Anda di halaman 1dari 3

Faktor risiko kanker payudara

Konsentrasi seks hormon endogen dan terapi hormonal

Level estrogen endogen yang tinggi merupakan salah satu faktor risiko kanker
payudara. Sebuah penelitian analisa prospektif menunjukan ada hubungan yang kuat antara
peningkatan kadar sex hormon (total estraiol, free estradiol, estrone, estrone sulfat,
androstenedione, dehydroepiandrosterone, dehidroepiandrosterone sulfat, dan testosteron)
pada wanita post menopause terhadap risiko kanker payudara.

Exemestane , Anastrozole dan letrozole merupakan obat yang menginhibisi enzime


aromatase, sehingga tidak terjadi konversi dari androgen menjadi estrogen. Beberapa
penelitian menyebutkan dengan mengkonsumsi obat tersebut akan menurunkan risiko kanker
payudara. Penelitian prospektive, dengan double blind yang dilakukan NCIC CTG MAP 3
menyebutkan bahwa penggunaan exemestane dapat menurunkan insidensi invasive breast
cancer pada wanita postmenopause sebesar 65%, tanpa ada efek samping obat yang
signifikan. Dan penggunaan anastrozole dapat menurunkan 53% insidensi invasive breast
cancer dan DCIS (ductal carcinoma in situ) dibandingkan dengan penggunakan plasebo. Efek
ini signifikan pada ER positive. Guidline ASCO merekomendasikan pengggunaan
exenmestane sebagai alternatif tamoxifen atau raloxifen untuk menurunkan risiko kanker
payudara , terutama dengan ER postive pada wanita postmenopause.

Hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral dan risiko kanker payudara masih
kontroversial. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral
meningkatkan risiko sebesar 24% dibandingkan dengan wanita yang tidak
mengkonsumsinya. Tapi ada beberapa penelitian lain tidak menunjukan adanya hubungan
antra kontrasepsi orral dengan risiko kanker payudara, hal ini disebabkan karena sudah ada
perubahan formula dalam kontrasepsi oral.

Pada tahun 1990, the Collaboration Group on Hormonal factors in Breast Cancer
mengkonfirmasi bahwa tidak ada hubungan antara durasi penggunaan KO terhadap risiko
kanker payudara. Dalam populasi yang lebih luas dilakukan penelitian prospektif, yang
menunjukan bahwa hanya formulasi yang mengandung triphasyc ethinyl estradiol kombinasi
levonogestrel yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara (RR : 3.05), sehingga
kontrasepsi oral yang tidak mengandung formulas triphasic ini tidak berhubungan dengan
risiko kanker payudara.
Sebuah penelitian retrospektif a population based study (5113 kanker payudara dan
20452 kontrol) menunjukan tidak ada hubungan antara penguunaan IUD levonogestrel
releasing dan risiko kanker payudara.

Penggunaan terapi hormonal postmenopause berhubungan dengan risiko kanker


payudara, tergantung durasi penggunaan, risiko meningkat 15% pada pemakaian 5 tahun dan
34% pada pemakaian 10 tahun. Risiko meningkat jika menggunakan pil kombinasi yang
mengandung esterogen dan progesteron (Conjugated equine esterogen-CEE dan
Medroxyprogesteron acetate-MPA). Penggunaan MPA akan memicu proliferasi sel abnormal
pada jaringan mammae.

Sebuah penelitian yang dilakukan Nurses Health Study (24years follow up,
1359323persons) menunjukan bahwa risiko kanker payudara meningkat 2.5kali pada
pengguna terapi hormon kombinasi esterogen dan testosteron. Insidensi kanker payudara
meningkat 17% pada pengunaan terapi hormon yang mengandung testosteron. Sebuah
penelitian yang dilakukan Woman Health Initiative Study memaparkan bahwa efek samping
dari penggunaan terapi hormon postmenopause ini akan muncul setelah penggunaan selama
2tahun, kemungkinan berhubungan dengan peningkatan densitas jaringan payudara dan
menurunkan sensitifitas mamography, sehingga penderita akan terdiagnosa setalah follow up
2 tahun dengan stadium advance.

Penggunaan hormon kombinasi esterogen dan progesteron akan meningkatkan 3-5%


percent mamographic density(PMD). Dari hasil histopatologi pada peningkatan PMD
berhubungan dengan meningkatnya jumlah sel, total nuclear area (epithel dan non epitel),
kolagen, dan struktur kelenjar.

Pengunaan obat anti-esterogen seperti tamoxifen, raloxifene, dan aromataseinhibitor)


akan menurunkan PMD sebesar 13.5% dalam penggunaan selama lebih 4.5tahun, dan risiko
kanker payudara akan menurun sebesar 52% pada pasien yang mengalami penuurunan PMD
sebesar 10%.

Penggunaan terapi hormon secara sistemik pada wanita menopasue harus dihindari pada
wanita yang memiliki mutasi BRCA1, BRCA2) atau riwayat “first degree” pada keluarga
yang menderita kanker payudara, dan jika ditemukan sel atypical pada biopsi payudara.
Penggunaan terapi kombinasi esterogen progesteron kurang dari 3 tahun tidak berhubungan
dengan peningkatan risiko terjadinya kanker payudara, tapi bisa mengaburkan deteksi dini
kanker payudara.

Anda mungkin juga menyukai