Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH BATIK MADURA

Disusun Oleh: XI MIPA 2


Aisyah Flinia D. P. Z. A. (01)
Angelica Immanuela N. (03)
Arya Gading Bagas W. (05)
Diva Arzety Valintia (08)
Gilang Suprayogo Saputra (13)
Meisessa Nur Ainisia (21)
Moch. Ilham Warda W. (22)
Rafi Ihya Azzaky (24)
Rio Yudi Prasetya (27)

SMA NEGERI 6 MADIUN


Jalan Suhud Nosingo No. 1, Kota Madiun
Kata Pengantar
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Batik Madura”. Kami
juga bersyukur atas rezeki dan kesehatan yang diberikan sehingga kami dapat menyelesaikan
materi makalah ini. Kami telah berusaha untuk menyelesaikan berbagai materi bahan tentang
batik Madura.
Kami sadar bahwa makalah yang kami buat masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini
agar menjadi lebih baik. Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak dan guru
pembimbing yang telah membantu dalam menyelesaikan materi makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat, jika ada kesalahan dalam penulisan kami mohon maaf
yang sebesar-besarnya.

Madiun, 14 Mei 2023
I. Latar Belakang
Batik merupakan bentuk kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah
menjadi bagian dari budaya Indonesia sejak lama. Batik itu sendiri sebenarnya
memang sudah menjadi pakaian tradisional yang menasional hampir disetiap acara
besar bahkan di hari hari tertentu, wajib mengenakan batik. Di Indonesia banyak
sekali motif dan corak serta warna batik yang tentunya memiliki kesan filosofis dan
penggambaran keseharian di mana asal batik tersebut.
Helen Ishwara dalam bukunya Benang Raja: Menyimpul Keelokan Batik Pesisir,
menyebutkan bahwa metode membatik sebenarnya sudah dikenal sejak beribu-ribu
tahun, dengan tata cara yang berbeda sesuai dengan jamannya. Inti dari membatik
sebenarnya adalah membuat ragam hias pada kain dengan metode merintang warna.
Caranya adalah menggambari kain dengan zat yang tidak tembus cairan pencelup
warna. Setelah proses pencelupan selesai, zat perintang warnanya dirontokkan,
sehingga tampaklah motif yang terlindung dari balik zat perintang warna tersebut. Di
berbagai bagian Nusantara, metode ini sudah lama dikenal. Menurut Robyn Maxwell
dalam bukunya Textille of Southern Asia: Tradition, Trade and Transformation, batik
mungkin baru berkembang pada awal abad XVII di pedalaman Jawa tengah. Sebelum
canting dikenal, perintang warna dibubuhkan pada alat lain, misalnya tangkai bambu.
Zat perintang warna pun juga beragam, diantaranya adalah bubur ketan.
Secara garis besar, batik digolongkan menjadi dua bagian pokok, yaitu batik
pedalaman dan batik pesisiran. Batik pedalaman adalah batik-batik yang dihasilkan
dari daerah yang jauh dari laut. Misalnya Surakarta, Yogyakarta, dan sebagainya.
Warna-warna batik pedalaman pada umumnya adalah warna-warna tanah seperti
warna coklat, biru tua, putih kecoklatan atau putih kebiruan. Batik pesisir adalah batik
yang dihasilkan oleh daerah-daerah yang dekat dengan pantai, misalnya Pekalongan,
Cirebon, Lasem, Tuban dan Madura. Warna-warna batik pesisir biasanya lebih cerah
dan lebih kaya warna, seperti warna hijau, kuning, merah terang, biru terang bahkan
juga warna oranye dan merah muda atau pink.

II. Isi
A. Sejarah Batik Madura
Mengenal sejarah batik berarti mencintai karya seni anak bangsa. Dalam
berbagai literatur disebutkan bahwa sejarah batik Madura tidak terlepas dari
keberadaan kerajaan di Pamelingan yang sekarang lebih dikenal dengan nama
Pamekasan. Keraton Mandilaras yang merupakan pusat pemerintahan di bawah
pimpinan Pangeran Ronggosukowati merupakan cikal bakal berdirinya kabupaten
Pamekasan Madura.
Batik tulis Madura mulai dikenal masyarakat luas antara abad ke 16 – 17.
Diawali ketika terjadi peperangan di Pamekasan Madura antara Raden Azhar
(Kiai Penghulu Bagandan) melawan Ke’ Lesap. Raden Azhar merupakan ulama
penasihat spriritual Adipati Pamekasan yang bernama Raden Ismail (Adipati
Arya Adikara IV). Sedangkan Ke’ Lesap merupakan putera Madura keturunan
Cakraningrat I.
Dalam perjalanannya, sejarah batik madura banyak dipengaruhi motif
batik Yogyakarta dan Solo. Adanya kesamaan motif kain batik Madura dan
Yogyakarta disebabkan oleh hubungan darah antara raja Mataram dengan para
pembesar di Madura. Kerajaan Bangkalan pada zaman raja Cakraningrat I adalah
bawahan Kesultanan Mataram yang dipimpin Sultan Agung. Dalam
perkembangannya, batik Madura memiliki ciri khas dan karakter yang berbeda
dengan batik di Jawa pada umumnya.

B. Ciri Khas dan Karakteristik Batik Madura


Batik Madura memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan batik
dari daerah lain, seperti batik Yogyakarta, batik Solo, batik Pekalongan dan batik
Cirebon. Batik Madura memiliki ciri dengan motif batik yang menggunakan
warna cerah dan berani, seperti warna merah, kuning dan hijau. Selain itu, motif
batik Madura banyak menggunakan motif bunga dan daun. Selain itu motif batik
madura memiliki kesamaan dengan motif batik Yogyakarta, karena ada hubungan
darah antara raja Mataram dengan para pembesar di Madura padadahulu
kala.Batik Madura juga dikenal dengan motif yang lebih bebas.
Pulau Madura juga dikenal sebagai pulau penghasil garam, mungkin
itulah salah satu sebab mengapa batik Madura banyak bercorak dengan titik–titik
berwarna putih, layaknya butiran garam yang dihasilkan di pulau Madura. Titik
putih ini menjadi salah satu ciri utama dari batik Madura. Secara umum desain
batik Madura terpengaruh oleh kepantaian pulau Madura. Warna merah, hijau,
biru dan kuning menjadi simbol bagaimana batik madura menyesuaikan corak
alam asli pulau Madura. Motif batik Madura memiliki ciri khas tersendiri yang
tidak dimiliki oleh batik dari daerah lain. Ciri khas batik Madura yang sangat
mudah dikenali adalah adanya warna merah pada motif bunga, tangkai atau daun.
Secara garis besar, karakteristik batik Madura dapat dilihat dari dua hal,
yaitu warna dan motifnya. Dari segi warna, karakteristik warna batik Madura
cenderung berani dan tegas, seperti warna merah, kuning, biruh (hijau, dalam
bahasa Indonesia) dan warna biru itu sendiri. Warna yang digunakan memberi
kesan cerah serta menonjol dan beragam seperti merah, kuning, hijau dan biru.
Masing-masing warna memiliki arti tersendiri yaitu:
- Merah, melambangkan karakter masyarakat Madura yang kuat dan keras
- Hijau, melambangkan warna religi di mana beberapa kerajaan Islam didirikan
dan berkembang di Madura
- Kuning, melambangkan bulir-bulir padi pertanian penduduknya
- Biru, melambangkan warna laut yang mengelilingi sekitar pulau Madura.
C. Motif Batik Madura
1. Motif Mata
Motif mata berasal dari daerah Pamekasan. Objek utama pada motif mata
adalah mata burung perkutut. Warna yang digunakan pada motif ini
didominasi kuning, hijau, dan merah muda. Warnanya yang cerah dan tegas
sangat cocok untuk dijadikan pakaian pada acara-acara semi formal.
2. Motif Lancor
Batik motif lancor ini menjadi motif asli Kabupaten Pamekasan, yang
merujuk pada berada di alun-alun kota. Batik ini menggunakan pewarna
napthol dan remasol. Napthol sendiri adalah zat pewarna sintetis, untuk
memberikan warna biru dan merah. Sementara pewarna remasol bersifat larut
dalam air, dengan ketahanan luntur yang baik. Pewarna ini juga memiliki
daya tarik yang rendah. Pewarna remasol dalam batik lancor biasanya
digunakan untuk memberikan warna kuning, merah mawar, hijau, hingga
jingga.
3. Motif Serat Kayu
Motif serat kayu merupakan motif asli dari Kecamatan Proppo bagian
selatan. Batik ini dibuat dengan melapisi motif dengan malam (lilin khusus).
Tujuannya agar bagian atau motif tidak terkena zat pewarna. Setelah itu, kain
dilipat menjadi ukuran 20 sentimeter dan diletakkan di atas lincak. Lipatan-
lipatan kain kemudian akan ditekan-tekanan, hingga malam pecah dan
membentuk garis-garis yang serupa dengan serat kayu.
4. Motif Serat Batu
Motif serat batu sekilas hampir terlihat serupa dengan serat kayu.
Keduanya terlihat mirip karena memiliki kemiripan dari segi warnanya.
Perbedaan utama terletak pada corak motifnya. Pembuatanya dilakukan
dengan menyatukan dan meremas-remas kain, kemudian dicelupkan pada
pewarna. Prosesnya dilakukan menggunakan warna asal, sehingga corak
membentuk garis-garis seperti serat batu.

D. Ragam Batik Tulis Madura


1. Batik Bangkalan
Batik Bangkalan merupakan batik yang bervariasi baik dari segi warna
maupun tema. Salah satu yang populer ialah batik gentongan karena teknik
mewarna yang digunakan adalah dengan menggunakan gentong. Batik
gentongan juga mempunyai corak yang bervariasi, misalnya batik kombinasi
yang memadukan motif kawung dan bunga dengan warna merah, biru tua,
serta biru muda. Selain itu ada batik petengteng klasik dan batik tanjung bumi
yang dominan dengan motif tumbuhan dan bunga.
2. Batik Sumenep

Daerah Sumenep mempunyai batik dengan ciri khas warna dasar terang.
Batik Sumenep menjadi salah satu warisan budaya dari Keraton Sumenep.
Ada beberapa jenis batik Sumenep yaitu batik Sumenep kombinasi warna
yang menggunakan dua warna atau lebih dalam satu desain. Ada juga batik
Sumenep kombinasi corak yang menggabungkan dua atau lebih corak dalam
satu desain. Hampir semua batik di wilayah Sumenep ini merupakan batik
tulis sehingga harganya juga mahal.
3. Batik Pamekasan
Batik Pamekasan mempunyai posisi tersendiri di jagad batik nusantara.
Meski tidak seterkenal batik Yogyakarta namun batik Pamekasan juga banyak
diminati karena warnanya yang cerah serta menggunakan kombinasi motif
khas batik Madura seperti Malete Seto’or, ‘Ramo’, Kar Jagad, Tong Centong,
dan lain sebagainya. Beberapa jenis batik Pamekasan adalah batik motif akar
dan bunga yang menggunakan gradasi warna, selain itu ada batik daun
kombinasi yang kental dengan unsur daun-daunan.
4. Batik Sampang

Batik Sampang merupakan kreasi Batik Madura yang menggunakan


aturan motif batik klasik namun menggunakan corak flora dan fauna. Ada
beberapa jenis batik Sampang yaitu batik motif tumbuhan dan batik tumbuhan
merambat. Batik Sampang tidak terlalu menggunakan banyak variasi warna
karena biasanya hanya menggunakan satu warna dasar saja. Selain itu, teknik
yang digunakan adalah teknik cap karena motifnya yang banyak mempunyai
detail yang rumit dan kecil.
5. Batik Serat Kayu
Sesuai namanya batik serat kayu menggunakan motif seperti serat kayu.
Pilihan warna yang digunakan untuk motif batik ini juga menggunakan warna
bumi atau earth-tone. Motif ini merupakan batik yang berasal dari Kecamatan
Proppo bagian selatan. Serat kayu pada batik dihasilkan dari proses pelipatan
kain dengan pewarna sehingga menghasilkan pola seperti serat kayu.
6. Batik Kacangan

Batik dengan motif kacang memang banyak digunakan di Indonesia


termasuk pada variasi batik Madura. Batik dengan motif kacang ini
mempunyai pola desain yang teratur sehingga terlihat seragam dan indah.
Motif batik ini tidak terlalu menggunakan banyak variasi warna dan motif
namun disitulah letak daya tarik motif batik kacangan.
7. Batik pancawarna
Sesuai dengan namanya, batik pancawarna menggunakan lima jenis
warna dalam satu desain batik. Dengan menggunakan unsur gradasi, batik
pancawarna memadukan warna mencolok namun terlihat serasi dan indah.
Biasanya warna yang digunakan adalah warna senada atau bisa juga warna
kontras. Batik dengan warna berbeda ini kemudian dipadukan dengan motif
yang unik seperti tumbuhan, garis, bunga, dan sebagainya.
Motif yang digunakan untuk batik Madura merupakan representasi dari
kehidupan sehari-hari masyarakat Madura seperti bercocok tanam dan juga
sebagai petani garam.

E. Langkah-Langkah Pembuatan Batik Madura

https://www.youtube.com/watch?v=OC8dqFF74jE

Batik Madura terkenal dengan pilihan warna yang terang dan keras sesuai
dengan karakter masyarakatnya. Warna-warna tersebut adalah merah, hijau,
kuning kunyit, dan cokelat sogan, ragam rona yang diambil dari alam. Motif batik
Madura menampilkan kupu-kupu, burung terutama merak, flora, dan kehidupan
laut, seperti ikan dan udang, serta perahu khas Madura. Berikut proses pembuatan
batik Madura meliputi:
1. Pemilihan Kain
Langkah pertama yang harus disiapkan adalah memilih kain sesuai selera.
Macam-macam kain yang sering dipakai sebagai media batik antara lain
katun atau primis, organdi, sutera, ATBM, santio, sifon dan lain-lain.
2. Pencucian Kain
Sebelum kain digambar, cuci terlebih dahulu menggunakan minyak camplong
yang sudah dicampur dengan soda (yaitu berupa serbuk yang berfungsi untuk
menguatkan warna batik). Tahap ini biasa disebut dengan pengetelan atau
diketel yang bertujuan memperkuat warna setelah dibatik agar tidak mudah
luntur.
3. Pelorotan
Kain yang sudah dicuci dengan campuran minyak camplong dan soda,
dicelup ke dalam air panas. Dicuci kemudian dijemur selama beberapa menit.
Ini bertujuan agar sisa-sisa minyak penguat pada kain menjadi bersih.
4. Menggambar motif pada Kain
Selanjutnya kain diberi pola gambar menggunakan pensil sesuai motif yang
diinginkan. Macam-macam motif di antaranya ialah motif flora dan fauna
berupa bunga, kupu-kupu, burung, sirip ikan, motif kayu dan lain-lain.
5. Langkah inti (Pembatikan Kain)
Kain yang sudah digambar kemudian dibatik menggunakan canting yang
sudah terisi malan atau lilin yang telah dipanaskan. Untuk cara membatik,
cukup mengikuti gambar yang ada pada kain.
6. Pencelupan atau Pewarnaan.
Kain yang sudah dibatik akan dicelup atau direndam ke dalam pewarna yang
diinginkan selama 20 menit.
7. Pencucian atau Pelorotan.
Proses pencucian atau pelorotan yaitu dengan dicuci atau dilunturkan
menggunakan air panas agar sisa-sisa warna dan malan atau lilin menjadi
bersih.
8. Penjemuran.
Jemur kain ditempat sejuk yang tidak terkontak langsung dengan sinar
matahari agar warna kain lebih bagus.

III. Penutup dan Kesimpulan


Batik Madura merupakan salah satu produk kebanggaan masyarakat Madura.
Batik Madura terkenal dengan keindahan batiknya yang penuh warna, bernilai seni
serta bercita rasa tinggi. Sama seperti batik dari daerah lain, Madura sebagai salah
satu sentra batik di Indonesia yang menonjolkan ciri khas tersendiri dalam batiknya.
Corak dan ragamnya begitu bebas dan unik. Satu helai kain batik dibuat dengan
keterampilan individu secara satuan kain. Bahkan saat ini pun mereka masih
mempertahankan cara tradisional pembuatannya denganditulis menggunakan bahan
pewarna alami yang ramah lingkungan.
Batik Madura merupakan salah satu pesona batik Nusantara dari Pulau Madura
yang telah menjadi ciri khas Indonesia serta menjadi kebiasaan umum untuk
digunakan dalam perayaan tertentu. Batik telah diakui sebagai salah satu pakaian
budaya Indonesia oleh UNESCO yang ditetapkan pada tanggal 2 Oktober sebagai
hari Batik Nasional.
Batik Madura juga merupakan salah satu dari sekian produk batik yang berasal
dari produsen di seluruh negeri yang mempunyai motif tersendiri dalam hal
pengemasan, batik yang diimplementasikan ke dalam selembar kain akan di motif
sesuai dengan apa yang telah ada sebelumnya. Batik dengan ciri tertentu inilah yang
menjadi sumber kekayaan berbagai macam model cara pembuatan batik di Indonesia.
Sebagaimana batik pada umumnya, batik Madura sangat membutuhkan
kehalusan, keuletan, kesabaran, ketelatenan tingkat tinggi agar tercipta kain batik
yang berkualitas. Belajar cara pembuatan batik juga membutuhkan waktu yang tidak
sedikit bahkan mungkin membutuhkan waktu sekitar 1 tahun agar benar-benar
mengerti bagaimana cara proses membatik yang baik dan benar dengan tidak
meninggalkan motif yang menjadi turun temurun dikalangan para pembatik.
Batik Madura mempunyai beberapa keunikan dibandingkan daerah lain, salah
satu motif yang sering digunakan ialah motif burung, kupu-kupu, kapal, perahu,
udang, binatang laut dan lain sebagainya. Disamping warnanya yang terang dan
cerah, hal ini sesuai dengan karakter masyarakat setempat dan sesuai dengan ciri
khas batik pesisir pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai