Latar Belakang
Dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, salah satu industry yang
cukup berkembang pesat adalah industri pengolahan susu. Industri pengolahan susu
merupakan jenis usaha yang cukup banyak dilakukan dan jumlahnya semakin
bertambah. Hal ini disebabkan karena permintaan konsumen terhadap produksi susu
relatif meningkat dan masyarakat semakin mengerti pentingnya kebutuhan akan gizi,
sehingga keberadaannya sangat penting. Salah satu industri yang bergerak di bidang
pengolahan susu adalah PT. Sari Husada Tbk, Yogyakarta.
SGM (Susu Gula Minyak) merupakan produk susu formula bayi yang
diproduksi oleh PT. Sari Husada Tbk, perusahaan pertama di Indonesia yang
mengkhususkan diri memproduksi susu bayi sejak tahun 1965. Sejarah berdirinya PT.
Sari Husada Tbk adalah berkat kerjasama Pemerintah tanah air dengan UNICEF
untuk mengatasi problematika gizi di Indonesia pada saat itu. 45 tahun sudah usia
susu SGM di Indonesia, terbilang senior dibandingkan produk-produk merk lain.
Setelah sekian lama berkecimpung di bidang susu formula bayi, susu SGM
telah membuktikan diri mampu membantu anak-anak Indonesia untuk memenuhi
kebutuhan gizinya sejak lahir, SGM telah mendukung tumbuh kembang anak-anak
Indonesia sehingga menjadi putra bangsa yang cerdas dan berkualitas.
Peningkatan industri olahan susu ini tentunya memiliki dampak yang negatif
bila dilihat dari segi aspek lingkungan. Setiap pengolahan bahan mentah menjadi
produk jadi akan menghasilkan limbah. Limbah yang dihasilkan harus mengalami
perlakuan pendahuluan sehingga limbah tersebut tidak berbahaya jika dibuang ke
lingkungan.
1
PEMBAHASAN
Limbah susu mengandung gula terlarut dan protein, lemak, dan mungkin
residu dari aditif. Parameter –parameter penting yang harus diperhatikan dalam dairy
industri adalah:
1. BOD dengan rata-rata berkisar 0,8-2,5 kilogram per metrik ton (kg/t) susu dalam
limbah yang belum ditreatment
2. COD yang biasanya sekitar 1,5 kali kadar BOD
3. Total padatan tersuspensi di 100-1,000 miligram per liter (mg/l)
4. Total padatan terlarut fosfor (10-100 mg/l), dan nitrogen (sekitar 6% dari tingkat
BOD).
Produksi krim, mentega, keju, dan whey adalah sumber utama dari BOD
dalam air limbah. Pada umumnya, beban limbah dari konstituen susu adalah sebagai
berikut : 1 kg lemak susu setara dengan 3 kg COD ; 1 kg laktosa setara dengan 1,13
kg COD; dan 1 kg protein setara dengan 1,36 COD kg. Air limbah dapat mengandung
zat patogen dari bahan yang terkontaminasi atau proses produksi. Susu sering
menghasilkan bau dan debu (dalam beberapa kasus) yang perlu dikontrol. Sebagian
besar limbah padat dapat diolah menjadi produk lain dan produk sampingan
2
Sasaran Beban Pencemaran
Beban air limbah biasanya 1-2 m3/metrik ton (m3/t) susu olahan. Para
operator pabrik harus berusaha untuk mencapai tingkat 1 m3/t atau kurang dari sistem
pengolahan limbah cair. Tingkat BOD harus kurang dari 2,5 kg/t susu, dengan target
1-1,5 kg/t. Tingkat BOD dari mentega dan produksi keju harus kurang dari 2 kg/t
produk.
Limbah cair yang berasal dari industri susu mempunyai karakteristik khusus,
yaitu kerentanannya terhadap bakteri. Untuk mengolah limbah susu metode proses
pengolahan dipilih kombinasi antara proses Fisika, Kimia dan Biologi.
Sesuai karakterisitik limbah cair industri susu, maka proses proses pengolahan
dipilih dengan mengkombinasikan proses secara fisika, kimia, dan biologi. Proses
secara fisika meliputi proses equalisasi, sedimentasi, filtrasi, flotasi dan penyaringan.
Proses secara kimia yang dipilih adalah proses koagulasi dan flokulasi, sedangkan
proses biologi adalah proses anaerob dan proses aerasi lumpur aktif.
3
Pengolahan Limbah Cair PT. Sari Husada
1. Limbah yang diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) PT. Sari Husada
berasal dari Proses produksi susu, sisa cucian peralatan memasak, laundry
pakaian para pegawai, dapur/kantin dan toilet.
2. Limbah yang dihasilkan sebasar 400 m3/hari dengan kapasitas IPAL 500 m3/hari.
3. Limbah dialirkan melalui unit cooling agar suhu limbah dapat turun dan sesuai
untuk proses pengolahan. Vilume unit ini adalah 5 m3.
4. Selanjutnya proses equalisasi atau penyeragaman (homogenisasi), yaitu proses
pendahuluan yang akan membantu menstabilkan limbah agar tidak mengganggu
terhadap proses aerasi anaerob. Pada proses ini dilakukan penambahan basa
NaOH 40% untuk mengatur pH. Setelah melalui bak equalisasi, limbah mengalir
ke Unit DAF (Disolved Air Flotation) yaitu proses pengapungan untuk
meningkatkan laju pemindahan partikel tersuspensi yang masih ada..
5. Setelah mengalalami proses pengapungan, air limbah di alirkan ke bak koagulasi
dengan penambahan bahan koagulan Al untuk memisahkan beningan dan flok-
flok.lalu out flow dari proses ini masuk ke bak aerob.
6. Flok-flok yang dihasilkan selanjutnya diolah menggunakan Continous Steer Tank
Reactor.
7. Sebelum masuk bak aerasi, sludge masuk ke unit sludge holding untuk
menangkap bakteri.
8. Pengolahan aerob menggunakan proses aerasi lumpur aktif dengan jumlah bak
sebanyak 3 buah dan volume masing-masing sebesar 200 m3. Proses aerasi,
bertujuan untuk menurunkan bahan-bahan organik dan senyawa organik lainnya
dengan cara memasukkan oksigen terus menerus.
9. Proses anarob, yaitu proses yang bertujuan untuk menurunkan bahan-bahan
organik terlarut dan senyawa organik lainnya dengan bantuan bakteri anaerob.
Selanjutnya limbah hasil proses anaerob ini di alirkan ke bioreactor agar
menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan sebagai daya penerangan di
malam hari.
4
10. Limbah yang telah ditambahkan koagulan Al selanjutnya dialirkan ke bak
sedimentasi yang bervolume 150 m3. Bak ini digunakan untuk mengendapkan
lumpur hasil pengolahan aerob.
11. Air beningan yang berasal dari bak sedimentasi selanjutnya dialirkan ke kolam
control sebelum dibuang ke badan sungai Gajah Wong.
12. Sedangkan sludge hasil pangendapan di masukan ke dalam filter press untuk
mengurangi kadar air yang terdapat di dalamnya. Sludge yang telah terpisah
dengan air selanjutnya dimanfaatkan sebagai kompos. Karena kandungan
Nitrogen (N) masih tinggi, maka ditambahkan seluslosa dari daun-daunan dan
katalisator. Kompos yang dihasilkan tidak semuanya aerobic dan aerobic.
Pembuatan kompos ini memerlukan waktu satu bulan.
PENUTUP
5
Kesimpulan
1. Limbah cair yang diolah di IPAL PT. Sari Husada tidak hanya dihasilkan dari
proses produksi susu, tetapi juga limbah hasil sisa cucian peralatan memasak,
laundry pakaian pegawai, toilet dan kantin/dapur.
2. Limbah yang dihasilkan sebesar 400 m3/hari dengan kapasitas IPAL 500 m3.
3. Sludge sisa pengolahan dimanfaatka sebagai pupuk kompos tanaman dan sisa
pengolahan anaerob dimanfaatkan sebagai biogas untuk penerangan.
DAFTAR PUSPTAKA
1. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/22984352.pdf
2. http://lib.uin-malang.ac.id/thesis/chapter_ii/07620054-umi-maghfiroh.ps
3. http://dwitiya-martharini.blog.ugm.ac.id/2012/08/12/limbah-industri-sapi-perah/
4. http://pangan46.blogspot.com/2011/10/gol-3-kelompok.html
6
5. http://ebookuniverse.net/kaji-ulang-sistem-pengolahan-limbah-cair-industri-hasil-
pdf-d42910809
6. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/10433/D08esa.pdf?
sequence=2
7. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/46029/F06ddp1.pdf?
sequence=1
8. http://analisakimia.com/?p=54