Anda di halaman 1dari 24

TINGKAT KUALITAS DAN PELAYANAN GELANGGANG

OLAH RAGA (GOR) TRTHADAP FUNGSI DAN FASILITAS


BAGI PARA PEMAIN

Proposal penelitian
Di ajukan Untuk Memenuhi
Tugas Kuliah
Penulisan Ilmiah

NAMA : AHMAD SAIFUDIN


NPM : 2015-455-000-79

PROGRAM STUDI TEKNIK ARSITEKTUR


FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gelanggang olah raga merupakan tempat atau sarana yang sangat berkaitan
dengan olahraga dan kegiatan sejenisnya, didalamnya mencakup banyak kegiatan
kadang bukan hanya digunakan sebagai tempat kegiatan olahraga bisa dijadikan
gedung fungsi lain seperti tempat pameran atau tempat seminar.
Permasalahan yang terjadi berdasarkan pengamatan bahwa Gelanggang olah
raga dari segi fungsi masih minim karna hanya memfungsikan area dalam atau
indoor nya saja tidak bisa mengambil area luar sebagai potensi dalam sarana
olahraga, dalam konteks tersebut masyarakat cenderung tidak tertarik terutama
pada bentuk dan desain Gelanggang olah raga yang monoton dan tidak memiliki
ciri terhadap daerah tersebut, seperti yang terjadi pada Gelanggang olah raga yang
ada di jakarta sebagian banyak masih dengan bangunan desain lama dan cenderung
sama tidak memiliki khas tersendiri.
Berbicara fasilitas di Gelanggang olah raga masih cenderung minim dan
kurang di perhatikan ada banyak fasilitas rusak yang tidak di perbaiki, perlunya
dana sebagai faktor utama dan juga pen desainnan yang baik agar fasilitas tidak
mudah rusak dan pengunjung dapat juga menjaga fasilitas tersebut dengan baik.
Dalam pembahasan penelitian akan mengamati masalah-masalah terkait lebih dalam
lagi dan membuat usulan atau melakukan ide perancangan untuk memenuhi kreteria
Gelanggang olah raga yang nyaman dan menarik untuk masyarakat serta fungsi dan
fasilitasnya bisa terpenuhi sebagaimana dengan ide kreatif desain.
Kualitas pelayanan merupakan hal yang paling penting dalam usaha bidang jasa.

Kepuasan atau ketidakpuasan merupakan perbedaan antara harapan dan kinerja

yang dirasakan. Apabila pelayanan yang dirasakan atau diterima sesuai dengan apa

yang diharapkan, maka kualitas pelayanan dapat diasumsikan dengan baik atau

memuaskan. Sebaiknya apabila kualitas yang diterima atau dirasakan tidak sesuai

dengan apa yang diharapkan, maka kualitas pelayanan diasumsikan buruk atau
tidak memuaskan. Informasi yang bersumber dari pelanggan itulah yang

menjadi faktor yang mempengaruhi kepuasan pelanggan.

Manajemen yang baik dalam suatu usaha pasti akan memberikan hasil yang

baik, begitu pula dengan penyewaan lapangan GOR Pajajaran dengan managemen

yang baik pengunjung akan mempertimbangkan untuk menjadikan GOR Pajajaran

sebagai tempat latihan, dengan memperhatikan fasilitas-fasilitas yang ada di

lapangan seperti tempat parkir sepeda motor/mobil, lapangan, penerangan yang

memadai dll. Tempat parkir yang luas dan aman akan memberikan kepuasan

tersendiri kepada pelanggan. Sama halnya dengan lapangan, penerangan yang

memadai.

Area parkir yang luas merupakan salah satu fasilitas yang disediakan

oleh penyewaan lapangan GOR Pajajaran, namun dengan area parkir tersebut

belum di gunakan secara maksimal, terlihat jelas ketika pengunjung yang datang

tidak memarkirkan kendaraan dengan rapih di depan GOR Pajajaran, sehingga

pengunjung yang akan meninggalkan area parkir sering kali mengalami kesulitan

untuk mengeluarkan kendaraan mereka.

Memuaskan pelanggan merupakan satu-satunya cara untuk bertahan dalam

suatu usaha. Dengan sarana dan prasarana yang baik serta tingkat pelayanan jasa

yang maksimal dapat membuat pengunjung merasa puas. Pada satu tahun terakhir

pengunjung yang mendatangi GOR Pajajaran semakin berkurang dibandingkan

tahun-tahun sebelumnya dan belum diketahui penyebabnya.

Sepengetahuan peneliti, belum ada penelitian tentang tingkat kualitas jasa

pelayanan lapangan GOR Pajajaran bagi pemain kelompok usia dewasa, sehingga
belum diketahui tingkat kualitas jasa pelayanan lapangan GOR Pajajaran bagi

pemain kelompok usia dewasa. Dengan melihat kenyataan di atas maka perlu

diadakan penelitian untuk mengetahui tingkat kualitas jasa pelayanan lapangan

GOR Pajajaran bagi para emain .

Sumber: http://arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jma
1.2 Identifikasi Masalah
Dari permasalahan yang sudah penulis jelaskan dapat di identifikasi
masalahnya sebagai berikut :
1. Gelanggang olahraga yang ada masih banyak yang menggunakan d esain
bangunan yang monoton
2. Fungsi dari Gelanggang olah raga tidak efektif sebagaimana mestinya
3. Segi fasilitas masih cenderung minim dan kurang perawatan
4. Pemanfaatan ruang luar yang tidak di maksimalkan
5. Sedikit bidang olahraga yang ada karna terbatasnya lahan
1.3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian dapat dilaksanakan lebih fokus, sempurna dan objektif maka
penulis akan membatasi permasalahan yanga ada dalam penilitian yang akan
digunakan yaitu “penerapan fungsi dan fasilitas untuk memaksimalkan dalam
mewadahi kegiatan olahraga dengan daya tarik desain gedung yang bercirikhas”
pemilihan batas masalah bertujuan agar setiap aspek fungsi dan area yang ada lebih
terspefisik dan jelas.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang sudah di gunakan penulis maka
dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana cara agar fungsi pada Gelanggang olahraga dapat
termaksimalkan ?
2. Apa gagasan ide yang tepat untuk mencirikhaskan Gelanggang olah raga ?
3. Metode apa yang di perlukan untuk pemanfaat tiap ruang dalam maupun luar
pada Gelanggang Olah Raga ?
4. Bagaimana mengimplementasikan fungsi Gelanggang olah raga menjadi
fungsi yang memiliki daya tarik terhadap pengguna ?
5. Apa aspek-aspek yang harus di gunakan dalam mendesain Gelanggang olah
raga yang lebih baik.
1.5 Tujuan Masalah
Gelanggang olah raga dari segi fungsi masih minim karna hanya
memfungsikan area dalam atau indoor nya saja tidak bisa mengambil area luar
sebagai potensi dalam sarana olahraga, dalam konteks tersebut masyarakat
cenderung tidak tertarik terutama pada bentuk dan desain.
1.6 Manfaat Penelitian
1. Agar generasi muda lebih peduli akan penting nya gelanggang olahraga bagi
penikmat olah raga .
2. Mewujudkan peneliti dalam mengimplementasikan ide-ide & konsep dalam
membangun gelanggang olahraga .
3. Membangun Gelanggang olahraga dengan fasilitas yang memadai .
4. Bagi pemerintah akan mudah untuk merawat dan mengelola Gelanggan olah
raga
5. Manfaat yang didapat diambil dari penelitian ini diantaranya adalah hasil
yang didapat dari penelitian ini diharapkan dapat membantu masyarakat dan
pemerintah .
BAB II
LANDASAN TEORI,KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Definisi Gelanggang Olah Raga
Gelanggang olahraga adalah suatu wadah dalam melakukan kegiatan yang
berhubungan dengan olahraga. Didalam suatu gelanggang olahraga fasilitas yang
disediakan beragam, mulai dari tempat sampai dengan alat-alat yang dibutuhkan.
Kegiatan yang ada didalam gelanggang olahraga ada yang khusus satu kegiatan
saja, contohnya lapangan bola,lapangan tennis,kolam renang,dan sebagainya.
Gedung Olaharaga umumnya di sebut dengan ”Gelanggang”, merupakan
sebuah wadah atau tempat yang dikhususkan untuk mewadahi sebuah kegiatan
olahraga, biasanya istilah gelanggang dipakai untuk sebuah tempat untuk
cabang olahraga. Seperti : Gelanggang Renang, Gelanggang Futsal dapat juga
sebagai tempat berkumpulnya sebuah kegiatan. Seperti : Gelanggang Remaja.
Istilah gelanggang ini memiliki kesan luas, dan sering terjadinya suatu kegiatan
(Ahsa Fuad, 2010:12).
Gelanggang harus memiliki lebih dari sekedar penyediaan wadah saja,
karena jika tidak memiliki fungsi tambahan lain yang dapat mendukung maka
tidak bisa disebut gelanggang. Gelanggang seharusnya memiliki fasilitas atau
penyediaan untuk memenuhi kegiatan lain yang mendukung atau berhubungan
dengan fungsi utama bangunan, maka dari itu dinamakan sebuah gelanggang.
Gelanggang bersifat spesifik dan khusus yaitu tidak menampung kegiatan
diluar dari batasannya, dan biasanya memiiki nama yang langsung
menggunakan kata sesuatu fungsi kegiatan utama, Misalnya : Gelanggang tinju,
hanya menampung kegiatan tinju saja dan menampung kegiatan yang lain yang
berhubungan dengan tinju seperti, ruang tekniknya, ruang kesehatannya, dan bukan
arena tinju saja (Ahsa Fuad, 2010:12).
Dari pengertian tersebut gelanggang olahraga atau yang biasanya disebut dengan
GOR, memiliki ciri tersendiri atau identik dengan bangunan yang memiliki
bentang lebar. Gelanggang dalam Pola Pembangunan Olahraga yang disusun
Kantor Menpora disebutkan bahwa olahraga adalah bentuk-bentuk kegiatan jasmani
yang terdapat di dalam permainan, perlombaan, dan kegitan jasmani yang intensif
dalam rangka memperoleh rekasi, kemenangan, dan prestasi optimal. Dapat
disimpulkan pengertian Gelanggang Olahraga (GOR) yaitu arena atau temapat
untuk menampung kegiatan jasmani berupa permainan, perlombaan, dan
kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh rekreasi, kemenangan,
dan prestasi optimal.
Gelanggang bisa disebut wilayah yang lebar dengan berbagai bangunan
olahraga yang berada di dalam satu kawasan tersebut. Klasifikasi pada gelanggang
olahraga berdasarkan gedung olahraga yang harus memenuhi standar Nasional
adalah seperti pada table 1.1:
Table 1.1 Klasifikasi dan Penggunaan Bangunan Gedung Olahraga
Klasifikasi Penggunaan
Jumlah Jumlah Minimal Lapangan Keterangan
Gedung
Pertandingan Latihan
Minimal
Olahraga
Nasional/Internasional
Cabang
Tipe A 1. Tenis Lap 1 Buah 1 Buah Untuk cabang
Olahraga
2.Bola Basket 1 Buah 3 Buah olahraga lain masih
3. Bola Voli 1 Buah 4 Buah kemungkinan
4. Bulutangkis 4 Buah 6-7 penggunaannya
Buah sepanjang ketentuan
Tipe B 1. Bola Basket 1 Buah - ukuran
Idem minimalnya
2. Bola Voli 1 Buah (Nasional) 2 Buah masih dapat dipenuhi
Tipe C 1.
3. Bola Voli --
Bulutangkis 13 Buah
Buah Idem
oleh gedung olahraga
2. Bulutangkis 1 Buah -

Sumber: Tata Cara Perencanaan Teknik Bangunan Gedung Olahraga, 1994.


Departemen Pekerjaan Umum.

2.1.1.2 Type Dan Fasilitas Gelanggang Olahraga

Gelanggang Olahraga menurut Buku Standar Tata Cara Perencanaan Teknik


Bangunan Gedung Olahraga yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum
dalam Andri Maryanto (2007:15), klasifikasi gelanggang olahraga dibagi menjadi
3 tipe, yaitu :
1. Tipe A adalah Gelanggang Olahraga yang dalam penggunaannya
melayani wilayah Provinsi, dengan standar kapasitas penonton 3000-5000 jiwa dan
fasilitas olahraga minimal, 1 lapangan volley, 1 lapangan basket, dan 4 lapangan
bulutangkis.
2. Tipe B adalah Gelanggang Olahraga yang dalam penggunaannya melayani
wilayah Kabupaten/Kota, dengan standar kapasitas penonton 1000-3000 jiwa, dan
33 fasilitas olahraga minimal, 1 lapangan basket, 1 lapangan volley, dan 1 lapangan
bulutangkis.
3. Tipe C adalah Gelanggang Olahraga yang dalam penggunaannya hanya
melayani wilayah Kecamatan, dengan standar kapasitas penonton maksimal
1000 jiwa, dan fasilitas olahraga minimal 1 lapangan bola volley dan 1 lapangan
bulutangkis.
Fasilitas penunjang harus memenuhi ketentuan, sebagai berikut:
1. Ruang ganti atlit direncanakan untuk tipe A dan B minimal dua unit dan tipe
C minimal 1 unit, dengan ketentuan sebagai berikut :
1) Lokasi ruang ganti harus dapat langsung menuju lapangan melalui
koridor yang berada dibawah tempat duduk penonton.
2) Kelengkapan fasilitas tipa-tiap unit antara lain :
a. Toilet pria harus dilengkapi minimal 2 buah bak cuci tangan, 4 buah
peturasan dan 2 buah kakus;
b. Ruang bilas pria dilengkapi minimal 9 buah shower;
c. Ruang ganti pakaian pria dilengkapi tempat simpan benda-benda dan
pakaian atlit minimal 20 box dan dilengkapi bangku panjang minimal 20
tempat duduk;
d. Toilet wanita harus dilengkapi minimal 4 buah kakus dan 4 buah bak
cuci tangan yang dilengkapi cermin;
e. Ruang bilas wanita harus dibuat tertutup dengan jumlah minimal 20 buah;
f.Ruang ganti pakaian wanita dilengkapi tempat simpan benda-benda dan
pakaian atlit minimal 20 box dan dilengkapi bangku panjang minimal 20
tempat duduk.
2.Ruang ganti pelatih dan wasit direncanakan untuk tipe A dan B minimal
1 unit untuk wasit dan 2 unit untuk pelatih dengan ketentuan, sebagai berikut:
1) Loksai ruang ganti harus dapat langsung menuju lapangan melalui
koridor yang berada dibawah tempat duduk penonton;
2) Kelengkapan fasilitas untuk pria dan wanita, tiap unit minimal:
a. 1 buah bak cuci tangan;
b. 1 buah kakus;
c. 1 buah ruang bilas tertutup;
d. 1 buah ruang simpan yang dilengkapi 2 buah tempat simpan dan bangku
panjang 2 tempat duduk;
3.Ruang pijat direncanakan untuk tipe A, B dan C minimal 12 m2 dan tipe C
diperbolehkan tanpa ruang pijat. Kelengkapannya minimal 1 buah tempat tidur, 1
buah cuci tangan dan 1 buah kakus;
4.Lokasi ruang P3K harus berada dekat dengan ruang ganti atau ruang bilas dan
direncanakan untuk tipe A, B dan C minimal1 unit yang dapat melayani
20.000 penonton dengan luas minimal 15 m2. Kelengkapannya minimal 1 buah
tempat tidur untuk pemeriksaan, 1 buah tempat tidur untuk perawatan dan 1 buah
kakus yang mempunyai luas lantai dapat menampung 2 orang untuk kegiatan
pemeriksaan dopping;
5. Ruang pemanasan direncanakanuntuk tipe A minimal 300 m2, tipe B
minimla 81 m2 dan maximal 196m2, sedangkan tipe C minimal 81 m2;
6. Ruang latihan beban direncanakan mempunyai luas yang disesuaikan dengan
alat latihan yang digunakan minimal 150 m2 untuk tipe A, 80 m2 untuk tipe B dan
tipe C diperbolehkan tanpa ruang latihan beban;
7.Toilet penonton direncanakan untuk tipe A, B dan C dengan perbandingan
penonton wanita dan pria adala 1:4 yang penempatannya dipisahkan. Fasilitas yang
dibutuhkan minimal dilengkapi dengan:
1) Jumlah akus jongkok untuk pria dibutuhkan 1 bush kakus untuk 200
penonton pria dan untuk wanita 1 buah kakus jonkok untuk 100 penonton
wanita;
2) Jumlah bak cuci tangan yang dilengkapi cermin, dibutuhkan minimal 1
buah untuk 200 penonton pria dan 1 buah untuk 100 penonton wanita.
3) Jumlah peturasan yang dibutuhkan minimal 1 buah untuk 100
penonton pria.
8. Kantor pengelolaan lapangan tipe A dan B direncanakan sebagai berikut :
1) Dapat menampung minimal 10 orang, maximal 15 orang dan tipe C
minima l 5 orang dengan luas yang dibutuhkan minimal 5 m2 untuk setiap
orang.
2) Tipe A dan B harus dilengkapi ruang untuk petugas keamanan,
petugas kebakaran dan polisi yang masing-masing membutuhkan luas
minimal 15 m2. Untuk tipe C diperbolehkan tanpa ruang tersebut;
9. Gudang direncanakan untuk menyimpan alat kebersihan dan alat olahraga
dengan luas yang disesuaikan dengan alat kebersihan atau alat olahraga yang
digunakan, antara lain:
1) Tipe A, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 120 m2 dan
20 m2 untuk gudang alat kebersihan;
2) Tipe B, gudang alat olahraga yang dibutuhkan minimal 50 m2 dan 20 m2
untuk gudang alat kebersihan;
3) Tipe C, gudang alat olahraga yang dibutuhkan 20m2 dan 9 m2 untuk
gudang dan alat kebersihan;
10. Ruang panel direncanakan untuk tipe A, B dan C harus diletakan dengan
ruang staf teknik;
11. Ruang mesin direncanakan untuk tipe A, B dan C dengan luas ruang yang sesuai
kapasitas mesin yang dibutuhkan dan lokasi mesin tidak menimbulkan bunyi bising
yang mengganggu ruang arena dan penonton;
12.Ruang kantin direncanakan untuk tipe A, untuk tipe B dan C d iperbolehkan
tanpa ruang kantin;
13. Ruang pos keamanan direncanakan untuk tipe A dan B, untuk tipe C
diperbolehkan tanpa ruang pos keamanan;
14.Tiket box direncanakan untuk untuk tipe A dan B sesuai kapasitas
penonton;
15. Ruang pers direncanakan untuk tipe A, B dan C sebagai berikut:
1) Harus disediakan kabin untuk awak TV dan Film;
2) Tipe A dan B harus disediakan ruang telepon dan telex, sedangkan
untuk tipe C boleh tidak disediakan ruang telepon dan telex;
3) Toilet khusus untuk pria dan wanita masing-masing minimal 1 unit
terdiri dari 1 kakus jongkok dan 1 bak cuci tangan;
16.Ruang VIP direncanakan untuk tipe A dan B yang digunakan untuk tempat
wawancara khusus atau menerima tamu khusus;
17. Tempat parkir direncanakan untuk tipe A dan B, sebagai berikut :
1) Jarak maksimal dari tempat parkir, pool atau tempat pemberhentian
kendaraan umum menuju pintu masuk gedung olahraga 1500m;
2) 1 ruang parkir mobil dibutuhkan minimal untuk 4 orang pengunjung
pada saat jam sibuk;
18.Toilet penyandang cacat direncanakan untuk tipe A dan B sedangkan untuk tipe
C diperbolehkan tanpa toilet penyandang cacat. Fasilitas yang dibutuhkan
minimal, sebagai berikut :
1) 1 unit yang terdiri dari 1 buah kakus, 1 buah peturasan, 1 buah bak cuci
untuk pria dan 1 buah kakus duduk serta 1 buah bak cuci tangan untuk wanita;
2) Toilet untuk pria harus dipisahkan dari toilet untuk wanita;
3) Toilet harus dilengkapi dengan pegangan untuk melakukan
perpindahan dari kursi roda ke kakus duduk yang diletakan di depan dan
di samping kakus duduk setinggi 80 cm;

2.2 Penelitian Relevan

1. Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Okta

Sari Widohartanti (2008) yang berjudul “ Tingkat Layanan Jasa Pelatihan

Bulutangkis Di Klub Bulutangkis Pengcab Kota Yogyakarta”. Dalam penelitian ini

bertujuan untuk mengukur tingkat layanan jasa pelatihan bulutangkis di klub

bulutangkis di Pengcab kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode

survey, teknik sampling menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan


data adalah dengan angket. Analisis data dengan teknik deskriptif kuantitatif.

Perhitungan validitas menggunakan teknik product moment, untuk perhitungan

reliabilitas menggunakan teknik Alpha cronbach. Hasil penelitian yaitu tingkat

layanan yang diberikan adalah memuaskan yaitu sebesar 88,2 %.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Sigit Nugroho pada tahun 2009 dengan

judul “Tingkat Kepuasan Anggota Pusat Kebugaran terhadap Kualitas Jasa

Pelayanan di D’Muscle Mania XX Gym Fitness and Aerobic Yogyakarta.” Besar

sampel pada penelitian ini sebanyak 137 orang yang terdiri dari 102 orang anggota

laki-laki dan 35 orang anggota perempuan dengan teknik pengambilan datanya

dengan menggunakan angket. Hasil yang didapat secara keseluruhan bahwa tingkat

kepuasan yang diterima oleh anggota pusat kebugaran D’Muscle Mania XX Gym

Fitness and Aerobic adalah memuaskan dengan persentase sebesar 58,8%, tingkat

kepuasan yang diterima oleh anggota pusat kebugaran laki-laki di D’Muscle Mania

XX Gym Fitness and Aerobic memuaskan dengan persentase sebesar 61,2% dan

tingkat kepuasan yang diterima oleh anggota pusat kebugaran perempuan di

D’Muscle Mania XX Gym Fitness and Aerobic adalah memuaskan dengan

persentase sebesar 54,3%.


2.3 Kerangka Berfikir

Olahraga

Olahraga masyarakat
Olahraga Prestasi Sarana dan
Prasarana (GOR)

Manajemen sarana dan prasrana


(GOR)

1. Perencanaan

(planning)

2. Pengorganisasian

(organizing)

3. Pengarahan

(directing)

4. Penyusunan personalia (staffing)


5. Pengawasan

Peningkatan Prestasi Pelayanan di masyarakat


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian.
Metode penelitian ini digunakan untuk memecahkan atau menjawab
permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang (Soetedjo
Notoatmojo, 2005:138). Metode yang digunakan pada penelitian ini yaitu metode
kualitatif sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian ini bersifat deskriptif
kualitatif.
Metode kualitatif ini digunakan karena banyak pertimbangan. Pertama,
menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan
jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan
diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang
dihadapi (Lexy J. Moleong, 2010: 9-10).
3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
GOR PAJAJARAN BOGOR yang beralamat di J alan Pemuda No.2, Tanah
Sareal, Tanah Sereal, Tanah Sareal, Tanah Sereal, Kota Bogor, Jawa Barat 16162.
Penelitian dilakukan bertemu Andi sudrajat selaku pengelola sarana dan prasarana
GOR PAJAJARAN Bogor.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dalam penelitian Analisis Manajemen Sarana Prasarana GOR
PAJAJARAN Bogor untuk Peningkatan fungsi dan fasilitas adalah:
Hari : Selasa
Tanggal : 01 mei 2018
3.2.3 Sasaran Penelitian
Responden adalah orang yang ditentukan sebagai sampel dalam penelitian dan
diharapkan dapat memperoleh informasi yang diperlukan oleh peneliti Sasaran dalam
penelitian ini adalah manajemen sarana prasaran GOR PAJAJARAN Bogor .Teknik
pengambilan data menggunakan total sampling. Teknik yang digunakan ini yaitu
mengambil jumlah keseluruhan populasi manajemen sarana prasarana GOR
PAJAJARAN Bogor.
3.3 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data
3.3.1 Instrumen Penelitian
Pada penelitian kualitatif peneliti memiliki banyak peran, yaitu sebagai
perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya
menjadi pelapor hasil penelitian. Keaktifan peneliti di lapangan sangat penting di
dalam penelitian karena ia merupakan instrument utama dalam pengumpulan data
(Lexy J. Moleong, 2007:168). Peneliti dalam melaksanaka metode wawancara dan
observasi menggunakan alat bantu. Alat bantu yang digunakan adalah pedoman
wawancara dan alat perekam.
3.3.1.1Pedoman Wawancara
Pedoman wawancara merupakan pedoman yang berisi pertanyaan yang
berkaitan dengan fokus penelitian. Fungsinya agar wawancara yang dilakukan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian.Pedomanwawancara yang digunakan adalah
sesuai buku pedoman penulisan skripsi kualitatif.
3.3.1.2 Alat Perekam
Alat perekam digunakan untuk merekam obrolan ketika wawancara
berlangsung, instrument ini memiliki keuntungan dapat diamati dan didengar
secara berulang. sehingga memungkinkan untuk mengadakan analisis secara
teliti.Penelitian ini menggunakan alat perekam berupa kamera DSLR dan handycam.
3.3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi, wawancara, dan dokumen.
3.3.2.1 Observasi atau Pengamatan
Observasi yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah melakukan
pengamatan secara langsung di GOR PAJAJARAN Bogor.
3.3.2.2 Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan
dan terwawancara (interviewee) yang menjawab pertanyaan (Lexy J. Moleong,
2007:186). Pada penelitian ini, wawancara dilakukan dengan maksud memperoleh
informasi untuk mengetahui hubungan manajemen sarana dan prasarana GOR
PAJAJARAN Bogor terhadap olahraga masyarakat
.Interview eradalah peneliti sendiri, sedangkan interviewee adalah pengelola
sarana dan prasarana GOR PAJAJARAN Bogor.
3.4 Pemeriksaan Keabsahan Data
Penetapan keabsahan data pada penelitian digunakan teknik pemeriksaan data
dengan triangulasi. Tujuan triangulasi adalah mengetahui kebenaran data tertentu
dengan membandingkan data yang diperoleh dengan sumber lain, pada berbagai fase
penelitian lapangan, dan pada waktu yang berlainan.
Triangulasi pada penelitian ini adalah triangulasi sumber data yang diperoleh
dari kantor Dinas Pemuda Olahraga Budaya dan Pariwisata GOR PAJAJARAN
Bogor.
3.5 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara induktif,
penafsiran berlaku khusus, karena adanya batas yang ditentukan oleh fokus.
Kegiatan analisis data dalam penelitian ini yang digunakan oleh peneliti adalah
membaca, mengamati, dan memahami serta mempelajari secara teliti seluruh data
yang sudah terkumpul yang didapat dari hasil kegiatan wawancara, observasi,
dokumentasi, dan studi pustaka. Pada tahap analisis data terbagi atas beberapa
tahapan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan menarik kesimpulan atau verifikas.
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian,
pengabstraksian dan pentransformasian data kasar dari lapangan. Proses ini
berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai akhir penelitian.
Fungsinya untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang
tidak perlu, dan mengorganisasi sehingga interprestasi bisa ditarik.
2. Penyajian Data
Penyajian data yang baik adalah mudah dilihat, dibaca dan dipahami. Penyajian
data yang sering digunakan metode kualitatif adalah dalam bentuk teks naratif.
Penyajian data yang baik meliputi berbagai jenis matrik, grafik, bagan yang
semuanya tersusun secara rapi dalam bentuk yang terpadu, sehingga mudah
untuk dimengerti dan dipahami.
3. Menarik Kesimpulan atau Verifikasi
Kesimpulan atau verifikasi dalam penelitan ini teragantung pada kelengkapan
pengumpulan data di lapangan. Kesimpulan kegiatan analisis data kualitatif terletak
pada pelukisan atau penuturan tentang apa yang dihasilkan, sehingga dapat
dimengerti berkenaan dengan masalah yang diteliti. Kemampuan peneliti sangat
berperan dalam merinci, melacak, mencatat, mengorganisasikan setiap data yang
relevan untuk ditelaah secara mendalam.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi, Subjek, dan Waktu Penelitian

1. Deskripsi Lokasi

Penelitian ini dilakukan di GOR Pajajaran yang beralamat di Bogor, jawa barat.

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang digunakan adalah tingkat kualitas dan pelayanan GOR
terhadap fungsi dan fasilitas para pemain.
3. Deskripsi Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei s.d Juli 2018.

B. Hasil Penelitian

Kualitas jasa pelayanan lapangan bulutangkis GOR Pajajaran bagi pemain

dideskripsikan berdasarkan jawaban pemain atas angket-angket yang telah

disebarkan. Pendeskripsian data dilakukan dengan mengkategorian kualitas jasa

pelayanan lapangan bagi pemain bulutangkis dll pengkategorian tiap-tiap

faktornya.

1. Deskripsi Statistik Hasil Penelitian Tingkat Kualitas Jasa Pelayanan


GOR Pajajaran Bagi Para Pemain.
Dari hasil analisis data penelitian yang dilakukan maka

dapat dideskripsikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2. Deskripsi Statistik


Statistik Skor
Mean 95,51
Median 94,00
Mode 90,00
Std. Deviation 9,76
Range 48,00
Minimum 72,00
Maximum 120,00
Sumber: http://arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jma
Dari hasil perhitungan yang berupa skor dari 30 pernyataan yang diajukan

kepada pemain yang berjumlah 96, rerata Tingkat kualitas jasa pelayanan 95,51,

nilai tengah sebesar 94, nilai sering muncul sebesar 90 dan simpangan baku sebesar

9,76. Sedangkan skor tertinggi sebesar 120 dan skor terendah sebesar 72. Dari rerata

ideal dan simpangan baku ideal maka dapat dilakukan klasifikasi mengenai

kecenderungan kualitas jasa pelayanan GOR Pajajaran bagi pemain.

Perhitungan klasifikasi tersebut disajikan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.3. Penghitungan Normatif Kategorisasi Tingkat Tingkat


Kualitas Jasa Pelayanan

Formula Batasan Kategori


X > Mi + 1,5 Sdi X > 97,5 Sangat tinggi
Mi + 0,5 Sdi < X ≤ Mi + 1,5 Sdi 82,5 < X ≤ 97,5 Tinggi
Mi - 0,5 Sdi < X ≤ Mi + 0,5 Sdi 67,5 < X ≤ 82,5 Sedang
Mi - 1,5 Sdi < X ≤ Mi - 0,5 Sdi 52,5 < X ≤ 67,5 Rendah
X ≤ Mi - 1,5 Sdi X ≤ 52,5 Sangat Rendah

Keterangan:
Mi = rerata ideal = ½ [(4 x 30 )+(1 x 30)] = 75
SDi = simpangan baku ideal = 1/6 [(4 x 30 )-(1 x 30)] = 15
Sumber :

Tabel 1.4 Distribusi Frekuensi Tingkat Tingkat Kualitas Jasa Pelayanan


GOR Pajajaran Bagi Pemain

Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori


> 97,5 35 36,5 Sangat tinggi
82,5 – 97,5 51 53,1 Tinggi
67,5 – 82,5 10 10,4 Sedang
52,5 – 67,5 0 0 Rendah
≤ 52,5 0 0 Sangat Rendah
Total 96 100.0
Gambar 1. Diagram Pie.
Sumber: http://arsitektur.studentjournal.ub.ac.id/index.php/jma

C. Pembahasan

Pelanggan merupakan seseorang yang menginginkan jasa atau produk terbaik,

oleh karena itu setiap tempat produksi jasa atau barang berlomba untuk

menyediakan jasa dan produk dengan cara yang cepat, tepat dan aman. Kepuasan

pelanggan merupakan tingkat perasaan seseorang yang melakukan pembelian

produk atau jasa untuk kebutuhan pribadinya setelah melakukan perbandingan

antara kinerja produk atau jasa yang diberikan terhadap apa yang diharapkan

oleh pemakai ataupun pelaku jasa tersebut. Kepuasan dapat dipengaruhi oleh

pelayanan yang diberikan kepada konsumen. Apabila pelanggan merasa tidak puas

terhadap suatu pelayanan yang disediakan, pelayanan tersebut dapat dipastikan tidak

efektif dan tidak efisien. Sebaliknya pelanggan merasa puas maka dia akan

mempunyai kesetiaan menjadi konsumen tetap pada produk tersebut.

Dari deskripsi hasil penelitian yang dilakukan tentang kualitas jasa pelayanan

lapangan bulutangkis GOR Pajajaran bagi para pemain dapat disimpulkan bahwa

Tingkat kualitas jasa pelayanan adalah tinggi dengan pertimbangan rerata sebesar

95,51. Tingkat kualitas jasa pelayanan yang berkategori sangat tinggi sebesar

36,5% (35 para pemain), kategori tinggi sebesar 53,1% (51 pemain kelompok usia

dewasa), kategori sedang sebesar 10,4% (10 pemain kelompok usia dewasa),
kategori rendah 0% dan sangat rendah 0%. Dari hasil tersebut dapat diartikan

layanan yang diberikan GOR Pandiga sudah baik dan dapat diterima oleh sebagian

besar konsumen khususnya pemain kelompok usia dewasa.

Pelayanan yang baik tersebut ditunjukkan dengan kelengkapan fasilitas yang

ada, kebersihan lapangan, kelayakan GOR, kenyamanan dan juga kesopanan para

petugas yang bekerja di GOR Pandiga. Faktor-faktor yang mendukung kesimpulan

di atas dijelaskan sebagai berikut:

1. Bukti Fisik (Tangibles)

Berdasarkan hasil penelitian di atas diperoleh kualitas jasa pelayanan

lapangan bulutangkis GOR Pandiga bagi para pemain berdasarkan faktor bukti fisik

berada pada kategori sangat tinggi sebesar

40,6% (39 pemain). Dalam hal ini faktor bukti fisik meliputi fasilitas fisik

seperti lapangan yang terbuat dari kayu, kebersihan toilet, kebersihan GOR, dan

keadaan saluran udara. Hal tersebut diartikan GOR Pajajaran mempunyai layanan

fasilitas yang kurang baik, adanya sarana dan prasarana yang belum memadai.

Fasilitas yang belum memadai dan baik tentu saja akan memberikan rasa kurang

nyamanan kepada pemain dikarenakan fasilitas yang kurang baik akan digunakan.

Selain itu dengan fasilitas yang kurang bagus akan mengurangi minat pemain untuk

menggunakan jasa pelayanan GOR Pajajaran. Fasilitas yang dimilki oleh GOR

Pajajaran diantaranya lapangan yang terbuat dari kayu, penyewaan raket, sepatu,

dan baju kemudian tempat tunggu yang luas dan aman, kantin, mushola, tempat

parkir yang luas dan memiliki toko kecil yang menyediakan perlengkapan

bulutangkis serta jasa pemasangan senar raket.


2. Keandalan (Reliability)

Berdasarkan hasil penelitian di atas diketahui kualitas jasa pelayanan lapangan

bulutangkis GOR Pajajaran bagi pemain faktor keandalan berada pada kategori

tinggi sebesar 56,3% (54 pemain). Dalam hal ini faktor keandalan meliputi

kemampuan memberikan pelayanan sesuai yang dijanjikan secara cepat dan

tepat. Hal tersebut diartikan GOR Pajajaran mampu memberikan pelayanan yang

baik kepada pemain secara tepat waktu dan sangat memperhatikan layanan yang

tepat. Yang pasti seorang konsumen yang dalam hal ini adalah pastilah tidak

akan senang dengan pelayanan yang tidak sesuai dengan keinginannya, mereka

menginginkan layanan yang tepat. Dalam hal ini GOR Pajajaran melakukannya

dengan baik.

3. Ketanggapan (Responsiveness)

Berdasarkan hasil penelitian di atas diketahui Tingkat kualitas jasa pelayanan

berdasarkan faktor ketanggapan berada pada kategori tinggi sebesar 51,0% (54

pemain). Ketanggapan yaitu kemampuan untuk membantu dan memberikan

pelayanan yang cepat dengan memberikan informasi yang jelas. Dengan adanya

papan jadwal penggunaan lapangan yang jelas memberikan pemain kejelasan jadwal

penggunaan lapangan. Para staf pengelola GOR Pajajaran cukup tanggap dalam

menanggapi respon permintaan dari pemain. Hal tersebut ditunjukkan dengan

tanggung jawab petugas yang secara ruti membersihkan lapangan bulutangkis

setelah digunakan, petugas selalu sigap dalam melayani kebutuhan pemain

kelompok usia dewasa. Ketanggapan petugas dalam memberikan layanan dapat

menjadikan para konsumen senang dan betah sehingga meningkatkan kepuasan

konsumen.
4. Jaminan dan Kepastian (Insurance)

Berdasarkan hasil penelitian di atas diketahui Tingkat kualitas jasa pelayanan

berdasarkan faktor jaminan dan kepastian berada pada kategori tinggi sebesar 51,0%

(49 pemain). Faktor jaminan dan kepastian mencakup pengetahuan,

kesopansantunan, dan kemampuan petugas untuk menumbuhkan rasa percaya para

pelanggan.

5. Empati (Empathy)

Berdasarkan hasil penelitian di atas diketahui Tingkat kualitas jasa pelayanan

berdasarkan faktor empati berada pada kategori tinggi sebesar 55,2% (53 pemain).

Faktor empati adalah memberikan perhatian yang tulus yang diberikan kepada

pelanggan dengan berupaya memahami keinginan mereka. Hal tersebut diartikan

para

pegawai GOR Pajajaran selalu bersikap baik dan sabar terhadap keluhan

pemain. Sikap ramah dan sabar pegawai lapangan bulutangkis menjadikan pemain

kelompok usia dewasa merasa dihargai, sehingga hal itu akan berdampak pada rasa

senang pada pemain kelompok usia dewasa dan timbul rasa kepuasan.

Anda mungkin juga menyukai