Anda di halaman 1dari 3

Analisa Swot Terapi Aktivitas Kelompok Halusinasi Sesi 2 : Mengontrol

Halusinasi dengan Menghardik

A. Strength/Kekuatan (S)
a. Struktural
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) yang dipimpin oleh Adha Parmitha
(Leader) merupakan program yang dibentuk melalui rencana terstruktur
dengan anggota yang memiliki peran dan tugas pokoknya masing-masing.
Tetapi pada saat kegiatan berlangsung, para anggota masih bingung akan
perannya. Seperti fasilitator, fasilitator hanya berdiri dibagian belakang
saja, seharusnya fasilitator duduk atau berdiri di sela-sela setiap pasien.
b. Sasaran Kegiatan
Pada kegiatan tersebut sasaran yang dituju cukup memadai yaitu lima
peserta. Hal itu membuat kinerja leader dan anggotanya lebih mudah
dalam mengatur jalannya kegiatan.
c. Pengalaman
Setiap anggota dan leader pernah memiliki melakukan TAK dimasa
lampau tetapi hanya sebagai fasilitator dan observer. Saat ini Adha
Paramitha dan Dini Syafitri mempunyai pengalaman pertama kali menjadi
leader dan co leader.
d. Fasilitas
Fasilitas yang sangat mendukung yang disediakan di ruangan Kresna Laki-
Laki dapat mempermudah jalannya kegiatan seperti, ruangan yang besar,
karpet untuk duduk pasien dan anggota, dan lain-lain.

B. Weakness/Kelemahan (W)
a. Metode
Kegiatan yang dilakukan dengan metode diskusi, tanya jawab dan
stimuasi. Sebelum sesi kedua dimulai Adha menanyakan terlebih dahulu
ke pasien apakah sudah ada yang tahu bagaimana cara menghardik. Satu
dari lima orang pasien mampu menjawabcara menghardik yaitu dengan
cara menutup telinga sambil mengatakan pergi pergi kamu suara palsu,
kamu tidak nyaa. Selanjutnya Adha memberitahu bagaiman cara
menghardik yang benar dan mulai membahas tentang sesi 2 yaitu tentang
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Sebelum sesi kedua
dimulai, sebenarnya mau diadakan sebuah permainan, tetapi permainan
tersebut tidak jadi diadakan karena kurang persiapan dari anggota.
b. Anggota
 Leader
Pada saat kegiatan berlangsung intonasi dan volume suara dari Adha
sudah baik.
 Co leader
Harus lebih ditingkatkan keaktifannya, volume suaranya dalam
mebantu leader serta leader harus membaca aturan selama TAK.
 Fasilitator
Harus lebih bertanggung jawab lagi terhadap peran dan tugasnya.
Harus lebih ditingkatkan lagi dalam memotovasi, mengatur, dan
menyemangati peserta sehingga kontak mata peserta terjaga.
c. Persiapan
Briefing yang diadakan mendadak saat pagi di ruangan Kresna Laki-Laki
menjadikan peran setiap anggota kurang kurang terjalin komunikasi,
sehingga peran fasilitator untuk penyemangat, pengingat dan
memperhatikan respon peserta terkadang lupa.

C. Oppurtinity/Peluang (O)
a. Mahasiswa
Sebagai pembelajaran kepemimpinan dan manajemen organisasi serta
melatih kreatifitas komunikasi denganklien yang gangguan jiwa dan
meningkatkan inovasi dalam memberikan Terapi Aktivitas Kelompok.
b. Peserta
Menjadi kegiatan positif bagi peserta, mengisi jadwal kegiatan setiap
peserta dan peluang untuk meningkatkan kepercayaan diri setiap peserta
serta sebagai terapi aktivitas bagi pasien dengan diagnosa halusinasi.
D. Thearts/Ancaman (T)
a. Pasien Lain
Kecemburuan pasien lain ketika melihat temannya mengikuti kegiatan dan
mendapatkan pujian menjadikan sebuah tantangan bagi mahasiswa untuk
menyampaikan alasan yang bisa diterima oleh pasien.
b. Kendala Peserta
Saat TAK mau dimulai, ada salah satu pasien yang tampak bingung dan
tidak mau duduk bersama temannya, dan akhirnya pasien tersebut berjalan
sendiri keluar dari ruangan.

Anda mungkin juga menyukai