Prosedur Dan Metode Pelaksanaan Divisi Perkerasan Lapis Permukaan
Prosedur Dan Metode Pelaksanaan Divisi Perkerasan Lapis Permukaan
(2) Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam pekerjaan ini harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut :
(a) Distributor Aspal
Distributor Aspal ini harus mempunyai tenaga penggerak sendiri; memakai
ban angin yang lebar dan jumlahnya memungkinkan beban pada
permukaan jalan tidak melebihi 100 kg per sentimeter lebar ban.Alat ini
harus mampu menghamparkan material bitumen secara merata, bahkan
dalam keadaan panas pada berbagai lebar jalan sampai 5 meter; dapat
mengontrol kecepatan sehingga hamparan yang terjadi terkendali antara
0,2 sampai dengan 9,0 liter per meter persegi dengan tekanan merata, dan
toleransi tidak lebih dari 0,1 liter per meter persegi.
Sistem sirkulasi untuk bahan aspal harus mempunyai ukuran yang sesuai
agar dapat memastikan sirkulasi yang lancar dan terus menerus selama
periode pengoperasian.Perlengkapan yang sesuai harus disediakan, baik
dengan selimut uap (steam jacket) atau perlengkapan isolasi lainnya, untuk
mempertahankan temperatur yang disyaratkan dari seluruh bahan pengikat
aspal dalam sistem sirkulasi.
Daya tampung tangki paling sedikit untuk memenuhi kuantitas dua hari
produksi. Jumlah tangki yang disediakan paling sedikit dua buah tangki
dengan kapasitas yang sama.
Tangki-tangki tersebut harus dihubungkan ke sistem sirkulasi sedemikian
rupa agar masing-masing tangki dapat diisolasi secara terpisah tanpa
mengganggu sirkulasi aspal ke alat pencampur.
(e) Ayakan Penampung Panas (Hot Bin Screen)
Ukuran ayakan hot bin harus disediakan sesuai dengan yang cocok untuk
jenis campuran aspal yang diperlukan untuk pekerjaan.
(f) Pengendali Waktu Pencampuran
Instalasi harus dilengkapi dengan perlengkapan yang handal untuk
mengendalikan waktu pencampuran dan menjaga waktu pencampuran
tetap konstan kecuali kalau diubah atas perintah Konsultan Pengawas.
(g) Jembatan Timbang dan Rumah Timbang
Jembatan Timbang harus disediakan untuk menimbang agregat, aspal dan
bahan pengisi yang ditambahkan.Rumah timbang harus disediakan untuk
menimbang truk bermuatan yang siap dikirim ke tempat penghamparan.
Timbangan tersebut harus memenuhi ketentuan seperti yang dijelaskan
diatas.
(h) Penyimpanan dan Pemasukan Bahan Pengisi
Silo atau tempat penyimpanan harus disediakan yang tahan cuaca untuk
menyimpan dan memasok bahan pengisi dengan sistem penakaran berat.
(i) Ketentuan Keselamatan Kerja
(1) Tangga yang memadai dan aman untuk naik ke landasan (platform)
instalasi pencampur dan landasan berpagar yang digunakan sebagai
jalan antar unit perlengkapan harus disediakan. Untuk mencapai puncak
bak truk, perlengkapan untuk landasan atau perangkat lain yang sesuai
harus disediakan sehingga Konsultan Pengawas dapat mengambil baik
benda uji maupun memeriksa temperatur campuran. Untuk
memudahkan pelaksanaan kalibrasi timbangan, pengambilan benda uji
dan lain-lainnya, maka suatu sistem pengangkat atau katrol harus
disediakan untuk menaikkan peralatan dari tanah ke landasan (platform)
atau sebaliknya.Semua roda gigi, roda beralur (pulley), rantai, rantai gigi
dan bagian bergerak lainnya yang berbahaya harus seluruhnya dipagari
dan dilindungi.
(2) Lorong yang cukup lebar dan tidak terhalang harus disediakan di dan
sekitar tempat pengisian muatan truk. Tempat ini harus selalu dijaga
agar bebas dari benda yang jatuh dari alat pencampur.
(j) Alat Pengangkutan
(1) Truk untuk mengangkut campuran aspal harus mempunyai bak terbuat
dari logam yang rapat, bersih dan rata, yang telah disemprot dengan
sedikit air sabun, atau larutan kapur untuk mencegah melekatnya
campuran aspal pada bak. Setiap genangan minyak pada lantai bak truk
hasil penyemprotan sebelumnya harus dibuang sebelum campuran
aspal dimasukkan dalam truk. Tiap muatan harus ditutup dengan
kanvas/terpal atau bahan lainnya yang cocok dengan ukuran yang
sedemikian rupa agar dapat melindungi campuran aspal terhadap cuaca
dan proses oksidasi. Dump Truk yang mempunyai badan menjulur dan
bukaan ke arah belakang harus disetel agar seluruh campuran aspal
dapat dituang ke dalam penampung dari alat penghampar aspal tanpa
mengganggu kerataan pengoperasian alat penghampar dan truk harus
tetap bersentuhan dengan alat penghampar. Truk yang mempunyai
lebar yang tidak sesuai dengan lebar alat penghampar tidak
diperkenankan untuk digunakan. Truk aspal dengan muatan lebih tidak
diperkenankan .
(2) Truk yang menyebabkan segregasi yang berlebihan pada campuran
aspal akibat sistem pegas atau faktor penunjang lainnya, atau yang
menunjukkan kebocoran oli yang nyata, atau yang menyebabkan
keterlambatan yang tidak semestinya, atas perintah Konsultan
Pengawas harus dikeluarkan dari pekerjaan sampai kondisinya
diperbaiki.
(3) Bilamana dianggap perlu, bak truk hendaknya diisolasi dan seluruh
penutup harus diikat kencang agar campuran aspal yang tiba di
lapangan pada temperatur yang disyaratkan.
(4) Jumlah truk untuk mengangkut campuran aspal harus cukup dan
dikelola sedemikian rupa sehingga peralatan penghampar dapat
beroperasi secara menerus dengan kecepatan yang disetujui.
(5) Penghamparan pada setiap bagian pekerjaan harus tidak
diijinkansampai dengan tersediannya tiga truk di lapangan yang siap
memasok campuran aspal ke alat penghampar. Kecepatan alat
penghampar harus dioperasikan sedemikian rupa sehingga jumlah truk
yang digunakan untuk mengangkut campuran aspal setiap hari dapat
menjamin berjalannya alat penghampar secara menerus tanpa henti.
Bilamana penghamparan terpaksa harus dihentikan, maka Konsultan
Pengawas hanya akan mengijinkan dilanjutkannya penghamparan
bilamana minimum terdapat tiga truk di lapangan yang siap memasok
campuran aspal ke alat penghampar. Ketentuan ini merupakan petunjuk
praktisyang baik dan Kontraktor tidak diperbolehkan menuntut tambahan
biaya atau waktu atas keterlambatan penghamparan yang diakibatkan
oleh kegagalan Kontraktor untuk menjaga kesinambungan pemasokan
campuran aspal ke alat penghampar.
(2) Material
(a) Material Bitumen
Material bitumen harus sesuai dengan Gambar dan memenuhi salah satu
persyaratan di bawah ini :
Medium-curing cut back asphalt : AASHTO M 82
Medium setting emulsion asphalt : AASHTO M 140 dan/atau M 208
Slow setting emulsion asphalt : AASHTO M 140 dan/atau M 208
(b) Material Pengering/penyerap (Blotter Material)
Material pengering/penyerap harus berupa pasir atau abu batu yang bersih dan
kering, bebas dari material yang bersifat kohesif, serta tidak mengandung bahan
organik.
(c) Perkiraan jumlah material per meter persegi untuk seal coat adalah :
Material bitumen ..................... 0,7 – 1,5 lt/m2
Cover aggregate...................... 6,5 – 14,0 kg/m2
Jumlah penghamparan material yang pasti akan ditentukan oleh Konsultan
Pengawas.
(3) Pelaksanaan Pekerjaan
(a) Cuaca
Seal coat dapat dihamparkan bila permukaan yang akan dihamparinya kering
atau agak lembab, dan temperatur permukaan jalan adalah 21 derajad C atau
lebih.
(b) Peralatan
Peralatan yang digunakan harus sesuai dengan ketentuan.
(c) Pembersihan Permukaan
Permukaan yang akan dikerjakan harus dipadatkan dengan pneumatic tired
roller. Sebelum material bitumen disemprotkan, permukaan harus dibersihkan.
Daerah yang telah dipersiapkan harus mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas terlebih dahulu, sebelum dilakukan penghamparan seal coat.
(d) Penyemprotan material bitumen
Material bitumen harus disemprotkan dengan alat distributor bertekanan secara
merata pada permukaan yang akan dikerjakan dengan suhu sesuai yang
disyaratkan. Jumlah material per meter persegi harus sesuai dengan ketentuan.
Bila permukaan keadaannya sedemikian rupa sehingga material terlalu cepat
meresap, mungkin perlu penyemprotan pendahuluan 0,2 s/d 0,5 liter per meter
persegi. Selembar kertas karton dengan lebar paling sedikit 100 cm dan panjang
sama dengan batang penyemprot pada alat distributor plus 30 cm, harus
digunakan pada awal penyemprotan. Bila penghentian penyemprotan (cut-off)
kurang baik, mungkin diperlukan kertas karton pada akhir setiap penyemprotan.
Kertas tersebut harus dicabut dan dibuang dengan cara semestinya. Alat
penyiram (distributor) harus bergerak maju dengan kecepatan penyemprotan
yang tepat pada saat batang penyemprot terbuka.Daerah yang kurang terlewati
atau kurang tersiram harus diperbaiki sebagaimana mestinya.Sambungan
penyemprotan atau penghamparan harus dilaksanakan dengan cermat untuk
menjamin permukaan yang dihasilkan halus dan rata. Panjang penyemprotan
material bitumen tidak boleh melebihi kapasitas alat penghampar cover coat
material. Penyemprotan material bitumen tidak boleh 15 cm lebih lebar dari pada
lebar penghamparan cover coat oleh alat penghampar. Pelaksanaan pekerjaan
harus hati-hati agar material bitumen tidak menjadi dingin, mengeras, sehingga
mengganggu lekatan cover coat.
Pada saat tidak dipergunakan, alat distributor harus diparkir sedemikian ruapa
sehingga agar batang penyemprot atau mesinnya tidak meneteskan material
bitumen pada permukaan jalan.
(e) Penghamparancover coat material
Begitu material bitumen disemprotkan, segera material cover coat dihamparkan
dalam jumlah yang telah ditentukan. Penghamparan harus dilakukan sedemikian
rupa agar ban alat penghampar agregat tidak menggilas material bitumen yang
baru dan belum tertutup oleh cover coat. Bila diperintahkan, material cover coat
harus dibasahi air untuk mengurangi lapisan debu pada agregat.Material ini
harus dibasahi sehari sebelum dipergunakan.
Begitu material cover coat dihamparkan, daerah yang kekurangan material harus
segera ditambahi. Begitu material dihamparkan, maka penggilasan dimulai di
belakang alat penghampar, dan harus satu kali gilasan denganpower roller.
Setelah penggilasan awal itu, maka segera diikuti dengan penggilasan dengan
mesin gilas beroda tekanan angin (pneumatic-tyred roller) dan harus selesai
pada hari yang sama dihamparkannya bitumen dan material penutup (cover
coat). Setelah material cover coat dihamparkan, permukaannya harus
dibersihkan dgn penyapuan dengan hati-hatiatau dipelihara
sebagaimanaketentuan dalam jangka waktu empat hari.Pemeliharaan
permukaan mencakup penyebaran material cover coat pada permukaan itu
untuk menyerap aspal yang lepas dan untuk menutupi daerah yang kekurangan
material penutup itu.Pemeliharaan harus dilakukan agar material tidak
lepas/terbongkar.Kelebihan material harus disapukan dari permukaan dengan
rotary broom.Waktu penyapuan ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Kontraktor
harus menyediakan mobil percobaan dan pengemudinya untuk melintasi lapisan
seal coat yang telah selesai dengan kecepatan maksimum 10 km/jam pada 24
jam pertama setelah agregat dihamparkan, bila Konsultan Pengawas
memerintahkan.
ASPAL BETON (BITUMINOUS PLANT MIX MATERIAL)
(1) Uraian
(a) Pekerjaan ini meliputi pencampuran agregatdan aspal (bitumen) pada instalasi
pencampur, penghamparan dan pemadatannya pada permukaan yang telah
dipersiapkan menurut Spesifikasi ini dan sesuai dengan garis, kelandaian,
ketebalan dan bentuk tampak melintang yang tercantum pada Gambar atau
instruksi Konsultan Pengawas.
(b) Jenis campuran aspal panas harus seperti yang ditentukan dalam Pasal ini
atau seperti yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas. Dalam hal ini
campuran-campuran aspal yang dipakai untuk keperluan pekerjaan perkerasan
adalahasphalt concrete base course (AC-Base), asphalt concrete binder
course(AC-BC) dan asphalt concrete wearing course (AC-WC).
(2) Material
(a) Komponen Campuran
Campuran aspal harus tersusun dari campuran agregat, filler, aspaldan bahan
anti pengelupasandan/atau modifier.Beberapa macam fraksi agregat harus
berukuran dan berkualitas merata dan dicampurkan dengan proporsi tertentu
sehingga hasil campuran sesuai dengan formula campuran kerja (job-mix
formula) dan dengan indeks kekuatan berikut menurut AASHTO T 245 untuk
AC-WC dan AC-BC, dan ASTM D5581 untuk AC-Base.
Dalam menghitung karakteristik rongga (voids) dalam campuran, Kontraktor
harus membiarkan agar aspal diserap agregat, dan harus menggunakan
effective specific gravity agregat dan maximum specific gravity dari campuran
aspal yang belum padat (AASHTO T 209).
Beberapa fraksi agregat dan filler untuk campuran harus diukur, digolongkan
dan dicampurkan dengan proporsi tertentu sehingga hasil campuran sesuai
dengan ketentuan gradasi Tabel (1).
Grade A digunakan untuk asphalt concrete base course.
Grade B digunakan untuk asphalt concrete binder course.
Grade C digunakan untuk asphalt concrete wearing course.
Tabel (1)
Ketentuan sifat-sifat campuran aspal disyaratkan dalam Table (2).
Table (2)
Table (3)
Apabila fraksi agregat halus yang diperoleh dari hasil pemecah batu tahap
pertama (primary crusher), tidak memenuhi pengujian Standar Setara Pasir
sebesar 50%, maka fraksi agregat harus dipisahkan dengan scalping screen
sebelum masuk pemecah batu tahap kedua (secondary crusher) atau harus
diperoleh melalui proses pencucian secara mekanis.
Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampur aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin
(cold bin feeds) yang terpisah sehingga gradasi gabungan dan presentase pasir
didalam campuran dapat dikendalikan dengan baik
Angulatitas agregat halus yang diuji sesuai dengan AASHTO TP-33 atau ASTM
C1252-93, tidak kurang dari 45.
(d) Filler
Bila diperlukan filler harus terdiri dari debu batu kapur, Portland cement atau
bahan mineral non-plastis lainnya dari sumber yang telah disetujui oleh
Konsultan Pengawas.Filler mineral ini harus kering, tidak tercampur kotoran atau
bahan lain yang tidak dikehendaki, mengalir lancar, dan ketika diuji dengan
pengayakan di laboratorium, harus memenuhi ketentuan gradasi sebagai berikut:
Table (4)
Filler tambahan harus terdiri dari semen, abu batu kapur, hydratelime, dolomite
dust, cement kiln dust atau fly ash dari sumber yang disetujui Konsultan
Pengawas. Semua material harus terbebas dari material-material yang
dilarang.Ketika Job Mix membutuhkan tambahan fillerlebih 3%, penambahannya
harus brupa abu batu kapur. Bilamana kapur tidak terhidrasi atau terhidrasi
sebagian, digunakan sebagai bahan pengisi yang ditambahkan maka proporsi
maksimum yang diijinkan adalah 1,0% dari berat total campuran aspal. Kapur
yang seluruhnya terhidrasi yang dihasilkan dari pabrik yang disetujui dan
memenuhi persyaratan yang disebutkan diatas, dapat digunakan maksimum 2%
terhadap berat total campuran aspal. Campuran beraspal harus mengandung
bahan pengisi sekurang-kurangnya 1%.
(e) Aspal Keras (Asphalt Cement)
Aspal keras harus penetration gradeAC-20 (setara dengan Pen. 60-70), dan
harus sesuai dengan ketentuan AASHTO M 226 Table 2, dan sebagaimana
ditentukan dalam Tabel (5).Pengambilan contoh bahan aspal harus dilaksanakan
sesuai dengan AASHTO T40.
Tabel (5)
Contoh bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI 03-
3640-1994 (metoda soklet) atau AASHTO T164 (metoda sentrifugal) Cara A atau
AASHTO 164 - 06 (metoda tungku pengapian). Jika metoda sentrifugal
digunakan, setelah konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mencapai 200 ml,
partikel mineral yang terkandung harus dipindahkan ke dalam suatu
sentrifugal.Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar abu dalam
bahan aspal yang diperoleh kembali tidak melebihi 1 % (dengan pengapian). Jika
bahan aspal diperlukan untuk pengujian lebih lanjut maka bahan aspal itu harus
diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur AASHTO T170.
Bitumen harus diuji pada setiap kedatangan dan sebelum dituangkan ke tangki
penyimpan AMP untuk penetrasi pada 25 oC (AASHTO T49) dan Titik Lembek
(AASHTO T53).Tidak ada bitumen yang boleh digunakan sampai bitumen
tersebut telah diuji dan disetujui.
T
a
bel (7) - Kompatibilitas Bahan Anti Pengelupasan dengan Aspal
a) Untuk kombinasi 2 (dua) atau lebih bahan tambahan, kompatibilas bahan tambahan
tersebut harus dinyatakan dengan sertifikat tertulis dari produser.
b) Untuk campuran dengan fly ash kurang dari 50 kg/m3, kontribusi alkali total
(dinyatakan dengan Na2O ekivalen) dari semua bahan tambahan yang digunakan pada
campuran tidak boleh melebihi 0,20 kg/m3.
Super plasticizer/hinge range water reducer dapat digunakan atas persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas.
(ii) Kekuatan Beton
Kuat lentur (flexural strength) minimum tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2 pada umur 28
hari, bila dites dengan third point method menurut AASHTO T 97.
Kuat lentur beton minimum pada umur 7 hari disyaratkan 80% dari kuat lentur (flexural
strength) minimum.
Percobaan campuran (trial mix) di laboratorium yang dibuat oleh Kontraktor, harus
sedemikian rupa sehingga flexural strength yang dihasilkan menunjukkan margin
dengan probabilitas nilai flexural strength hasil tes yang lebih rendah dari flexural
strength minimum yang ditentukan, tidak lebih dari 1% (satu perseratus).
(iii) Pengambilan contoh Beton
Untuk tujuan dari Pasal ini, suatu lot akan didefinisikan sebagai sampai 50 m3 untuk
yang dibentuk dengan acuan bergerak dan sampai 30 m3 untuk yang dibentuk dengan
acuan tetap.
Untuk setiap lot, dua pasang benda uji balok harus dicetak untuk pengujian kuat lentur,
sepasang yang pertama untuk 7 hari dan sepasang lainnya pada umur 28 hari.
Bilamana hasil pengujian kuat lentur diatas tidak mencapai 90% dari kuat lentur yang
disyaratkan dalam Pasal S9.08(3)(f)(ii) maka pengambilan benda uji inti (core) di
lapangan,minimum 4 benda uji, untuk pengujian kuat tekan dapat dilakukan. Jika kuat
tekan benda uji inti (core) yang diperoleh ini mencapai kuat tekan yang diperoleh dari
campuran beton yang sama, yang digunakan untuk pengujian kuat lentur sebelumnya,
maka produk beton ini dapat diterima untuk pembayaran.
(iv) Konsistensi untuk Perkerasan Beton Semen
Konsistensi beton harus ditentukan dengan mengukur slump sesuai dengan SNI 1972 :
2008. Penyedia Jasa harus mengusulkan slump untuk setiap campuran beton dengan
rentang :
a) Untuk kombinasi 2 (dua) atau lebih bahan tambahan, kompatibilas bahan tambahan
tersebut harus dinyatakan dengan sertifikat tertulis dari produser.
b) Untuk campuran dengan fly ash kurang dari 50 kg/m3, kontribusi alkali total
(dinyatakan dengan Na2O ekivalen) dari semua bahan tambahan yang digunakan pada
campuran tidak boleh melebihi 0,20 kg/m3.
Super plasticizer/hinge range water reducer dapat digunakan atas persetujuan tertulis
dari Konsultan Pengawas.
(ii) Kekuatan Beton
Kuat lentur (flexural strength) minimum tidak boleh kurang dari 45 kg/cm2 pada umur 28
hari, bila dites dengan third point method menurut AASHTO T 97.
Kuat lentur beton minimum pada umur 7 hari disyaratkan 80% dari kuat lentur (flexural
strength) minimum.
Percobaan campuran (trial mix) di laboratorium yang dibuat oleh Kontraktor, harus
sedemikian rupa sehingga flexural strength yang dihasilkan menunjukkan margin
dengan probabilitas nilai flexural strength hasil tes yang lebih rendah dari flexural
strength minimum yang ditentukan, tidak lebih dari 1% (satu perseratus).
(iii) Pengambilan contoh Beton
Untuk tujuan dari Pasal ini, suatu lot akan didefinisikan sebagai sampai 50 m3 untuk
yang dibentuk dengan acuan bergerak dan sampai 30 m3 untuk yang dibentuk dengan
acuan tetap.
Untuk setiap lot, dua pasang benda uji balok harus dicetak untuk pengujian kuat lentur,
sepasang yang pertama untuk 7 hari dan sepasang lainnya pada umur 28 hari.
Bilamana hasil pengujian kuat lentur diatas tidak mencapai 90% dari kuat lentur yang
disyaratkan dalam Pasal S9.08(3)(f)(ii) maka pengambilan benda uji inti (core) di
lapangan,minimum 4 benda uji, untuk pengujian kuat tekan dapat dilakukan. Jika kuat
tekan benda uji inti (core) yang diperoleh ini mencapai kuat tekan yang diperoleh dari
campuran beton yang sama, yang digunakan untuk pengujian kuat lentur sebelumnya,
maka produk beton ini dapat diterima untuk pembayaran.
(iv) Konsistensi untuk Perkerasan Beton Semen
Konsistensi beton harus ditentukan dengan mengukur slump sesuai dengan SNI 1972 :
2008. Penyedia Jasa harus mengusulkan slump untuk setiap campuran beton dengan
rentang :