Oleh :
Wahyu Nur Indahsah
NIM 135070201111027
Kelompok 7
Reguler 1
C. ETIOLOGI
1. Gangguan metabolik toksik
Fungsi dan metabolisme otak sangat bergantung pada tercukupinya penyediaan
oksigen. Adanya penurunan aliran darah otak (ADO), akan menyebabkan terjadinya
kompensasi dengan menaikkan ekstraksi oksigen (O2) dari aliran darah. Apabila ADO
turun lebih rendah lagi, maka akan terjadi penurunan konsumsi oksigen secara
proporsional. Glukosa merupakan satu-satunya substrat yang digunakan otak dan
teroksidasi menjadi karbondioksida (CO2) dan air. Untuk memelihara integritas
neuronal, diperlukan penyediaan ATP yang konstan untuk menjaga keseimbangan
elektrolit.
O2 dan glukosa memegang peranan penting dalam memelihara keutuhan
kesadaran. Namun, penyediaan O2 dan glukosa tidak terganggu, kesadaran individu
dapat terganggu oleh adanya gangguan asam basa darah, elektrolit, osmolalitas,
ataupun defisiensi vitamin. Proses metabolik melibatkan batang otak dan kedua
hemisfer serebri. Koma disebabkan kegagalan difus dari metabolisme saraf.
Tabel 1. Penyebab Metabolik atau Toksik pada Kasus Penurunan Kesadaran
No Penyebab metabolik atau sistemik Keterangan
1 Ketidakseimbangan lektrolit Hiponatremia atau hipernatremia, hiperkalsemia,
gagal ginjal dan gagal hati.
2 Endokrin Hipoglikemia, ketoasidosis diabetik
3 Vaskular Ensefalopati hipertensif
4 Toksik Overdosis obat, gas karbon
monoksida (CO)
5 Nutrisi Defisiensi vitamin B12
6 Gangguan metabolik Asidosis laktat
7 Gagal organ Uremia, hipoksemia, ensefalopati hepatik
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Perubahan respons pupil
Perubahan pupil penting yang dijumpai pada kerusakan otak adalah pupil
pinpoint yang tampak pada overdosis opiat ( heroin ) serta dilatasi dan fiksasi pupil
bilateral yang biasanya dijumpai pada overdosis barbiturat. Cedera batang otak
memperlihatkan fiksasi pupil bilateral dengan posisi di tengah.
2. Perubahan gerakan mata
Pada cidera batang otak, terjadi gangguan gerakan mata, dan mata terfiksasi
dalam posisi ke depan langsung. Deviasi yang miring dengan satu mata memandang
keatas dan satu ke bawah, menunjukkan cedera kompresif pada batang otak. Gerakan
siklik unvolunter normal pada bola mata ( respons nigtagmus ) sebagai respons
terhadap pemberian air es ke telinga menghilang pada disfungsi korteks dan batang
otak.
3. Perubahan pola nafas
a. Kerusakan pada batang otak
Pusat pernafasan di batang otak bagian bawah mengontrol pernafasan
berdasarkan konsentrasi ion hidrogen dalam CSS yang mengelilinginya. Kerusakan
batang otak menyebabkan pola nafas yang tidak teratur dan tidak dapat
diperkirakan. Overdosis opiat merusak pusat pernafasan dan menyebabkan
penurunan frekwensi pernafasan secara bertahap sampai pernafasan terhenti.
b. Kerusakan serebral
Pernafasan cheynes-stokes juga merupakan pernafasan yang didasarkan
pada kadar karbondioksida. Pada kasus ini pusat pernafasan berespons berelebihan
terhadap karbondioksida yang menyebabkan pola nafas tenang meningkat frekwensi
dan kedalaman pernafasan kemudian turun dengan mudah sampai terjadi apnea
( decrescendo breathing ). Pernafasan chynes-stokes mirip dengan apnea pasca
ventilasi, yang dijumpai pada kerusakan hemisfer serebri, dan sering berkaitan
dengan koma metabolik.
E. PATOFISIOLOGI
(Terlampir)
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Mempertahankan jalan nafas paten
Pasien dapat di intubasi melalui hidung atau mulut, atau dilakukan
trakeostomi. Sampai ditetapkan pasien mampu bernafas sendiri, maka mesin
ventilator digunakan untuk mempertahankan oksigenasi yang adekuat.
2. Pemasangan kateter intavena
Digunakan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan pemberian
makanan dilakukan dengan selang makanan atau selang gastrostomi.
3. Memantau status sirkulasi pasien
Tekanan darah dan frekuensi jantung dipantau untuk mengetahui perfusi
tubuh yang adekuat dan perfusi otak dapat dipertahankan.
4. Intravenous feeding
Untuk mengetahui terjadinya perut kembung dan perdarahan pada lambung
(Brunner dan Suddarth, 2001).
H. KOMPLIKASI
1. Gagal pernafasan dapat terjadi dengan cepat setelah pasien tidak sadar.jika pasien
tidak dapat bernafas sendiri, beri dukungan perawatan dengan memulai pemberian
ventilasi adekuat.
2. Pneumonia umumnya terlihat pada pasien yang menggunakan ventilator atau
mereka yang tidak dapat untuk mempertahankan jalan nafas.
3. Pasien tidak sadar tidak mampu untuk bergerak atau membalikkan tubuh, hal ini
menyebabkan dalam tetap pada posisi yang terbatas. Keadaan ini menyebabkan
pasien mengalami dekubitus, yang akan mengalami infeksi dan merupakan sumber
sepsis.
4. Aspirasi isi lambung atau makanan dapat terjadi yang mencetuskan terjadinya
pneumonia atau sumbatan jalan nafas.
5. Kardiovaskuler terganggu sehingga irama jantung terganggu
6. Ginjal terganggu sehingga mengalami penurunan fungsi ginjal dan juga sekresinya
terganggu (Bunner & suddarth, 2001).
DAFTAR PUSTAKA
Corwin, E.J. 2009. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC.
Dewanto. G. 2009. Panduan Prantiks Diagnosis dan Tata Laksana Penyakit Saraf. Jakarta:
EGC.
Harsono. 2005. Koma dalam Buku Ajar Neurologi. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Smeltzer, S C & Bare, B G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester. Ed 8. EGC: Jakarta.
Kesadaran yang utuh tergantung dari integritas dan interaski antara :
- ARAS (Ascending Reticuler Activating System) kumpulan substansia drisea di
bagian sentral batang otak bagian rostral mulai dari mielum samapai di subthalamus,
menentukan tingkat kesadaran WAKEFULLNESS-ARAOUSEL/KETERJAGAAN
(keadaan yg. berhub. dengan respon E, V dan M.
- Korteks di hemisfer serebri kiri yang utuh, merupakan substract anatomis untuk
kebanyakan komponen psikologik yang khusus, berbahasan, ingatan, intelek dan
tanggapan proses pembelajaran. Dalam mekanismenya digiatkan oleh thalamus,
hipotalamus, mesensefalon, tegmentum pontis bagian rostral.