Anda di halaman 1dari 83

DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :

DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 1

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

BAB I
PENDAHULUAN

Mutu pelumas selalu mengalami perubahan dan berkembang menurut


kebutuhannya. Banyak factor yang telah mendorong terjadinya perubahan mutu
pelumas, antara lain perubahan design dan konstruksi mesin serta kemajuan teknologi
bahan kimia tambahan (aditif) dalam memenuhi kebutuhan mesin. Dewasa ini,
adanya keinginan untuk memperpanjang masa penggantian pelumas motor, kebijakan
dalam penghematan energi dan peraturan-peraturan yang semakin ketat tentang
pencemaran udara akibat gas buang kendaraan bermotor, juga memberikan kontribusi
yang cukup besar terhadap perubahan mutu dan formulasi pelumas.
Dengan demikian perkembangan mutu pelumas motor sekarang ini masih
belum mencapai titik puncaknya, walaupun selama ini telah dicapai kemajuan-
kemajuan yang sangat pesat.
Bertolak dari kenyataan bahwa mutu pelumas tidak dapat dinilai dengan cara
melihat bentuk fisiknya saja atau dengan merasakannya dengan panca indera, maka
untuk dapat mengetahui dan memahami mutu (unjuk kerja/kemampuan kerja) dari
pelumas kita harus mengetahui bagaimana mutu pelumas ini dirumuskan berdasarkan
spesifikasi yang ditetapkan oleh lembaga baik sipil maupun militer. Yang dimaksud
dengan spesifikasi disini adalah suatu ketentuan/persyaratan/target yang harus dicapai
oleh suatu pelumas dalam uji kemampuan dengan menggunakan mesin penguji
tertentu. Batas maksimum atau minimum dari persyaratan target ditentukan oleh
pembuat spesifikasi.
Dalam hal pelumas yang diuji dan telah lulus persyaratan pengujian tertentu
maka dikatakan minyak pelumas tersebut memenuhi spesifikasi tertentu, misalnya
spesifikasi MIL-L-2104D atau Caterpillar Series 3 dan sebagainya. Tinggi rendahnya
mutu pelumas yang telah memenuhi salah satu spesifikasi seperti tersebut diatas
tentunya tergantung dari berat ringannya persyaratan pengujiannya. Perbedaan

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 2

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

kualitas masih belum terlihat jelas disini, karena masing masing pihak menentukan
sendiri spesifikasinya, maka disinilah kelemahan dari sistem ini.

TUJUAN PEMBELAJARAN UMUM

Setelah mengikuti mata diklat ini diharapkan peserta diklat mengetahui beberapa
jenis produk pelumas.

TUJUAN PEMBELAJARAN KHUSUS

Setelah mengikuti mata diklat ini diharapkan peserta diklat mampu :


1. mengetahui signifikansi hasil uji pelumas
2. mengetahui klasifikasi pelumas
3. mengetahui aplikasi pelumas
4. mengetahui adanya oksidasi dan kontaminasi pelumas
5. penyimpanan dan penanganannya

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 3

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

BAB II
KLASIFIKASI PELUMAS

American Petroleum Institute (API), American Society of Testing and


Material (ASTM) dan Society of Automotive Engineers (SAE) selaku lembaga
peneliti yang netral mengembangkan suatu sistem penggolongan mutu pelumas yang
lebih praktis dan dapat menghubungkan beberapa kepentingan dalam penetapan
spesifikasi pelumas.

A. Spesifikasi Berdasarkan API


API membagi klasifikasi pelumas berdasarkan penggunaannya menjadi dua
bagian, yaitu :
1. Klasifikasi pelumas untuk mesin kendaraan bermotor
2. Klasifikasi pelumas untuk roda gigi (gardan) dan transmisi manual

a.1. Klasifikasi pelumas untuk mesin kendaraan bermotor


Sistem klasifikasi kinerja (performance) API untuk minyak lumas mesin
Bensin dan Diesel adalah sebagai berikut :

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 4

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 5

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 6

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

a.2. Klasifikasi pelumas untuk roda gigi (gardan) dan transmisi manual pada
kendaraan bermotor

Kemampuan kerja pelumas roda gigi (gardan) dan transmisi kendaraan


ditentukan berdasarkan API service Classification atau berdasarkan US. Military
Spasification. API Classification sendiri membagi kemampuan kerja pelumas untuk
roda gigi (gardan) dan transmisi kendaraan sebagai berikut :

GL 1 : Dimaksudkan untuk pelumasan Spiral Bevel, Worm Gear Axle atau


Transmisi manual kendaraan dengan kondisi operasi ringan yang
memerlukan pelumasan cukup dengan stright mineral oil.
Penggunaan Umum : Transmisi pada Truck dan Traktor
GL 2 : Dimaksudkan untuk kondisi operasi yang lebih berat dari API GL 1,
dan bila pelumasan dengan GL 1 kurang memuaskan.
Penggunaan Umum : Transmisi gigi ulir dan roda gigi industri

GL 3 : Dimaksudkan untuk kondisi operasi yang moderat baik kecepatan


maupun bebannya.
Penggunaan Umum : Transmisi manual dan gardan dengan gigi
Spiral Bevel
GL 4 : Dimaksudkan untuk pelumasan roda gigi hypoid dan lain kendaraan
yang kondisi operasinya : kecepatan tinggi dengan torque rendah atau
kecepatan rendah dengan torque tinggi
Penggunaan umum : Transmisi manual, Spiral Bevel, dan Hypoid
dengan tugas kerja sedang
GL 5 : Dimaksudkan terutama untuk pelumasan roda gigi jenis Hypoid atau
lain peralatan kendaraan yang kondisi operasinya : kecepatan tinggi
dengan beban kejut atau kecepatan tinggi dengan torque rendah atau
kecepatan rendah dengan torque tinggi.
Penggunaan umum : Hypoid dengan tugas kerja sedang atau berat

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 7

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

juga untuk Transmisi manual

B. Spesifikasi Berdasarkan SAE


SAE membagi klasifikasi pelumas berdasarkan kekentalan/viskositas menjadi
dua bagian, yaitu :
1. Klasifikasi pelumas untuk mesin kendaraan bermotor
2. Klasifikasi pelumas untuk roda gigi (gardan) dan transmisi manual pada
kendaraan bermotor

b.1. Klasifikasi pelumas untuk mesin kendaraan bermotor


SAE Recommended Practice J300d mengklasifikasikan pelumas untuk
penggunaan mesin kendaraan yang viskositasnya ditentukan pada suhu 100 oC atau
pada 18 oC.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 8

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 9

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Pada klasifikasi ini, grade pelumas dengan akhiran W memiliki makna khusus yaitu
pelumas tersebut dapat dioperasikan pada temperatur ambient yang rendah.
Sedangkan grade pelumas tanpa akhiran W memiliki makna khusus yaitu pelumas
tersebut tidak bisa dioperasikan pada temperatur ambient yang rendah. Tetapi minyak
pelumas bisa saja diformulasikan untuk bisa digunakan pada suhu ambient -18 oC
(dengan salah satu grade dengan notasi W pada tabel diatas) dan bisa pula digunakan
pada suhu ambient 100 oC (dengan salah satu grade yang tanpa akhiran W pada tabel
diatas). Misalnya, minyak pelumas yang diformulasikan untuk bisa dioperasikan pada
suhu ambient -18 oC dengan kode grade 10W dan minyak pelumas ini dapat pula
dioperasikan pada suhu ambient 100 oC dengan kode grade 40, maka penulisannya
dapat dikodekan menjadi SAE 10W 40, dan kode ini dapat pula diartikan sebagai
pelumas Multigrade atau Multiviscosity Oil. Biasanya pelumas multigrade ini
menggunakan aditif VI improver dan synthetic lubricating oil base.

b.2. Klasifikasi pelumas untuk roda gigi (gardan) dan transmisi manual
SAE Recommended Practice J306c mengklasifikasikan pelumas untuk
penggunaan kendaraan bermotor dengan transmisi manual dan roda gigi (gardan)
yang viskositasnya diukur pada suhu 100 oC, serta dilakukan pula pengukuran
temperatur terendah yang bisa dicapai saat viskositas pelumas 150.000 cP
(pengukuran viskositas pelumas pada suhu rendah dilakukan dengan metode uji
ASTM D 2983)

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 10

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Pelumas multigrade seperti SAE 80W 90 atau 85W 140 bisa juga diformulasikan
berdasarkan tabel diatas. Batasan viskositas 150.000 cP ini dipilih berdasarkan data
hasil test dari gagalnya sistem pelumasan terhadap ujung bearing roda gigi yang
viskositas pelumasnya melebihi 150.000 cP.

PERKEMBANGAN KLASIFIKASI API SERVICE QUALITY SAAT INI


Saat ini telah terjadi perubahan terhadap klasifikasi minyak pelumas untuk Gasoline
Engine dan Diesel Engine, yaitu sebagai berikut :
a. klasifikasi komersial S untuk gasoline engine
b. klasifikasi komersial C untuk diesel engine

A. Klasifikasi Komersial S untuk Gasoline Engine

SH untuk kendaraan bermesin bensin keluaran tahun 1994


Klasifikasi SH diadopsi pada tahun 1992 dan direkomendasikan untuk mesin
kendaraan penumpang dan truck ringan keluaran tahun 1993 berbahan bakar gasoline.
Kategori ini melebihi persyaratan performa dari API SG Spesification untuk
kendaraan keluaran tahun 1989 1992, yang mana persyaratan API SG ini sudah
tidak digunakan lagi. Semua kendaran yang memerlukan pelumas dengan klasifikasi
API SG bisa menggunakan pelumas dengan klasifikasi SH. Dikeluarkannya
klasifikasi baru (API SH) karena berkaitan dengan deposit control, oksidasi, korosi,
keausan, dan pergantian.

SJ untuk kendaraan bermesin bensin keluaran tahun 1997


Klasifikasi SJ diadopsi pada tahun 1996 dan direkomendasikan untuk mesin
kendaraan penumpang dan truck ringan keluaran tahun 1997. Kendaraan yang
mempersyaratkan menggunakan pelumas dengan klasifikasi API SH dapat
menggunakan pelumas dengan klasifikasi API SJ.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 11

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

SL untuk kendaraan bermesin bensin keluaran tahun 2001


Klasifikasi ini direkomendasikan untuk kendaraan penumpang bermesin bensin dan
truck ringan. Dimana rekomendasi penggunaan klasifikasi ini diluncurkan pada Juli
tahun 2001. Klasifikasi SL diformulasikan untuk memiliki kemampuan mengontrol
deposit pada temperatur tinggi dengan penggunaan pelumas yang rendah. Kendaraan
yang dipersyaratkan dengan menggunakan pelumas dengan klasifikasi API SJ dapat
menggunakan pelumas dengan klasifikasi API SL. Beberapa pelumas dengan
klasifikasi API SL juga memenuhi spesifikasi terakhir dari ILSAC.

SM untuk kendaraan penumpang bermesin bensin terbaru keluaran tahun 2004 (spec
terbaru)
Spesifikasi ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 2004. pelumas dengan
klasifikasi SM diformulasikan agar tahan dari proses oksidasi, mencegah adanya
deposit dan keausan dan meningkatkan performa pada temperatur rendah. Klasifikasi
pelumas API SM ini juga memenuhi klasifikasi dari ILSAC terbaru.

B. Klasifikasi Komersial C untuk Diesel Engine

CF untuk Off-Road Indirected Diesel Engine Service keluaran tahun 1994


Klasifikasi API Service kategori CF digunakan untuk typikal mesin diesel off road
dengan sistem injeksi tak langsung dan mesin diesel lain yang menggunakan beragam
tipe bahan bakar, termasuk bahan bakar yang berkadar belerang tinggi (lebih dari 0,5
% wt). Pelumas dengan klasifikasi ini efektif untuk mengontrol deposit di piston,
keausan, dan korosi pada lapisan lempeng tembaga yang terdapat di bearing, serta
cocok untuk mesin diesel yang dilengkapi dengan turbocharger dan supercharger.
Kendaran mesin diesel yang sebelumnya di rekomendasikan menggunakan pelumas
dengan klasifikasi API CD dan CE bisa menggunakan pelumas dengan klasifikasi
API CF.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 12

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

CF-2 untuk mesin Diesel 2 Langkah


API Service kategori CF-2 menunjukkan tugas khusus mesin 2 langkah yang
membutuhkan pengontrolan yang sangat efektif terhadap keausan pada silinder dan
permukaan cincin serta deposit. Pelumas yang didesain untuk tugas ini telah ada sejak
tahun 1994 dan dapat dipergunakan oleh kendaraan bilamana sebelumnya kendaraan
ini telah direkomendasikan menggunakan pelumas dengan klasifikasi API CD II.
Pelumas ini tidak perlu memenuhi persyaratan CF-4 atau CF, kecuali jika telah lulus
uji kategori ini.

CF-4 untuk mesin kendaraan Diesel 4 langkah keluaran tahun 1990


Klasifikasi API CF-4 diperuntukan khusus mesin diesel 4 langkah yang diperlengkapi
dengan turbocharger, khususnya model terakhir, dimana penggunaan pelumas
kategori ini akan memberikan emisi yang terendah. Mesin kendaraan ini biasanya
digunakan untuk truck dengan tugas berat. API CF-4 ini persyaratannya melebihi
kategori API CE, serta dapat digunakan untuk kendaraan yang sebelumnya
menggunakan pelumas dengan klasifikasi CC, CD dan CE. Pelumas kategori CF-4 ini
efektif untuk mengontrol adanya deposit di piston dan hemat penggunaan pelumas.
Klasifikasi CF-4 ini telah memenuhi spesifikasi dari Caterpillars Engine
Requirements, juga Mack Truck (T-6 dan T-7), serta Cummins (NTC-400) multi
cylinder engine test criteria.

CG-4 untuk mesin Diesel 4 langkah tugas berat keluaran tahun 1995
API Service kategori CG-4 merupakan pelumas yang dipergunakan untuk mesin
diesel 4 langkah dengan kecepatan tinggi yang dipergunakan baik dalam tugas berat
di jalan bebas hambatan, dimana bahan bakar yang digunakan mengandung kadar
belerang kurang dari 0,05% wt sampai dengan kurang dari 0,5 % wt. Pelumas
kategori ini efektif untuk mengontrol deposit pada piston pada temperatur tinggi,
keausan, korosi, pembusaan, oksidasi serta akumulasi jelaga. Klasifikasi ini bisa pula

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 13

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

digunakan untuk kendaraan yang sebelumnya telah diipersyaratkan menggunakan


pelumas klasifikasi Api CD, CE, dan CF-4.

CH-4 untuk kendaraan bermesin Diesel keluaran tahun 1999


Pelumas dengan klasifikasi API service kategori CH-4 digunakan untuk kendaraan 4
langkah dengan putaran tinggi yang digunakan di jalan bebas hambatan dan off road.
Klasifikasi CH-4 efektif untuk mengontrol adanya deposit yang berlebih, keausan,
korosi, stabilitas oksidasi dan akumulasi jelaga yang berlebihan. Klasifikasi ini juga
sesuai dengan persyaratan standard emisi udara tahun 1999. Klasifikasi ini juga bisa
digunakan untuk kendaraan yang sebelumnya menggunakan pelumas dengan
klasifikasi CG-4. Klasifikasi CH-4 didesain untuk mesin diesel yang menggunakan
bahan bakar diesel dengan kandungan sulfur 0,5 %wt

CL-4 untuk kendaraan mesin Diesel tugas berat keluaran tahun 2002
Pelumas dengan klasifikasi API service kategori CL-4 digunakan untuk kendaraan
bermesin diesel 4 langkah putaran tinggi, dimana untuk memenuhi standard emisi
udara tahun 2004. Klasifikasi ini dirancang untuk kendaraan mesin diesel yang
menggunakan bahan bakar diesel dengan kandungan sulfur sampai dengan 0,05%wt.
Pelumas ini sangat efektif untuk menjaga ketahanan mesin pada temperatur tinggi dan
rendah, korosi, dan keausan, pengurangan terbentuknya jelaga, mengontrol deposit
pada pston, mengontrol keausan pada sistem valve, mengontrol oksidasi, mencegah
terbentuknya busa serta mencegah penurunan viskositas akibat gesekan. Klasifikasi
ini juga untuk mesin diesel yang dilengkapi dengan sistem exhaust gas recirculation
dan komponen emisi gas buang lainnya.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 14

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

KLASIFIKASI PELUMAS INDUSTRI


International Organization for Standardization (ISO) std. 3448
mengklasifikasikan kekentalan pelumas khusus untuk industri yang mana ISO
Viscosity Grade ini disepakati bersama oleh ASTM, ASLE, BSI dan DIN pada tahun
1975. Kegunaan sistem ISO ini untuk menyeragamkan tingkat kekentalan dalam
Kinematic Viscosity at 40 oC agar memudahkan dalam memilih kekentalan
pelumas industri yang cocok dalam penggunaannya.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 15

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

BAB III
KARAKTERISTIK FISIKA DAN KIMIA MINYAK PELUMAS

Ada berbagai macam uji karakteristik fisika dan kimia yang mana sangat
berguna sekali sebagai informasi untuk mengetahui sifat-sifat dari minyak pelumas.
Tetapi bagaimanapun juga kualitas dan performa dari pelumas tidaklah cukup hanya
digambarkan berdasarkan test uji fisika dan kimia saja. Sebagian besar konsumen
pelumas, seperti, konsumen dari militer dan beberapa konsumen komersial lainnya
juga mencantumkan uji fisika dan kimia lainnya yang sesuai dengan spesifikasi yang
mereka harapkan.
Uji fisika dan kimia sangat berarti sekali untuk menjaga keseragaman dalam
pembuatan produk pelumas. Uji fisika dan kimia juga sangat berarti sekali dalam
pengevaluasian terhadap pelumas bekas akibat perubahan yang terjadi terhadap sifat
fisika dan kimianya.
Test fisik adalah test yang menentukan sifat fisika (Physical Properties) dari
pelumas yang antara lain Viskositas, Flash Point, Spesifik Gravity, Warna, Foaming
Tendency, dan Pour Point.
Test kimia adalah test yang menentukan komposisi dari pelumas yaitu dengan
menentukan adanya element elemen sulfur, klor, dan logam logam yang hubungannya
dengan adanya bahan aditif yang ditambahkan kedalam pelumas.
Test kimia fisika adalah test ini meliputi 2 klasifikasi yaitu menentukan
adanya substansi kimia yang ada di pelumas dengan menggunakan prosedur fisika
instrumentasi dan menentukan struktur molekul senyawa senyawa yang ada di
pelumas atau menentukan pH, keasaman dan nilai alkali dari pelumas.
Aditif kimia yang umumnya ditambahkan ke dalam pelumas adalah untuk
meningkatkan karakteristik dari pelumas, misalnya ketahanan terhadap oksidasi,

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 16

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

ketahanan terhadap perubahan temperatur, kemampuan mengalir pada suhu rendah,


dan tidak bersifat korosi.
SIGNIFIKANSI HASIL UJI PELUMAS

Viskositas
Salah satu pengukuran daripada sifat alir dari pelumas adalah viskositas.
Viskositas adalah properti yang paling penting dari minyak pelumas. Viskositas dari
pelumas daar secara alami berbeda beda, hal ini bergantung dari jenis crude yang
diolah. Pengukuran viskositas umumnya ditetapkan dengan menggunakan peralatan
uji Viskositas Kinematik Bath and Capillair yaitu ASTM Test for Kinematic Viscosity
of Transparent and Opaque Liquids (D 445) dan satuan yang digunakan sebagai hasil
pengukuran adalah Centistokes (cSt).
Secara khusus, viskositas dilaporkan pada dua jenis suhu yakni 40 oC dan 100
oC. Untuk kebanyakan pelumas industri, viskositas kinematik umumnya diukur pada
suhu 40 oC karena hal ini berbasis pada ISO (ISO 3448 : Viscosity Classification for
Industrial Liquid Lubricants). ISO Viscosity Grade ini disepakati bersama oleh
ASTM, ASLE, BSI dan DIN pada tahun 1975. Demikian pula untuk mesin bensin,
kebanyakan viskositas secara khusus diukur pada suhu 100 oC (untuk memperoleh
harga VI) karena hal ini sesuai dengan kesepakatan SAE Viscosity Classification
(J300), dimana dalam kesapakatan ini, viskositas pelumas untuk semua grade minyak
lumas Automotive Engine adalah 100 oC.
Tujuan daripada pelumasan adalah agar supaya terbentuk lapisan film di
antara permukaan dua logam yang bergesekan, maka pemilihan daripada pelumas
haruslah tepat sesuai dengan kebutuhan, artinya sesuai dengan beban kerja yang
dialami oleh logam tersebut akibat dari gesekan yang terjadi.

Viskositas pelumas yang terlalu tinggi akan menyebabkan hal hal sbb :

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 17

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

- Menghasilkan panas yang berlebihan yang dapat menghasilkan oil oxidation


(Oksidasi minyak lumas), sludge dan varnish.
- Gaseous Cavitation karena aliran pelumas yang tidak tepat ke dalam pompa dan
bearing.
- Kurangnya lubrikasi (Lubrication Starvation) karena aliran pelumas yang tidak
pas akibat terlalu viscousnya pelumas.
- Konsumsi energi yang berlebihan untuk mengatasi friksi fluida
- Demulsibiliti yang kurang
- Cold Start Pumpability.

Viskositas pelumas yang kurang dapat menghasilkan hal hal sbb :


- Hilangnya film pelumas yang dapat menyebabkan excessive wear.
- Meningkatkan friksi mekanis yang menyebabkan konsumsi energi yang
berlebihan.
- Menghasilkan panas karena adanya friksi mekanis.
- Kebocoran luar dalam
- Meningkatkan sensitivitas terhadap kontaminan partikel karena menrunnya film
pelumas
- Gagalnya film pelumas pada suhu kerja yang tinggi, beban yang berat atau selama
start up.

Interpretasi Hasil Uji Viskositas Pelumas Bekas


Bila Viskositas pelumas bekas meningkat dari kondisi saat baru maka hal ini
menunjukkan bahwa pelumas bekas tersebut diindikasikan mengalami deteorisasi
karena telah teroksidasi atau terkontaminasi.
Bila Viskositas pelumas bekas menurun, maka pelumas telah mengalami oil dillution
(Pengenceran).

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 18

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Viskositas Indeks (VI)


Salah satu properti penting lain dari pelumas adalah Viskositas Indeks (VI).
Viskositas Indeks ini adalah angka yang tidak ada unit satuannya (Unitless Number)
yang dipergunakan untuk menunjukkan pengaruh perubahan temperatur pada
pelumas.
Dalam aplikasinya, Viskositas indeks sangat penting karena akan berpengaruh pada
start up dan karakteristik pengoperasian mesin. Misal untuk mesin dengan sistem
transmisi otomatis akan memerlukan pelumas dengan VI tinggi karena diperlukan
untuk start up pada kondisi dingin dan pada suhu tinggi saat kendaraan berjalan
normal.

Interpretasi Hasil Uji Viskositas Indeks Pelumas


Bila Viskositas Indeks pelumas baru / bekas meningkat maka hal ini menunjukkan
bahwa pelumas baru / bekas tersebut diindikasikan mengalami deteorisasi karena
telah teroksidasi atau terkontaminasi.
Bila Viskositas pelumas baru / bekas menurun, maka pelumas telah mengalami oil
dillution (Pengenceran).

Flash Point COC dan Fire Point


Test Flash Point diperlukan untuk mengetahui adanya fraksi yang lebih ringan dari
pelumas, yaitu untuk faktor safety (Keselamatan). Test ini dapat diperlukan sebagai
tindakan pencegahan bahaya ledakan bila operasi suatu alat / mesin berlangsung pada
temperatur tinggi. Selain itu test ini juga membantu analis untuk mengidentifikasi
type type base oil blends.

Interpretasi Hasil Uji Flash Point COC dan Fire Point

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 19

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Jika flash point dari minyak lumas lebih rendah dari spesifikasinya maka minyak
lumas tersebut terindikasi mengandung minyak yang lebih volatile.
Copperstrip Corrosion
Uji Copperstrip Corrosion diperlukan sehubungan terjadinya proses oksidasi dan
penambahan bahan aditif pada pelumas.
Pada pelumas yang viskositasnya terlalu rendah akan menghasilkan panas yang
berlebihan yang dapat menghasilkan oil oxidation (Oksidasi Pelumas). Untuk
menghindari oksidasi tersebut pada pelumas ditambahkan aditif Oxidation Inhibitors,
sebab bila oksidasi ini tidak dicegah akan terbentuk sludge dan varnish.
Penambahan aditif Detergent-disperants pada pelumas diperlukan untuk menunda
terbentuknya sludge dan varnish yang disebabkan karena adanya oksidasi pada suhu
tinggi.
Kandungan air dan asam dari pelumas hasil dari sisa oksidasi suhu tinggi dapat
dicegah dengan menambahkan aditif corrosion inhibitors. Jenis corrosion inhibitors
yang digunakan adalah senyawaan garam garam alkali.

Tendensi Pembusaan

Pembusaan pada minyak lumas terjadi bila pada minyak lumas tersebut dikenakan
udara dan diaduk aduk sehingga timbul gelembung gelembung didalamnya
(Foaming). Gelembung gelembung foam ini sangat mengganggu jalannya operasi
mesin pada kondisi tertentu sebab akan menyebabkan gagalnya sistem kerja dari
bearing kecuali jika gelembung gelembung ini cepat hilang. Selain itu gelembung
gelembung foaming dapat menyebabkan terjadinya luapan minyak dari oil
reservoirnya sehingga akan terjadi kesalahan pembacaan level minyak lumas di
rservoirnya.
Pada peralatan hidrolis, kondisi foaming ini akan menyebabkan minyak lumas
memercik atau menjadi compressible sehingga akan kehilangan sifat elastic
hydrodinamicnya (terjadi elastic deformation) yang berakibat tidak teraturnya suatu

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 20

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

operasi kerja dari peralatan yang mana peralatan hidrolis ini sebagai penunjang
utamanya. Untuk mencegah terbentuknya foam yang berlebihan, maka pada minyak
lumas ditambahkan Anti Foam.

Carbon Residue
Uji karbon residu dimaksudkan untuk menentukan kecenderungan pembentukan
karbon pada silinder. Uji karbon residu ini sebenarnya sedikit sekali signifikansinya
terhadap performa dari pelumas karena pembentukan karbon residu ditentukan oleh
beberapa faktor yaitu : fuel consumption, pengoperasian mesin, kondisi mekanis, dan
sifat fisika dan kimia dari pelumas itu sendiri. Penentuan karbon residu saat ini
banyak diaplikasikan utamanya pada :
- base oil untuk pembuatan minyak lumas mesin,
- stright mineral engine oil, seperti minyak lumas mesin pesawat terbang,
- dan beberapa type produk cylinder heavy oil

Warna Pelumas
Signifikansi uji warna pelumas sangat berarti bagi para refiner karena akan
memberikan petunjuk bagi refiner bahwa proses telah berjalan dengan benar yaitu
pada proses treatment dan penambahan aditif., utamanya untuk minyak putih (white
oil).

Density atau Spesific Gravity atau API Gravity


Uji Density atau API Gravity sangat bermanfaat sekali untuk mengevaluasi pelumas
bekas. Pada pelumas bekas akan terjadi penurunan angka specific gravity, yang mana
hal ini mengindikasikan bahwa pelumas bekas tersebut telah mengalami fuel dilution.
Tetapi bila angka specific gravity meningkat dari biasanya maka hal ini
mengindikasikan bahwa pada pelumas bekas tersebut telah terdapat kontaminan,
seperti material-material yang telah teroksidasi.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 21

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Neutralization Number
Pada proses treating dengan menggunakan asam, akan menyebabkan angka asam dari
minyak akan meningkat. Maka diperlukan proses penetralan dengan menggunakan
larutan basa. Selain berasal dari proses treating, asam juga terdapat pada produk
minyak (produk petroleum hidrokarbon) yang telah mengalami oksidasi. Oksidasi
dari minyak pelumas terjadi karena adanya pemanasan pada suhu tinggi, sehingga
hasil oksidasinya cenderung menghasilkan asam. Jadi pengukuran angka asam suatu
minyak lumas adalah suatu cara untuk mengetahui minyak pelumas telah mengalami
oksidasi atau belum. Umumnya dari hasil analisa ini digunakan untuk mencegah agar
pelumas tidak mengalami oksidasi maka ditambahlah zat aditif. Tetapi zat aditifpun
bisa juga menyebabkan harga Neutralization Number menjadi tinggi.
Uji ini juga berfungsi sebagai alat kontrol untuk mengetahui adanya oksidasi pada
sistem pelumasan pada mesin turbin. Selain itu uji ini juga digunakan untuk
mengetahui kapan seharusnya pelumas mulai diganti.

Pour Point
Pour point pelumas adalah temperature terendah dimana minyak lumas masih mampu
mengalir tanpa adanya gangguan mekanis. Uji fisik ini menunjukkan performa
pelumas pada suhu rendah. Bila pada pelumas terdapat kandungan wax yang tinggi
maka pada suhu rendah kristal-kristal wax akan terpisah dari minyak, dan kristal-
kristal wax ini akan menghambat kinerja dari pelumas sebagai fungsi pelumasan

Sulfated Ash
Sulfated ash dari minyak pelumas adalah residu yang diukur dengan satuan berat
dimana setelah residu pada pembakaran pertama ditambah dengan sulfuric acid
kemudian dibakar lagi hingga didapatkan residu logam yang tidak dapat terbakar lagi.
Uji ini untuk mengukur adanya material yang tidak habis terbakar yang terkandung di

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 22

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

dalam minyak pelumas. Material yang tidak dapat terbakar ini biasanya terdapat pada
aditif yang ditambahkan pada pelumas. Aditif ini biasanya mengandung senyawa
metallo-organic yang akan membentuk residu pada uji sulfated ash. Pada pelumas
bekas, bila uji sulfated ash meningkat maka hal ini menunjukkan bahwa pada
pelumas bekas tersebut telah terdapat berbagai kontaminan seperti kotoran dll.

Aniline Point
Minyak yang memiliki temperature kelarutan yang tinggi bisa dipastikan
mengandung sedikit aromat dan memiliki senyawa tipe aliphatic lebih banyak
daripada produk minyak yang memiliki temperatur aniline point rendah. Meskipun uji
ini lebih banyak dimaksudkan untuk solvent, tetapi tidak menutup kemungkinan
pelumas diuji dengan metode uji ini. Sebab setiap minyak akan selalu berhubungan
dengan seal system, dimana seal bila bertemu dengan senyawa aromat maka seal akan
rusak. Bukan hanya seal, tetapi juga gasket, o-ring, dan beberapa komponen
elastomer. Umumnya aniline point dari pelumas cukup tinggi, tetapi kondisi operasi
yang akan dilakukan oleh pelumas juga tinggi, maka dikhawatirkan pada kondisi
operasi yang tinggi ini senyawa aliphatic yang ada pada pelumas memisahkan diri
dari pelumas. Sifat solvency dari pelumas juga berasal dari aditif yang ditambahkan
ke pelumas, dimana aditif-aditif yang menyebabkan sifat solvency dari pelumas
tinggi (yang ditandai dengan semakin rendahnya aniline point dari pelumas) adalah
VI Improver, antiwear agent, detergent, dan antioksidan.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 23

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

BAB IV
BASE MINERAL OIL DAN BASE SYNTHETIC OIL

BASE MINERAL OIL


Dalam memformulasikan pelumas beberapa pertimbangan yang umum dilihat
adalah :
1. target performance yang akan menjadi sasaran pelumas tersebut
2. pengunaan komponen yang tersedia dan ekonomis dari suatu base oil atau
bahan dasar minyak lumas dengan komposisi lebih kurang 90 % dari
keseluruhan bahan pelumas.
Mengingat hal tersebut pemilihan jenis base oil menjadi sangat beralasan. Sampai
saat ini jenis base oil yang paling umum digunakan adalah dari jenis base mineral oil,
dan hanya sebagian kecil yang menggunakan base sintetik oil.
Base mineral oil adalah jenis base oil yang dihasilkan dari proses pemurnian
minyak bumi (crude oil) melalui serangkaian proses kilang. Sesuai dengan jenis dan
karakteristik minyak bumi yang diproses akan dihasilkan berbagai jenis senyawa
hidrokarbon maupun senyawa lain yang berbeda. Hal tersebut menyebabkan base oil
memiliki kualitas dan karakteristik yang berbeda.
API (American Petroleum Institute) sesuai dengan kebutuhannya dalam
membuat standarisasi kualitas pelumas, telah membuat penggolongan base oil yang
ditetapkan dalam API Publication 1509 yang dikenal dengan Engine Oil Licensing
and Certification System (EOLCS). Persyaratan utama untuk masing-masing
kategori, yang dikelompokkan dalam kelompok Base Oil Group I sampai dengan V
seperti tertera pada table berikut ini :

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 24

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

% Saturated
Group % Sulfur Content Viscosity Index
Hydrocarbon
I > 0,03 < 90 80 -120
II < 0,03 > 90 80 -120
III < 0,03 > 90 > 120
IV PAO (sintetik)
V Selain ke empat Goup tersebut

Sumber : Buletin Maspi Edisi 1 Januari 2006

Base Mineral Oil Group I


Dari jenis Base Mineral Oil, Base Oil group I dihasilkan melalui proses konvensional
yaitu pemurnian yang utamanya menggunakan proses ekstraksi (separasi) dengan
pelarut (solvent extraksi) yang merupakan jenis Base Oil yang digunakan pada
sebagian besar jenis pelumas. Yang masuk dalam jenis base oil ini yaitu Base Oil
konvensional Solvent Neutral (SN) 500 atau HVI 160 S dan jenis Bright Stock (BS)
150 atau HVI 650

Base Mineral Oil Group II dan III


Base Oil group II dan III atau dikenal Hydrocracked Mineral Base Oil, diproduksi
menggunakan proses hydrotreatment sebagai pengganti solvent extraction yang dapat
merubah struktur hidrokarbon dari jenis yang tidak menguntungkan (sifat kurang baik
menjadi struktur yang dikehendaki). Dengan proses hydrotreatment dapat dihasilkan
Base Oil dengan kadar komponen tidak stabil yang jauh lebih rendah, sehingga
diperoleh kualitas base oil yang relatif lebih stabil terhadap pengaruh perubahan
temperature.
Beberapa karakteristik yang dapat segera dikenali dari Base Oil Mineral group II dan
III, adalah pada warnanya yang lebih jernih sejernih air mineral, dan perbedaan sifat
fisik lain adalah kandungan hidrokarbon jenuh (saturated) yang jauh lebih tinggi atau
diatas 90 % vol (group I rata-rata dibawah 100 %, dan group II bisa mencapai

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 25

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

dibawah 120 %) yang mencerminkan kestabilan hidrokarbon, dan menyebabkan


indeks viskositas (VI) group III lebih tinggi bisa mencapai diatas 120.

BASE OIL SYNTHETIC


Istilah sintetis dan sintesa adalah keduanya untuk menggambarkan base
fluid yang digunakan sebagai bahan dasar pelumas. Sintesa adalah material yang
dihasilkan dengan mengkombinasikan beberapa individu unit kedalam satu bentuk
material baru. Pembuatan pelumas sintetis berasal dari synthetic base stock (base oil
sintetis) yang mana synthetic base stock ini diperoleh dari proses pengolahan minyak
bumi lebih lanjut. Fluida dasar ini dibuat secara sintesa kimia untuk menghasilkan
senyawa fluida dengan berat molekul yang rendah dengan viskositas yang sesuai
dengan viskositasnya base oil mineral. Tidak seperti mineral oil, yang mana mineral
oil merupakan campuran komplek hidrokarbon yang terjadi secara alami, sedangkan
base oil sintetis adalah buatan manusia yang di rekayasa untuk menghasilkan struktur
molekul yang diharapkan.
Karena base oil sintetis juga berasal dari petroleum oil, yang mana komposisi
pada petroleum oil tidak sama maka akan dihasilkan base oil sintetis dengan sifat dan
jenis serta kemampuan yang tidak sama pula, bergantung dari reaksi kombinasi dari
individual unit yang dikombinasikan. Berikut perbandingana antara mineral oil
dengan base oil sintetis secara umum

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 26

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Dan berikut beberapa penggunaan utama dari base oil sintetis :

Sedangkan keuntungan-keuntungan yang diperolah dari synthtetic base fluid (base oil
sintetis) dibandingkan dengan base mineral oil adalah sebagai berikut :

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 27

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Klasifikasi Synthetic Base Fluid (base oil sintetis)

Berbagai cara telah dilakukan untuk mengklasifikasikan synthetic base fluid.


Awalnya klasifikasi dibedakan berdasarkan type dari material tersebut, tetapi karena
beberapa type memiliki kesamaan di struktur kimianya maka klasifikasi dari synthetic
base fluid didasarkan atas performa atau penggunaannya.
Klasifikasi synthetic base fluid tersebut adalah :
1. Synthesized hydrocarbon (Sintesa hidrokarbon)
2. Organic ester
3. Polyglicol
4. Phosphate ester
5. Synthetic lubricating fluid lainnya

Synthesized Hydrocarbon (Sintesa Hidrokarbon)


Material ini adalah yang paling banyak digunakan sebagai synthetic lubricant
base stock. Jenis ini adalah murni hydrokarbon dan diperoleh dari crude oil. Tiga tipe
yang digunakan dalam jumlah volume yang besar yaitu :
1. olefin oligomer
2. aromatik alkilat
3. polybuten
Sedangkan type yang keempat, yaitu cycloaliphatic digunakan dalam jumlah volume
yang kecil karena penggunaannya khusus.

1. Olefin Oligomer
- Juga disebut sebagai poli olefin
- Dibentuk dari kombinasi material yang memiliki berat molekul yang rendah,
biasanya material pembentuk tersebut adalah ethylen diubah menjadi olefin
- Memiliki Viskositas indeks diatas 135
- Memiliki excellent low temperatur fluidity

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 28

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

- Memiliki Pour point yang sangat rendah


- Memiliki shear stability yang sangat bagus
- Memiliki Oxidation and Thermal stability yang bagus
- Memiliki sifat volatility yang lebih rendah bila dibandingkan dengan mineral
oil yang viscous
- Pada temperatur yang tinggi Evaporation loss nya rendah
- Memiliki sifat kelarutan yang rendah pada amonia dan Refrigerant 22 (R22)
- Tidak menyebabkan material seal menjadi rusak sehingga seal mampu
bekerja dengan baik

Penggunaan dari synthetic lubricant base stock ini antara lain :


1. Untuk automative Lubricant
- Dikombinasikan dengan organic ester sebagai base fluid minyak
mesin, minyak gear dan fluida hydrolik
- Digunakan untuk melumasi peralatan yang beroperasi pada temperatur
ambient yang sangat rendah
2. Untuk Industrial Lubricant
- Dikombinasikan dengan organic ester sebagai base fluid pelumasan
gear dan bearing yang beroperasi pada temperatur tinggi
- Dikombinasikan dengan organic ester sebagai base fluid pelumasan
pada peralatan gas turbin
- Digunakan juga sebagai fluida hydrolik dengan range temperatur yang
lebar
- Juga digunakan sebagai minyak kompressor pendingin, fluida power
transmission, dan fluida heat transfer.
3. Untuk Commercial aviation

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 29

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

2. Aromatik Alkylat
- Sintesa hidrokarbon jenis ini dibuat dari proses alkilasi senyawa
aromat, seperti benzen
- Memiliki excellent low temperatur fluidity
- Memiliki pour point yang rendah
- Memiliki VI yang sama atau sedikit diatas VI tertinggi dari mineral oil
- Memiliki sifat volatility yang lebih rendah bila dibandingkan dengan
mineral oil yang viscous
- Lebih stabil terhadap oksidasi, temperatur tinggi, dan hidrolisis
- Compatibel terhadap sistem-sistem yang didesain untuk mineral oil

Penggunaan dari synthetic lubricant base stock ini antara lain :


- Digunakan sebagai minyak lumas mesin, minyak gear, Minyak
hidrolik.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 30

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

- Juga digunakan sebagai base fluid untuk fluida power transmission


dan gas turbin, kompressor udara, dan pelumas kompressor pendingin.

3. Polybuten
- Memiliki range viiskositas indeks antara 70 s/d 110
- Memiliki Properti dielektrik yang baik
- Terdekomposisi menjadi gas pada suhu 288 oC

Penggunaan dari synthetic lubricant base stock ini antara lain :


a. Untuk elektrik
- Sebagai minyak electrical insulator
- Digunakan sebagai minyak kabel voltase tinggi untuk kabel bawah
tanah
- Sebagai liquid dielectric
- Sebagai capasitor
b. Sebagai Lubrikasi gas kompressor

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 31

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

4. Cycloaliphatic
- Memiliki nilai traction coeficient yang tinggi
- Dibawah tekanan yang tinggi, base oil sintetis jenis ini akan mengembang
membentuk struktur lapisan seperti gelas sehingga bisa mengurangi gaya
gesek
Penggunaannya : banyak digunakan untuk pelumasan bagian-bagian mesin
seperti bearing dengan kondisi beban dan kecepatan tinggi.

Organic Ester
Organic ester telah menjadi suatu klasifikasi penting dari synthtetic base fluid
lebih dulu daripada jenis material lainnya. Penggunaan jenis material ini sudah
dimulai sejak perang dunia II di jerman yang ketika itu digunakan sebagai material
blending pelumas dari mineral oil, tujuannya waktu itu untuk meningkatkan
kemampuan pelumas mineral oil pada suhu rendah. Pertama kali base oil sintetis dari
jenis ini digunakan untuk pelumas pesawat terbang jenis jet pada tahun 50 an, dan
sekarang digunakan sebagai base oil yang utama untuk semua jenis mesin pesawat
terbang. Ada dua jenis organic ester yang digunakan sebagai synthtetic base fluid,
yaitu :

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 32

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

1. Dibasic acid ester, dan


2. Polyol ester

1. Dibasic Acid Ester


- Seringkali disebut dengan diester
- Memiliki excellent low temperature fluidity
- Memiliki Pour Point yang sangat rendah
- Memiliki viskositas indek yang tinggi (diatas 140)
- Stbail terhadap shear stress
- Hydrolityc stability nya tidak sebaik mineral oil
- Memiliki thermal dan oksidasi stability yang baik
- Memiliki sifat volatility yang lebih rendah bila dibandingkan dengan
mineral oil yang viscous
- Memiliki kemampuan untuk menunda terbentuknya deposit sehingga
permukaan logam panas yang dilumasi tetap bersih
- Dapat merusak seal dan merusak cat
- Tidak memiliki kemampuan untuk melarutkan bahan aditif seperti yang
digunakan pada mineral oil
Penggunaannya :
- Digunakan sebagai base oil minyak lumas Type I mesin pesawat
terbang
- Penggunaannya terbatas pada mesin pesawat militer tua serta pada
industri mesin jet lainnya
- Digunakan sebagai base oil atau sebagai komponen base oil untuk
mesin kendaraan bermotor serta pelumas kompressor udara.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 33

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

2. Polyol Ester
- Memiliki stabiliats yang baik terhadap temperatur tinggi daripada diester
- Memiliki viskositas indeks yang lebih rendah daripada diester
- Memiliki low temperatur performa dan hydrolytic stabilitynya sama dengan
diester
- Memiliki sifat volatility yang lebih rendah atau sama dengan diester
- Dapat merusak seal dan cat seperti halnya diester

Penggunaannya :
- Hampir digunakan oleh semua pesawat terbang komersial dan pesawat
tebang militer.
- Sebagai base oil dari kompressor udara
- Sebagai komponen blending minyak lumas mesin kendaraan
- Sebagai minyak lumas gear yang bekerja pada temperatur rendah

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 34

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

3. Polyglycol
- Merupakan jenis kelas base pelumas sintetis yang paling banyak
digunakan.
- Variasi polyglycol antara lain :
Polyalkylen Glycol ether
Polyglycol ether
Polyether
Polyalkylen Glycol
- Glycol sederhana seperti : Ethylen glycol dan Polyethylen Glycol
digunakan sebagai fluida Hydraulic Brake
- Terdapat jenis Polyglycol yang dapat larut dan yang tidak dapat larut
dalam air
- Keuntungan utama synthethic base fluid jenis ini adalah dapat
terdecomposisi menjadi senyawa yang volatil dibawah kondisi
oksidasi temperatur tinggi.
- Akan membentuk sedikit sludge pada kondisi operasi dengan suhu
yang moderat sampai suhu yang tinggi.
- Bila terdekomposisi semua pada suhu tinggi maka hasil
dekomposisinya tidak meninggalkan deposit
- Memiliki karakteristik viskositas yang baik meskipun pada temperatur
rendah cenderung lebih viscous daripada pelumas sintetis lainnya.
- Memiliki Pour point yang rendah
- Memiliki stability temperatur yang baik
- Thermal konduktivitinya tinggi
- Tidak cocok bila diblending dengan mineral oil dan aditif yang
digunakan oleh mineral oil, serta berpengaruh buruk terhadap cat.
- Memiliki kelarutan yang rendah terhadap gas hydrokarbon dan
beberapa refrigerant

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 35

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

- Tidak begitu merusak seal, tetapi untuk jenis polyglicol yang dapat
larut dalam air maka penggunaan seal harus selektif.
- Berkecenderungan untuk menyerap air dari udara

Penggunaannya :
Untuk Polyglicol type water soluble :
- Untuk hydraulic Brake Fluid
- Sebagai material pencegah kebakaran
- Sebagai pelumas bearing karet dan sambungan serta bearing

Untuk Polyglicol type water insoluble :


- Sebagai fluida heat transfer dan sebagai base fluid pada beberapa type
industri hydraulic Brake Fluid
- Sebagai pelumas Kompressor pendingin type ulir yang menggunakan
refrigerant R12 dan refrigerant gas hydrokarbon
- Sebagai pelumas Kompressor untuk gas hydrokarbon type ulir

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 36

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Phosphat Esther
- Tahan terhadap pembakaran (fire resistance fluid) bahkan jauh
melebihi mineral oil
- Sifat lubrikasinya umumnya bagus
- Memiliki high temperatur stability
- Hasil dekomposisi dari produk ini bersifat korosif
- Sifat/karakteristik viskositasnya pada temperatur rendah tidak bagus
meskipun pour pointnya rendah dan volatilitynya rendah.
- Merusak cat dan material seal
- Compatibilitynya terhadap mineral oil mulai dari tingakatan bagus
hingga jelek bergantung dari jenis esternya
- Stability hidrolisnya cukup bagus
- Memiliki spesific gravity lebih dari 1
- Pumping lossnya tinggi

Penggunaannya :
- Sebagai hydrolic fluid untuk pesawat terbang komersial
- Sebagai fluida elektrohydrolik kontrol sistem pada steam turbin dan
digunakan juga pada industri sistem hydrolis
- Juga digunakan sebagai turbin bearing lubricating system
- Digunakan untuk pelumas kompressor dengan discharge temperatur
tinggi

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 37

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Base Oil Synthetic Lainnya


Ada beberapa jenis synthetic base fluid lainnya yang telah digunakan sebagai
komponen blending mineral oil guna meningkatkan performa dari pelumas mineral
oil. Base oil synthetic lainnya tersebut adalah :
1. Silicone
2. Silicate ester
3. Polyphenyl Ester
4. Halogenated Fluid

1. Silicone
- Merupakan type sintetis tertua yang pernah digunakan
- Memiliki viskositas indeks yang tinggi, beberapa diantaranya memiliki
viskositas indeks diatas 300
- Memiliki pour pint yang rendah
- Memiliki sifat alir yang bagus pada temperatur rendah
- Secara kimiawi, sintetis jenis ini adalah nontoxic (tidak beracun), Fire
resistant, water repellent (anti air), dan memiliki sifat penguapan yang
rendah.
- Compressibility nya lebih tinggi daripada mineral oil
- Oxidation and thermal stability nya bagus
- Bila material ini mengalami oksidasi, maka produk oksidasinya adalah
oksida silicon yang bersifat abrasive.
- Memiliki tegangan permukaan yang rendah, maka bila dijadikan pelumas
akan menghasilkan lapisan film yang buruk sehingga tidak bisa
mengurangi keausan pada suatu gesekan metal to metal.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 38

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Penggunaannya :
- sebagai hydraulic fluid untuk beberapa aplikasi misalnya : sebagai
liquid spring dan torsi damper
- sebagai hydraulic brake fluid

2. Silicate Ester
- memiliki thermal stability yang bagus
- bila digabungkan dengan inhibitor yang tepat maka akan memiliki stability
oksidasi yang bagus
- memiliki karakteristik viskositas yang sangat bagus serta pour pointnya
rendah
- sifat penguapannya rendah
- mudah terhidrolisa

Penggunaannya :
- digunakan sebagai fluida heat transfer
- digunakan sebagai dielektrik coolant

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 39

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

3. Polyphenyl Ester
- organik ini memiliki properti temperatur tinggi yang baik serta tahan
terhadap radiasi
- stabil pada temperatur diatas 800 oF (450 oC) dan tahan terhadap
oksidasipada temperatur yang lebih tinggi
- memiliki viskositas yang tinggi pada temperatur ambient normal sehingga
penggunaannya terbatas

Penggunannya :
- Sebagai fluida heat transfer, seperti sebagai pelumas pompa vacuum

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 40

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

BAB V
ADDITIF PELUMAS

Sifat Umum Aditif


Ada beberapa persyaratan khusus yang harus dimiliki oleh aditif agar cocok
bila di blending dengan mineral oil atau syhnthetic fluid, antara lain yaitu :
1. Sifat kelarutan aditif di base petroleum product
Kelarutan dari aditif di base oil harus baik bila base oil tersebut digunakan
pada temperatur operasi yang dimaksud. Bila kelarutan dari aditif kurang baik maka
akan ditemui kesulitan saat dilakukan blending antara aditif dan base oil. Selain itu,
aditif yang tidak dapat larut sempurna akan mengalami dekomposisi, sebagai contoh
blending antara aditif dengan base oil yang dilakukan pada suhu tinggi akan
menyebabkan terpisahnya aditif dan base oil saat penyimpanan karena kelarutan
aditif dan base oil hanya terjadi pada suhu tinggi saja. Ada beberapa batasan
solubility yang bisa diterima oleh base oil seperti anti foam agent efektif pada
konsentrasi beberapa ppm, kelarutan Viskositas Indeks Iimprover bergantung pada
temperatur. Aditif anti karat adalah salah satu kasus yang kelarutannya sangat stabil
dapat menempel dan mengumpul pada permukaan metal saat pelumas melakukan
kontak dengan metal, dan aditif ini tetap berada pada base oil, malahan membentuk
lapisan film pelindung (coating).
2. Tidak mudah larut dan bereaksi dengan larutan aqua
Air yang terlarut didalam crankcase cenderung melepaskan aditif yang terlarut
dalam air. Air seringkali ditemui pada finished product di storage tank, transportasi
dan field handling.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 41

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

3. Warna
Warna aditif sangat penting. Warna yang bening dari suatu base oil akan
sangat menarik, tetapi saat ditambah dengan aditif yang berwarna maka akan
menimbulkan kesan bahwa base oil tersebut adalah kategori base oil bekas yang telah
mengalami oksidasi, sehingga warna aditif mempengaruhi nilai jual dari pelumas.
4. Volatility Aditif
Volatility dari aditif harus rendah karena bila pelumas tersebut beroperasi
pada temperatur yang tinggi dan aditif yang volatil tersebut menguap maka kinerja
aditif menjadi berkurang karena telah menguap.
5. Stability
Aditif harus tetap stabil selama proses blending, penyimpanan dan saat
penggunaan. Aditif harus tahan terhadap proses hidrolisis larutan aqua dan tahahn
terhadap proses dekomposisi pelumas pada suhu tinggi. Misalnya aditif untuk
Extreme pressure yang beroperasi pada temperatur tinggi harus memiliki bahan
chemical yang reaktif untuk mencegah kontak yang berlebihan dari permukaan metal.
6. Compatibility
Compatibility adalah sifat dari aditif yang sangat penting. Biasanya base oil
diberi aditif lebih dari satu untuk kemudian di blending sehingga ada kemungkinan
akan terjadi reaksi antara aditif tersebut, misalnya akan menghasilkan warna yang
kurang bagus atau menghasilkan reaksi samping yang produk reaksinya adalah
material yang tidak bisa larut dalam base oil. Sehingga aditif yang ditambahkan harus
saling menguntungkandan dapat digunakan secara bersama.
7. Bau (odor)
Aditif yang ditambahkan sebaiknya tidak menimbulkan bau yang tidak bagus,
yang mana bau ini bisa berasal dari hasil oksidasi atau dekomposisi dari chemical
aditif tersebut.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 42

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Aditif dibagi menjadi dua kelas umum, yaitu :


1. aditif yang mempengaruhi beberapa karakteristik fisika pelumas seperti pour
point, antifoam properti, Viskositas
2. aditif yang memiliki pengaruh kimia alami, biasanya dapat terukur dari
karakteristik performa pelumas seperti detergensi, oksidasi-korosi, anti karat
dll.

Setiap klas aditif diblend menjadi multipurpose aditif yang tujuannya memudahkan
pencampurannya pada finished lubricant.
Prinsip-prinsip utama dari setiap kelas karakteristik kimia dan fisika aditif adalah :

Chemical characteristics Physical characteristics


Antioksidant Pour depressant
Anti korosi Viskositas indeks improver
Anti keausan Antifoam
Detergent-dispersant Tackiness
Alkaline agent Emulsifier
Anti karat Solid filler
Oiliness Color stabilizer
Extreme pressure Odor control
Water repellent Antiseptic
Metal deactivator

Aditif-aditif yang umum digunakan sebagai berikut :

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 43

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Tipe tipe aditif yang sering digunakan untuk pelumas industri :

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 44

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Tipe tipe aditif yang sering digunakan untuk pelumas industri (lanjutan) :

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 45

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

OXIDATION AND CORROSION INHIBITOR


Laju oksidasi dari pelumas bergantung tidak hanya pada komposisi kimia dan
stabilitas dari pelumas tetapi juga bergantung pada temperatur dan lamanya waktu

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 46

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

operasi. Selain itu oksidasi dari pelumas juga bisa disebabkan oleh lama waktu
pelumas tersebut terpapar diudara atau oksigen, design serta keadaan dari peralatan
dan kondisi operasinya. Beberapa logam yang bisa menyebabkan pelumas cepat
mengalami oksidasi adalah tembaga, maka sebaiknya dihindari menyimpan pelumas
diwadah yang mengandung tembaga. Kondisi lingkungan penyimpanan yang juga
mempengaruhi laju oksidasi adalah adanya air dan beberapa partikel asing lainnya
yang tersuspensi di pelumas.
Ketika pelumas mengalami oksidasi, maka hasil oksidasinya berupa sludge,
resin, varnish, asam yang krosif, dan viskositasnya meningkat. Sedangkan deteriorasi
dari pelumas bergantung pada kondisi awal pelumas, lama waktu operasi, dan
temperatur operasi. Korosi bisa juga disebabkan akibat proses di komposisi pelumas
terhadap logam non ferrous.
Salah satu tipe dari corrosion inhibitor yang akan melindungi permukaan
logam yaitu dengan jalan meminimalkan pembentukan asam organik yang
disebabkan karena oksidasi pelumas. Oxidation Inhibitor juga meminimalkan
bertambahnya asam organik dan juga berlaku sebagai corrosion inhibitor. Corrosion
Inhibitor bisa juga berlaku sebagai pelapis pada permukaan logam untuk melawan
asam penyebab korosi, atau bertindak menetralkan asam pada pelumas. Komponen
logam alloy dari bearing yaitu cadmium, dalam bentuk cadmium-silver alloy, timbal
dalam bentuk cupper-lead alloy dan silver dalam bentuk silver aloy bearing. Pada
temperatur tinggi metal yang mengandung kaya cu dan silver adalah logam yang
paling sering mengalami korosi pada bearing.
Minyak pelumas pada crankcase circulating system akan mengalami oksidasi
bila terpapar pada suhu tinggi, juga pada pelumas silinder pada kompresor udara akan
mengalami oksidasi pada temperatur yang moderat.
Banyak aplikasi dimana operasi temperatur minyak dibawah 200 F seperti
pada turbin, tansformer, pelumas hidrolis maka pelumas menggunakan aditif
oxidation inhibitor tipe phenolic amin dan aromatik amin. Tetapi aromatik amine

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 47

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

dalam penggunaannya dapat menyebabkan pelumas berwarna gelap, maka aditif jenis
phenolic inhibitor yang paling sering digunakan. Hydroquinone jarang digunakan
karena mudah larut dalam air. Jenis aditif lainnya yang paling sering digunakan
sebagai oxidation inhibitor pada steam turbin, sistem hidrolis, electric motor, dan
circulating sistem yang beroperasi pada suhu dibawah 200 F menggunakan aditif
jenis 2,6-di-tertieryl-butyl-4-methyl phenol.
Untuk aplikasi yang beroperasi pada temperatur diatas 200 F, oksidasi
disebabkan oleh adanya kontak antara permukaan logam dengan minyak. Artinya
temperatur operasi mesin yang tinggi ini akan bertindak sebagai katalis terjadinya
oksidasi hasil reaksi antara metal dari mesin dengan minyak pelumas yang memercik
ke dinding logam mesin yang panas tersebut. Gram-gram dari tergerusnya logam
mesin ikut pula berekasi dengan minyak lumas sehingga juga menyebabkan
terjadinya proses reaksi oksidasi pada temperatur tinggi. Aditif antioksidan jenis
phenoloc tidak akan mampu mengatasi hal ini. Jenis aditif antikatalis yang mampu
mengatasi hal ini adalah dari jenis senyawa organik yang mengandung sulfur, fosfor,
nitrogen atau atom-atom metalic tertentu lainnya. Senyawa-senyawa sulfur yang
bersifat mencegah proses reaksi katalis ini akan melindungi permukaan logam dengan
membentuk lapisan film tipis senyawa logam sulfida. Lapisan film ini melindungi
logam dari serangan asam atau senyawa peroksida lainnya. Penambahan aditif
senyawa sulfur ini dengan melarutkan unsur sulfur kedalam minyak tanpa
dikombinasikan dengan bahan kimia lainnya. Tetapi bila jumlah aditif dari senyawa
sulfur yang ditambahkan ke minyak terlalu banyak atau berlebihan, maka akan timbul
sludge. Antioksidan dari senyawa sulfur dan fosfor yang sering ditambahkan kedalam
pelumas bearing adalah : Zinc dithiophosphates dan sulfurized olefin.

ANTIWEAR IMPROVER
Pelumas untuk pelumasan sistem sirkulasi cam, tappet, oil pump, timing gear
dan piston ring atau jika pelumasan tersebut dilakukan pada bagian-bagian mesin

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 48

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

yang beroperasi secara terpisah atau seluruhnya, maka aditif antiwear sangat
diperlukan. Jika antioksidan corrosion inhibitor sangat diperlukan pada setiap
pelumas, maka aditif yang paling diperlukan untuk inhibitor ini adalah Zinc
dithiophosphates. Aditif ini bisa bertindak sebagai antioksidan, corrosion inhibitor,
dan merupakan properti dari aditif antiwear. Tricresyl phosphate telah banyak
digunakan pada sistem hidrolis dan pelumasan sistem sirkulasi.
Bila pelumas yang diperlukan adalah yang memiliki kemampuan oiliness,
film strength, dan sifat EP (extreme pressure), maka aditif yang ditambahkan
umumnya adalah senyawaan sulfur, phosphor, atau chlorine, lead naftenate dan
minyak lemak nabati. Tetapi aditif-aditif ini bersifat korosif terhadap logam tembaga,
timbal atau bertindak sebagai prooksidan.

DETERGENT DISPERSANT INHIBITORS


Istilah Detergent telah luas digunakan dipelumasan, tetapi istilah ini adalah
salah kaprah. Istilah terbaik yang digunakan aditif jenis ini adalah Dispersant, karena
aditif jenis ini tidak bisa larut pada produk-produk hasil pembakaran dan oksidasi
dan terdispersi di minyak. Awalnya penggunaan dispersant ini untuk mencegah
deposit yang berlebihan di area ring belt pada mesin diesel yang beroperasi pada
temperatur tinggi. Deposit ini menyebabkan ring belt menjadi lengket bila tidak
ditambahkan aditif tipe dispersant. Beberapa dispersant umumnya bersifat
memperlambat pembentukan sludge, sebagian sludge ini disebabkan karena operasi
pada temperatur rendah dan mesin dalam kondisi berhenti-jalan-berhenti-jalan.
Pada kompressor udara portable, tipe detergent yang sama digunakan pada mesin dan
crankcase kompressor.
Secara komersial, aditif yang digunakan sebagai detergent pada crankcase mesin
internal combustion saat ini adalah :
a. sabun-sabun kalsium atau barium dari petroleum sulfonic acid, dan
synthethic sulfonic acid

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 49

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

b. garam-garaman dari variasi phenolic


c. barium, sulfur dan fosfor yang mengandung polimer
d. serta detergent tanpa abu
Detergent ini masih memiliki kemungkinan untuk terkontaminasi oleh air sehingga
diperlukan proses pemisahan dengan air, karena hal ini akan menyebabkan emulsi di
minyak.

ANTIFOAM AGENT
Jika minyak lumas diaduk dan dialiri dengan udara maka akan terbentuk
gelembung-gelembung udara di permukaan pelumas tersebut. Foaming merupakan
permasalahan serius pada kondisi tertentu. Sebagai contoh, jika terlalu banyak foam
pada suatu oil system distribution yang mana pompa distribusinya bertugas
mengalirkan udara dan minyak ke bearing, bila terjadi ketidakcukupan pelumasan
maka akan terjadi kegagalan pelumasan di bearing. Foaming menyebabkan overflow
minyak lumas di reservoir atau kesalahan pembacaan level pelumas. Foam pada
aliran hidrolis akan menyebabkan minyak pelumas memercik atau bersifat
kompresibel sehingga operasi alat tidak dapat berjalan dengan baik. Gearbox dengan
kecepatan tinggi yang menggunakan minyak berat akan menimbulkan foam yang
berlebihan karena timbul efek pengrusakan akibat adanya kondisi yang lembab,
kondisi lembab ini disebabkan karena minyak bekerja pada suhu tinggi dan minyak
terdekomposisi dengan hasil dekomposisinya salah satunya adalah air.
Penambahan aditif detergen juga ikut meningkatkan terjadinya foaming. Foaming
dapat diatasi dengan menambahkan antifoam agent (0,0001 sampai 0,005 persen).
Antifoam yang efektif dan yang paling banyak digunakan adalah silikon polimer
dengan berat molekul medium, seperti : dimethyl silicone polimer atau biasa disebut
dengan Minyak Silikon. Jumlah antifoam agent yang diperlukan bergantung dari
properti lubricant, lama operasi, kondisi operasi dan desain.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 50

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

VISCOSITY INDEX IMPROVER ADDITIVES


Pertimbangan yang paling utama dalam memilih pelumas adalah viskositas
pelumas dan perubahannya terhadap temperatur. Hubungan antara viskositas dan
temperatur pada pelumas dinyatakan dalam viskositas indeks (VI). ASTM D 567
memberikan prosedur untuk menentukan rating VI dari suatu pelumas pada suhu 40
dan 100 oC yang didasarkan atas nilai VI minyak berharga 0 (nol) dan 100 (seratus).
Viskositas indeks improver telah digunakan tidak hanya di petroleum industry (untuk
memperoleh base oil dengan nilai VI yang tinggi, yang biasanya diperoleh dengan
melakukan ekstraksi minyak lube oil dengan solvent) tetapi juga digunakan di operasi
industri atau untuk automotif guna memperoleh pelumas dengan VI yang tinggi.
Semakin tinggi viskositas indeks dan semakin rendah pour pointnya, maka
penggunaannya akan semakin luas dan semakin efisien. VI improver banyak juga
ditambahkan ke pelumas multigrade seperti SAE 5W-20 atau SAE 10W-30.
Terdapat dua jenis VI Improver yang ada di pasaran, yaitu :
1. Isobutylen polymer
2. Acrylate copolymer
Acrylate copolymer bisa saja berupa 100% lauryl methacrylate atau suatu copolymer
yang gabungan dari lauryl dan butyl methacrylate. Berat molekulnya dikontrol supaya
diperoleh kesetimbangan antara keefektifan VI dan shear stability. Berat molekul
yang tinggi akan memberikan VI yang tinggi pula per unti yang ditambahkan. Tetapi
bagaimanapun juga dengan meningkatnya berat molekul, yaitu berat molekul
polymer, akan mengatasi kerusakan akibat tingginya shear stress pada bagian mesin
yang berputar dengan cepat, gear yang berputar dengan cepat atau pada sistem
hidrolik.
Type ketiga dari VI Improver adalah mengkombinasikan jenis improver diatas dengan
detegensi agent temperatur rendah. Misalnya : copolymer dari jenis methacrylate
dengan suatu senyawa yang mengandung nitrogen.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 51

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Viskositas Pelumas yang diperlukan pada zone operasi dari peralatan tertentu :

BAB VI
APLIKASI PENGGUNAAN PELUMAS

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 52

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

PROSES PELUMASAN
Fungsi pelumas yang penting adalah :
1. mengurangi gesekan antara bagian mesin yang bergerak
2. mendinginkan dan memindahkan panas keluar dari mesin
3. mengendalikan kontaminan atau kotoran guna memastikan mesin berjalan
dengan lancar
Cara kerja pelumas dalam mengurangi :
1. menjaga kedua permukaan metal terpisah (koefisien gesek untuk permukaan
metal yang kering biasanya 0,5 1,0). Untuk permukaan metal yang
sempurna dilapisi dengan film pelumas koefisien geseknya kurang dari
0,005
2. membuat kedua permukaan metal menjadi licin (lapisan lemak hewan dan
bahan kimia aditif anti wear atau extreme pressure dapat mengurangi
gesekan bila dua permukaan metal saling bersinggungan)

TIPE-TIPE PELUMASAN
A. Pelumasan Hidrodinamik
Bila bagian mesin bergerak, pelumas dapat membentuk lapisan film yang
stabil, yang memisahkan kedua permukaan metal secara sempurna.
Pelumas akan terdorong membentuk wedge atau pasak diantara kedua
permukaan metal. Kondisi ini dinamakan Hidrodinamik Lubrication.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 53

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

B. Pelumasan Tipis (Thin Film Lubrication/Mixed Lubrication)


Seperti halnya pelumasan hidrodinamik yang bekerja pada hanya dua
permukaan yang bergerak dengan beban relatif stabil tanpa adanya beban
kejut. Pelumasan tipis juga memisahkan bagian mesin yang bergerak dengan
membentuk lapisan film pelumas yang tipis yang masih dapat memberikan
perlindungan dari terjadinya kontak antara bagian metal yang bergerak dan
gesekan hanya terjadi sekali-kali saja antara bagian puncak dan metal yang
bergesekan dan membentuk patahan baru yang lebih baik. Kondisi ini
menimbulkan keausan pada tingkat normal yang tidak mempengaruhi kerja
mesin.

C. Pelumasan Batas (Boundary Lubrication)

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 54

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Keadaan Boundary Lubrication terjadi apabila tidak terdapat Hydrostatic atau


Thin Film atau komponen mesin dibebani oleh beban berat, sehingga
permukaan metal yang bergerak dapat saling bergesekan.
Konsekuensi dari adanya Boundary Lubrication akan menimbulkan :
1. bagian mesin yang bergesekan akan memiliki koefisien gesek tinggi
2. terjadi keausan
gesekan, timbulnya panas dan keausan dapat dikendalikan dengan
menggunakan pelumas khusus yang mengandung aditif antiwear (anti aus)
atau extreme pressure yang akan bereaksi dengan permukaan metal yang
bergerak, sehingga tidak terjadi gesekan antara kedua bagian metal karena
dilindungi bagian aditif.
Contoh pelumasan Boundary adalah :
1. Pelumasan roda gigi gardan
2. Chamshaft, silinder dan piston ring pada titik mati atas dan bawah
3. Vane dari Hydrolic Vane Pump

KONTAMINAN
Pelumas yang baik memberikan perlindungan terhadap kontaminan (kotoran)
dan mengendalikannya untuk tidak mengganggu atau merusak mesin.
Kotoran bisa berasal dari :
1. Luar, seperti air dan debu kotoran
2. Dalam, seperti air hasil pembakaran bahan bakar, partikel keausan logam,
jelaga dan hasil oksidasi pelumas
Kotoran yang masuk ke dalam mesin dikendalikan oleh pelumas untuk dibersihkan
melalui komponen pembersih, seperti :

1. setting tank
2. Filter udara dan filter pelumas

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 55

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

3. Centrifuge (terdepat pada mesin diesel kapal dan pembangkit tenaga listrik)
Partikel keausan metal jumlahnya dikendalikan sekecil mungkin oleh pelumas,
partikel keausan metal akan dibersihkan dari sistem oleh filter oli. Jelaga hasil
pembakaran yang tidak sempurna oleh bahan bakar minyak dan hasil oksidasi
pelumas dapat membentuk sludge (lumpur), varnish (vernis) atau lacquer (lak).
Pada pelumas mesin yang baik mutunya terdapat aditif detergent/dispersant yang
berfungsi untuk memperlambat pembentukan sludge.

OKSIDASI
Oksidasi merupakan faktor utama yang membatasi umur pemakaian pelumas.
Semua pelumas akan teroksidasi bila dikelilingi oleh oksigen dalam jumlah yang
cukup banyak, tingkat oksidasi tergantung pada beberapa faktor berikut :
1. temperatur
2. masa pemakaian
3. adanya katalis
4. komposisi pelumas
5. kontaminasi dan tingkat penambahan pelumas (Toping Up)
temperatur merupakan faktor utama terjadinya oksidasi. Tingkat oksidasi mineral oil
akan meningkat dua kali lipat untuk setiap peningkatan temperatur operasi sebesar 10
oC. Bila pelumas teroksidasi, oksigen akan bereaksi dengan molekul pelumas dan
membentuk 3 jenis produk, yaitu : asam, lumpur osidasi, laquer. Asam akan
menimbulkan korosi atau pengkaratan bila ketahanan aditif antikorosi dalam pelumas
sudah habis daya pelindungnya. Lumpur oksida merupakan Oil Insoluble Material
yang dihasilkan dari proses polimerisasi molekul-molekul pelumas yang teroksidasi.
Hal ini umumnya dapat dilihat dari meningkatnya kekentalan pelumas dan naiknya
viskositas indeks pelumas dari biasanya (pelumas baru). Jika pelumas teroksidasi
cukup berat akan menyebabkan pelumas menjadi sangat kental pada kondisi dingin
(temperatur rendah). Jikapelumas yang teroksidasi tersebut terdispersi dengan baik

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 56

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

dalam sistem pelumas , maka secara berkesinambungan kekentalan pelumas akan


meningkat dan pelumas seluruhnya akan berbentuk seperti gel (agar-agar).
Bila lumpur oksidasi terpisah dari pelumas (tidak terdispersi), maka lumpur tersebut
dapat menyumbat aliran jalan pelumas dalam mesin dan menutup bagian-bagian
mesin dari kemampuan melepas panasnya dan sebagainya.
Lacquer adalah produk oksidasi yang dihasilkan oleh teroksidasinya lapisan tipis
pelumas pada permukaan metal yang panas. Lacquer umumnya berwarna coklat
muda sampai coklat tua kehitam-hitaman. Lacquer menghalangi pendinginan bagian
mesin. Produk-produk oksidasi tersebut akan meningkatkan tendensi pelumas untuk
berbusa.

PELUMAS RODA GIGI

Untuk roda gigi industri yang beban/kondisi operasinya ringan dimana resiko
kerusakan permukaannya relatif kecil, dapat digunakan stright mineral base oil.
Untuk roda gigi seperti ini pemilihan viskositas hanya ditentukan oleh besarnya daya
yang ditransmisikan dan kecepatan putar pinionnya. Pada pelumas roda gigi jenis
tertentu berlaku ketentuan umum yaitu bila kecepatan putar semakin tinggi
diperlukan yang viskositasnya rendah, dan bila daya yang ditransmisikan makin besar
diperlkan viskositas yang makin tinggi. Hal tersebut dapat digunakan terutama pada
roda gigi jenis spur dengan beban rendah.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 57

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Pada kondisi operasi roda gigi sangat berat atau beban kejut besar perlu digunakan
Tribologycal Additives. Pada roda gigi jenis spur, helical, worm dan bevel dengan
beban berat, biasa digunakan beberapa jenis Tribologycal Additives antara lain yang
mengandung unsur sulfur dan fosfor. Aditif tersebut memberikan perlindungan yang
sangat baik pada sifat anti wear dan extreme pressure pada berbagai kondisi operasi.
Untuk roda gigi terbuka dapat digunakan pelumas dengan viskositas yang sangat
tinggi dengan sifat adhesi yang baik.
Untuk roda gigi dengan kondisi operasi yang sangat berat (beban dan temperatur
tinggi) penggunaan mineral base oil kadang-kadang tidak memadai sehingga sering
digunakan synthetic base oil, antara lain polypropylene glycol (misal : shell tivela dan

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 58

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

mobil glygoyle) karena memiliki viskositas indeks yang tinggi, titik tuang yang
rendah dan memiliki sifat Low Frictional Characteristic.

Sifat Penting Pelumas Roda Gigi


Pelumasan yang digunakan untuk roda gigi industri harus memenuhi beberapa
kriteria dasar tersebut dibawah ini :
1. mencegah terjadinya keausan
2. mengurangi gesekan
3. mencegah scoring/scuffing dan welding
4. sebagai media pendingin
5. melindungi dari karat
kemampuan pelumas untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut diatas ditentukan
oleh properti dasar yang telah tersedia pada sifat dasar base oilnya, sementara
properties lainnya terpaksa harus dipenuhi dengan menambahkan beberapa aditif.

Standar Unjuk Kerja Pelumas Roda Gigi


Spesifikasi atau standard performance pelumas roda gigi dikeluarkan oleh
beberapa organisasi seperti : AGMA, US Steel, DIN, dsb maupun beberapa OEM
(Original Equipment Magnufacturer) terkenal, misalnya : David Brown, Cincinnati
Milacron dan Ford. Spesifikasi tersebut secara luas diakui dan dipergunakan oleh
para produsen pelumas maupun para produsen gearbox.
Beberapa standar performance pelumas roda gigi industri yang umum digunakan
adalah :
1. US. Steel 224
2. AGMA 250.04 EP
3. DIN 51517 (part 3)
4. David Brown Number S1.53 101

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 59

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Secara umum performance test yang terdapat dalam spesifikasi tersebut dapat
dikelompokkan dalam beberapa karakteristik sebagai berikut :
a) Sifat Fisik
- Viskositas Kinematik at 40 oC (ASTM D 445)
- Pour Point (ASTM D 97 / IP 15)
b) Sifat anti karat / anti korosi
- Copperstrip corrosion test (ASTM D 130 / IP 154)
- Rust Test (ASTM D 665 / IP 135)
c) Sifat Oksidasi / Thermal Stability
- Oxidation Stability Test (ASTM D 2893)
- S 200 Oxidation 312 hours at 121,1 oC sesuai US Steel 224
d) Sifat Surface Properties
- Demulsibility Test (ASTM D 1401 / D 271 / IP 19)
- Foam Tendency Test (ASTM D 892 / IP 313)
- Air Release Test (IP 313 / DIN 51381)

Untuk kalsifikasi viskositas, pada umumnya pelumas roda gigi industri menggunakan
dua klasifikasi tersebut dibawah ini :
- ISO Viscosity Grade
- AGMA ( American Gear Manufactures Association) Lubricant
Number

Penanganan Masalah Pelumas Roda Gigi


Penanganan masalah pelumas roda gigi sangatlah kompleks. Ada beberapa
variabel yang menjadi perhatian dalam penanganan masalah pelumas roda gigi,
yaitu :
- Kondisi pelumas
- Kemungkinan penyebabnya

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 60

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

- Serta langkah perbaikannya


Bila ditabelkan maka didapatkan hasil sebagai berikut :

PELUMAS SISTEM HIDROLIK

Semua sistem Hidrolik harus berfungsi untuk :


Melumasi,
Melindungi terhadap korosi, dan
Menyekat
1. Pelumasan
Pada setiap mesin, bila permukaan metal saling bergesekan, dapat terjadi

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 61

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

keausan dan gesekan. Pada sistem Hidrolik gerakan relatif terjadi diantara
permukaan metal yang bergesekan dalam pompa dan actuator. Secara jelas keausan
yang lebih besar terjadi pada "Rotary Pump" dari pada "Piston Pump" karena
kecepatan luncur (sliding speed) permukaan metal yang bergesekan lebih besar.
Oleh karena itu, fluida Hidrolik harus dapat melumasi diantara bagian metal yang
bergerak di dalam sistem untuk mengurangi gesekan, mengurangi panas yang terjadi
dan mengurangi kehilangan tenaga pada sistem Hidrolik.
Pada umumnya pelumas Hidrolik menggunakan mineral oil sebagai fluida Hidrolik
yang melumasi bagian yang bergerak dalam sistem hidrolik. Bagaimanapun, straight
mineral oil tidak Selalu cukup baik untuk melumasi beberapa pompa-pompa
rotari sehingga sebagian besar pelumas Hidrolik perlu ditambah aditif yang
sesuai dengan keperluan untuk meningkatkan kemampuan pelumasan dalam
kondisi beban berat.

2. Korosi
Pada sebagian besar sistem Hidrolik, banyak komponen yang terbuat dari
baja atau besi. Kedua metal tersebut mengalami korosi dengan adanya air atau
asam. Efek korosi pada metal yang bergerak pada sistem Hidrolik melemahkan
material dan membuat metal menjadi kasar.
Permukaan metal yang kasar lebih sulit dilumasi dan dicegah kebocorannya
daripada metal yang halus. Korosi dapat menyebabkan meningkatnya keausan
dari komponen metal yang bergerak, meningkatkan suhu dengan adanya
gesekan yang lebih besar dan kehilangan fluida yang disebabkan fungsi sealing
yang rendah.

Air dapat masuk dalam sistem Hidrolik melalui:


Kondisi dalam sistem

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 62

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Kontaminasi dalam fluida Hidrolik (banyak sistem Hidrolik yang


lingkungannya kotor atau lembab).

3. Sistem Penyekatan (Sealing)


Pada sistem Hidrolik fluidalah yang meneruskan tenaga atau daya. Bila terjadi
kebocoran fluida, tentu akan terjadi kehilangan tenaga. Sistem Hidrolik menghindari
menggunakan seal plastik atau karet. Kesulitan lain adalah banyak bagian mesin
yang memerlukan sealing (contohnya piston) akan tetapi terlalu kecil untuk
memasang seal yang efektif. Dimana seal dipasang atau tidak semua bagian
mesin yang bergerak memerlukan "ruang gerak" atau clearance disekeliling
atau ia tidak dapat bergerak sama sekali. Dengan demikian selalu ada peluang
terjadi kebocoran. Besar kebocorannya tergantung kepada tiga hal:
ukuran celah (clearence)
Tekanan atau kecepatan fluida
Kekentalan fluida

Kontaminasi dengan Udara


Bila air bercampur dengan fluida hidrolik, maka akan terbentuk tiga
masalah sebagai berikut :
Busa (foaming)
Gelembung udara (aeration)
Oksidasi atau fluida hidrolik
Busa, menyebabkan udara terpisah keluar dari fluida dan dapat terkumpul
dipermukaan dalam reservoar dan meluas sampai busa tumpah dari reservoar.
Aeration, disebabkan oleh suatu kondisi dimana gelembung udara yang sangat kecil
terperangkap dalam fluida dan mempengaruhi sifat-sifatnva.
Oksidasi, pelumas dalam kotak yang dekat dengan udara dan bila ada katalis, seperti
besi atau mangan, maka akan terbentuk lumpur, lacquer dan asam organik. Reaksi ini

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 63

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

dipercepat pada temperatur tinggi. Suatu sistem hidrolik sering mengandung kedua
logam tersebut dan tembaga dan biasanya beroperasi pads suhu tinggi. Untuk itu
penting dikurangi kemunginan terjadinya oksidasi pada fluida. Salah satu sifat
penting pelumas hidrolik adalah sifat ketahahan oksidasinya.

Pada desain sistem hidrolik yang baik, pipa masuk pada reservoar harus selalu di
bawah permukaan fluida, bila tidak demikian gerakan memutar dari fluida pada
permukaan dapat menyebabkan masuknya udara ke dalam reservoar pelumas.
Demikian juga pipa hisap (suction pipe) yang berhubungan dengan pipa hidrolik
harus ditempatkan pada posisi serendah mungkin dari dasar untuk menghindarkan
terhisapnya udara ke dalam sistem.

Pemilihan Fluida Hidrolik


Tiga jenis fluida yang paling sering digunakan pada sistem Hidrolik adalah:
Air
Soluble oil emulsion ( + 1 s/d 5% oil in water)
Mineral oil
Untuk operasi yang efisien, sistem Hidrolik memerlukan sifat-sifat yang spesifik dari
fluida Hidrolik, sebagai berikut:
Mudah dipompa
Mampu melumasi

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 64

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Memberikan perlindungan terhadap korosi


Memberikan sealing yang baik
Sifat-sifat tambahan yang dibutuhkan oleh konsumen industri alas mesin-mesin
Hidrolik adalah
Murah
Non flammable
Rentang suhu opersi yang lebar
kontaminasi dapat dihindari dengan menggunakan filter udara yang tepat dan
efisien, pipa udara (breather pipes) dan filter oil.
Air digunakan untuk peralatan Hidrolik adalah yang pertama ditemukan dan
sampai saat ini tetap digunakan untuk peralatan yang sangat besar, khususnya
dimana fluida terbuang keluar sistem, seperti pintu berpendingin, jembatan dan
sebagainya.
Penggunaan soluble oil emulsion sering digunakan untuk sistem hidraulik besar
atau dimana adanya risiko terbakar bila menggunakan mineral oil, mengharuskan
digunakannya media hidrolik yang tahan terhadap api (tidak mudah terbakar).
Fluida Hidrolik "tahan api" adalah fluida yang menggantikan pelumas pada
sistem yang aslinya dirancang untuk digunakan dalam kondisi dimana bahaya api
dimungkinkan terjadi. Air dan soluble oil emulsion secara umum tidak
direferensikan sebagai "tahan api" karena keduanya tidak cocok untuk digunakan
pada sistem dimana fluida Hidrolik harus berfungsi sebagai pelumas yang baik.
Fluida tahan api umumnya berbahan dasar unsur kimia lain (lihat bab mineral
oil sintetik), yang berbeda dengan minyak mineral base oil umumnya, yang
mempunyai ketahanan baik terhadap api hasil pembakaran.

Pelumas Hidrolik

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 65

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

A. Sifat Penting Pelumas Hidrolik


Kemampuan pelumas Hidrolik untuk melumasi, mencegah korosi dan kebocoran
sistem tergantung pada sifat-sifat dasar yang tingkatannya dapat lebih besar atau
kecil.

Viskositas
Viskositas fluida diukur dengan cara mengukur tahanan alirannya.
Semakin kental fluida, semakin besar tahanan alirnya. Sifat dasar yang
dibutuhkan dari fluida Hidrolik adalah untuk mengalirkan dengan tahanan alir
yang minimal.
Pelumas dengan viskositas tinggi membutuhkan energi lebih besar untuk
membuatnya mengalir daripada pelumas dengan viskositas rendah. Oleh karenanya
lebih besar daya yang digunakan oleh sistem. Untuk memaksimalkan efisiensi dalam
sistem Hidrolik, maka fluida yang digunakan sebaiknya adalah fluida yang terendah
kekentalannya yang dapat diterima oleh sistem. Viskositas fluida sangat dibutuhkan,
oleh karenanya pemilihan viskositas harus dikompromikan diantara kebutuhan
sistem.
Sistem hidrolik yang beroperasi pada suhu tinggi harus menggunakan fluida dengan
viskositas yang sesuai dengan suhu operasi, sehingga akan memberikan pelumasan
yang memadai.

Kestabilan Oksidasi
Pada beberapa kondisi, fluida Hidrolik bercampur dengan udara dengan adanya
material catalyst (misalnya metal yang aus) pada suhu tinggi. Ini adalah
kondisi ideal untuk meningkatkan oksidasi dari pelumas mineral yang dapat
menyebabkan meningkatnya kekentalan pelumas, pembentukan asam organik,
lacquer dan lumpur pelumas (sludge). Untuk mengatasi masalah ini, oksidasi
inhibitor (aditif) ditambahkan pada fluida hiraulik.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 66

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Sifat Anti Aus


Secara umum, fluida Hidrolik mengurangi keausan dengan menjaga bagian
metal yang bergerak. Hal ini dapat dilaksanakan dengan menggunakan pelumas
dengan kekentalan cukup tinggi guna memberikan kondisi pelumasan
hidrodinamis. Tetapi pelumas dengan viskositas tinggi lebih sulit dipompa, oleh
karenanya gunakanlah pelumas dengan viskositas yang sesuai.
Demulsibility
Bila titik halus air didispersikan pada pelumas, maka emulsi akan terbentuk. Air
dalam pelumas dapat merubah kekentalan pelumas, menyebabkan pelumas lebih
kental dan menyulitkan fluida ketika di pompa. Pelumas yang mengandung air dapat
menyebabkan korosi. Waktu yang dibutuhkan pelumas untuk berpisah dari air atau
emulsi dinamakan kemampuan demulsibility. Pelumas yang digunakan dalam sistem
hidrolik dipilih yang baik sifat demulsibilitinya.
Air Release
Udara dapat terperangkap dalam pelumas dan menyebabkan fluida Hidrolik
berubal sifatnya. Untuk menghidari kondisi di dalam sistem Hidrolik, fluida Hidrolik
harus tidak membentuk buih yang stabil dengan udara, sehingga selalu siaga
membebaskan udara yang masuk.
Pelumas Hidrolik saat ini biasanya sudah beraditif anti karat dan anti oksidasi,
juga anti buih, aerasi, aus dan lain sebagainya. Musuh utama pelumas
Hidrolik adalah partikel padat/keras. Keausan pada pompa dan katup dapat
menghilangkan tekanan hirdrolik. Pengotoran oleh air, tercampurnya cairan
Hidrolik dengan pelumas pemroses dan lain-lain dapat berakibat fatal yakni
terbentuknya emulsi yang membahayakan.

PENANGANAN MASALAH PELUMASAN PADA HIDROLIK

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 67

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Berikut tabel penanganan pelumasan pada hidrolik :

PELUMAS BANTALAN

Bantalan (bearing) dapat berupa jenis luncur (sliding) dan ada pula yang
gelinding (rolling). Pelumasan terbaik untuk bantalan adalah gemuk. Jenis gelincir
seperti bantalan luncur (tipe plain dan sleeve) serta bantalan thrust. Beban
bantalannya tegak lurus. Rancangan bantalan luncur menentukan jenis gemuk yang
dipakai. Kemempuan pendingin tidak terlalu penting, yang penting adalah ketahanan
terlemparnya serta vikositas awal yang tingi.
Pelumas film cairan (hidrodinamik) atau film tebal terjadi apabila
pelumas sempuma memisahkan permukaan bantalan. Bantalan gelincir untuk
mengurangi gesekan, pelumasan batas atau film tipis tidak sempuma

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 68

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

memisahkan permukaan logam. Ini terjadi awal gesekan. Peranan dipegang


oleh pengental dan zat tekanan ekstrim agar tidak terjadi keaus an. Pelumasan
tipis dapat juga dilakukan pada saat bantalan bergerak, yaitu bila beban amat besar,
gerakannya lambat atau viskositas base oil kecil (encer).
Bantalan tipe gelinding (rolling) sering disebut lager anti gesekan, ialah
tipe ball bearing dan needle bearing. Torsi awalnya kecil. Banyak bantalan yang
dirancang untuk pemakaian lestari dan tidak perlu sering diberi gemuk.
Needle bearing adalah kombinasi dari bantalan gelinding dan gelincir, antara
jarum tidak ada jarak yang terlalu lebar. Disini gemu k mutlak diperlukan
diantara jarum-jarum tersebut. Bantalan jarum hanya menahan beban radial,
sedangkan tipe gelinding dapat menyangga beban.
Agar bantalan awet, harus diperhatikan secara baik pelumasnya.
Variabel operasi, perawatan, variabel mekanisnya serta lingkungannya perlu
dihindari dari debu, air dan bahan korosif. Faktor lain yang penting diperhatikan
dalam pelumasan bantalan ini adalah kecepatan dan beban dari bantalan tersebut.
Kecepatan penting diperhatikan karena berkaitan dengan pemilihan gemuk. Pada
kecepatan bantalan (DN) diatas 20.000 rpm gemuk kurang efektif lagi
mendinginkan, harus menggunakan minyak pelumas.
Pada bantalan gelinding pencegahan kontak logam dilakukan oleh
pelumasan Elastohidrodinamik (EHD). Terbentuknya film minyak yang
memisahkan permukaan-permukaan logam tergantung kepada dua faktor, yaitu:
Deformasi elastik permukaan bantalan gelinding,
Peningkatan drastis viskositas minyak pada beban berat.
Memilih dan menggunakan gemuk yang keliru, terlalu sedikit atau terlalu
banyak dapat menyebabkan usia bantalan pendek. Jenis gemuk yang tepat
ditentukan oleh jenis bantalan, kondisi lingkungan operasi (air, bahan pengikis,
cairan/uap korosif dan sebagainya).
Pemlihan gemuk juga harus disesuaikan dengan sifat-sifat gemuk, meliputi:

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 69

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Konsistensi/sifat fisik
Kemampuan bawa beban dan sifat tekanan ekstrim
Stabilitas formal dan oksidasi
Kecepatan tinggi memerlukan gemuk dengan sifat merekat yang bagus agar
tidak terlempar/terlepas dari tempatnya. Gemuk untuk mesin kecepatan ini
perlu komponen cairan encer agar gesekan cairan dan keausannya kecil. Gemuk
seperti itu juga sesuai untuk operasi suhu dingin.
Agar usia teknis bantalan panjang, maka perlu diperhatikan penataannya, yaitu
tepat, tidak miring atau goyang. Apabila hendak melumasi bantalan, hendaknya
buanglah sisa gemuk lama dan dibersihkan.
Jangka waktu penggantian gemuk tergantung kepada jenis, ukuran, kecepatan, suhu
operasi serta jenis gemuk yang digunakan.
Untuk mendeteksi apakah kerja bantalan dalam keadaan normal atau tidak dapat
dilihat pada gejala-gejala berikut:
Peningkatan suhu yang ticlak wajar
Perubahan suara
Perubahan penampilan (bau, warna)
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu pada poros berbeban, sehingga putaran
atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus, aman dan panjang umur
teknisnya. Bantalan harus cukup kokoh agar memungkinkan poros serta elemen
mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi dengan baik
maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat bekerja secara
semestinya.
Sifat pelumas bantalan :
Pelindung terhadap keausan
Kekentalan yang cukup
Pelindung terhadap korosi

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 70

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

PENANGANAN MASALAH PELUMAS PADA BANTALAN

PELUMAS KOMPRESSOR

Minyak pelumas mesin refrigerasi bersirkulasi hanya untuk


melumasi bagian-bagian kompresor yang saling bergesekan. Sebagian dari
minyak pelumas itu bercampur dengan refrigeran dan masuk ke dalam
kondensor dan evaporator. Oleh karena itu minyak pelumas mesin refrigeran
harus memiliki sifat, selain sebagai pelumas yang baik juga tidak
menyebabkan gangguan atau kerusakan refrigeran dan bagian-bagian yang
dilaluinya. Disamping itu minyak pelumas mesin refrigerasi harus tahan
temperatur tinggi karena gas refrigerasi pada akhir langkah kompresi didalam
silinder bertemperatur tinggi.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 71

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Persyaratan minyak pelumas refrigerasi


Titik beku yang rendah
Titik nyala yang tinggi (stabilitas termal yang baik)
Viskositas yang tepat
Dapat dipisahkan dengan mudah dari refrigeran tanpa reaksi kimia
Tidak mudah membentuk emulsi
Kadar paraffin rendah (untuk mencegah pembekuan pada temperatur
rendah)
Kemurnian tinggi (tidak menganclung kotoran, air, asam clan sebagainya)
Bersifat isolator yang baik, terutama untuk penggunaan pada kompresor
hermatik.
Kekuatan lapisan minyak yang tinggi.
Kompresor memerlukan pelumas, dari yang encer, tanpa aditif sampai yang
memakai aditif kompleks seperti pada pemakaian kompresi bahan kimia, gas
reaktif, oksigen, khlor. Bila kompresornya kecil, tidak ada masalah karena
pelumas diganti secara berkala, namun apabila kompresornya besar di
pabrik-pabrik kimia, petrokimia, proses pembekuan dan lain-lain perlu
pelumasnya terjamin dan dimonitor terus.
Kerusakan pelumas tergantung kepada sistem kompresi dan bahan yang
dikompresi. Bila yang dikompresi udara, pencampuran dengan pelumas pada rotor,
katup clan sebagainya dapat menimbulkan kemacetan. Bila kerusakan parah,
maka pelumas akan mengalami karbonisasi.
Kompresor pendingin/pembekuan, misalnya amonium dan freon sebagai
gasnya. Bila udara masuk dan mengoksidasi, produksinya bereaksi dengan
amonia membentuk endapan (tak larut dalam pelumas). Sistem freon jangan
sampai kemasukan udara atau air karena bereaksi menghasilkan produk korotif
dan pelumas terkotori, akibatnya viskositas meningkat dan menimbulkan gesekan

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 72

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

dan kenaikan suhu, sehingga membentuk endapan yang mengakibatkan


fouling pada pendingin.

PENANGANAN MASALAH PELUMAS PADA KOMPRESOR

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 73

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

BAB VII
PENYIMPANAN DAN PENANGANAN PELUMAS

Penyimpanan Pelumas

Pelumas dalam kemasan bila dimungkinkan harus disimpan terlindung di


bawah atap, dimana pelumas tersebut tidak akan terpengaruh oleh cuaca atau
musim yang berlaku. Kemasan kecil seperti kaleng harus selalu disimpan dalam
ruang yang beratap, sebagaimana juga semua kemasan bila telah dibuka dan
sebagian isinya sudah dipakai harus ditutup rapat kembali. Bila tidak
m e m i l i k i g u d a n g t e r t u t u p a t a u b e r a t a p , penyimpanan drum pelumas yang
masih baru bisa saja disimpan ditempat penyimpanan terbuka, akan tetapi harus
dilakukan beberapa tindakan pencegahan tertentu harus dipertimbangkan.
Drum sebaiknya ditimbun dalam keadaan tidur dengan posisi tutup-tutupnya
membentuk garis horizontal (jam tiga dan jam sembilan) dan harus diberi alas kayu
agar tidak bersinggungan dengan tanah guna mencegah terjadinya kororsi
pada bagian bawah drum.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 74

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Drum pelumas jangan sekali-kali diletakkan langsung dipermukaan yang


mengandung asam/garam yang dapat merusak logam. Pada setiap ujung
timbunan drum harus diberi pasak agar tidak bergerak.
Pemeriksaan harus dilakukan secara teratur guna menemukan kebocoran dan
untuk memastikan bahwa tanda pengenalnya tetap terbaca.
Bila oleh suatu sebab drum harus disimpan dengan posisi berdiri, drum harus
berdiri lepas dari tanah dan diletakkan dengan lubang penutupnya dibawah.
Bilamana hal ini tidak bisa dilakukan, maka pada bagian atas drum diberi

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 75

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

tutup dari bahan plastik atau metal, atau drumnya harus dimiringkan agar
air hujan tidak dapat terkumpul dan menggenangi lubang penutupnya.

Kontaminasi dengan air sangat tidak diinginkan, pelumas dari jenis apapun,
disadari atau tidak disadari uap air dalam udara dapat memasuki drum melalui
tutup drum yang kelihatannya baik.
Drum yang ditimbun berdiri ditempat terbuka terkena panas pada siang hari dan akan
menjadi dingin pada malam hari. Hal ini menghasilkan ekspansi dan penyusutan
isi udara dalam drum pada siang hari karena panas mengembangkan volume udara
dan pada malam hari terjadi pendinginan, sehingga volume udara menyusut dan
tekanan menjadi sedikit vakum.
Perubahan tekanan yang terjadi cukup besar untuk menyebabkan gerakan memompa
yang dikenal sebagai bernafasnya drum pelumas, ketika udara dipaksakan keluar
siang hari dan ditarik masuk pada malam hari. Karena itu bila lubang penutup
tempat pernafasan itu terjadi dikelilingi air, maka sedikit air dapat terhisap
masuk dalam drum dan dalam beberapa waktu dapat terkumpul dalam jumlah yang
cukup banyak.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 76

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Sekali segel dipecahkan dan tutupnya dibuka, maka selalu terdapat bahaya dari debu,
pasir dan serat halus yang masuk ke dalam drum. Bila pelumas itu tidak
dipakai, tutuplah kemasan itu sebagaimana mestinya.
Kontaminasi tersebut yang akhirnya masuk ke dalam mesin dapat menyebabkan
kerusakan atau keausan atau menghalangi saluran minyak yang menyebabkan
kerusakan total akibat kurangnya pelumas.
Drum pelumas atau kemasan lain, jangan sekali-kali dibuka dengan cara membuat
lubang besar atau membuka salah satu ujungnya, karena sekalipun lubangnya tetap
ditutup oleh penutup kayu atau penutup lainnya, kemungkinan meningkatnya
kontaminasi sangat besar.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 77

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Hindari kebiasaan menciduk pelumas dengan bejana terbuka atau gayung karena
hal itu tidak hanya memungkinkan debu untuk masuk, tetapi bagian luar
penciduk itu mungkin kotor. Karena itu drum harus ditidurkan diatas tempat kayu
yang cukup tinggi dan pelumas dikeluarkan melalui keran yang dibawahnya
ditaruh baki untuk menangkap tetesan. Cara lain adalah mendirikan drumnya dan
mengambilnya dengan pompa Langan. Pipa penghisap pompa dimasukkan ke dalam
lubang besarnya drum.

Bilamana pelumas disimpan adalam bentuk curah, maka terdapat kemungkinan


bahwa air atau hasil kondensasi uap air akan terkumpul dan debu halus masuk
ke dalam tangki dengan hasil akhir suatu lapisan seperti lumpur terjadi di dasar
tangki dan pada waktunya menyebabkan kontaminasi pelumas. Karena itu
disarankan agar mempunyai tangki penyimpanan yang dilengkapi dengan alas
seperti kerucut atau dengan kemiringan tertentu yang dilengkapi dengan keran
pembuangan, yang memungkinkan secara berkala mengeluarkan kototran.
Bila dapat dilakukan, tangki penyimpanan curah harus dibersihkan secara berkala.

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 78

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Drum gemuk lumas harus mempunyai lubang besar, dimana untuk mencegah
masuknya kotoran atau air, agar penutupnya selalu dikembalikan dengan baik
dan kuat, segera sesudah setiap pengambilan yang dibutuhkan. Suhu ekstrim
tidak baik bagi pelumas, jangan sekali-kali menyimpannya ditempat yang
terlalu panas, juga tidak baik untuk membiarkannya dalam waktu lama pada
kondisi sangat dingin.

Penanganan Pelumas
Sebagian besar manfaat penyimpanan pelumas yang baik dan bersih
dapat hilang bila pelumas itu terkontaminasi ketika dalam perjalanan dari
tempat penimbunan ke mesin. Tangki (container) yang dipakai untuk
mengangkut pelumas ketempat kerja dan untuk penyimpanan dalam jumlah kecil,
harus selalu bersih dan diberi penutup untuk mencegah masuknya debu dan
kotoran. Secara berkala tangki itu harus dibersihkan dan harus diperhatikan
untuk mengelap dan mengeringkannya sebelum digunakan kembali.
Sama halnya dengan peralatan lain, tangki harus selalu bersih. Untuk itu
gunakanlah lap atau majun. Jangan menggunakan lap katun atau wool,
karena kain jenis tersebut meninggalkan serat yang akhimya masuk ke dalam
mesin atau menyubat aliran pelumas.
Disarankan untuk menggunakan bejana yang terpisah dan ditandai dengan jelas
bagi setiap jenis pelumas agar kontaminasi jenis pelumas yang satu dengan jenis
pelumas yang lainnya tidak terjadi.
Pelumas bekas dan kotor harus ditaruh dibejana khusus dan disimpan dalam
tempat penyimpanan yang terpisah dan ditandai dengan jelas, sampai saatnya
dimusnahkan atau dibuang. Setiap tindakan pencegahan harus dilakukan untuk
menjaga agar pelumas bekas tidak dapat mengkontaminasi pelumas dan gemuk lumas

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 79

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

baru.

Ketika pelumas dikeluarkan, jumlahnya harus diukur dan pencatatannya harus dibuat
untuk setiap mesin atau peralatan. Dengan cara ini dapat dilakukan pengecekan
secara teratur tentang pemakaian dan dapat melihat setiap perubahan yang mencolok,
dan bila hal ini terjadi harus segera diselidiki.

Rekomendasi Masa Simpan Pelumas dan material hidrokarbon lainnya adalah sebagai
berikut :

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 80

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

Rekomendasi Ukuran Drum

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 81

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

SINGKATAN-SINGKATAN

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 82

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

DAFTAR PUSTAKA

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007


DIKLAT TEKNIS APARATUR NEGARA :
DIKLAT ANALISIS PELUMAS Hal 83

Mata Diklat
Level : Dasar
PRODUK MINYAK PELUMAS

1. J. George Wills, LUBRICATION FUNDAMENTALS , 1980, Mobil Oil


Corporation, Marcel Dekker, Inc., New York and Basel

2. O Connor and Boyd, STANDARD HANDBOOK OF LUBRICATION


ENGINEERING , 1968, Mc Graw Hill Book Company

3. Salvatore J. Rand, SIGNIFICANCE OF TEST for PETROLEUM PRODUCTS ,


7 th Edition, ASTM International, USA

4. Pertamina, PELUMAS DAN PELUMASAN MESIN-MESIN INDUSTRI , 1999

5. Pertamina, PERTAMINA LUBRICANTS GUIDE .

Produk Minyak Pelumas Arluky Novandy 2007

Anda mungkin juga menyukai