Makalah Hukum Perkawinan
Makalah Hukum Perkawinan
Nama :
NIM :
111 00 54
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ILMU HUKUM
UNIVERSITAS PALANGKARAYA
1
TAHUN AJARAN 2012/2013
I. Latar Belakang
komitmen yang kuat diantara pasangan tersebut. Sehingga dalam hal ini
merupakan hal yang sangat penting dalam UU No. 1 Tahun 1974, sehingga
Hal ini berarti juga bahwa hukum agama menyatakan perkawinan tidak boleh,
maka tidak boleh pula menurut hukum negara. Jadi dalam perkawinan
agama.
akidah dan hukum yang sangat penting bagi seseorang. Hal ini berarti
2
syarat dan tata cara pelaksanaan perkawinan sesuai dengan hukum
agamanya masing-masing.
Indonesia. Tetapi ternyata perkawinan antar agama masih saja terjadi dan
akan terus terjadi sebagai akibat interaksi sosial diantara seluruh warga
Lydia Kandau, Katon Bagaskara dengan Ira Wibowo, Yuni Shara dengan
Henri Siahaan, Adi Subono dengan Chrisye, Ari Sihasale dengan Nia
seharusnya tidak terjadi jika dalam hal ini negara atau pemerintah secara
pemerintah dalam perkawinan beda agama ini terlihat dalam praktek bila
tidak dapat diterima oleh Kantor Urusan Agama, dapat dilakukan di Kantor
3
Catatan Sipil dan menganggap sah perkawinan berbeda agama yang
Positif Indonesia.
4
II. Permasalahan
5
A. Pengertian Perkawinan
perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
memberikan pengertian perkawinan itu. Oleh karena itu untuk memahami arti
perkawinan dapat dilihat pada ilmu pengetahuan atau pendapat para sarjana.
antara seorang pria dengan seorang wanita untuk hidup bersama dengan
hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
6
miitsaaqan gholiidhzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya
merupakan ibadah.
Jadi perkawinan adalah suatu ikatan lahir dan batin antara seorang
pria dengan seorang wanita untuk membentuk suatu keluarga yang kekal.
perkawinan tersebut.
Perundang-Undangan
a. Hakikat Perkawinan
lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri.
Jadi hakikat perkawinan bukan sekedar ikatan formal belaka, tetapi juga
ikatan batin antara pasangan yang sudah resmi sebagai suami dan isteri.
terikat.
b. Asas Perkawinan
(Gereja).
berlaku. Hal ini sejalan dengan KHI, dalam pasal 4 KHI bahwa perkawinan
adalah sah apabila dilakukan menurut Hukum Islam. Dan dalam pasal 5 KHI
adanya persetujuan kedua calon mempelai, ada izin orang tua atau wali bagi
calon yang belum berusia 21 tahun, usia calon pria berumur 19 tahun dan
perempuan berumur 16 tahun, tidak ada hubungan darah yang tidak boleh
kawin, tidak ada ikatan perkawinan dengan pihak lain, tidak ada larangan
8
kawin menurut agama dan kepercayaannya untuk ketiga kalinya, tidak dalam
usia pria 18 tahun dan wanita 15 tahun, bagi wanita yang pernah kawin harus
material relatif, yaitu larangan untuk kawin dengan orang yang sangat dekat
calon suami dan isteri, wali nikah, dua orang saksi serta sighat akad nikah.
d. Tujuan Perkawinan
dan rahmah.
dua orang di Indonesia yang tunduk pada hukum yang berlainan, karena
beda warga negara dan salah satu warga negaranya adalah warga negara
Indonesia.
UU No. 1/1974, dari pasal ini menunjukan prinsip Lex loci actus yaitu
Indonesia.
luar Indonesia, baik antara warga negara Indonesia dan dengan warga
negara lain adalah sah, jika perkawinan dilangsungkan menurut cara atau
KUHPerdata).
baik yang dilakukan oleh sesama warga negara Indonesia di luar negeri atau
salah satu pihaknya adalah warga negara Indonesia sedang yang lain adalah
warga negara asing, adalah sah bila dilakukan menurut hukum yang berlaku
suami isteri itu kembali di wilayah Indonesia, surat bukti perkawinan harus
pasangan suami isteri tersebut menganut agama yang sama. Jika antara
tersebut.
11
III. PEMBAHASAN
adalah :
Indonesia
dengan seorang wanita yang tidak beragama Islam. Kemudian dalam pasal
KHI tersebut selaras dengan pendapat Prof. Dr. Hazairin S.H., yang
12
Dalam KHI telah dinyatakan dengan jelas bahwa perkawinan beda
agama jelas tidak dapat dilaksanakan selain kedua calon suami isteri
dinyatakan tidak berlaku lagi yaitu perkawinan yang diatur dalam Kitab
dihadapan pegawai pencatat dan dihadiri dua orang saksi. Dan tata cara
13
perkawinan dilakukan menurut hukum masing-masing Agamanya dan
kepercayaannya.
perkawinan antar agama adalah sah dan dapat dilangsungkan, karena telah
Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, yang berarti pasal ini
perkawinan antar agama sama sekali tidak diatur dalam UU No. 1/1974, oleh
No. 1/1974 yang menyatakan bahwa perkawinan adalah sah, jika dilakukan
dengan itu, Prof. Dr. Hazairin S.H., menafsirkan pasal 2 ayat 1 beserta
penjelasanya bahwa bagi orang Islam tidak ada kemungkinan untuk menikah
yang menitikberatkan pada dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum
yang berlainan, yang berarti pasal ini mengatur perkawinan antara dua orang
agama.
perumusan pasal tersebut, yaitu tunduk pada hukum yang berlainan, ada
terjadi antara orang-orang yang tunduk pada hukum yang berlainan karena
sekali tidak diatur dalam UU No. 1/1974, oleh karena itu berdasarkan pasal
UU No. 1/1974, dinyatakan tidak berlaku lagi yaitu perkawinan yang diatur
1/1974.
16
C. Pendapat Hukum Terhadap Perkawinan Beda Agama
Indonesia.
dan tegas. Oleh karenanya, ada Kantor Catatan Sipil yang tidak mau
kedua calon suami-isteri adalah sama, tidak ada kesulitan. Tapi jika hukum
satu kali menurut hukum agama atau kepercayaan calon dan satu kali lagi
menganut salah satu cara baik dari hukum agama atau kepercayaan si suami
atau si calon isteri. Artinya salah calon yang lain mengikuti atau
pasangannya.
suatu ketentuan tentang perbedaan agama antara calon suami dan calon
isteri merupakan larangan perkawinan. Dan hal ini sejalan dengan UUD 1945
untuk kawin dengan sesama warga negara sekalipun berlainan agama dan
merupakan larangan untuk perkawinan, maka asas itu adalah sejalan dengan
jiwa pasal 29 UUD 1945 tentang dijaminnya oleh negara kemerdekaan bagi
dan dalam GHR dan HOCI tidak dapat dipakai karena terdapat perbedaan
prinsip maupun falsafah yang sangat lebar antara UU No. 1/1974 dengan
kekosongan hukum.
antar agama jika dibiarkan dan tidak diberiakan solusi secara hukum, akan
hukumnya.
agama.
1/1974.
antar agama dapat menggunakan putusan tersebut sebagai salah satu dari
Catatan Sipil. Dan bagi orang Islam ditafsirkan atas dirinya sebagai salah
bahwa kedua calon suami isteri tidak lagi beragama Islam. Dengan demikian
bukan karena kedua calon pasangan dalam kapasitas sebagai mereka yang
berbeda agama, tetapi dalam status hukum agama atau kepercayaan salah
tersebut adalah sah bila dilakukan menurut hukum yang berlaku di negara di
dalam jangka waktu satu tahun surat bukti perkawinan dapat didaftarkan di
antar agama yang dilakukan oleh pasangan suami isteri yang berbeda
21
IV.PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian tersebut diatas, dengan ini penulis kemukakan beberapa hal
dihadapan pegawai pencatat dan dihadiri dua orang saksi. Dan tata cara
kepercayaannya.
22
beragama Islam untuk wajib menerima permohonan perkawinan antar
agama.
Catatan Sipil. Dan bagi orang Islam ditafsirkan atas dirinya sebagai salah
tidak secara Islam. Dan dengan demikian pula ditafsirkan bahwa dengan
dengan anggapan bahwa kedua calon suami isteri tidak lagi beragama
4. Perkawinan antar agama dapat juga dilakukan oleh sesama warga negara
23
B. Saran
antar agama.
24
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hamzah, Dr., SH, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia Jakarta, 1986.
Satjitpto Rahardjo, Prof. Dr., SH, Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti Bandung,
2000.
Soimin, Soedharyo, SH, Hukum Orang dan Keluarga, Jakarta, Sinar Grafika,
2002
25
Sudikno Mertokusumo, Prof. Dr., SH, Mengenal Hukum suatu pengantar,
Liberty Yogyakarta, 2003.
Usman Adji, Sution, SH, Kawin Lari dan Kawin Antar Agama, Yogyakarta,
Liberty, 1989
Yanggo, Chuzaimah T, DR,H & Hafiz Anshary, Drs, MA, Editor, Problematika
Hukum Islam Kontemporer, Jakarta, Pustaka Firdaus, 1996
www.Indonesialawcenter.com
www.penulislepas.com
26