Madiun, 14 Mei 2023
I. Latar Belakang
Batik merupakan bentuk kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah
menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak lama. Batik itu sendiri sebenarnya
memang sudah menjadi pakaian tradisional yang menasional hampir disetiap acara
besar bahkan di hari hari tertentu, wajib mengenakan batik. Di Indonesia banyak
sekali motif dan corak serta warna batik yang tentunya memiliki kesan filosofis dan
penggambaran keseharian di mana asal batik tersebut.
Helen Ishwara dalam bukunya Benang Raja: Menyimpul Keelokan Batik Pesisir,
menyebutkan bahwa metode membatik sebenarnya sudah dikenal sejak beribu-ribu
tahun, dengan tata cara yang berbeda sesuai dengan jamannya. Inti dari membatik
sebenarnya adalah membuat ragam hias pada kain dengan metode merintang warna.
Caranya adalah menggambari kain dengan zat yang tidak tembus cairan pencelup
warna. Setelah proses pencelupan selesai, zat perintang warnanya dirontokkan,
sehingga tampaklah motif yang terlindung dari balik zat perintang warna tersebut. Di
berbagai bagian Nusantara, metode ini sudah lama dikenal. Menurut Robyn Maxwell
dalam bukunya Textille of Southern Asia: Tradition, Trade and Transformation, batik
mungkin baru berkembang pada awal abad XVII di pedalaman Jawa tengah. Sebelum
canting dikenal, perintang warna dibubuhkan pada alat lain, misalnya tangkai bambu.
Zat perintang warna pun juga beragam, diantaranya adalah bubur ketan.
Secara garis besar, batik digolongkan menjadi dua bagian pokok, yaitu batik
pedalaman dan batik pesisiran. Batik pedalaman adalah batik-batik yang dihasilkan
dari daerah yang jauh dari laut. Misalnya Surakarta, Yogyakarta, dan sebagainya.
Warna-warna batik pedalaman pada umumnya adalah warna-warna tanah seperti
warna coklat, biru tua, putih kecoklatan atau putih kebiruan. Batik pesisir adalah batik
yang dihasilkan oleh daerah-daerah yang dekat dengan pantai, misalnya Pekalongan,
Cirebon, Lasem, Tuban dan Madura. Warna-warna batik pesisir biasanya lebih cerah
dan lebih kaya warna, seperti warna hijau, kuning, merah terang, biru terang bahkan
juga warna oranye dan merah muda atau pink.
II. Isi
A. Sejarah Batik Madura
Mengenal sejarah batik berarti mencintai karya seni anak bangsa. Dalam
berbagai literatur disebutkan bahwa sejarah batik Madura tidak terlepas dari
keberadaan kerajaan di Pamelingan yang sekarang lebih dikenal dengan nama
Pamekasan. Keraton Mandilaras yang merupakan pusat pemerintahan di bawah
pimpinan Pangeran Ronggosukowati merupakan cikal bakal berdirinya kabupaten
Pamekasan Madura.
Batik tulis Madura mulai dikenal masyarakat luas antara abad ke 16 – 17.
Diawali ketika terjadi peperangan di Pamekasan Madura antara Raden Azhar
(Kiai Penghulu Bagandan) melawan Ke’ Lesap. Raden Azhar merupakan ulama
penasihat spriritual Adipati Pamekasan yang bernama Raden Ismail (Adipati
Arya Adikara IV). Sedangkan Ke’ Lesap merupakan putera Madura keturunan
Cakraningrat I.
Dalam perjalanannya, sejarah batik madura banyak dipengaruhi motif
batik Yogyakarta dan Solo. Adanya kesamaan motif kain batik Madura dan
Yogyakarta disebabkan oleh hubungan darah antara raja Mataram dengan para
pembesar di Madura. Kerajaan Bangkalan pada zaman raja Cakraningrat I adalah
bawahan Kesultanan Mataram yang dipimpin Sultan Agung. Dalam
perkembangannya, batik Madura memiliki ciri khas dan karakter yang berbeda
dengan batik di Jawa pada umumnya.
Daerah Sumenep mempunyai batik dengan ciri khas warna dasar terang.
Batik Sumenep menjadi salah satu warisan budaya dari Keraton Sumenep.
Ada beberapa jenis batik Sumenep yaitu batik Sumenep kombinasi warna
yang menggunakan dua warna atau lebih dalam satu desain. Ada juga batik
Sumenep kombinasi corak yang menggabungkan dua atau lebih corak dalam
satu desain. Hampir semua batik di wilayah Sumenep ini merupakan batik
tulis sehingga harganya juga mahal.
3. Batik Pamekasan
Batik Pamekasan mempunyai posisi tersendiri di jagad batik nusantara.
Meski tidak seterkenal batik Yogyakarta namun batik Pamekasan juga banyak
diminati karena warnanya yang cerah serta menggunakan kombinasi motif
khas batik Madura seperti Malete Seto’or, ‘Ramo’, Kar Jagad, Tong Centong,
dan lain sebagainya. Beberapa jenis batik Pamekasan adalah batik motif akar
dan bunga yang menggunakan gradasi warna, selain itu ada batik daun
kombinasi yang kental dengan unsur daun-daunan.
4. Batik Sampang
https://www.youtube.com/watch?v=OC8dqFF74jE
Batik Madura terkenal dengan pilihan warna yang terang dan keras sesuai
dengan karakter masyarakatnya. Warna-warna tersebut adalah merah, hijau,
kuning kunyit, dan cokelat sogan, ragam rona yang diambil dari alam. Motif batik
Madura menampilkan kupu-kupu, burung terutama merak, flora, dan kehidupan
laut, seperti ikan dan udang, serta perahu khas Madura. Berikut proses pembuatan
batik Madura meliputi:
1. Pemilihan Kain
Langkah pertama yang harus disiapkan adalah memilih kain sesuai selera.
Macam-macam kain yang sering dipakai sebagai media batik antara lain
katun atau primis, organdi, sutera, ATBM, santio, sifon dan lain-lain.
2. Pencucian Kain
Sebelum kain digambar, cuci terlebih dahulu menggunakan minyak camplong
yang sudah dicampur dengan soda (yaitu berupa serbuk yang berfungsi untuk
menguatkan warna batik). Tahap ini biasa disebut dengan pengetelan atau
diketel yang bertujuan memperkuat warna setelah dibatik agar tidak mudah
luntur.
3. Pelorotan
Kain yang sudah dicuci dengan campuran minyak camplong dan soda,
dicelup ke dalam air panas. Dicuci kemudian dijemur selama beberapa menit.
Ini bertujuan agar sisa-sisa minyak penguat pada kain menjadi bersih.
4. Menggambar motif pada Kain
Selanjutnya kain diberi pola gambar menggunakan pensil sesuai motif yang
diinginkan. Macam-macam motif di antaranya ialah motif flora dan fauna
berupa bunga, kupu-kupu, burung, sirip ikan, motif kayu dan lain-lain.
5. Langkah inti (Pembatikan Kain)
Kain yang sudah digambar kemudian dibatik menggunakan canting yang
sudah terisi malan atau lilin yang telah dipanaskan. Untuk cara membatik,
cukup mengikuti gambar yang ada pada kain.
6. Pencelupan atau Pewarnaan.
Kain yang sudah dibatik akan dicelup atau direndam ke dalam pewarna yang
diinginkan selama 20 menit.
7. Pencucian atau Pelorotan.
Proses pencucian atau pelorotan yaitu dengan dicuci atau dilunturkan
menggunakan air panas agar sisa-sisa warna dan malan atau lilin menjadi
bersih.
8. Penjemuran.
Jemur kain ditempat sejuk yang tidak terkontak langsung dengan sinar
matahari agar warna kain lebih bagus.