Anda di halaman 1dari 10

PETUNJUK MEMBACA HASIL TES LAB

Translated by Budi Silaban (Budi.Silaban@shell.com)


from Shell Care Operator’s Guide
11 June 2007
1. ANALISA DEGRADASI DAN KONTAMINASI PELUMAS

1.1. Viskositas
Apakah Viskositas Itu?
Viskositas adalah ukuran kekentalan cairan dalam satuan centistokes (cSt). 1 cSt adalah
besarnya viskositas air pada temperatur kamar dan tekanan normal. Untuk tes lab, kita hanya
mempertimbangkan faktor temperatur pada suhu 40°C atau 100°C.

Sebab dan Akibat


Viskositas pelumas dapat berubah-ubah selama pemakaian akibat degradasi dan kontaminasi.
Efek dari perubahan ini ditandai pengentalan ataupun pengenceran pelumas. Pada beberapa
kasus, viskositas pelumas yang sebenarnya seolah-olah terselubung. Sebagai contoh, sebuah
sample pelumas bekas menunjukkan angka viskositas yang masih dalam rentang toleransi
aman, namun ternyata hal itu terjadi karena adanya fuel dilution (berakibat pada penurunan
viskositas) dan kontaminasi soot (berakibat pada kenaikan viskositas) secara bersamaan.

Hal-hal yang dapat mengakibatkan naik-turun-nya viskositas pelumas antara lain:

Efek Penyebab Keterangan

Hasil oksidasi adalah karbon dengan molekul-molekul yang lebih


besar daripada pelumas yang masih baru, sehingga kekentalan
Oksidasi pelumas pun bertambah. Selain kenaikan viskositas, Efek oksidasi
pada pelumas juga ditandai oleh kenaikan kandungan asam.
Kenaikan viskositas

Bila kemampuan engine oil dalam mendispersasikan soot


berkurang, maka partikel-partikel karbon (soot) yang tidak
Soot terdispersi akan cenderung berkumpul menjadi partikel yang lebih
besar. Partikel yang besar ini akan menambah kekentalan pelumas
.
Top-up grade Bila untuk top-up digunakan pelumas dengan grade yang tidak
lain sama, maka viskositas pelumas dapat berubah.
Selain menimbulkan korosi, air juga menyebabkan kenaikan
viskositas. Sebagai gambaran, kontaminasi air sebesar 2% dapat
Air
menaikkan viskositas sebesar 5%, sementara kontaminasi air
sebesar 6% dapat menaikkan viskositas sebesar 10%.
Kontaminasi bahan bakar pada pelumas dapat dideteksi melalui
Penurunan viskositas

Bahan bakar keberadaan partikel-partikel hidrokarbon yang mudah menguap,


yang tidak dapat ditemui pada pelumas baru.
Top-up grade Bila untuk top-up digunakan pelumas dengan grade yang tidak
lain sama, maka viskositas pelumas dapat berubah.
Oli multigrade mengandung aditif Viscosity Index Improvers. Pada
Permanent
kondisi shear stress yang tinggi, aditif tersebut dapat terdegradasi
shear loss
dan karakter multigrade pun hilang.

1
Batas Toleransi
Toleransi perubahan viskositas adalah sebesar ± 20% dari viskositas asli. Beberapa OEM juga
menentukan limit toleransi perubahan viskositas yang mungkin berbeda.

Mesin turbin dan mesin-mesin yang terdapat pada steel mill dan paper mill, yang biasanya
memiliki circulation system, pada umumnya memiliki toleransi perubahan viskositas yang
lebih kecil, biasanya ± 5%. Namun, perubahan sifat-sifat anti-corrosion, air release, dan
demulsibility dapat menjadi bukti awal bahwa telah terjadi perubahan viskositas yang cukup
signifikan.

1.2. Air

Sebab dan Akibat


Air yang terdapat dalam sistem yang akan dilumasi biasanya muncul akibat kondensasi,
kebocoran, ataupun penyimpanan pelumas yang tidak baik.

Kondensasi dapat terjadi pada mesin yang beroperasi “stop-start” pada kondisi lingkungan
yang lembab dan pada mesin yang beroperasi pada temperature mendekati titik didih air.
Dengan demikian, instalasi breather yang memiliki pengering sangat diperlukan.

Penyimpanan drum pelumas yang tidak baik juga dapat mengakibatkan air masuk ke dalam
drum pelumas melalui mekanisme pernapasan (pemuaian dan penyusutan). Penyimpanan
yang benar adalah dengan meletakkan drum pada posisi horizontal dimana kedua tutup
pelumas ada diposisi jarum jam 3 dan 9.

Pada mesin diesel / bensin, kontaminasi air dapat terjadi karena kebocoran sistem pendingin,
dan kerusakan seal. Pada kasus-kasus ini, biasanya terdapat unsur glycol pada sample
pelumas.
Efek yang ditimbulkan oleh kontaminasi air adalah keausan (wear), sehingga dapat
mengurangi usia komponen mesin. Selain menyebabkan keausan, kontaminasi air juga
menyebabkan kenaikan viskositas pelumas, yang dapat digambarkan sebagai berikut:

• Kontaminasi air sebesar 2% dapat menyebabkan 5% kenaikan viskositas


• Kontaminasi air sebesar 6% dapat menyebabkan 15% kenaikan viskositas

Batas Toleransi
Batas toleransi kandungan air (water content) dalam pelumas adalah maksimum 0.1%.

Kebocoran sistem pendingin mesin diesel / bensin belum tentu menyebabkan adanya air pada
pelumas. Namun kebocoran tersebut dapat diidentifikasi lewat unsur-unsur boron, silicon,
atau sodium pada pelumas.

1.3. Kontaminasi oleh Bahan Bakar


Sebab dan Akibat
Kontaminasi oleh bahan bakar dapat terjadi karena saluran bahan bakar yang bocor,
kerusakan injektor, pompa, piston ring, ataupun mekanisme distribusi pelumas.

Batas Toleransi
Batas toleransi kontaminasi oleh bahan bakar adalah maksimum 3%.

2
1.4. Soot Index (hanya untuk engine oil)

Apakah soot index itu?


Soot index adalah ukuran banyaknya partikel-partikel hasil pembakaran bahan bakar dan
pelumas dalam sample pelumas, seperti karbon, silica, dan lain-lain.

Sebab dan Akibat


Soot adalah produk pembakaran bahan bakar yang tidak sempurna, yang menghasilkan
partikel-partikel karbon, bukan karbon monooksida. Kebanyakan partikel-partikel soot
tersebut terbuang lewat gas buang, namun sebagian dapat melewati ruang bakar dan menjadi
kontaminan bagi pelumas. Disinilah tugas pelumas, terutama aditif dispersant, untuk
mendispersikan partikel-partikel soot tersebut.

Kondisi engine dan pengoperasiannya dapat mempengaruhi banyaknya soot pada engine oils.
Sebagai contoh, pola penyemprotan pelumas yang buruk, jeda waktu injeksi, ring piston yang
kurang baik, dan intake udara yang terhambat dapat mempercepat pembentukan soot.
Umumnya, pada kondisi operasi konstan (beban dan konsumsi bahan bakar konstan), jumlah
soot dapat diprediksi seiring dengan lamanya waktu operasional pelumas.

Karena jumlah aditif dispersant pelumas semakin lama semakin berkurang, maka semakin
mungkin pula partikel-partikel soot tidak terdispersi dan berkelompok menjadi partikel yang
lebih besar. Hal tersebut mengakibatkan kenaikan viskositas pelumas dan menimbulkan
abrasi pada permukaan logam. Partikel yang besar tersebut juga cenderung akan membentuk
deposit pada engine, sludge (lumpur), dan blocking. Dengan demikian, keberadaan partikel
soot dan kinerja aditif dispersant perlu dimonitor.
Batas Toleransi
Batas toleransi jumlah soot dalam pelumas tergantung kepada kapasitas pelumas dalam
menangani soot. Bila hasil tes lab menunjukkan bahwa jumlah soot tinggi, sebaiknya cek
kenaikan viskositas pelumas dan wear metal (logam-logam keausan) didalam sample.

1.5. Alkalinity
Apakah alkalinity itu?
Alkalinity adalah indicator banyaknya aditif yang tersisa dalam sample pelumas, dengan
demikian juga akan dapat menunjukkan kinerja pelumas tersebut selanjutnya.

Sebab dan Akibat


Engine oil mengandung aditif yang didesain untuk mencegah korosi yang dapat ditimbulkan
oleh adanya unsur belerang (sulphur) pada bahan bakar dan produk-produk hasil pembakaran.
Aditif ini adalah alkaline.

Batas Toleransi
Penilaiannya bersifat kualitatif.

1.6. Total Base Number (TBN) – hanya untuk engine oil


Apakah TBN itu?
TBN adalah ukuran kemampuan pelumas untuk menetralisasikan produk-produk yang
bersifat asam, yang merupakan hasil pembakaran bahan bakar yang mengandung sulphur.

3
TBN pelumas mengindikasikan sisa aditif anti-oksidan yang tersisa dalam engine oil,
sehingga dengan demikian memberikan gambaran mengenai kinerja pelumas yang tersisa.

Sebab dan Akibat


Engine oil mengandung aditif detergent dan dispersant. Kedua aditif ini bertugas
menetralisasikan produk-produk oksidasi yang bersifat asam, mencegah sludge (lumpur), dan
deposit. Setiap kali menetralisasikan asam, aditif detergent tersebut juga ikut ternetralkan,
dengan demikian TBN juga turun. Namun TBN bisa naik lagi bila dilakukan top-up.

TBN yang rendah juga dapat disebabkan oleh pembakaran yang buruk, blow-by yang
berlebihan, ataupun pelumas tersebut tercampur dengan pelumas lain dengan TBN yang
rendah.

Batas Toleransi
Batas toleransi TBN adalah minimum 5 mgKOH/g. Beberapa OEM juga merekomendasikan
batas minimum TBN yang lain.

1.7. Total Acid Number (TAN), Oksidasi, Nitrasi - untuk non engine oil
Apakah TAN itu?
TAN adalah ukuran banyaknya produk-produk bersifat asam hasil oksidasi yang terkandung
didalam sample pelumas. Keasaman sample pelumas diukur dari banyaknya senyawa
potassium hydroxide (mgKOH/g) yang dibutuhkan untuk menetralkan asam. Pengukuran
dilakukan dengan proses titrasi.

Proses oksidasi dan nitrasi melibatkan unsur oksigen dan nitrogen dalam udara. Produk
oksidasi dan nitrasi kompleks, namun efeknya dapat dikenali dari naiknya viskositas dan
TAN.

Sebab dan Akibat


TAN akan meningkat selama pemakaian pelumas dengan pola kenaikan yang tidak linear.
Aditif yang berperan penting dalam mengendalikan produksi asam adalah aditif anti-oksidan.
Selama aditif tersebut masih terdapat dalam pelumas, maka TAN akan cenderung stabil. Bila
aditif tersebut sudah mulai berkurang atau habis, maka TAN akan naik dengan cepat.

Peningkatan keasaman akan berdampak pada munculnya keausan akibat korosi yang
ditimbulkan oleh asam tersebut. Pelumas yang baru, pada dasarnya memiliki keasaman yang
tinggi akibat adanya aditif anti-rust. Namun, segera setelah pelumas baru tersebut difungsikan
didalam mesin, maka keasamannya akan turun, dan cenderung stabil untuk sekian lama,
selanjutnya akan naik kembali akibat semakin berkurangnya aditif anti-oksidan, seperti yang
telah dijelaskan diatas.

Temperatur operasi yang tinggi dan adanya oksigen akan mempercepat oksidasi. Untuk
temperature operasi diatas 75ºC, setiap kenaikan 10ºC akan mempercepat oksidasi sebanyak
dua kali lipat, dan dapat lebih tinggi lagi pada natural gas engine.
Kecepatan oksidasi juga dipengaruhi oleh kontaminan dan logam-logam keausan, yang
merupakan katalis (pemercepat proses) oksidasi itu sendiri. Misal, logam-logam keausan
seperti tembaga dan baja dapat mempercepat proses oksidasi, seperti halnya air.

Batas Toleransi  Akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

4
1.8. Dispercancy

Apakah Dispercancy itu?


Dispercancy adalah kemampuan pelumas untuk menahan karbon (soot) dalam suspensi

Sebab dan Akibat


Aditif dispercancy bertugas untuk menahan partikel-partikel hasil pembakaran yang berupa
karbon (soot) agar tetap dalam suspensi, dengan cara “menyelimuti” molekul karbon agar
tidak bergabung dengan molekul karbon lain dan membentuk partikel yang lebih besar lagi
(seperti sludge atau lumpur). Aditif ini akan berkurang seiring dengan lamanya operasi.

1.9. Appearance / Penampakan


Apakah Appearance itu?
Appearance adalah perbandingan penampakan visual antara pelumas baru dengan sample, dan
merupakan jenis uji pelumas yang paling mudah.

Appearance Secara Umum


1. Sample terlihat seperti susu (cenderung putih) mengindikasikan adanya kontaminasi
pelumas oleh air
2. Sample terlihat hitam gelap mengindikasikan pelumas teroksidasi

5
2. PETUNJUK DIAGNOSA HASIL TES LAB
Bagian ini merupakan petunjuk diagnosa wear metal level (banyak & jenis logam keausan)
dan kondisi pelumas, termasuk mengidentifikasi sumber kontaminasi dan keausan. Perlu
diingat bahwa batas maksimum banyaknya logam kausan berbeda-beda tergantung pada tipe
peralatan, kondisi operasi, beban, Oil Drain Intervals (interval penggantian pelumas), dan Oil
Top-Up Rates (frekuensi top-up pelumas).

2.1. Petunjuk Diagnosa Sample Engine Oils

6
Test Batas Toleransi Penyebab
Viskositas Tinggi:
Banyaknya kontaminan, pelumas yang teroksidasi,
banyaknya soot (karbon), blow-by, penambahan
pelumas dengan viskositas lebih tinggi, adanya glycol
Viskositas pada ± 20% dari viskositas
suhu 100ºC tipikal
Viskositas Rendah:
Fuel dilution, penambahan pelumas dengan viskositas
lebih rendah

Kebocoran saluran bahan bakar, kebocoran pompa,


dribbling injectors, pompa injeksi aus, pola
Fuel Dilution > 3%
penyemprotan yang tidak efisien

Kebocoran sistem pendingin, kondensasi akibat


ruangan crankcase yang dingin, penyimpanan dan
Air > 0.1%
penanganan drum pelumas yang kurang baik

Light
Pembakaran yang kurang baik, blow-by yang
Soot (karbon) Medium
berlebihan
High
Dispercancy yang buruk merupakan indikasi bahwa
Good  > 80% aditif tidak mampu lagi menangani soot (karbon). Hal
Dispercancy Moderate  75-80% ini tergantung kepada kesehatan mesin, blow-by,
Poor  < 75% kecepatan injeksi bahan bakar, dll

TBN turun akibat proses netralisasi produk-produk


TBN <5 asam hasil oksidasi

Bila dalam report hasil uji lab menyatakan bahwa


sample mengandung alkaline, hal ini
Alkaline Netral atau asam mengindikasikan bahwa pelumas tersebut masih
mengandung aditif yang masih dapat digunakan

7
2.2. Petunjuk Diagnosa Sample Hydraulic Oils

Test Batas Toleransi Penyebab


Viskositas Tinggi:
Kontaminasi oleh air, kontaminasi oleh pelumas lain
dengan viskositas lebih tinggi
Viskositas pada ± 20% dari viskositas
suhu 40ºC tipikal Viskositas Rendah:
Kontaminasi oleh pelumas lain dengan viskositas
lebih rendah

TAN Oksidasi pelumas akibat naiknya temperature operasi


> 0.1
(mgKOH/g)
Kontaminasi oleh air menyebabkan pelumas terlihat
Appearance
Tidak bersih / cerah seolah-olah seperti susu
(penampakan)
Kontaminasi oleh pelumas selain pelumas hidrolik
Bau Tidak normal
Kondensasi, penyimpanan dan penanganan pelumas
yang kurang baik, filter ter-blok, ataupun tidak
Air > 0.1% (1000 ppm)
adanya filter dalam tangki.

8
2.3. Petunjuk Diagnosa Sample Gear Oils

Test Batas Toleransi Penyebab


Viskositas Tinggi:
Oksidasi, air yang ter-emulsi dalam pelumas,
kontaminasi oleh pelumas dengan viskositas lebih
tinggi
Viskositas pada ± 20% dari viskositas
suhu 100ºC tipikal
Viskositas Rendah:
Kontaminasi oleh pelumas dengan viskositas lebih
rendah

Kondensasi, penyimpanan dan penanganan pelumas


Air > 0.2% (2000 ppm) yang kurang baik, kap filter yang tidak di-seal

Anda mungkin juga menyukai