Faktor Risiko Kanker Payudara Jurnal Translate
Faktor Risiko Kanker Payudara Jurnal Translate
Level estrogen endogen yang tinggi merupakan salah satu faktor risiko kanker
payudara. Sebuah penelitian analisa prospektif menunjukan ada hubungan yang kuat antara
peningkatan kadar sex hormon (total estraiol, free estradiol, estrone, estrone sulfat,
androstenedione, dehydroepiandrosterone, dehidroepiandrosterone sulfat, dan testosteron)
pada wanita post menopause terhadap risiko kanker payudara.
Hubungan antara penggunaan kontrasepsi oral dan risiko kanker payudara masih
kontroversial. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penggunaan kontrasepsi oral
meningkatkan risiko sebesar 24% dibandingkan dengan wanita yang tidak
mengkonsumsinya. Tapi ada beberapa penelitian lain tidak menunjukan adanya hubungan
antra kontrasepsi orral dengan risiko kanker payudara, hal ini disebabkan karena sudah ada
perubahan formula dalam kontrasepsi oral.
Pada tahun 1990, the Collaboration Group on Hormonal factors in Breast Cancer
mengkonfirmasi bahwa tidak ada hubungan antara durasi penggunaan KO terhadap risiko
kanker payudara. Dalam populasi yang lebih luas dilakukan penelitian prospektif, yang
menunjukan bahwa hanya formulasi yang mengandung triphasyc ethinyl estradiol kombinasi
levonogestrel yang dapat meningkatkan risiko kanker payudara (RR : 3.05), sehingga
kontrasepsi oral yang tidak mengandung formulas triphasic ini tidak berhubungan dengan
risiko kanker payudara.
Sebuah penelitian retrospektif a population based study (5113 kanker payudara dan
20452 kontrol) menunjukan tidak ada hubungan antara penguunaan IUD levonogestrel
releasing dan risiko kanker payudara.
Sebuah penelitian yang dilakukan Nurses Health Study (24years follow up,
1359323persons) menunjukan bahwa risiko kanker payudara meningkat 2.5kali pada
pengguna terapi hormon kombinasi esterogen dan testosteron. Insidensi kanker payudara
meningkat 17% pada pengunaan terapi hormon yang mengandung testosteron. Sebuah
penelitian yang dilakukan Woman Health Initiative Study memaparkan bahwa efek samping
dari penggunaan terapi hormon postmenopause ini akan muncul setelah penggunaan selama
2tahun, kemungkinan berhubungan dengan peningkatan densitas jaringan payudara dan
menurunkan sensitifitas mamography, sehingga penderita akan terdiagnosa setalah follow up
2 tahun dengan stadium advance.
Penggunaan terapi hormon secara sistemik pada wanita menopasue harus dihindari pada
wanita yang memiliki mutasi BRCA1, BRCA2) atau riwayat “first degree” pada keluarga
yang menderita kanker payudara, dan jika ditemukan sel atypical pada biopsi payudara.
Penggunaan terapi kombinasi esterogen progesteron kurang dari 3 tahun tidak berhubungan
dengan peningkatan risiko terjadinya kanker payudara, tapi bisa mengaburkan deteksi dini
kanker payudara.