Anda di halaman 1dari 34

Tanjung Bumi adalah salah satu sentra batik tulis Madura yang cukup terkenal.

Jaraknya kurang lebih 50 km dari


pusat kota yaitu kabupaten Bangkalan.
Kecamatan Tanjung Bumi terletak di daerah pesisir pantai menjadikannya kekhasan pada batik asal daerah
tersebut dengan motif khas batik pesisir yaitu yang terlihat dari warna-warna yang berani dan desain atau corak
yang bebas.
Cara atau proses pembatikan serta karakteristik tanah dan air di daerah Tanjung Bumi juga menjadikan keunikan
batik dari daerah ini yang lain dari yang lain.
Keistimewaan yang lain dari Batik Madura dari Tanjung Bumi adalah warnanya akan lebih cerah dan bagus
justru setelah beberapa kali dicuci,. Makanya tidak heran banyak motif batik tulis dari Tanjung Bumi yang
harganya lebih mahal daripada batik Madura daerah lain.
Batik yang cukup terkenal di Tanjung Bumi adalah batik gentongan. Harganya juga cukup mahal. Batik
Gentongan mempunyai nilai yang mendalam dalam tradisi Madura. Mengapa disebut batik Gentongan? Karena
proses pewarnaannya dilakukan dengan cara merendam kain batik tersebut kedalam wadah berupa gentong pada
saat proses pembuatannya. Proses perendaman dilakukan untuk proses pewarnaan juga untuk menghilangkan
sisa malam juga agar supaya warnanya lebih awet dan tahan bertahun-tahun.
Itulah sebabnya mengapa batik gentongan ini mahal karena walaupun umurnya puluhan tahun warnanya tetap
awet seperti baru dan juga walaupun batik Gentongan ini terbuat dari kain katun tapi harganya bisa jauh lebih
mahal daripada batik madura yang terbuat dari kain sutera.
Desain gambar atau motif yang dibatik pada sehelai kain itu murni hasil kreasi dan imajinasi para pembatik itu
sendiri. Jadi seolah-olah menggambarkan perasaan, hati dan pikiran mereka. Ada motif lama yaitu motif asli
atau tradisional Madura, tetapi saat ini motif batik Madura juga mulai bermotif modern yaitu dengan membuat
beberapa motif yang dijadikan satu (motif kombinasi)

Mengenal Batik Madura


Batik Madura, khususnya Batik Tulis Madura merupakan salah satu warisan budaya nenek moyang kita yang
bernilai sejarah yang tinggi. Saat ini batik Madurasudah banyak dikenal di berbagai belahan dunia, di mana
sebagian memang dipakai sebagai busana sehari-hari atau memang untuk koleksi. Oleh karena itu kita sebagai
bangsa Indonesia harusnya lebih bangga dengan warisan batik nenek moyang kota ini
Wilayah pulau Madura tidak terlalu luas, tetapi di tiap daerah masing-masing punya corak tersendiri mewakili
khas daerah masing-masing dengan tetap tidak meninggalkan ciri khas motif yang bebas dan warna yang berani.
Daerah pengrajin batik di Madura banyak terdapat di daerah Pamekasan, Tanjung Bumi-Bangkalan, Sampang
dan Sumenep. Sentra terbesar ada di daerah Pamekasan.
Keunikan batik madura dibanding batik tulis yang lain adalah warnanya yang cerah serta perpaduannya yang
dibisa dibilang asal tabrak. Bisa saja dalam selembar kain batik terdiri lebih dari 5 warna :). Sehingga ada saja
yang bilang norak . Meskipun begitu penggemar batik madura semakin meningkat.
Corak ataupun motifnya pun sangat beragam bahkan sudah ada ribuan motif yang beredar di pasaran. Kreatifitas
pengrajin batik tulis madura berasal dari ide masing-masing pembatiknya. Ketrampilan yang dihasilkan secara
turun menurun sampai sekarang.
Saking banyaknya motif hasil kreatifitas pengrajin batik ini, konon katanya banyak orang Cina dan Jepang yang
menggemari batik madura dan memborongnya karena mereka menganggapnya sebagai salah satu keajaiban
seni.
Proses pembuatan batik tulis Madura masih menggunakan cara=cara yang tradisional. Lama waktu
pembuatannya tergantung dari kerumitan motif, kualitas pewarnaannya dan kerapatan coraknya,
Motif Batik Madura
Batik Madura sebagai salah satu warisan budaya peninggalan nenek moyang banyak di minati oleh konsumen di
dalam maupun di luar negeri. Motif dan warnanya yang khas membuat batik madura semakin populer dengan
keunikannya tersebut. Batik Madura sendiri masih dihasilkan secara tradisional dan manual. Jadi memang
sebagian besar Batik Madura adalah berupa batik tulis.
Batik tulis Madura terkenal dengan karakternya yang kuat yang menggambarkan karakter dan tradisi masyarakat
setempat. Motif batik madura dikenal mempunyai motif yang bebas, ngejreng dan mempunyai warna berani
seperti merah, kuning dan hijau. Saat ini macam motif madura sudah sangat banyak bahkan sampai ribuan motif
yang sudah dibuat.
Di daerah Madura banyak sekali sentra kerajinan batik yang sudah ada sejak lama. Ada 4 (empat) daerah di
Madura yang banyak terdapat pengrajin batik yaitu di kabupaten Sumenep, Bangkalan, Sampang dan
Pamekasan. Masing-masing mempunyai ciri khas sendiri-sendiri. Tetapi saat ini yang banyak beredar di pasar
dan berkembang adalah batik dari Tanjung Bumi, Bangkalan dan Batik Madura asal Pamekasan di mana
memang jumlah pengrajin di daerah tersebut cukup besar.
Salah satu ciri khas batik tulis Madura asal dari Tanjung Bumi Bangkalan, kebanyakan berwarna dasar gelap
dengan pewarnaan alami dengan motif yang cenderung klasik. Sedangkan motif batik Madura dari Pamekasan
cenderung didominasi warna-warna yang cerah yang berani seperti kuning, hijau, orange dan merah. Dan banyak
yang mempunyai motif abstrak dengan motif yang sangat beragam dan bebas. Salah satu motif batik Pamekasan
yang terkenal dan tidak ada dari daerah lain adalah motif serat kayu atau akar-akaran (bahasa maduranya mo’
ramo’)
Batik Madura, jika dibandingkan dengan batik lain di Indonesia kelihatan sangat berbeda, karena warnanya yang
berani, motifnya yang cenderung tidak beraturan, dan kombinasi warnanya yang kontras.
Harganya pun sangat bervariasi dari di bawah Rp 100.000 sd jutaan rupiah pun ada, tergantung dari prosesnya,
kerumitan desainnya, kain yang digunakan dan teknik pembatikan yang digunakan untuk menghasilkan selembar
batik tulis Madura

Isteri siapa yang tidak rindu bila suami tinggalkan rumah berlama-lama, meratap, menangis dan melamun
menjadi santapan sehari-hari. Bila kita tidak tahan badan bisa kurus, bahkan bisajatuh sakit. Apalagi sang suami
meninggalkan rumah untuk mencari natkah dengan suatu pekerjaan yang beresiko pada keselamatanjiwanya,
seperti menjadi seorang pelaut.
Keadaan seperti itu dialami sebagian besar wanita Tanjung Bumi, wilayah Kecamatan pantai, 45 km arah utara
kota Bangkalan Madura. Memang hampir semua laki-laki Tanjung Bumi mengabdikan pada pekerjaan yang
berurusan dengan laut. Baik sebagai Pedagang antar pulau ataupun sebagai nelayan. Berhari-hari berminggu-
minggu bahkan ada yang sampai berbulan-bulan mereka meninggalkan anak istri, bergelut dengan ombak di
tengah 1autan 1epas untuk mencari natkah. Dan sepanjang waktu itu pula perempuan desa Tanjung Bumi
menahan rasa rindu. Untuk melawan rasa kesepiannya itu sambil berharap-harap rasa cemas atas kese1amatan
sang suami.
Namun demikian keadaan itu justru mengantarkan nama Tanjung Bumi melejit, harum menembus batas jauh
hingga manca negara. Apa sebab ? Untuk menepis rasa rindu yang menggelayut di hatinya selama di tinggal
sang suami melaut itu dirinya mengisi hari-harinya dengan kegiatan membatik. ia tumpahkan rasa rindunya pada
selembar kain dengan cara menuangkan dalam bentuk gambar ataupun motifmotif burung, daun dan berbagai
kehidupan a1am yang ada di sekitar laut mendominasi motif-motif berikutnya Desa Industri.
Kepala Disperindag & PM kabupaten Bangka1an Drs. Muharto mengatakan bahwa di Tanjung Bumi terdapat
658 unit usaha yang tersebar di 3 desa sentra keraj inan batik yaitu, Ds. Te1aga Biru, Ds. Paseseh dan Ds.
Tanjung Bumi dengan 1121 orang pengraj in. Jurnlah itu be1um termasuk pengrajin di desa pengembang yang
ada di sekitamya seperti desa Bumi Anyar, Tambak Pocok dan Bandang Dajah.
Untuk meningkatkan kualitas produk, Muharto mengungkapkan pihaknya secara rutin melakukan pembinaan
baik teknis desain, pewarnaan, pemasaran RIPIK} Ia mengatakan secara bertahap, Tanjung Bumi diarahkan
menjadi desa Industri. Untuk mencapai status itu harus melalui beberapa tahapan yaitu tahapan kelompok
bersama (KUB) dengan sentrasentra kerajinan, des a kerajinan. Kerajinan mandiri, tangguh, desa pra Industri
dan baru masuk tahapan desa Industri yang syarat kuantitasnya adalah 46% hingga 55% penduduknya harus
terlibat langsung dalam proses Industri. Seiring dengan itu tahapan pembinaanya meliputi pemberian motivasi,
peningkatan teknologi ketrampilan dan pengelolaan management strata dasar.
Muharto menambahkan bahwa Batik Tanjung Bumi kini telah menjadi komoditi perdagangan antar pulau.
Bahkan sebagian telah dieksport sekalipun belum terorganisir. Artinya eksport batik Tanjung Bumi bersifat
Insidental dalam partai kecil melalui usaha perorangan, bukan melalui eksportir profesional. Untuk merintis ke
arah itu, Muharto mengatakan telah dilakukan berbagai upaya seperti mengikut sertakan pengrajin dalam temu
usaha yang di1akukan rutin setiap tahun di Surabaya. Sementara untuk menembus pasar yang lebih luas cara
yang ditempuh adalah melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan pameran ataupun esposisi baik tingkat lokal,
regional, nasiona1 maupun intemasional. ” Batik Tanjung Bumi tak pemah absen da1am setiap pelaksanaan PRJ
disamping itu pula mengisi show room di Taman Mini Indonesia Indah di Jakarta, itu semua adalah bagian dari
promosi untuk meluaskan pasar,” katanya.
Cukup Mahal
Lebih jauh Muharto menjelaskan bahwa harga Batik Tanjung Bumi cukup bervariasi antara Rp. 200.000,-
hingga Rp. 1.5 juta tergantung kualitas. Ukuran kua1itas bukan hanya dari bahannya, namunjuga pewamaannya,
motif ataupun desainnya. B iasanya batik yang kua1itasnya bagus digarap secara lebih hati-hati, perlahan-lahan
dengan menggunakan motiflebih rumit sehingga menyita waktu lebih lama. “Untuk menyelesaikan selembar
kain batik tulis tradisional motif gentongan dengan bahan pewarna alarni penggarapannya bisa berbulan-bulan,
makanya harganya cukup mahal bahkan bisa mencapai jutaan rupiah”. Ujar Muharto
Menurutnya seorang pengrajin yang produktif dalam setahunnya bisa menghasilkan lebih dari 1000 lembar batik
berbagaijenis seperti kain panjang, kain baju, selendang, seprei, taplak meja, dasi dan berbagai macam hiasan
dinding. Dalam membatik, pengrajin selalu disiplin memasukkan nilai-nilai tradisional warisan para
pendahu1unya. Sekalipun kini pengembangan desain sangat variatifmengikuti perkembangan mode dan se1era
masyarakat pemesan.
Upakarti
Ada 12 macam motif batik yang dikembangkan pengrajin batik Tanjung Bumi diantaranya Sibasi, Pa1opa,
Gentongan, sekarjagat dan sebagainya disamping itu juga ada motif-motif pengembangan seperti Gong 2000,
Milenium dan kembang api hampir semua pengrajin menguasai motif yang ada.
Produksi batik Tanjung Bumi maju pesat dalam 10 tahun terakhir baik kualitas maupun kuantitasnya. Beberapa
prestasi dan penghargaan sebagai bentuk pengakuan keberhasilan telah banyak diterima. Diantaranya adalah
hadiah Upakarti dari Presiden RI tahun 1992 bidang kepeloporan dan pengabdian yang masing-masing diterima
oleh Ny. Bustami pe1opor pengelo1a batik khusus batik Tanjung Bumi di Jakarta. Sementara bidang pengabdian
diterima Rusli asal desa Tanjung Bumi .

Sejarah batik tulis Tanjung Bumi


Sejarah Batik Tanjung Bumi Khas Madura - Kali ini saya akan memberikan sebuah artikel mengenai Batik
Tanjung Bumi Khas Madura.Setelah beberapa waktu yang lalu saya memberikan informasi mengenai Sejarah
Batik Khas Solo Dan Yogyakarta dan juga sedikit mengenai Makna Batik Khas Solo kali ini saya akan
memberikan sedikit mengenai Sejarah Batik Khas Madura

Sejarah Batik Madura sudah ada sejak zaman kerajaan.Kain batik Madura mulai dikenal masyarakat luas pada
abad ke 16 dan 17. Hal ini bermula ketika terjadi peperangan di Pamekasan Madura antara Raden Azhar (Kiai
Penghulu Bagandan) melawan Ke’ Lesap. Raden Azhar merupakan ulama penasihat spriritual Adipati
Pamekasan yang bernama Raden Ismail (Adipati Arya Adikara IV). Sedangkan Ke’ Lesap merupakan putera
Madura keturunan Cakraningrat I dengan istri selir.

Dalam peperangan itu, Raden Azhar memakai pakaian kebesaran batik dengan motif parang atau dalam bahasa
Madura disebut motif leres yakni kain batik dengan motif garis melintang simetris. Ketika memakai kain batik
motif parang, Raden Azhar memiliki kharisma, tanpak gagah berwibawa. Sejak itulah, batik menjadi
perbincangan di kalangan masyarakat Madura, terutama pembesar-pembesar di Pamekasan.

Di Jogjakarta dan Solo, kain batik motif parang merupakan pakaian kebesaran para raja. Konon, rakyat biasa
pantang memakai. Itu dulu, sekarang bolehlah asal tidak dipakai saat bertemu raja. Misalnya, untuk kondangan
atau menghadiri rapat. Tokoh penting yang mengenalkan kain batik ke Madura adalah Adipati Sumenep, Arya
Wiraraja yang merupakan sekutu dekat Raden Wijaya, pendiri kerajaan Majapahit.

Motif batik madura memiliki keunikan tersendiri yang tidak dimiliki oleh batik dari daerah lain. Ciri khas batik
Madura sebagai usaha rumahan yang mudah dikenali adalah selalu terdapat warna merah dalam motif bunga
atau daun. Beberapa kalangan menilai, ada kesamaan motif kain batik Madura dan Jogjakarta. Adanya kesamaan
motif kain batik Madura dan Jogjakarta karena ada hubungan darah antara raja Mataram dengan para pembesar
di Madura. Kerajaan Bangkalan pada zaman raja Cakraningrat I adalah bawahan Kesultanan Mataram yang
dipimpin Sultan Agung.
Perjalanan Sejarah Batik Madura saat ini boleh dikatakan mencapai kejayaan, apalagi dengan pencanangan Hari
Batik Nasional tanggal 2 Oktober oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono. Para pengrajin batik setelah
peresmian jembatan Suramadu di sentra-sentra batik Madura mengalami kegairahan membatik.

Batik Madura Tanjung Bumi &


Keistimewaannya
Tanjung Bumi adalah salah satu sentra batik tulis Madura yang cukup terkenal. Jaraknya kurang lebih 50 km dari
pusat kota yaitu kabupaten Bangkalan.
Kecamatan Tanjung Bumi terletak di daerah pesisir pantai menjadikannya kekhasan pada batik asal daerah tersebut
dengan motif khas batik pesisir yaitu yang terlihat dari warna-warna yang berani dan desain atau corak yang bebas.
Cara atau proses pembatikan serta karakteristik tanah dan air di daerah Tanjung Bumi juga menjadikan keunikan batik
dari daerah ini yang lain dari yang lain.
Keistimewaan yang lain dari Batik Madura dari Tanjung Bumi adalah warnanya akan lebih cerah dan bagus justru
setelah beberapa kali dicuci,. Makanya tidak heran banyak motif batik tulis dari Tanjung Bumi yang harganya lebih
mahal daripada batik Madura daerah lain.
Batik yang cukup terkenal di Tanjung Bumi adalah batik gentongan. Harganya juga cukup mahal. Batik Gentongan
mempunyai nilai yang mendalam dalam tradisi Madura. Mengapa disebut batik Gentongan? Karena proses
pewarnaannya dilakukan dengan cara merendam kain batik tersebut kedalam wadah berupa gentong pada saat proses
pembuatannya. Proses perendaman dilakukan untuk proses pewarnaan juga untuk menghilangkan sisa malam juga
agar supaya warnanya lebih awet dan tahan bertahun-tahun.
Itulah sebabnya mengapa batik gentongan ini mahal karena walaupun umurnya puluhan tahun warnanya tetap awet
seperti baru dan juga walaupun batik Gentongan ini terbuat dari kain katun tapi harganya bisa jauh lebih mahal
daripada batik madura yang terbuat dari kain sutera.
Desain gambar atau motif yang dibatik pada sehelai kain itu murni hasil kreasi dan imajinasi para pembatik itu
sendiri. Jadi seolah-olah menggambarkan perasaan, hati dan pikiran mereka. Ada motif lama yaitu motif asli atau
tradisional Madura, tetapi saat ini motif batik Madura juga mulai bermotif modern yaitu dengan membuat beberapa
motif yang dijadikan satu (motif kombinasi)
| Leave a comment

POSTED ON DECEMBER 23, 2013

Batik Madura Tanjung Bumi &


Keistimewaannya
Tanjung Bumi adalah salah satu sentra batik tulis Madura yang cukup terkenal. Jaraknya kurang lebih 50 km dari
pusat kota yaitu kabupaten Bangkalan.
Kecamatan Tanjung Bumi terletak di daerah pesisir pantai menjadikannya kekhasan pada batik asal daerah tersebut
dengan motif khas batik pesisir yaitu yang terlihat dari warna-warna yang berani dan desain atau corak yang bebas.
Cara atau proses pembatikan serta karakteristik tanah dan air di daerah Tanjung Bumi juga menjadikan keunikan batik
dari daerah ini yang lain dari yang lain.
Keistimewaan yang lain dari Batik Madura dari Tanjung Bumi adalah warnanya akan lebih cerah dan bagus justru
setelah beberapa kali dicuci,. Makanya tidak heran banyak motif batik tulis dari Tanjung Bumi yang harganya lebih
mahal daripada batik Madura daerah lain.
Batik yang cukup terkenal di Tanjung Bumi adalah batik gentongan. Harganya juga cukup mahal. Batik Gentongan
mempunyai nilai yang mendalam dalam tradisi Madura. Mengapa disebut batik Gentongan? Karena proses
pewarnaannya dilakukan dengan cara merendam kain batik tersebut kedalam wadah berupa gentong pada saat proses
pembuatannya. Proses perendaman dilakukan untuk proses pewarnaan juga untuk menghilangkan sisa malam juga
agar supaya warnanya lebih awet dan tahan bertahun-tahun.
Itulah sebabnya mengapa batik gentongan ini mahal karena walaupun umurnya puluhan tahun warnanya tetap awet
seperti baru dan juga walaupun batik Gentongan ini terbuat dari kain katun tapi harganya bisa jauh lebih mahal
daripada batik madura yang terbuat dari kain sutera.
Desain gambar atau motif yang dibatik pada sehelai kain itu murni hasil kreasi dan imajinasi para pembatik itu
sendiri. Jadi seolah-olah menggambarkan perasaan, hati dan pikiran mereka. Ada motif lama yaitu motif asli atau
tradisional Madura, tetapi saat ini motif batik Madura juga mulai bermotif modern yaitu dengan membuat beberapa
motif yang dijadikan satu (motif kombinasi)
Batik tulis Madura mencerminkan kesan lugas, bebas dan personal karena dikerjakan secara satuan.
Teknik pengolahan masih asli menggunakan canting dan pewarna alam seperti praktik pencelupan batik
gentong. Motif dari daratan jawa banyak muncul dalam karya batik Madura. Pengaruh tersebut akibat
pulau Madura pernah menjadi bagian dari wilayah kekuasaan kerajaan-kerajaan Jawa Kuno.

Batik Madura dikerjakan terutama oleh perajin batik dari Tanjungbumi, Sampang, Pamekasan, dan
Bangkalan. Fungsi batik Madura umumnya untuk kain panjang, sarung, dan selendang. Dewasa ini,
beberapa pengusaha mencoba membuat batik Madura untuk berbagai keperluan, seperti taplak, bahan
pakaian, sarung bantal, serbet, dan sebagainya.

Persebaran Batik Madura

Kabupaten Bangkalan

Bupati : Fuad Amin


Luas : 1.260,14 km2

Sejarah
Bangkalan berasal dari kata “bangkah” dan ”la’an” yang artinya “mati sudah”. Istilah ini diambil dari cerita
legenda tewasnya pemberontak sakti Ki Lesap yang tewas di Madura Barat. Perkembangan Bangkalan
diawali dari sejarah perkembangan Islam di daerah itu pada masa pemerintahan Panembahan Pratanu
yang bergelar Lemah Dhuwur.

Batik Tanjungbumi
Beragam hias flora dan fauna, misalnya ragam hias sekar jagad, ganggengan, ikan, kapal, buketan, dan
sebagainya. Warna tradisional batik Tanjungbumi antara lain merah, coklat kemerahan, hitam kemerahan,
biru tua dan hijau. Warna acuan diperoleh dari merah mengkudu, soga alam, nila, dan kuning tageran. Kini,
banyak pengusaha batik memakai zat pewarna buatan, seperti indigosol, naftol, dan rapidogen. Batik
Tanjungbumi umumnya berlatar putih dengan isian latar yang rinci.

Batik Gentong
Keunikan yang dimiliki batik Madura adalah batik Gentong. Dinamakan demikian karena pencelupan
warna dilakukan di dalam gentong yang tertanam di tanah. Teknik gentong hanya dilakukan untuk satu
jenis warna saja, yakni indigo. Kelebihan hasil celupan batik gentong adalah warna lebih utuh, awet, dan
memiliki kepekatan merata. Dalam adat istiadat Madura, konon batik gentong bukan dikenakan sebagai
pakaian melainkan sebagai lilitan selempang untuk menyimpan benda-benda berharga atau jimat. Batik
Gentong hanya terdapat di dua wilayah di daerah Kecamatan Tanjungbumi, Kabupaten Bangkalan.

Proses Batik Gentongan ·


Tahap 1: Leccak, mencelupkan kain putih ke dalam campuran minyak nyemplong dan air abu. Proses ini m
emakan waktu dua bulan.·
Tahap 2: Rengreng, menggambar motif batik pada kain yang sudah di leccak. Butuh waktu 3-7 hari.·
Tahap 3: Essean (isen), mengisi motif yang telah di-
rengreng, sekitar satu bulan tergantung tingkat kehalusan. Butuh waktu satu bulan.·
Tahap 4: Nembok (nebbeng): menutup motif batik yang tak ingin diwarnai warna pertama. Butuh waktu 3-
7 hari.·
Tahap 5: Proses gentongan untuk warna pertama. Kain direndam dalam gentong selama satu hari dengan
warna alam, kemudian diangkat, disikat, ditiriskan, dianginkan, kemudian dimasukkan kembali selama satu
hari. Hal ini dilakukan setiap hari selama tiga bulan sampai didapatkan warna yang diinginkan.·
Tahap 6: Proses lorot pertama, merebus kain yang telah diwarnai dengan air panas yang dicampur tepung
kanji sampai malam bersih.·
Tahap 7: Pelilinan kedua, membatik lagi kain yang telah diwarnai di dalam gentong, baik yang masih berwa
rna putih ataupun yang sudah berwarna.·
Tahap 8: Proses gentongan untuk warna kedua.·
Tahap 9: Proses lorot kedua
Batik Tulis Indonesia
Batik adalah leluhur budaya dan warisan negara Indonesia yang perlu dilesatarikan. Salah satu jenis
batik adalah Batik tulis, yaitu kain dihias menggunakan tangan sesuai corak atau tekstur tertentu.jadi
proses pembuatan motifnya secara manual.Ciri dari batik tulias adalah Kombinasi warna bisa lebih
banyak,motif tidak berulang, dan warna dasarnya bisa gelap atau cerah.
Alat yang digunakan adalah canting, canting adalah alat tradisonal yang khas digunakan untuk
menuliskan pola batik dengan cairan malam pada kain.

Bagian dari sebuah canting ada 3,yaitu :


Nyamplung : tempat tampungan cairan malam, terbuat dari tembaga.
Cucuk : tergabung dengan nyamplung, adalah tempat keluarnya cairan malam panas saat
menulis batik.
Gagang : pegangan canting, umumnya terbuat dari bambu atau kayu.

Teknik Pembuatan Batik Tulis


Berikut ini adalah beberapa teknik pembuatan batik tulis
Batik Tulis Colet (Warna)

Adalah proses pembuatan batik yang hampir sama dengan menggambar di kanvas, dengan menorehkan
warna melalui canting ke kain mori secara langsung. disini kreatifitas goresan tangan sangat
dibutuhkan.
Berikut ini adalah alat dan bahan yang harus disiapkan untuk membuat batik tulis :
 Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)
 Canting sebagai alat pembentuk motif,
 Gawangan (tempat untuk m enyampirkan kain)
 Lilin (malam) yang dicairkan
 Panci dan kompor kecil untuk memanaskan
 Larutan pewarna
Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis ini:
 Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani. Dalam penentuan motif,
biasanya tiap orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri,
namun yang lain lebih memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap
dipakai di Indonesia sendiri adalah batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik, yang banyak bermain
dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran dengan ciri khas natural seperti gambar bunga dan kupu-
kupu. Membuat design atau motif ini dapat menggunakan pensil.
 Setelah selesai melakukan molani, langkah kedua adalah melukis dengan (lilin) malam menggunakan
canting (dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti pola tersebut.
 Tahap selanjutnya, menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak
berwarna). Canting untuk bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah
supaya saat pencelupan bahan kedalam larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
 Tahap berikutnya, proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan
mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu .
 Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
 Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan
canting untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.
 Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua.
 Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut
dengan air panas diatas tungku.
 Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan
lilin (menggunakan alat canting)untuk menahan warna pertama dan kedua.
 Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya
warna dan kompleksitas motif yang diinginkan.
 Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air panas. Tujuannya
adalah untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat
jelas. Anda tidak perlu kuatir, pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah Anda gambar
terkena warna, karena bagian atas kain tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya
luntur). Setelah selesai, maka batik tersebut telah siap untuk digunakan.
 Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan
menjemurnya sebelum dapat digunakan dan dipakai..
BATIK TULIS TANJUNG BUMI DAN PERMASALAHANNYA

Batik Tanjung Bumi Madura? Hampir dapat dipastikan, semua kalangan mengenalnya. Kalau searching pakai
Google, misalnya, tercatat 119 ribu rekaman yang berkaitan dengan Batik Tanjung Bumi Madura. Seakan
Batik Madura identik dengan Tanjung Bumi. Membahana hingga ke mancanegara.

Namun kalau Anda berkunjung ke Desa Tanjung Bumi Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan
Madura, sektar 41 km dari kota Bangkalan, jangan kaget. Jangan pula membayangkan bahwa daerah
Tanjung Bumi mirip dengan Sentra Tas di Desa Tanggul Angin Sidoarjo. Atau, sentra-sentra industri kecil lain
yang sudah terkemuka di daerah lain.

Kalau Anda datang ke sana dan tanpa bertanya, Anda akan mengambil kesimpulan bahwa di Desa Tanjung
Bumi itu bukan desa batik. Sepintas tidak nampak seorangpun pengrajin batik. Tidak ada tanda-tanda
apapun yang nampak secara kasat mata, mengingat aktivitas pembuatan batik dilakukan di dalam rumah.

Tulisan yang biasanya terpampang pada gapuro dengan menyebut “Selamat Datang di Kampung Batik
Tanjung Bumi―, juga tidak tampak. Begitu pula dengan outlet-outlet khusus berderet (seperti di
Tanggulangin, misalnya), setali tiga uang. Sama-sama tidak ada. “Memang itu salah satu kelemahan. Di
Desa sini belum ada paguyuban batik. Atau koperasi baik. Apalagi gapuro Kampung Batik― kata Ahmadi,
salah satu pengrajin dan pengelola batik Tanjung Bumi yang mempekerjakan karyawan lebih dari 70 orang.

Namun, kalau Anda turun dari mobil. Dilanjutkan dengan berjalan kaki. Sekaligus menikmati suasana salah
satu bibir pantai Madura itu, perlahan-lahan Anda akan merasakan bau yang khas. Bau malam yang
terbakar. Sekaligus itu penanda bahwa di rumah dekat Anda berjalan, ada pengrajin batik. “Namun kalau
Anda pergi ke sini hari Sabtu atau Minggu, desa ini akan kelihatan sekali kalau desa batik― kata Misrawi.

Kenapa? Karena saat itu, di hampir semua rumah, tiap-tiap batik hasil karya rumahan dipajang di tempat
jemuran baju. Dan biasanya pada hari itu pula banyak pedagang luar kota datang. Membeli dan memborong
batik. Serta menjual lagi ke end user (ditempat lain) dengan harga lebih tinggi, sudah barang tentu. “Di
Desa Tanjung Bumi ada 60 kelompok pengrajin batik. Kerjanya ya seperti itu. Tidak terlalu terlihat dari
luar― jelas Misrawi.

Menurut Misrawi, kenapa masyarakat Tanjung Bumi mengerjakan di dalam rumah, ternyata tidak lepas dari
sejarah kelahiran batik di Madura. Konon, keterlibatan perempuan-perempuan di Tanjung Bumi pada proses
membatik dikarenakan menunggu kedatangan sang suami, yang sebagian besar bermatapencarian sebagai
nelayan. Dan kalau sudah pergi menangkap ikan, mereka bisa pergi berhari-hari atau bahkan berbulan-
bulan.
Bagi perempuan Tanjungbumi, menunggu kedatangan suami merupakan saat-saat paling panjang dan
menegangkan. Mereka selalu gelisah apakah suaminya bisa pulang kembali dengan selamat dan bisa
membawa uang untuk biaya rumah tangga. Untuk mengurangi rasa gelisah tersebut, akhirnya mereka mulai
belajar membatik. Namun, hingga kini belum ada yang dapat memastikan kapan para istri itu mulai
membatik.

Begitu waktu berjalan, ternyata pengrajin batik tidak hanya tinggal di Tanjung Bumi. Melainkan menyebar
hingga ke desa Telaga Biru, Paseseh, Bumi Anyar, Larangan, Tambak Pocok, Bandang, Macajeh, Tlangoh,
Tagungguk dan Bangkeng. Total pengrajin dan pengelolahnya mencapai ribuan orang.

Menurut Ahmadi, corak batik Tanjungbumi mempunyai ciri khas batik pesisir. Corak bebas dengan warna-
warna berani. Serta, ada cecek (titik-titik). Proses pembuatannya? Ada yang menggunakan cap, tulis, dan
gentongan. Disebut gentongan, karena untuk proses pewarnaannya dimasukkan dalam gentong. Uniknya,
warna yang dipakai pada gentongan bukan warna kimia. Tapi warna alami yang mengambil dari daun-daun
atau akar-akaran tumbuh-tumbuhan.

“Untuk gentongan, penyelesaiannya bisa lebih dari 1 bulan. Sehingga harganyapun mahal. Ada yang
lebih dari Rp. 3 juta per potong (2 meter). Sedangkan batik tulis pada kisaran Rp. 75 ribu – 500 ribu per
potong― jelas Ahmadi.

Menurut Ahmadi, kebanyakan masyarakat Tanjung Bumi belum memiliki jaringan pemasaran kuat. Model
penjualan yang sering digunakan biasanya pembeli datang. Masyarakat menjual. Belum ada yang
memiliki show room khusus misalnya di Surabaya. Jadi, kalau ada batik Tanjung Bumi sampai ke negara
lain, penyebabnya karena dipasarkan oleh orang lain. Atau, pengrajin Tanjung Bumi ikut pameran.

Peran kecamatan atau kabupaten dalam penumbuhkembangan pemasaran Batik Madura dinilainya belum
optimal. “Begitu juga dengan yang tadi. Gapuro. Berapa sih biaya membuat gapuro Kampung Batik?―
Ahmadi berargumen. “Pun demikian dari sisi permodalan. Belum ada insentif apapun. Saya kadang iri
dengan kabupaten lain, yang diberi subsidi bunga sampai 6%― tambah Ahmadi.

Terlepas dari kelemahan itu, Ahmadi juga mengucap syukur dengan adanya pemerintah. Setidaknya pada
2010 kemarin, ayah 2 orang anak ini diajak pameran ke Hongkong oleh Dinas Perindustrian Kabupaten
Bangkalan. “Ini yang positif. Dan seharusnya digalakkan. Karena dari situ biasanya produksi dan
pemasaran kita terus meningkat― kata Ahmadi.

Ahmadi berharap pemerintah konsisten berkaitan dengan menumbuhkembangan industri batik. Tidak hanya
melarang penggunaan batik dari Cina. Lebih dari itu, seharusnya tidak pula mengimpor mesin dari Cina
untuk memproduksi batik printing. “Coba bayangkan, kalau makai mesin. Dengan 10 orang pekerja bisa
memproduksi ribuan potong per hari. Kalau kita, yang tradisional, perlu waktu panjang. 1 potong batik tulis
bisa memakan waktu minimal 1 minggu― jelas Ahmadi.

Dampak selanjutnya, jika produksi printing tetap diteruskan (lebih-lebih pasar menginginkan harga murah
tanpa mau tahu proses yang terjadi di dalam), akan terjadi banyak pengangguran. Tidak hanya di industri
batik sendiri, Tapi juga akan menggandeng penambahan pengangguran di sektor pendukungnya. “Seperti
malam, misalnya. Printing kan sudah tidak perlu malam lagi― kata Ahmadi.
Sejarah Batik di Indonesia

Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran
Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan
Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada
kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan
khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX. Batik yang dihasilkan ialah
semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau
sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di
Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh
pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga
raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk
pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar
kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita
dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga
kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang
dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara
lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari
tanahlumpur.

Jaman MajapahitBatik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, pat ditelusuri di daerah Mojokerto dan
Tulung Agung. Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal
nama Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit. Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit
berkembang di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan
di zaman kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam
sejarah terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai
oleh seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.

Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran
yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas
tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang
bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.

Batik adalah teknik perintang warna dengan menggunakan lilin (malam). Batik Indonesia memiliki keunikan yang
tidak ditemukan di negara lain. Keunikan itu terletak pada penggunaan malam atau campuran sarang lebah, lemak
hewan, dan getah tanaman dalam pembuatannya. Hal ini berbeda dengan teknik pembuatan motif kain dari China
ataupun Jepang yang menggunakan lilin.Keberadaan Batik di Indonesia diyakini sudah ada semenjak zaman
Majapahit. Batik yang dihasilkan kala itu adalah batik tulis hingga awal abad XX. Paska Perang Dunia I atau sekitar
tahun 1920-an, batik cap mulai diperkenalkan.

Teknik Batik ini telah ada sejak pertama kali diperkenalkan nama batex oleh Chastelein, seorang anggota Raad van
Indie (dewan Hindia) pada tahun 1705.[1]

Pada masa itu penanaman dan penenunan kapas sebagian besar berpusat di pulau Jawa. Penduduk biasa
mengenakan kain yang dilukis dengan cara mereka sendiri. Tetapi kaum bangsawan Jawa pada masa itu selalu
mengenakan kain dari Gujarat.

Batik dalam bahasa Jawa bisa diartikan ngemban titik [1], Yang secara filosofis berarti padat karya, sebab
membatik memang membutukan serta melibatkan banyak tenaga kerja. Mulai mendesain, menggambar motif,
membuka-tutup kain dengan malam, mewarnai, hingga memasarkan batik itu sendiri. Secara filosofi lainnya
mbatik juga bisa berarti mbabate teko sitik.[1] Hal itu, lantaran membatik membutuhkan kesabaran luar biasa dan
mengingat membatik bersumber dari kata hati.Batik Indonesia resmi dimasukkan dalam 76 warisan budaya tak
benda oleh UNESCO.[2] Batik Indonesia dinilai sarat teknik, simbol, dan budaya, yang tidak lepas dari kehidupan
masyarakat sejak lahir hingga meninggal.

Batik Indonesia konon memiliki keunikan yang tidak ditemukan di negara lain. Keunikan itu terletak pada
penggunaan malam atau campuran sarang lebah, lemak hewan, dan getah tanaman dalam pembuatannya. Hal ini
berbeda dengan teknik pembuatan motif kain dari China ataupun Jepang yang menggunakan lilin.Keberhasilan ini
adalah yang ketiga setelah wayang dan keris yang juga ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya asli Indonesia.
SEJARAH BATIK DI INDONESIA[3]Sejarah pembatikan di Indonesia berkait erat dengan perkembangan kerajaan
Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak
dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerjaan Solo dan Yogyakarta.

Jadi kesenian batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman kerjaan Majapahit dan terus berkembang kepada
kerajaan dan raja-raja berikutnya. Adapun mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan
khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad ke-XVIII atau awal abad ke-XIX.Batik yang dihasilkan ialah
semuanya batik tulis sampai awal abad ke-XX dan batik cap dikenal baru setelah perang dunia kesatu habis atau
sekitar tahun 1920. Adapun kaitan dengan penyebaran ajaran Islam. Banyak daerah-daerah pusat perbatikan di
Jawa adalah daerah-daerah santri dan kemudian Batik menjadi alat perjaungan ekonomi oleh tokoh-tokoh
pedangan Muslim melawan perekonomian Belanda.

Kesenian batik adalah kesenian gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluaga
raja-raja Indonesia zaman dulu. Awalnya batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk
pakaian raja dan keluarga serta para pengikutnya. Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal diluar
kraton, maka kesenian batik ini dibawa oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya masing-masing.

Lama-lama kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita
dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya pakaian keluarga
kraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang
dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri.

Sedang bahan-bahan pewarna yang dipakai tediri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara
lain dari: pohon mengkudu, tinggi, soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari
tanahlumpur.

Batik yang telah menjadi kebudayaan di kerajaan Majahit, dapat ditelusuri di daerah Mojokerto dan Tulung Agung.
Mojoketo adalah daerah yang erat hubungannya dengan kerajaan Majapahit semasa dahulu dan asal nama
Majokerto ada hubungannya dengan Majapahit.Kaitannya dengan perkembangan batik asal Majapahit berkembang
di Tulung Agung adalah riwayat perkembangan pembatikan didaerah ini, dapat digali dari peninggalan di zaman
kerajaan Majapahit. Pada waktu itu daerah Tulungagung yang sebagian terdiri dari rawa-rawa dalam sejarah
terkenal dengan nama daerah Bonorowo, yang pada saat bekembangnya Majapahit daerah itu dikuasai oleh
seorang yang benama Adipati Kalang, dan tidak mau tunduk kepada kerajaan Majapahit.
Diceritakan bahwa dalam aksi polisionil yang dilancarkan oleh Majapahati, Adipati Kalang tewas dalam pertempuran
yang konon dikabarkan disekitar desa yang sekarang bernama Kalangbret. Demikianlah maka petugas-petugas
tentara dan keluara kerajaan Majapahit yang menetap dan tinggal diwilayah Bonorowo atau yang sekarang
bernama Tulungagung antara lain juga membawa kesenian membuat batik asli.
CARA MEMBUAT BATIK INDONESIA[3]
Berikut ini adalah alat dan bahan yang harus disiapkan untuk membuat batik tulis :

Kain mori (bisa terbuat dari sutra atau katun)


Canting sebagai alat pembentuk motif,
Gawangan (tempat untuk m enyampirkan kain)
Lilin (malam) yang dicairkan
Panci dan kompor kecil untuk memanaskan
Larutan pewarna

Adapun tahapan-tahapan dalam proses pembutan batik tulis:

Langkah pertama adalah membuat desain batik yang biasa disebut molani. Dalam penentuan motif, biasanya tiap
orang memiliki selera berbeda-beda. Ada yang lebih suka untuk membuat motif sendiri, namun yang lain lebih
memilih untuk mengikuti motif-motif umum yang telah ada. Motif yang kerap dipakai di Indonesia sendiri adalah
batik yang terbagi menjadi 2 : batik klasik, yang banyak bermain dengan simbol-simbol, dan batik pesisiran
dengan ciri khas natural seperti gambar bunga dan kupu-kupu. Membuat design atau motif ini dapat menggunakan
pensil.
Melukis dengan (lilin) malam menggunakan canting (dikandangi/dicantangi) dengan mengikuti pola tersebut.
Menutupi dengan lilin malam bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (tidak berwarna). Canting untuk
bagian halus, atau kuas untuk bagian berukuran besar. Tujuannya adalah supaya saat pencelupan bahan kedalam
larutan pewarna, bagian yang diberi lapisan lilin tidak terkena.
Proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh lilin dengan mencelupkan kain tersebut pada
warna tertentu .
Setelah dicelupkan, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
Setelah kering, kembali melakukan proses pembatikan yaitu melukis dengan lilin malam menggunakan canting
untuk menutup bagian yang akan tetap dipertahankan pada pewarnaan yang pertama.
Kemudian, dilanjutkan dengan proses pencelupan warna yang kedua.
Proses berikutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air
panas diatas tungku.
Setelah kain bersih dari lilin dan kering, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan lilin
(menggunakan alat canting)untuk menahan warna pertama dan kedua.
Proses membuka dan menutup lilin malam dapat dilakukan berulangkali sesuai dengan banyaknya warna dan
kompleksitas motif yang diinginkan.
Proses selanjutnya adalah nglorot, dimana kain yang telah berubah warna direbus air panas. Tujuannya adalah
untuk menghilangkan lapisan lilin, sehingga motif yang telah digambar sebelumnya terlihat jelas. Anda tidak perlu
kuatir, pencelupan ini tidak akan membuat motif yang telah Anda gambar terkena warna, karena bagian atas kain
tersebut masih diselimuti lapisan tipis (lilin tidak sepenuhnya luntur). Setelah selesai, maka batik tersebut telah
siap untuk digunakan.
Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya sebelum
dapat digunakan dan dipakai.
Pengertian dan Sejarah Batik Tulis

Kata “batik” berasal dari gabungan dua kata bahasa Jawa: “amba”, yang bermakna “menulis” dan “titik”
yang bermakna “titik”. Sejak 2 Oktober 2009, Batik sebagai keseluruhan, baik itu dari teknik, teknologi serta
pengembangan motif dan budaya yang terkait, telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Warisan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of
Humanity)

Batik Tulis adalah sebuah kerajinan tangan yang mempunyai nilai seni yang sangat tinggi dan merupakan
sebuah bagian dari budayaIndonesiasejak dahulu kala. Wanita-wanita Jawa pada jaman dahulu kala
menjadikan keterampilan membuat batik tulis

Sebagai pekerjaan utama untuk menghidupi keluarga, jadi pada jaman dahulu kala membuat batik tulis
adalah pekerjaan yang sangat istimewa bagi para wanita hingga sampai dengan ditemukannya “Batik Cap”
yang memberi kesempatan kepada para pria mencoba bidang batik tulis ini.

Tradisi membuat batik tulis pada awalnya merupakan tradisi dari nenek moyang yang kemudian dilanjutkan
secara turun temurun, corak batik tulis tersebut dapat dikenali berasal dari batik tulis keluarga tertentu.
Beberapa corak batik tulis dapat mewakili kasta seseorang. Bahkan hingga sekarang, beberapa corak atau
motif batik tulis tadisional hanya boleh dipakai oleh keluarga kerajaan keraton Yogyakarta dan Surakarta.

Seni pewarnaan kain batik tulis dengan menggunakan malam (lilin khusus untuk membatik) adalah salah
satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-
4 SM, dengan ditemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di
Asia, teknik serupa batik tulis juga diterapkan di Tiongkok serta diIndiadan Jepang. Di Afrika, teknik seperti
batik tulis dikenal diNigeria dan Senegal. Di Indonesia, batik tulis dipercaya sudah ada semenjak zaman
Majapahit.

Walaupun kata “batik” berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik tulis di Jawa sendiri tidaklah tercatat.
G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik tulis ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau
Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto
(sejarawan Indonesia) percaya bahwa tradisi batik tulis adalah asli dari daerah seperti Toraja,
Flores,Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh
Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi dari nenek moyang dalam membuat batik tulis.

Menurut G.P. Rouffaer, pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Corak-corak
tersebut hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat khusus yang disebut canting, sehingga
kemungkinan bahwa canting ditemukan di daerah Jawa. Detil ukiran kain batik tulis yang menampilkan
pola yang rumit hanya dapat dibuat dengan canting yang telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau
bahkan lebih awal.
Ragam corak dan warna Batik tulis dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik tulis memiliki
ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak batik tulis hanya boleh dipakai oleh kalangan
tertentu. Namun batik tulis pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga
pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh masyarakat Tionghoa,
yang juga mempopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik
tulis, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga
benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan
mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam
upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing.

PROSES PEMBUATAN BATIK GENTONGAN

Proses pembuatan Batik Gentongan cukup unik. Tahap pertama


adalah Rengrengyaitu proses membentuk format motif pada batik. Dibutuhkan
waktu 3-7 hari untuk menghasilkan proses ini pada sehelai kain. Waktu yang
dibutuhkan lebih cepat dari waktu Rengreng batik Jawa karena motif batik Madura
cenderung besar-besar dan jarang. Seusai mengerjakan motif besar kemudian
dilanjutkan dengan kuri atau motif kecil dan menjadi latar motif utama. Membuat
Kuri cukup rumit karena terdiri dari beberapa motif dan dikerjakan secara berulang
setiap kali proses pewarnaan.

Essean merupakan proses selanjutnya dimana ini merupakan proses mengisi


motif, biasanya membutuhkan waktu 1 bulan, tergantung kehalusan motif yang
diinginkan.Nebbeng menjadi proses berikut setelah Essean yakni proses menutup
motif yang tidak ingin diberi warna pada proses pewarnaan pertama dan
dibutuhkan waktu 3-7 hari untuk me-nebbeng. Tahapan selanjutnya
adalah Sereben yaitu proses pewarnaan latar. “Ini sangat berbeda dengan proses
pewarnaan batik konvensional, karena proses pewarnaan dilakukan dengan cara
disikat. Cairan pewarna dilumuri diatas kain kemudin disikat dengan sabut kelapa
agar warna bisa menyerap ke serat kain,”kata Pak Alim menjelaskan.
Setelah tahapan proses pewarnaan selesai, kain ini dimasukkan untuk direndam
ke dalam gentong besar. Sebelumnya kain batik perlu di-lorot (atau diluruhkan
“malam”-nya). Perajin batik Madura memiliki resep rahasia untuk memudahkan
proses melorot yaitu mencampurkan kanji ke air mendidih, kanji ini kemudian akan
mengikat malam dari batik sehingga membentuk ampas dan mudah untuk
disaring.Cara ini menghemat air lorot hingga dapat digunakan sampai beberapa
kali pelorotan.

Memasukkan kain batik ke dalam gentong merupakan bagian dari proses


pewarnaan utama. “Ciri khas batik gentongan adalah warnanya justru semakin
cemerlang dan tak akan pudar, walau sudah dicuci berkali-kali. Ini karena proses
pewarnaan yang dilakukan secara intens dan berulang termasuk proses
pewarnaan utama didalam gentong,”tambah Pak Alim. Beliau kemudian
menjelaskan bahwa harga batik Gentongan Tanjung Bumi memang mahal karena
dibuat secara hati-hati, lama dan halus, menggunakan pewarna alam serta
memperhatikan kualitas. ”Agak sulit memang membedakan batik Gentongan yang
diwarnai dengan bahan kimia dengan yang asli lewat pewarna alami karena secara
sekilas dari pandangan mata awam warnanya nyaris serupa. Ini kembali pada
kejujuran masing-masing pedagang. Batik Gentongan asli warnanya semakin
cemerlang seiring waktu, tidak malah semakin pudar,” ujar Pak Alim.
Perbedaan Batik Tulis dan Cap[3]
Batik Tulis Batik Cap

Desain Bentuk Bentuk


gambar/desain pada gambar/desain
batik tulis tidak ada pada batik cap
pengulangan yang selalu ada
jelas, sehingga pengulangan
gambar nampak bisa yang jelas,
lebih luwes dengan sehingga gambar
ukuran garis motif nampak
yang relatif bisa lebih berulang dengan
kecil dibandingkan bentuk yang
dengan batik cap. sama, dengan
Gambar batik tulis ukuran garis
bisa dilihat pada motif relatif lebih
kedua sisi kain besar
nampak lebih rata dibandingkan
(tembus bolak-balik) dengan batik
khusus bagi batik tulis.Gambar
tulis yang halus. batik cap
biasanya tidak
tembus pada
kedua sisi kain.

Warna Warna dasar kain Warna dasar


biasanya lebih muda kain biasanya
dibandingkan dengan lebih tua
warna pada goresan dibandingkan
motif (batik tulis dengan warna
putihan/tembokan). pada goresan
Setiap potongan motifnya. Hal ini
gambar (ragam hias) disebabkan batik
yang diulang pada cap tidak
lembar kain biasanya melakukan
tidak akan pernah penutupan pada
sama bentuk dan bagian dasar
ukurannya. Berbeda motif yang lebih
dengan batik cap rumit seperti
yang halnya yang
kemungkinannya bisa biasa dilakukan
sama persis antara pada proses
gambar yang satu batik tulis.
dengan gambar Korelasinya yaitu
lainnya. dengan
mengejar harga
jual yang lebih
murah dan
waktu produksi
yang lebih cepat.

Waktu Waktu yang Waktu yang


Pembuatan dibutuhkan untuk dibutuhkan
pembuatan batik tulis untuk sehelai
relatif lebih lama (2 kain batik cap
atau 3 kali lebih berkisar 1
lama) dibandingkan hingga 3
dengan pembuatan minggu. Untuk
batik cap. Pengerjaan membuat batik
batik tulis yang halus cap yang
bisa memakan waktu beragam motif,
3 hingga 6 bulan maka diperlukan
lamanya. banyak cap.
Sementara harga
cap batik relatif
lebih mahal dari
canting.

Alat alat kerja berupa Alat kerja berupa


canting yaitu alat cap (alat yang
yang terbuat dari terbuat dari
tembaga yang tembaga yang
dibentuk bisa dibentuk sesuai
menampung malam dengan gambar
(lilin batik) dengan atau motif yang
memiliki ujung dikehendaki).
berupa saluran/pipa Untuk
kecil untuk keluarnya pembuatan satu
malam dalam gagang cap batik
membentuk gambar dengan dimensi
awal pada permukaan panjang dan
kain. lebar : 20 cm X
20 cm
dibutuhkan
waktu rata-rata
2 minggu.
Tanjungbumi Dengan 'Batik Gentong' yang Eksotik

Beberapa Motif batik Madura (Koleksi pribadi Ibu Maimonah - Bangkalan/amelia)

Pagi itu memang hari sangat terik di Surabaya. Dan jembatan Suramadu telah dipadati oleh penyeberang. Hari
ini saya akan melanjutkan perjalanan saya untuk menyusuri jejak batik Jawa Timur ke pulau garam Madura.
Tepatnya di kota Bangkalan.

Lebih dahulu saya ingin mengunjungi seorang pengusaha batik yang telah merintis usahanya dari generasi ke
generasi, Siti Maimona di kota Bangkalan - Madura. Tepatnya 10 kilometer dari jalan baru tol Suramadu. Bu
Mai (begitu sapaan akrabnya) juga seorang kolektor dari batik-batik yang sudah berusia ratusan tahun.

Sayang saat saya berkunjung, bu Mai sedang keluar kota. Tapi ada beberapa orang keluarga yang juga
asistennya mau menggantikan. Abdulrahman, menemui kami untuk menjelaskan tentang batik Madura.

Mulai 1998 Siti Maimona mulai serius mengolah batik. Pada awal usahanya Bu Mai hanya dibantu keluarganya
namun kemudian dapat mempekerjakan masyarakat sekitarnya terutama perempuan.

Beberapa Motif batik Madura (Koleksi pribadi Ibu Maimonah - Bangkalan/amelia)

Menggunakan motif klasik, moderen, atau kombinasi. Hal itu berdasarkan pesanan atau ketertarikan pembeli
pada motif yang ada. Kebanyakan dari kreatifas dari Bu Mai sendiri. Atau memberikan kesempatan pada
perajinnya untuk membuat pola, lalu direngreng (menggambar pada kain batik).

Saat ini dapat menghasilkan 300 – 400 lembar kain per bulan, dengan kualitas rendah (warna sintetis,
penggambaran kasar dan canting ukuran besar) oleh 80 orang perajin binaannya. Sedang untuk batik yang
halus karena pengerjaan lebih lama maka dihasilkan lebih sedikit berkisar puluhan lembar. Apalagi jika
merupakan batik gentongan (untuk warna biru). Selain perendaman yang membutuhkan waktu, juga
dibutuhkan keahlian dalam meramu warna alami untuk menghasilkan warna-warna tertentu.

Jika pola yang ada cocok untuk pengerjaan secara eksklusif maka batik tersebut akan dikerjakan dengan
pewarnaan sistem gentong, yang kemudian dikenal dengan batik gentong. Yang menjadikan batik olahan
gentong ekslusif adalah waktu celup di gentong yang sangat lama dan bahan pewarna alami.

Proses pembuatan kain batik. Kain sebelum di rengreng lebih dahulu dilakukan proses lecak, yaitu kain
direndam dengan sejenis biji-bijian nyamplong dicampur air abu, berfungsi agar kain hilang dari minyak dan
bahan pengembang kain (kain bisa mengerut). Juga mengharumkan, menghaluskan dan membuat hasil
pewarnaan lebih baik. Hal ini akan membuat proses selanjutnya lebih baik dan mudah. Proses ini
membutuhkan waktu tiga minggu sampai satu bulan.

Beberapa motif yang sering diproduksi antara lain, carcena (ada pengaruh Tionghoa), sikmalaya, napaser,
sarpoteh, sabe, truci, panjikereng, panji tongkol, panjisuci dan banyak lagi motif klasik lainnya.

Untuk batik-batik halus dan gentongan konsumen yang terbanyak masih dari Jakarta. Karena harganya yang
masih cukup tinggi. Sedang konsumen luar negeri masih relatif kecil.

Koleksi batik kuno

Selain itu Bu Mai pemilik Pesona Batik Madura juga mengoleksi batik-batik yang berusia ratusan tahun. Batik
yang dirawatnya dengan baik ini merupakan saksi sejarah keindahan dan kekayaan motif batik Madura.
Beberapa koleksi yang usianya 200 tahun antara lain mano’ juduh tarpotè kellèngan, tarpotè bangan,
burubur”, rawan mèra”, tana pasèr mèra.

Koleksi batik kuno (Koleksi pribadi Ibu Maimonah - Bangkalan/amelia)

Gentongan Tanjungbumi

Setelah itu kami melaju kearah kecamatan Tanjungbumi berjarak 50 kilometer ke utara dari kota Bangkalan.
Tepatnya didaerah Peseseh, daerah pesisir pantai dan memiliki pelabuhan tempo dulu. Menemui pengusaha
batik yang telah dirintis empat generasi, Zulfa batik. Wuri dan Alim suaminya, meneruskan usaha batik dari
ibunda Wuri, Bu Hajjah Zulfa. Sebagai keluarga pembatik, Wuri ingin juga melestarikan budaya batik
Tanjungbumi yang terkenal itu.
Wuri pewaris batik Zulfa dengan batik gentongan koleksinya(oscar)

Tanjungbumi daerah pesisir pantai, memiliki riwayat tersendiri dengan batiknya. Dahulu batik menjadi
pekerjaan perempuan di daerah itu untuk mengisi waktu luang menunggu suami mereka yang bekerja sebagai
pelaut pergi ke daerah yang jauh, seperti ke pulau Kalimantan dan Sulawesi.

Bagi perempuan Tanjungbumi, menunggu kedatangan suami merupakan saat-saat paling panjang dan
menegangkan. Mereka selalu gelisah apakah suaminya bisa pulang kembali dengan selamat dan bisa membawa
uang untuk biaya rumah tangga. Untuk mengurangi rasa gelisah tersebut, akhirnya mereka mulai belajar
membatik. Namun, hingga kini belum ada yang dapat memastikan kapan para istri itu mulai membatik.

Selain itu masyarakat disana juga memiliki budaya, batik digunakan untuk simpanan. Yang diperlakukan
sebagai emas atau tabungan. Atau disimpan untuk diserahkan kepada anak dan cucu, sebagai tanda kasih dan
cinta ibu. Batik menjadi salah satu sumber kekayaan dan kebanggaan mereka. Tak heran mereka
melakukannya dengan sepenuh hati.

Nilai ini semakin bergeser karena zaman, membatik bukan lagi sebagai tanda kasih dan cinta ibu, namun
semata-mata untuk mencari uang. Nilai komersial ini menjadi salah satu sebab mengapa hasil penggarapan
batik tidak lagi sebagus yang dahulu?

Kegiatan yang dilakukan untuk membunuh waktu itu sekarang menjadi industri rakyat yang cukup besar.
Tanjungbumi menjadi kecamatan terbesar di Madura yang memproduksi batik. Popularitas mulai dikenal
penggemar batik Tanah Air.

Sekarang di Tanjungbumi ada 530 unit usaha batik dengan 1.000-an perajin. Jumlah tersebut belum termasuk
para perajin yang mengerjakan secara perorangan yang sifatnya hanya sekadar kerajinan tangan saja. Unit-
unit perbatikan itu tersebar di Desa Macajah, Desa Telaga Biru, Desa Paseseh dan Desa Bume Anyar.

Pada zaman dahulu, membatik menghabiskan waktu berbulan-bulan bahkan untuk batik gentongan bisa
mencapai satu tahun proses hanya untuk sepotong batik. Hal ini karena motif yang sangat rumit dan detil.
Luar biasa. Benar-benar sebuah mahakarya.

Tak salah jika sepotong batik gentongan Tanjungbumi ini berharga antara 2,5 juta hingga 5 juta rupiah bahkan
lebih. Lebih mahal daripada emas. Bahkan untuk batik sutra, karena batik gentongan atau tulis yang halus,
gambar motifnya bolak-balik/dua sisi, sedangkan pada sutra hanya satu sisi saja.

Batik gentongan merupakan batik khas Tanjungbumi, bercirikan warna yang berani (colour full) dan
pengerjaan yang halus. Motif-motifnya beragam, namun tidak dapat diketahui secara pasti apakah yang
menjadi motif klasik batik gentongan. Seperti yang kebanyakan, motif kembang randu, burung hong, sik
melaya, ola-ola dan banyak lagi.

Motif-motif klasik Tanjungbumi sikmalaya, ola-ola, (Oscar)

Bagaimanakah membedakan batik gentongan (memiliki warna biru dengan pewarna alami) dan batik biasa
yang memiliki warna biru dongker dari bahan kimia? Ternyata menurut Wuri, sangat sulit membedakannya,
kecuali pembatiknya sendiri. Ini tergantung dari kejujuran penjual batik kepada pembeli. Namun jika
beruntung, batik gentongan ada yang masih memiliki aroma rempah-rempah karena perendaman.

Meski kekuatan warna gentongan dan batik halus pewarna sintesis sama, namun batik gentongan makin lama
warnanya makin cemerlang meski kainnya telah rapuh.

Wuri kemudian menunjukkan batik gentongan miliknya yang sangat indah, bermotif til cantil. Batik dengan
motif tersebut digunakan untuk kain gendongan anak bangsawan pada zaman lampau. Dan telah dihargai 5
juta rupiah namun Wuri belum ingin melepasnya. Menurutnya, batik tersebut langka karena pengerjaan yang
halus dan motifnya sangat indah.

“Batik gentongan kami memang mahal, tapi kami menjual kualitas. Seperti batik ini sangat halus dan sudah
ditawar 5 juta rupiah tapi saya belum ingin melepasnya. Karena motifnya indah dan pengerjaannya halus.”

Biasanya pembeli langsung membeli jika ada batik dengan motif bagus, karena untuk memesan jarang bisa
mendapatkan motif yang benar-benar sesuai dengan yang diinginkan.

Proses Pembatikan

Perlakuan pertama dari proses batik Jawa Timur sedikit berbeda, yaitu adanya proses perendaman kain mori
menggunakan minyak nyamplong dan abu sisa pembakaran kayu dari tungku. Setelah itu baru kain di beri
gambar motif (direngreng) pada kedua sisinya. Lalu diberi malam. Dan proses pewarnaan. Proses ini
merupakan proses paling penting karena pada batik Jawa Timuran memiliki banyak warna. Warna yang
dihasilkan adalah ukuran berhasil tidaknya proses pembatikan yang dilakukan.

Gentong yang digunakan untuk merendam kain batik. Usia gentong tersebut sudah seratus tahun, yang dimiliki turun temurun. Batik
yang sedang diangin-anginkan (tengah). Batik gentong yang jadi (oscar)

Seperti pada batik gentongan, lamanya perendaman batik dalam gentong juga menentukan warna biru yang
dikehendaki. Atau pewarnaan dengan warna lain yang direndam dengan warna tertentu lalu disikat hingga
berulang-ulang agar didapat warna yang dikehendaki.

Setelah didapatkan warna yang dikehendaki maka dilakukan proses lorotan yaitu melorotkan atau meluruhkan
lilin atau malam dengan air mendidih. Baru kemudian dijemur dipanas matahari.

Mitos Gentongan

Dalam pemrosesan batik gentongan, dihentikan jika ada tetangga yang meninggal hingga tujuh harinya.
Semasa penyimpanan dalam gentong, setiap hari dilakukan proses pengangkatan dan kain diangin-anginkan.
Jika ada yang meninggal proses ini dihentikan. Jika dipaksakan maka menghasilkan warna yang pudar.
Menurut Abdulrahman, masyarakat perajin batik gentongan masih meletakkan sajen setiap tujuh bulan sekali.
Dengan harapan agar batik gentongan hasilnya sesuai yang diinginkan.

Mengapa hanya di Tanjungbumi?

Batik gentong hanya ada di Tanjungbumi - Madura, belum ditemukan dibuat di daerah lain. Ini dikarenakan air
yang ada di pulau Madura. Air yang berkadar kapur tinggi sangat menguntungkan untuk proses pewarnaan.
Warna menjadi lebih cemerlang. Sedangkan didaerah lain warnaya tidak dapat sebagus di Tanjungbumi.

Bahan alami kulit pohon jambal untuk warna kuning (amelia)

Khusus batik gentongan memakai pewarna alami atau soga alam. Warna merah bisa diambil dari kulit
mengkudu, warna hijau dari kulit mundu dicampur tawas, biru dari daun tarum. Kepekaan warna dicapai dari
lamanya waktu merendam. Pewarna alam lainnya yang kerap dipakai, baik untuk gentongan maupun jenis
batik lainnya antara lain kulit buah jelawe, kayu jambal, dan lainnya.

Kebanyakan batik Madura memilih warna terang, merah, kuning, hijau. Namun, batik gentongan memiliki
warna yang beragam. Motif tarpoteh (latar belakang poteh/putih) misalnya, mencitrakan warna yang elegan,
seperti hitam dan coklat pada motif-motifnya

Masa depan

Tanjungbumi sebagai sentral dari batik Madura, telah memiliki trademark tersendiri untuk batik Jawa Timur,
mengharapkan pada waktu dekat akan memiliki kelompok perajin batik Tanjungbumi sendiri untuk
mengembangkan produksi mereka.

Perajin mendapat kesempatan lebih untuk memperkenalkan lebih luas batik Madura khas Tanjungbumi.
Keunikan dan karakter tersendiri dari batik gentongan.

Perajin batik masih didominasi oleh kaum perempuan, jika pemasaran batik lebih meluas maka produksinya
meningkat. Tentu hal ini akan lebih memberdayakan perajin dan meningkatakan taraf hidup mereka yang
konon Tanjungbumi banyak perempuannya berstatus janda.

Menurut Alim untuk meningkatkan taraf hidup perajin dan batik khususnya Tanjungbumi adalah dengan
menjual batik dengan harga yang tinggi dan memberikan upah pada perajin dengan tinggi. Hal ini juga dapat
tetap melestarikan batik Tanjungbumi yang mulai banyak ditinggalkan karena banyaknya pekerjaan lain yang
lebih menjanjikan. (ET_Sby/Amelia/Oscar)
PROSES MEMBUAT BATIK DAN PERLENGKAPANNYA

Dari dulu hingga sekarang, proses pembuatan batik tidak banyak mengalami perubahan.
Kegiatan membatik merupakan salah satu kegiatan tradisional yang terus dipertahankan agar
tetap konsisten seperti bagaimana asalnya. Walaupun motif dan corak batik di masa kini
sudah beraneka ragam, proses pembuatan batik pada dasarnya masih sama. Berikut ini
adalah uraian lebih detailnya:

A. Perlengkapan Membatik

Perlengkapan membatik tidak banyak mengalami perubahan. Dilihat dari peralatan dan cara
mengerjakannya, membatik dapat digolongkan sebagai suatu kerja yang bersifat tradisional.

1) Gawangan

Gawangan adalah perkakas untuk menyangkutkan dan membentangkan mori sewaktu


dibatik. Gawangan terbuat dari kayu atau bambu. Gawangan harus dibuat sedemikian rupa
hingga kuat, ringan, dan mudah dipindah-pindah.

2) Bandul
Bandul dibuat dari timah, kayu, atau batu yang dimasukkan ke dalam kantong. Fungsi pokok
bandul adalah untuk menahan agar mori yang baru dibatik tidak mudah tergeser saat tertiup
angin atau tertarik oleh si pembatik secara tidak sengaja.

3) Wajan

Wajan adalah perkakas utuk mencairkan malam. Wajan dibuat dari logam baja atau tanah
liat. Wajan sebaiknya bertangkai supaya mudah diangkat dan diturunkan dari perapian tanpa
menggunakan alat lain.

4) Kompor
Kompor adalah alat untuk membuat api. Kompor yang biasa digunakan adalah kompor
berbahan bakar minyak. Namun terkadang kompor ini bisa diganti dengan kompor gas kecil,
anglo yang menggunakan arang, dan lain-lain. Kompor ini berfungsi sebagai perapian dan
pemanas bahan-bahan yang digunakan untuk membatik.

5) Taplak

Taplak adalah kain untuk menutup paha si pembatik agar tidak terkena tetesan malam panas
sewaktu canting ditiup atau waktu membatik.

6) Saringan Malam

Saringan adalah alat untuk menyaring malam panas yang memiliki banyak kotoran. Jika
malam tidak disaring, kotoran dapat mengganggu aliran malam pada ujung canting.
Sedangkan bila malam disaring, kotoran dapat dibuang sehingga tidak mengganggu jalannya
malam pada ujung canting sewaktu digunakan untuk membatik.
Ada bermacam-macam bentuk saringan, semakin halus semakin baik karena kotoran akan
semakin banyak tertinggal. Dengan demikian, malam panas akan semakin bersih dari kotoran
saat digunakan untuk membatik.

7) Canting

Canting adalah alat yang dipakai untuk memindahkan atau mengambil cairan, terbuat dari
tembaga dan bambu sebagai pegangannya. Canting ini dipakai untuk menuliskan pola batik
dengan cairan malam. Saat ini, canting perlahan menggunakan bahan teflon.

8) Mori

Mori adalah bahan baku batik yang terbuat dari katun. Kualitas mori bermacam-macam dan
jenisnya sangat menentukan baik buruknya kain batik yang dihasilkan. Mori yang dibutuhkan
disesuaikan dengan panjang pendeknya kain yang diinginkan.

Tidak ada ukuran pasti dari panjang kain mori karena biasanya kain tersebut diukur secara
tradisional. Ukuran tradisional tersebut dinamakan kacu. Kacu adalah sapu tangan, biasanya
berbentuk bujur sangkar.

Jadi, yang disebut sekacu adalah ukuran persegi mori, diambil dari ukuran lebar mori
tersebut. Oleh karena itu, panjang sekacu dari suatu jenis mori akan berbeda dengan panjang
sekacu dari mori jenis lain.

Namun di masa kini, ukuran tersebut jarang digunakan. Orang lebih mudah menggunakan
ukuran meter persegi untuk menentukan panjang dan lebar kain mori. Ukuran ini sudah
berlaku secara nasional dan akhirnya memudahkan konsumen saat membeli kain batik. Cara
ini dapat mengurangi kesalahpahaman dan digunakan untuk menyamakan persepsi di dalam
sistem perdagangan.

9) Malam (Lilin)

Malam (lilin) adalah bahan yang dipergunakan untuk membatik. Sebenarnya malam tidak
habis (hilang) karena pada akhirnya malam akan diambil kembali pada proses mbabar,
proses pengerjaan dari membatik sampai batikan menjadi kain. Malam yang dipergunakan
untuk membatik berbeda dengan malam (lilin) biasa. Malam untuk membatik bersifat cepat
diserap kain, tetapi dapat dengan mudah lepas ketika proses pelorodan.

10) Dhingklik (Tempat Duduk)

Dhingklik (tempat duduk) adalah tempat untuk duduk pembatik. Biasanya terbuat dari
bambu, kayu, plastik, atau besi. Saat ini, tempat duduk dapat dengan mudah dibeli di toko-
toko.

11) Pewarna Alami


Pewarna alami adalah pewarna yang digunakan untuk membatik. Pada beberapa tempat
pembatikan, pewarna alami ini masih dipertahankan, terutama kalau mereka ingin
mendapatkan warna-warna yang khas, yang tidak dapat diperoleh dari warna-warna buatan.
Segala sesuatu yang alami memang istimewa, dan teknologi yang canggih pun tidak bisa
menyamai sesuatu yang alami.

Itulah jenis perlengkapan membatik yang harus ada. Proses membatik memerlukan waktu
yang cukup lama, terlebih kalau kain yang dibatik sangat luas dan coraknya cukup rumit.

B. Proses Membatik

Di masa kini, pengusaha batik juga menyediakan pendidikan batik kilat pada anak-anak
sekolah dan masyarakat umum. Yang diajarkan adalah tata cara membatik dengan benar, dan
biasanya menggunakan kain selebar saputangan sebagai percobaan. Dengan demikian, proses
membatik itu dapat dikerjakan hanya dalam beberapa jam dan biaya yang diperlukan pun
sangat kecil. Tradisi ini sangat bagus untuk memperkenalkan proses membatik kepada
masyarakat, terutama generasi muda.

Berikut ini adalah proses membatik yang berurutan dari awal hingga akhir. Penamaan atau
penyebutan cara kerja di tiap daerah pembatikan bisa berbeda-beda, tetapi inti yang
dikerjakannya adalah sama.

1) Ngemplong

Ngemplong merupakan tahap paling awal atau pendahuluan, diawali dengan mencuci kain
mori. Tujuannya adalah untuk menghilangkan kanji. Kemudian dilanjutkan dengan
pengeloyoran, yaitu memasukkan kain mori ke minyak jarak atau minyak kacang yang sudah
ada di dalam abu merang. Kain mori dimasukkan ke dalam minyak jarak agar kain menjadi
lemas, sehingga daya serap terhadap zat warna lebih tinggi.

Setelah melalui proses di atas, kain diberi kanji dan dijemur. Selanjutnya, dilakukan proses
pengemplongan, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah
dibatik.

2) Nyorek atau Memola


Nyorek atau memola adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan
cara meniru pola motif yang sudah ada, atau biasa disebut dengan ngeblat. Pola biasanya
dibuat di atas kertas roti terlebih dahulu, baru dijiplak sesuai pola di atas kain mori. Tahapan
ini dapat dilakukan secara langsung di atas kain atau menjiplaknya dengan menggunakan
pensil atau canting. Namun agar proses pewarnaan bisa berhasil dengan baik, tidak pecah,
dan sempurna, maka proses batikannya perlu diulang pada sisi kain di baliknya. Proses ini
disebut ganggang.

3) Mbathik

Mbathik merupakan tahap berikutnya, dengan cara menorehkan malam batik ke kain mori,
dimulai dari nglowong (menggambar garis-garis di luar pola) dan isen-isen (mengisi pola
dengan berbagai macam bentuk). Di dalam proses isen-isen terdapat istilah nyecek, yaitu
membuat isian dalam pola yang sudah dibuat dengan cara memberi titik-titik (nitik). Ada
pula istilah nruntum, yang hampir sama dengan isen-isen, tetapi lebih rumit.

4) Nembok
Nembok adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna dasar, dalam
hal ini warna biru, dengan menggunakan malam. Bagian tersebut ditutup dengan lapisan
malam yang tebal seolah-olah merupakan tembok penahan.

5) Medel

Medel adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang-
ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan.

6) Ngerok dan Mbirah

Pada proses ini, malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan
logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih. Setelah itu, kain diangin-anginkan.

7) Mbironi
Mbironi adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa cecek atau titik dengan
menggunakan malam. Selain itu, ada juga proses ngrining, yaitu proses mengisi bagian yang
belum diwarnai dengan motif tertentu. Biasanya, ngrining dilakukan setelah proses
pewarnaan dilakukan.

8) Menyoga

Menyoga berasal dari kata soga, yaitu sejenis kayu yang digunakan untuk mendapatkan
warna cokelat. Adapun caranya adalah dengan mencelupkan kain ke dalam campuran warna
cokelat tersebut.

9) Nglorod

Nglorod merupakan tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik tulis maupun
batik cap yang menggunakan perintang warna (malam). Dalam tahap ini, pembatik
melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup tua
warnanya ke dalam air mendidih. Setelah diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan
kemudian diangin-arginkan hingga kering. Proses membuat batik memang cukup lama.
Proses awal hingga proses akhir bisa melibatkan beberapa orang, dan penyelesaian suatu
tahapan proses juga memakan waktu. Oleh karena itu, sangatlah wajar jika kain batik tulis
berharga cukup tinggi.

sumber : 99ratiz.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai