Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam kehidupan modern saat ini, sebagian besar orang mengenal bahan
plastik. Kalaupun ada orang yang tidak mengenalnya mungkin orang itu berada di
daerah yang terpencil jauh dari keramian atau sangat jauh dari peradaban manusia
modern, karena penggunaan plastik telah mencapai pelosok-pelosok daerah. Dalam
kehidupan sehari-hari sepertinya plastik tidak bisa dipisahkan dari kita atau dapat
dikatakan kita sangat tergantung dari penggunaan produk-produk dari bahan plastik,
karena plastik mudah diperoleh, dibentuk, ringan, kuat, praktis dan dapat didaur
ulang. Sebagai contoh tiap hari kita menggunakan sikat gigi, gayung, ember, sepatu,
sandal, perlengkapan kosmetik, pembungkus makanan.
Pengunaan plastik sedemikian meluasnya bahkan karena sangat tinggi tingkat
ketergantungan padanya sehingga hampir-hampir sudah tak dapat terpisahkan dari
kehidupan keseharian kita, tak terkecuali untuk kemasan makanan. Tidak heran
karena plastik merupakan bahan pembungkus makanan yang murah harganya, mudah
didapat dan tahan lama. Tanpa memikirkan atau sekedar mau tahu mengenai risikonya
terhadap kesehatan, kemasan makanan dari bahan plastik maupun styrofoam sudah
pasti menjadi pilihan utama karena praktis, ringan, dan bisa digunakan berulang kali.
Di dalam pengemasan bahan pangan terdapat dua macam wadah, yaitu wadah
utama atau wadah yang langsung berhubungan dengan bahan pangan dan wadah
kedua atau wadah yang tidak langsung berhubungan dengan bahan pangan. Wadah
utama harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak terjadi reaksi kimia yang
dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan perubahan lainnya. Selain itu,
untuk wadah utama biasanya diperlukan syarat-syarat tertentu bergantung pada jenis
makanannya, misalnya melindungi makanan dari kontaminasi, melindungi kandungan
air dan lemaknya, mencegah masuknya bau dan gas, melindungi makanan dari sinar
matahari, tahan terhadap tekanan atau benturan dan transparan (Winarno, 1983).
Melindungi bahan pangan dari kontaminasi berarti melindunginya terhadap
mikroorganisme dan kotoran serta terhadap gigitan serangga atau binatang pengerat
lainnya. Melindungi kandungan airnya berarti bahwa makanan di dalamnya tidak

1
boleh menyerap air dari atmosfer dan juga tidak boleh berkurang kadar airnya. Jadi
wadahnya harus kedap air. Perlindungan terhadap bau dan gas dimaksudkan supaya
bau atau gas yang tidak diinginkan tidak dapat masuk melalui wadah tersebut dan
jangan sampai merembes keluar melalui wadah. Wadah yang rusak karena tekanan
atau benturan dapat menyebabkan makanan di dalamnya juga rusak dalam arti
berubah bentuknya (Winarno, 1983).
Pengemasan komoditi hortikultura adalah suatu usaha menempatkan komoditi
segar ke dalam suatu wadah yang memenuhi syarat sehingga mutunya tetap atau
hanya mengalami sedikit penurunan pada saat diterima oleh konsumen akhir dengan
nilai pasar yang tetap tinggi. Dengan pengemasan, komoditi dapat dilindungi dari
kerusakan, benturan mekanis, fisik, kimia dan mikrobiologis selama pengangkutan,
penyimpanan dan pemasaran (Sacharow dan Griffin, 1980).
Pada bagian luar kemasan biasanya dilengkapi dengan etiket (label) dan hiasan
(dekorasi) yang bertujuan untuk: a) memberikan kemudahan dalam
mengidentifikasikan produk yang dikemas, seperti jenis dan kuantitasnya, b)
memberikan informasi tentang merek dagang dan kualitasnya, c) menarik perhatian
pembeli, d) memberikan keterangan pada pembeli tentang cara menggunakan produk
yang dikemas (Sacharow dan Griffin, 1980).
Menurut Erliza dan Sutedja (1987) bahan kemasan harus mempunyai syarat-
syarat yaitu tidak toksik, harus cocok dengan bahan yang dikemas, harus menjamin
sanitasi dan syarat-syarat kesehatan, dapat mencegah kepalsuan, kemudahan
membuka dan menutup, kemuadahan dan keamanan dalam mengeluarkan isi,
kemudahan pembuangan kemasan bekas, ukuran, bentuk dan berat harus sesuai, serta
harus memenuhi syarat-syarat yaitu kemasan yang ditujukan untuk daerah tropis
mempunyai syarat yang berbeda dari kemasan yang ditujukan untuk daerah subtropis
atau daerah dingin. Demikian juga untuk daerah yang kelembaban tinggi dan daerah
kering.
Menurut Winarno, et al. (1986) makanan yang dikemas mempunyai tujuan
untuk mengawetkan makanan, yaitu mempertahankan mutu kesegaran, warnanya
yang tetap, untuk menarik konsumen, memberikan kemudahan penyimpanan dan
distribusi, serta yang lebih penting lagi dapat menekan peluang terjadinya
kontaminasi dari udara, air, dan tanah baik oleh mikroorganisme pembusuk,
mikroorganisme yang dapat membahayakan kesehatan manusia, maupun bahan kimia
yang bersifat merusak atau racun. Beberapa faktor yang penting diperhatikan dalam

2
pengemasan bahan pangan adalah sifat bahan pangan tersebut, keadaan lingkungan
dan sifat bahan pengemas. Sifat bahan pangan antara lain adalah adanya
kecendrungan untuk mengeras dalam kadar air dan suhu yang berbeda-beda, daya
tahan terhadap cahaya, oksigen dan mikroorganis.
Berbagai jenis bahan digunakan untuk keperluan kemasan, diantaranya adalah
bahan-bahan dari logam, kayu, gelas, kertas, papan, dan plastik. Dilihat dari berbagai
macam bahan kemasan yang sangat sering digunakan dan diminati masyarakat yaitu
plastik maka disini akan membahas mengenai tksiklgi plastik dan macan-macam jenis
plastik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa bahan material pembuatan plastik ?
2. Apa saja jenis plastik ?
3. Apa bahaya dari plastik ?
C. Tujuan
1. Mengetahui bahan material pembuatan plastik.
2. Mengetahui jenis-jenis plastik.
3. Mengetahui bahaya dari plastik.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Bahan Material Plastik


Sebagian di antaranya kemasan plastik berasal dari material polyetilen,
polypropilen, polyvinylchlorida (PVC) yang jika dibakar atau dipanaskan bisa
menimbulkan dioksin, yaitu suatu zat yang sangat beracun dan merupakan penyebab
kanker serta dapat mengurangi sistem kekebalan tubuh seseorang. Sehingga menjaga
plastik agar tidak berubah selama digunakan sebagai pengemas makanan merupakan
cara aman untuk menghindari bahaya-bahaya tersebut. Dan bahan utama pembuat
PVC adalah DOP. DOP memang populer digunakan dalam proses plastisasi.
Konsumsi DOP pada industri PVC mencapai 50-70% dari total produksi plasticizer
(senyawa aditif yang ditambahkan ke dalam polimer untuk menambah fleksibilitas
dan daya kerjanya) (Move Indonesia, 2007). Selain efisien, DOP juga memberikan
viskositas yang stabil pada saat aplikasinya pada PVC. Lebih dari itu, harga DOP
paling murah di antara sekitar 300 plasticizer yang dikembangkan, karena proses
sintesanya sederhana dan bahan baku industri petrokimia ini juga melimpah (Move
Indonesia, 2007).
Bahan pembuat plastik dari minyak dan gas sebagai sumber alami, dalam
perkembangannya digantikan oleh bahan-bahan sintetis sehingga dapat diperoleh
sifat-sifat plastik yang diinginkan dengan cara kopolimerisasi, laminasi, dan ekstruksi
(Syarief, et al., 1989). Komponen utama plastik sebelum membentuk polimer adalah
monomer, yakni rantai yang paling pendek. Polimer merupakan gabungan dari
beberapa monomer yang akan membentuk rantai yang sangat panjang. Bila rantai
tersebut dikelompokkan bersama-sama dalam suatu pola acak, menyerupai tumpukan
jerami maka disebut amorp, jika teratur hampir sejajar disebut kristalin dengan sifat
yang lebih keras dan tegar (Syarief, et al., 1988). Menurut Eden dalam Davidson
(1970) dalam Nurminah, Mimi (2002) klasifikasi plastik menurut struktur kimianya
terbagi atas dua macam yaitu:

4
1. Linear, bila monomer membentuk rantai polimer yang lurus (linear) maka akan
terbentuk plastik thermoplastik yang mempunyai sifat meleleh pada suhu tertentu,
melekat mengikuti perubahan suhu dan sifatnya dapat balik (reversible) kepada
sifatnya yakni kembali mengeras bila didinginkan.
2. Jaringan tiga dimensi, bila monomer berbentuk tiga dimensi akibat polimerisasi
berantai, akan terbentuk plastik thermosetting dengan sifat tidak dapat mengikuti
perubahan suhu (irreversible). Bila sekali pengerasan telah terjadi maka bahan
tidak dapat dilunakkan kembali.

B. Jenis-Jenis Plastik
Kode Segitiga Pada Plastik
Kode ini dikeluarkan oleh The Society of Plastic Industry pada tahun 1998 di
Amerika Serikat dan diadopsi oleh lembaga-lembaga pengembangan sistem
kode,seperti ISO (International Organization for Standardization). Ciri umum segitiga
pada plastik :
1. Berada atau terletak di bagian bawah plastik kemasan.
2. Berbentuk segitiga beranak panah searah.
3. Di dalam segitiga tersebut terdapat angka.
4. Serta nama jenis plastik di bawah segitiga.

10 Kode pengenal plastik :

1. 7 buah kelompok
2. 3 tambahan (Linda Windia Sundarti, 2013).

5
1. Jenis Segitiga nomopr 1
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 1 di tengahnya
b. Tulisan PETE atau PET (Polyethylene Terephthalate) di bawah segitiga.
c. Penggunaan dan ciri fisik :
i. Biasa dipakai untuk botol plastik
ii. Berwarna jernih/transparan/tembus pandang seperti botol air mineral,
botol jus, wadah makanan dan hampir semua botol minuman lainnya.
iii. Botol jenis PET/PETE ini direkomendasikan hanya sekali pakai.
2. Jenis Segitiga nomor 2
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 2 di tengahnya
b. Tulisan HDPE di bawah segitiga
c. Penggunaan dan ciri fisik :
i. Biasa dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon
air minum, kursi lipat, dan lain-lain.
ii. Botol plastik jenis HDPE memiliki sifat bahan yang lebih kuat, keras, buram
dan lebih tahan lama terhadap suhu tinggi.
iii. Bahan plastik yang aman digunakan, karena kemampuannya mencegah
reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan
makanan/minuman yang dikemasnya.
iv. HDPE direkomendasikan hanya sekali pakai karena pelepasan senyawa
ntimonitrioksidaterus meningkatseiring waktu.
v. Jenis ini juga dapat digunakan kembali ke untuk bahan lantai ubin, drainase,
botol HDPE baru, pipa, dan lain-lain.

6
3. Jenis Segitiga nomor 3
a. Tertera logo daur ulang (terkadang berwarna merah) dengan angka 3
ditengahnya.
b. Tulisan V di bawah segitiga, V = PVC (polyvinyl chloride).
c. Penggunaan dan ciri fisik :
i. Jenis plastik yang paling sulit didaur ulang.
ii. Plastik ini bisa ditemukan pada plastik pembungkus (cling wrap), dan
botol-botol.
iii. Reaksi yang terjadi antara PVC dengan makanan yang dikemas dengan
plastik ini berpotensi berbahaya untuk ginjal, hati dan berat badan.
iv. Sebaiknya dicari alternatif pembungkus makanan lain (bukan bertanda 3
dan V) seperti plastik yang terbuat dari polietilena atau bahan alami
(misalnya: daun pisang).
4. Jenis Segitiga nomor 4
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 4 di tengahnya.
b. Tulisan LDPE.
c. Penggunaan dan ciri fisik :
i. Plastik tipe cokelat (thermoplastic/dibuat dari minyak bumi).
ii. Biasa dipakai untuk tempat makanan, plastik kemasan, dan botol-botol yang
lembek.
iii. Kuat, agak tembus cahaya.
iv. Fleksibel dan permukaan agak berlemak.
v. Pada suhu di bawah 600C sangat resisten terhadap senyawa kimia.
vi. Daya proteksi terhadap uap air tergolong baik.
vii. Kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen
viii. Plastik ini dapat didaur ulang, baik untuk barang-barang yang memerlukan
fleksibilitas tetapi kuat, dan memiliki resistensi yang baik terhadap reaksi
kimia.
ix. Barang berbahan LDPE ini sulit dihancurkan, tetapi tetap baik untuk tempat
makanan karena sulit bereaksi secara kimiawi dengan makanan yang
dikemas dengan bahan ini.
5. Jenis Segitiga nomor 5
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 5 di tengahnya.
b. Tulisan PP

7
c. Penggunaan dan ciri fisik :
i. Karakteristiknya biasa berupa botol transparan yang tidak jernih atau
berwarna.
ii. Polipropilen lebih kuat dan ringan dengan daya tembus uap yang rendah,
ketahanan yang baik terhadap lemak, stabil terhadap suhu tinggi dan cukup
mengkilap.
iii. Jenis PP (polypropylene) ini adalah pilihan bahan plastik terbaik, terutama
untuk tempat makanan dan minuman seperti tempat menyimpan makanan,
botol minum dan terpenting botol minum untuk bayi.
iv. PPdapat diolah kembalimenjadigarpu, sapu, nampan,dan lain-lain.
6. Jenis Segitiga nomor 6
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 6 di tengahnya.
b. Tulisan PS, Polystyrene.
c. Penggunaan dan ciri fisik :
i. PS biasa dipakai sebagai bahan tempat makan styrofoam, tempat minum
sekali pakai, dan lain-lain.
ii. Polystyrene merupakan polimer aromatik yang dapat mengeluarkan bahan
styrene ke dalam makanan ketika makanan tersebut bersentuhan.
iii. Styrene juga bisa didapatkan dari asap rokok, asap kendaraan dan bahan
konstruksi gedung.
iv. Bila didaur ulang, bahan ini memerlukan proses yang sangat panjang dan
lama.
v. Bahan ini dapat dikenali dengan kode angka 6, namun bila tidak tertera kode
angka tersebut pada kemasan plastik, bahan ini dapat dikenali dengan cara
dibakar (cara terakhir dan sebaiknya dihindari). Ketika dibakar, bahan ini
akan mengeluarkan api berwarna kuning jingga, dan meninggalkan jelaga.
7. Jenis Segitiga nomor 7
a. Tertera logo daur ulang dengan angka 7 di tengahnya.
b. Tulisan OTHER
c. Untuk jenis plastik7 Other ini ada 4 jenis, yaitu :
i. SAN – styrene acrylonitrile
ii. ABS – acrylonitrilebutadienestyrene
iii. PC – polycarbonate
iv. Nylon

8
d. Penggunaan dan ciri fisik :
i. Dapat ditemukan pada tempat makanan dan minuman seperti botol minum
olahraga, suku cadang mobil, alat-alat rumah tangga, komputer, alat-alat
elektronik, dan plastik kemasan.
ii. SAN dan ABS memiliki resistensi yang tinggi terhadap reaksi kimia dan
suhu, kekakuan, dan tingkat kekerasan yang telah ditingkatkan.
iii. Biasanya terdapat pada mangkuk mixer, pembungkus termos, piring, alat
makan, penyaring kopi, dan sikat gigi, sedangkan ABS biasanya
digunakan sebaga ibahan mainan lego dan pipa.
iv. SAN dan ABS merupakan salah satu bahan plastik yang sangat baik untuk
digunakan dalam kemasan makanan ataupun minuman.
v. PC – atau nama Polycarbonate dapat ditemukan pada botol susu bayi,
gelas anak batita (sippy cup), botol minum polikarbonat, dan kaleng
kemasan makanan dan minuman, termasuk kaleng susu formula (Linda
Windia Sundarti, 2013).

C. Bahaya Plastik
Banyak masyarakat yang tidak mengetahui bahaya dari plastik itu sendiri,
apabila kita tidak benar menggunakannya.Beberapa laporan ini menguak sisi lain dari
kemudahan yang diberikan oleh bahan-bahan yang terbuat dari polimer sintetis (Move
Indonesia, 2007).
Plastik
1) Pigmen warna
Ancaman terhadap kesehatan karena pigmendatang dari kantong plastik
berwarna-warni. Masalahnya adalah seringkali tidak diketahui bahan pewarna
yang digunakan. Memang ada pewarna khususuntuk kantong plastik yang aman
untuk makanan. Tetapi di Indonesia jarang ditemukan hal yang demikian.
Biasanya produsen di sini menggunakan pewarna nonfood gradeatau pewarna
yang tidak aman bagi makanan.
Banyak kandungan berbahaya dari kantong plastik (kresek) bisa
mengontaminasi makanan. Bila terkena suhu tinggi, pigmen warna kantong plastik
akan bermigrasi ke makanan.bila makanan yang baru digoreng ditempatkan di

9
kantong kresek, suhu minyak yang tinggi akan menghasilkan kolesterol atau
lemak jenuh yang tinggi pula.
2) Zat beracun dalam Plastik tanpa warna
Menurut ilmu kimia, yang perlu diwaspadai adalah plastik yang tidak
berwarna ini. Semakin jernih, bening, dan bersih plastik tersebut, semakin sering
terdapat kandungan zat kimia yang berbahaya dan tidak aman bagi kesehatan
manusia (Move Indonesia, 2007).
a) Pada segitiga nomor 1
Efek Toksikologi:
i. Bila terlalu sering dipakai, apalagi digunakan untuk menyimpan air
hangat/panas, akan mengakibatkan lapisan polimer pada botol tersebut
meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik (dapat menyebabkan
kanker) dalam jangka panjang.
ii. Terkontaminasinya senyawa ini dalam periode yang lama akan
mengalami iritasi kulit dan saluran pernafasan. Bagi pekerja wanita,
senyawa ini meningkatkan masalah menstruasi dan keguguran, bila
melahirkan, anak mereka kemungkinan besar akan mengalami
pertumbuhan yang lambat hingga usia 12 bulan.
b) Pada segitiga nomor 6
Efek Toksikologi:
i. Bahan ini harus dihindari, karena selain berbahaya untuk kesehatan
otak, mengganggu hormon estrogen pada wanita yang berakibat pada
masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan sistem syaraf, juga karena
bahan ini sulit didaur ulang.
c) Pada segitiga nomor 7
Efek Toksikologi:
ii. Dapat mengeluarkan bahan utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam
makanan dan minuman yang berpotensi merusak sistem hormon,
kromosom pada ovarium, penurunan produksi sperma, dan mengubah
fungsi imunitas.
iii. Dianjurkan tidak digunakan untuk tempat makanan ataupun minuman.
Ironisnya botol susu sangat mungkin mengalami proses pemanasan,
entah itu untuk tujuan sterilisasi dengan cara merebus, dipanaskan

10
dengan microwave, atau dituangi air mendidih atau air panas (Linda
Windia Sundarti, 2013).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Ciri umum segitiga pada plastik adalah berada atau terletak di bagian
bawah plastik kemasan, berbentuk segitiga beranak panah searah, di dalam
segitiga tersebut terdapat angka, serta nama jenis plastik di bawah segitiga.
2. 10 Kode pengenal plastik yaitu 7 buah kelompok dan 3 tambahan.
3. Efek toksikologi pastik berkode 1 yaitu bila terlalu sering dipakai, apalagi
digunakan untuk menyimpan air hangat/panas, akan mengakibatkan lapisan
polimer pada botol tersebut meleleh dan mengeluarkan zat karsinogenik
(dapat menyebabkan kanker) dalam jangka panjang.
4. Efek toksikologi plastik berkode 6 yaitu bahan ini harus dihindari, karena
selain berbahaya untuk kesehatan otak, mengganggu hormon estrogen pada
wanita yang berakibat pada masalah reproduksi, dan pertumbuhan dan
sistem syaraf, juga karena bahan ini sulit didaur ulang.
5. Efek toksikologi plastik berkode 7 yaitu dapat mengeluarkan bahan
utamanya yaitu Bisphenol-A ke dalam makanan dan minuman yang
berpotensi merusak sistem hormon, kromosom pada ovarium, penurunan
produksi sperma, dan mengubah fungsi imunitas.

B. Saran
1. Harus bijak dalam menggunakan plastik, khususnya kode 1, 3, 6, dan 7 (PC),
seluruhnya memiliki bahaya secara kimiawi.
2. Gunakan hanya sekali pakai untuk bahan-bahan berkode recycle.
3. Aman bila menggunakan plastik dengan kode 2, 4, 5, dan 7 (SAN atauABS).

12
DAFTAR PUSTAKA

Erliza dan Sutedja. 1987. Pengantar Pengemasan. Laboratorium Pengemasan, Jurusan TIP.
IPB. Bogor.

Linda Windia Sundarti, 2013, Bahaya Plastik Bagi Kehidupan,


http://www.slideshare.net/artikel-tugas-kimia-dasar-artikel-ilmiah-populer-bahaya-
plastik-bagi-kehidupan

Nurminah, Mimi, 2002, Penelitian Sifat Berbagai Bahan Kemasan Plastik Dan Kertas Serta
Pengaruhnya Terhadap Bahan Yang Dikemas, Digitized by USU digital library.

Sacharow. S. and R.C. Griffin. 1980. Principles of Food Packaging. The AVI Publishing.
Co. Inc. Westport. Connecticut.

Syarief.R., S. Santausa dan Isyana. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan, PAU Pangan
dan Gizi, IPB Bogor.

Winarno, F.G. 1983. Gizi Pangan, Teknologi dan Konsumsi. Penerbit Gramedia. Jakarta.
Winarno, F.G., Srikandi F. dan Dedi F. 1986. Pengantar Teknologi Pangan.
Penerbit PT. Media. Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai