning 15-30o
2. Drainase cairan cerebrospinal: kontinu, intermiten, kateter ventrikulostomi, monitor TIK
3. Osmoterapi: Manitol (0,5-1 gram/kgBB/kali), cairan hipertonis (10ml/kgBB)
4. Hiperventilasi (paCO2 30-35mmHg)
5. CT-Scan ulang
C. TIK refrakter:
1. Hiperventilasi (paCO2 <30mmHg)
2. Moderate Hipotermi (32-33oC)
3. Craniectomy decompresi
4. Draniase lumbal
5. Terapi barbiturate
PENATALAKASAAN

D. Steroid

E. Terapi penyebab

F. Kebutuhan cairan maintenance

G. Koreksi Gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa

H. Nutrisi parenteral / enteral

Anda mungkin juga menyukai