Anda di halaman 1dari 9

BONDAMINANG (ABON DAMI NANGKA) SEBAGAI INOVASI BARU DALAM

PENGEMBANGAN USAHA KULINER

Fatina Tsuroyya1*), Noviyanti2), Ni Made Eva Janawati Utari3), Rosinta Magfiroh4),


Rusnandar Arif Putra5) dan Yeni Sulastri, STP., MSi
1)
Mahasiswa Progra Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, FATEPA, UNRAM
2)
Staf Pengajar Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, FATEPA, UNRAM
Jl. Majapahit No. 58 Mataram
*Email: Fatinatsuroyya17@gmail.com

ABSTRAK
Lombok yang semakin berkembang menjadi kota wisata memberikan
banyak peluang usaha bagi masyarakat. Berbagai produk mampu dihasilkan oleh
pelaku UMKM seperti dodol dan keripik nangka. Hal tersebut menimbulkan
dampak positif bagi perkembangan perekonomian masyarakat setempat, namun di
lain pihak dampak negatifnya berupa makin banyaknya limbah yang dihasilkan
dari industri yang tidak dapat dihindari. Selama ini bagian buah nangka yang
dimanfaatkan adalah bagian daging buah dan bijinya saja, sedangkan bagian dami
yang jumlahnya cukup banyak belum dimanfaatkan. Salah satu usaha yang
menjanjikan adalah abon dami nangka. Selain itu, dami nangka juga bermanfaat
bagi kesehatan yaitu memiliki kandungan serat serta kandungan pektin yang
cukup tinggi. Manfaat dari usaha abon dami nangka ini diantaranya adalah
mendapatkan keuntungan finansial. Di samping itu, dengan adanya usaha abon
dami nangka ini dapat menyediakan lapangan pekerjaan untuk orang lain. Usaha
ini juga dapat dijadikan sebagai upaya untuk memanfaatkan limbah agar tidak
menimbulkan pencemaran lingkungan. Abon dami nangka selain rasanya enak,
harganya yang ekonomis dan disukai banyak orang, juga sangat bermanfaat bagi
kesehatan tubuh. Bondaminang (Abon dami nangka) ini memiliki kadar air
sebesar 6,2063%, kadar abu sebesar 6,9342 %, kadar lemak kasar sebesar 21,2924
%, kadar serat sebesar 1,3534 %, dan kadar protein sebesar 6,4367 %.
Berdasarkan uji organoleptik yang dilakukan abon yang paling disukai oleh
panelis yaitu BONDAMINANG (Abon dami nangka) rasa balado.

Kata kunci: Abon, dami, konsumtif, limbah, nangka.


PENDAHULUAN nangka mengandung pektin dan serat
Lombok yang semakin yang tinggi. Menurut Siregar dalam
berkembang menjadi kota wisata Kurniawati (2003) kandungan
memberikan banyak peluang usaha karbohidrat pada dami nangka terdiri
bagi masyarakat untuk membuat dari glukosa, fruktosa, sukrosa, pati,
produk oleh-oleh khas Lombok. serat dan pektin yang mencapai
Berbagai produk mampu dihasilkan 15,87%. Di samping untuk
oleh pelaku UMKM (Usaha Mikro memperbaiki tekstur makanan
Kecil dan Menengah) seperti dodol olahan, pektin juga mempunyai
dan keripik nangka. Hal tersebut peranan penting dalam menurunkan
menimbulkan dampak positif bagi kadar kolesterol total dan LDL darah.
perkembangan perekonomian Kandungan serat juga bermanfaat
masyarakat setempat, namun di lain untuk kesehatan pencernaan
pihak dampak negatifnya berupa manusia.
makin banyaknya limbah yang Ketatnya persaingan dalam
dihasilkan dari industri yang tidak usaha kuliner membuat para pelaku
dapat dihindari dan dapat bisnis sekarang ini harus pintar
menimbulkan pencemaran membuat terobosan dan inovasi baru
lingkungan. agar tetap terdepan dalam berbisnis
Untuk menanggulangi kuliner. Salah satu usaha yang
masalah pencemaran, masyarakat menjanjikan adalah abon dami
harus mulai befikir keras untuk nangka. Abon dami nangka
memanfaatkan limbah industri yang merupakan salah satu bentuk
masih dapat dimanfaatkan. Hal ini diversifikasi makanan berbahan baku
akan mengurangi biaya pengolahan dami nangka. Abon adalah produk
limbah dan akan menambah hasil olahan dengan menggunakan
pendapatan bagi masyarakat. Limbah teknik pengeringan untuk
merupakan salah satu sumber menghilangkan air yang terdapat
pencemaran udara berupa bau busuk dalam bahan sehingga produk
dan pencemaran sungai. Salah satu menjadi renyah. Pembuatan abon
limbah yang dapat dimanfaatkan dan dami nangka merupakan salah satu
diolah adalah dami nangka. Selama alternatif pengolahan limbah nangka,
ini bagian buah nangka yang dimana abon memiliki daya simpan
dimanfaatkan adalah bagian daging yang relatif cukup lama karena
buah dan bijinya saja, sedangkan bentuknya yang kering. Banyak
bagian dami yang jumlahnya cukup produk abon yang beredar di
banyak belum dimanfaatkan. masyarakat yang biasanya terbuat
Buah nangka terdiri dari dari daging sapi, daging ikan, dan
bagian-bagian seperti: kulit buah, daging ayam.
dami, daging buah, dan biji. Selama Produk yang dihasilkan ini
ini bagian buah nangka yang diharapkan memiliki kandungan gizi
dimanfaatkan adalah bagian daging yang tinggi dengan umur simpan
buah dan bijinya saja, sedangkan yang lama. Pada dasarnya
bagian dami yang jumlahnya cukup masyarakat lebih menyukai produk
banyak belum dimanfaatkan. Dami pangan yang siap dikonsumsi dan
adalah bagian dari buah nangka, bergizi tinggi. Abon dami nangka
berupa serabut-serabut putih yang dapat dijadikan pilihan sebagai
membungkus daging buah. Dami makanan yang siap dikonsumsi
karena abon bisa disajikan sebagai 2. Uji Organoleptik
lauk, bahan isi utama dalam pangan Sifat organoleptik dengan uji
tradisional atau hanya sebagai kesukaan atau hedonik dan uji
taburan dalam berbagai produk skoring terhadap rasa, tekstur dan
pangan atau menu makanan. Melalui warna abon dami nangka dengan
kegiatan usaha ini, dapat mengangkat cara pengisian formulir kuisioner
dan mempromosikan makanan uji organoleptik oleh panelis
nusantara (tradisional) menjadi terdiri dari 15 orang.
makanan populer di masyarakat.
Selain itu, juga diharapkan dari usaha HASIL DAN PEMBAHASAN
ini dapat memanfaatkan dan
mengolah limbah salah satunya Analisis Zat Gizi Abon Dami
limbah nangka. Peluang bisnis abon Nangka (BONDAMINANG)
nangka ini sangat menjanjikan a. Kadar Air
karena budaya konsumsi dan Pengukuran kadar air pada
kebiasaan makan makanan cepat saji setiap bahan pangan merupakan
oleh setiap orang, baik itu dari indikator yang sangat penting, hal ini
kalangan anak kecil sampai orang dikarenakan tinggi atau rendahnya
dewasa. Di samping itu, juga kandungan air dalam bahan pangan
dikarenakan kebiasaan orang yang akan menentukan mutu akhir dari
setiap kali makan selalu disertai suatu produk. Menurut Mainaliza
dengan lauk. (2003), kadar air merupakan
Dari hasil pengamatan di parameter yang umum disyaratkan
daerah tempat tinggal kami, temyata dalam standar mutu suatu bahan
belum ada yang terjun di dalam pangan, karena kadar air dalam
usaha bisnis kuliner abon dami kandungan bahan pangan sangat
nangka ini. Selain itu, lokasi di mana menentukan kemungkinan
kami tinggal saat ini sangat dekat terjadinya reaksi-reaksi biokimia.
dengan keramaian, sehingga Selain itu dengan adanya reaksi
memungkinkan sekali usaha bisnis biokimia akan mengakibatkan
abon dami nangka ini akan penurunan mutu dari suatu produk
berkembang dengan baik apabila pangan sehingga sebagian air harus
dijalankan. Oleh karena itu dilakukan dikeluarkan dari produk pangan
inovasi usaha baru dengan tersebut (Buckle et al., 1987).
pemanfaatan limbah nangka yaitu Semakin rendah kadar air suatu
dami nangka menjadi abon dami produk, maka semakin tinggi daya
nangka (BONDAMINANG) dengan tahan suatu produk tersebut
berbagai variasi rasa yang enak, (Winarno, 1997).
ekonomis dan benilai gizi tinggi. Hasil analisis kadar air yang
dihasilkan pada abon dami nangka
METODOLOGI (BONDAMINANG) adalah 6,2063
Kriteria Pengamatan %. Berdasarkan SNI untuk kadar air
1. Sifat Kimia pada produk abon maksimal 7%, jadi
a. Kadar Air kadar air pada abon dami nangka
b. Kadar Abu yang di uji telah memenuhi syarat
c. Kadar Lemak Kasar standar. Kadar air abon dami nangka
d. Kadar Serat Kasar dengan perlakuan pemasakan
e. Kadar Protein penggorengan lebih rendah dari
kadar SNI yang ditetapkan. Hal ini nangka yang dihasilkan karena
didukung penelitian Meirahma (2014), kandungan mineral seperti fosfor
bahwa penurunan kandungan air yang paling dominan berasal dari
dipengaruhi oleh proses pengolahan pangan hewani lebih banyak
yakni pada tahap penggorengan, dibandingkan dari nangka. Hal ini
dikarenakan air yang terdapat dalam sesuai dengan Sediaoetama (1985),
bahan menguap atau keluar sewaktu kandungan fosfor nangka muda yang
bahan digoreng. Hal ini disebabkan air menurut Depkes (1992) yaitu hanya
bebas yang terdapat dalam bahan sekitar 29 mg/100 g. Menurut
langsung diuapkan oleh panas wajan Sudarmadji dkk (2003), juga
dan minyak sebagai media perantara menyatakan bahwa makanan yang
sehingga sebagian air bebas yang
berasal dari hewani mengandung
terdapat dalam jaringan bahan dapat
kadar abu yang tinggi yang
menguap atau berkurang (Sundari et
al. 2015).
disebabkan oleh kandungan beberapa
mineral seperti posfor, besi dan
b. Kadar Abu
Abu adalah zat anorganik sisa kalsium.
hasil pembakaran suatu bahan c. Kadar Lemak Kasar
organik. Kandungan abu dan Lemak merupakan salah satu
komposisinya tergantung pada zat makanan yang penting bagi tubuh
macam bahan dan cara dan berfungsi sebagai sumber energi
pengabuannya. Kadar abu dari suatu yang efektif dibandingkan dengan
bahan pangan menunjukkan total karbohidrat dan protein. Lemak
mineral yang terkandung dalam terdapat pada hampir semua bahan
bahan pangan tersebut. Dalam proses pangan dengan jumlah kandungan
pembakaran, bahan-bahan organik yang berbeda-beda (Winarno, 1997).
terbakar tetapi zat anorganik tidak, Menurut Ketaren (1996),
karena itulah disebut abu lemak terdiri dari trigliserida
(Winarno,2008). campuran, yang merupakan ester dari
Hasil analisis kadar abu yang gliserol dan asam lemak rantai
dihasilkan pada abon dami nangka panjang. Lemak tersebut jika
(BONDAMINANG) adalah 6,9342 dihidrolisis akan menghasilkan 3
%. Berdasarkan SNI untuk kadar abu molekul asam lemak rantai panjang
pada produk abon maksimal 7%, jadi dan 1 molekul gliserol.
kadar abu pada abon dami nangka Hasil analisis kadar lemak
yang di uji telah memenuhi syarat kasar yang dihasilkan pada abon
standar. Kadar abu abon dami dami nangka (BONDAMINANG)
nangka yang diperoleh lebih rendah adalah 21,2924 %. Berdasarkan SNI
dari kadar SNI yang ditetapkan. untuk kadar lemak kasar pada produk
Kadar abu yang diperoleh mengalami abon maksimal 30%, jadi kadar
penurunan, diduga hal ini disebabkan lemak kasar pada abon dami nangka
oleh pengendapan unsur unsur yang di uji telah memenuhi syarat
mineral serta adanya korelasi standar. Kadar lemak kasar abon
penurunan yang terjadi pada elemen dami nangka yang diperoleh lebih
zat gizi lainya selama penyimpanan rendah dari kadar SNI yang
seperti kadar lemak, kadar protein ditetapkan.
dan kadar air yang meningkat. Kadar lemak selama
Selain itu rendahnya penyimpanan pada suhu ruang
kandungan abu pada abon dami mengalami penurunan, hal tersebut
terbukti karena selama penyimpanan sulfat dan natrium hidroksida
sampel terdapat lemak/minyak mempunyai kemampuan yang lebih
meleleh atau mencair selama besar untuk menghidrolisis
penyimpanan. Terjadinya penurunan komponen-komponen pangan
kadar Lemak ini disebabkan karena dibandingkan dengan enzim-enzim
terjadinya oksidasi lemak selama pencernaan (Muchtadi et al., 1992).
penyimpanan dan pengaruh suhu Hasil analisis kadar serat
ruangan yang mengakibatkan kadar kasar yang dihasilkan pada abon
Asam Lemak dalam Abon terbuka dami nangka (BONDAMINANG)
dan tidak terlindungi. adalah 1,3534 %. Berdasarkan SNI
Rendahnya kandungan lemak untuk kadar serat kasar pada produk
abon yang dihasilkan dapat abon maksimal 1,0%. Kadar serat
dikarenakan kandungan lemak yang kasar abon dami nangka yang
ada pada bahan pangan hewani lebih diperoleh lebih tinggi dari kadar SNI
besar dbandingkan dengan yang ditetapkan.
kandungan lemak yang ada pada e. Kadar Protein
nangka muda. Sesuai dengan Setijo Tujuan analisa protein dalam
Pitojo (2005) kandungan lemak makanan adalah untuk menera
nangka muda hanya sebesar 0,2 jumlah kandungan protein dalam
g/100g atau sekitar 0,2%. bahan makanan dengan menentukan
Selain itu penurunan tingkat kualitas protein dipandang
kandungan lemak juga terjadi karena dari sudut gizi; dan menelaah protein
proses pengikatan lemak oleh bahan sebagai salah satu bahan kimia
nangka muda dalam proses (Sudarmadji et al. 2007).
pengolahan. Menurut Elliyasami dan Kandungan protein dalam
Hamzah (1997), menyatakan bahwa suatu bahan pangan merupakan
jaringan buah muda mempunyai pertimbangan tersendiri bagi orang
jaringan kolenkim yang mengandung yang mengkonsumsi makanan, hal
pektin dan air dalam jumlah besar ini dikarenakan protein merupakan
pada sehingga mampu mengikat zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh,
lemak dan kolesterol yang ada. dan berfungsi sebagai bahan bakar
d. Kadar Serat Kasar dalam tubuh dan sebagai zat
Serat kasar merupakan sisa pembangun serta zat pengatur
bahan makanan yang telah (Darwis,dkk, 2015). Protein
mengalami proses pemanasan merupakan suatu zat makanan yang
dengan asam keras dan basa keras sangat penting bagi tubuh yang
selama 30 menit berturut-turut dalam berfungsi sebagai bahan bakar, zat
prosedur yang dilakukan di pembangun dan pengatur
laboratorium. Dengan proses seperti (Winarno,1997).
ini dapat merusak beberapa macam Hasil analisis kadar protein
serat yang tidak dapat dicerna oleh yang dihasilkan pada abon dami
manusia, dan tidak dapat diketahui nangka (BONDAMINANG) adalah
komposisi kimia tiap-tiap bahan yang 6,4367 %. Berdasarkan SNI untuk
membentuk dinding sel (Piliang dan kadar protein pada produk abon
Djojosoebagio, 1996). maksimal 15%. Kadar protein abon
Kadar serat kasar nilainya dami nangka yang diperoleh lebih
lebih rendah dibandingkan dengan rendah dari kadar SNI yang
kadar serat pangan, karena asam ditetapkan. Terjadinya penurunan
kadar Protein ini dikarenakan oleh kesukaan konsumen pada aroma
reaksi antara protein dan garam, dipengaruhi oleh kebiasaan dari
selama penyimpanan telah terjadi konsumen, konsumen yang
penetrasi uap air kedalam abon, menjadi panel adalah panel
sehingga kadar air mengikat dan terlatih yang terbiasa
mengakibatkan kadar protein abon mengkonsumsi abon yang terbuat
dami nangka menurun. dari daging sapi dan mayoritas
Menurut Winarno (1997), menyukai rasa pedas sehingga
mengemukakan bahwa dengan mempengaruhi kesukaan aroma
adanya pemanasan, protein dalam secara hedonik yang paling
bahan makanan akan mengalami disukai adalah Bondaminang rasa
perubahan bentuk persenyawaan barbeqiue dengan total 3.88% dan
dengan bahan lain misalnya antara secara berurutan rasa pedas
asam amino hasil perubahan protein 3.72%, rasa original 3.55%,
dengan gula reduksi yang Jagung bakar 3.33%, rasa balado
membentuk senyawa rasa dan aroma 3.22%, rasa keju 3.11%.
makanan. Penurunan atau kenaikan b. Rasa
kadar protein pada abon dami nangka
disebabkan oleh adanya reaksi antara
protein dengan garam.
Selain itu kandungan protein
yang dihasilkan menunjukkan
penurunan karena pada proses
pembuatan abon dami nangka
menggunakan serat-serat nangka.
Dimana menurut Setijo Pitojo (2005)
Berdasarkan grafik diatas
kandungan protein nangka muda
dapat dililhat bahwa tingkat
hanya sebesar 0,2 g/100g yang
kesukaan konsumen pada rasa
artinya memiliki kandungan protein
secara hedonik paling disukai
yang lebih rendah dibandingan
adalah Bondaminang rasa balado
dengan kandungan protein yang
dengan tingkat kesukaan 4.22 %
berasal dari bahan pangan hewani.
hal tersebut dipengaruhi oleh
kegemaran konsumen
Pengujian Organoleptik Abon
mengkonsumsi makanan dengan
Dami Nangka
rasa pedas dan agak manis. dan
1. Uji Hedonik
secara berturut turut, jagung bakar
a. Aroma
3.94%, rasa barbeque 3.94%, rasa
keju 3.50%, rasa original 3.83%,
rasa pedas 3.72%.
c. Tekstur

Berdasarkan grafik diatas


dapat diketahui bahwa tingkat
Berdasarkan grafik diatas Berdasarkan grafik diatas
dapat dilihat bahwa tingkat dapat diketahui bahwa tingkat
kesukaan konsumen pada Tekstur kesukaan konsumen Aroma secara
secara hedonik paling disukai skoring paling disukai adalah
adalah Bondaminang rasa jagung Bondaminang pedas dan balado
bakar dan barbeque dengan dengan total 3.44 %, hal ini
persentasi kesukaan 3.77% dan dipengaruhi oleh tingkat kebiasaan
secara berturut turut, rasa keju dan kesukaan konsumen terutama
3.61%, rasa balado 3.55%, 3.11%, konsumen yang mayoritas
rasa pedas 3.33%, rasa original Lombok yang terbiasa
3.27%. mengkonsumsi rasa pedas
d. Warna sehingga mempengaruhi tingkat
kesukaannya pada aroma secara
skoring.
b. Warna

Berdasarkan grafik diatas


dapat diketahui bahwa tingkat
kesukaan konsumen pada produk
dipengaruh oleh kebiasaan dari Berdasarkan grafik diatas
konsumen, sehingga Warna secara dapat diketahui bahwa tingkat
hedonik paling disukai adalah kesukaan konsumen pada produk
Bondaminang rasa balado dengan dipengaruh oleh kebiasaan dari
total kesukaan 4.16 % diketahui konsumen yang terbiasa melihat
bahawa konsumen terbiasa warna abon sapi, sehingga Warna
melihat abon dari olahan daging secara skoring paling disukai
sehingga ketika diberikan adalah Bondaminang rasa balado
perlakuan rasa balado berpengaruh dengan total 4.3 %, hal tersebut
pada penampakan warna abon dipengaruhi oleh penambahan rasa
menyerupai warna daging, panel balado memberikan efek warna
menyukai abon dengan rasa yang menyurapai warna daging.
balado karena memiliki c. Tekstur
karakteristik warna merah
menyerupai warna abon daging.
2. Uji Skoring
a. Aroma

Berdasarkan grafik diatas


dapat diketahui bahwa tingkat
kesukaan konsumen pada Tekstur tersebut dipengaruhi oleh
secara skoring paling disukai kegemaran konsumen
adalah Bondaminang rasa keju mengkonsumsi makanan dengan
dengan total 3.61 %, hal tersebut rasa pedas dan agak manis, dari
dipengaruhi oleh penambahan rasa segi tekstur yang paling disukai
keju sehingga membuat tekstur adalah Bondaminang rasa jagung
dari abon menjadi agak lunak. bakar dan barbeque dengan
d. Rasa persentasi kesukaan 3.77%, dan
dari segi warna yang paling
disukai adalah Bondaminang rasa
balado dengan total kesukaan
4.16%. Secara keseluruhan
Bondaminang yang paling disukai
oleh konsumen adalah
Bondaminang rasa balado.

DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan grafik diatas
dapat diketahui bahwa tingkat Buckle, A, K., Edward, R.A., Fleet,
kesukaan konsumen pada produk G.H. and Wooton, M., 1987.
dipengaruh oleh kebiasaan dari Ilmu Pangan Pangan.
konsumen, sehingga Rasa secara Penterjemah Hari Purnomo
scoring paling disukai adalah dan Adiono. Penerbit
Bondaminang original dengan Universitas Indonesia.
total kesukaan 3.4 %, hal tersebut Jakarta. 365 hal.
dipengaruhi oleh konsumen yang
terbiasa mengkonsumsi rempah- Darwis, D, Edison, N. Dan Sari, I.
rempah dalam kesehariannya 2015. Studi penerimaan
sehingga mempengaruhi kesukaan konsumen terhadap abon ikan
konsumen pada abon dami nangka lele dumbo (clarias
rasa original yang menggunakan gariepinus) asap dengan
bumbu rempah – rempah. metode pengasapan
berbeda.http://jurnalmahasis
Kesimpulan wa.blogspot.co.id/2007/09/ef
ekpengolahanterhadap-zat-
Berdasarkan pembahasan gizi.html.
diatas dapat diketahui bahwa
penerimaan konsumen terhadap Depkes.1992. Komposisi Gizi
abon dami nangka relatif Nangka dan Cempedak.
significant dan akan mampu Direktorat Gizi Departemen
menembus pasar dan bersaing Kesehatan RI, Jakarta.
dengan produk sejenis. Dilihat
dari segi aroma yang paling Elliyasami R, Hamzah N. 1997.
disukai konsumen adalah Pemanfaatan Keluwih dalam
Bondaminang rasa barbeqiue Pembuatan Abon dengan
dengan total 3.88%, dari segi rasa Penambahan Ikan sebagai
yang paling disukai adalah Sumber Protein dalam
Bondaminang rasa balado dengan Rangka Diversifikasi Pangan.
tingkat kesukaan 4.22 % hal
Fakultas Pertanian 1995. Dewan Standarisasi
Universitas Andalas, Padang. Nasional. Jakarta.

Ketaren, S. 1996. Minyak dan Lemak Sudarmadji S, Haryono B, Suhardi.


Pangan. Universitas 2003. Prosedur Analisa untuk
Indonesia Press, Jakarta. 315 Bahan Makanan dan
hal. Pertanian. Liberty,
Yogyakarta.
Mainaliza, I., 2003. Studi
Pengolahan Burger Ikan Sudarmadji S, B Haryono, dan
Jambal Siam (Pangasius Suhardi. 2007 . Prosedur
sutchi) Dengan Jenis Tepung Analisa untuk Bahan
dan Berat Ikn Yang Berbeda. Makanan dan Pertanian.
Skripsi Fakultas Perikanan Liberty. Yogyakarta.
dan Ilmu Kelautan
Universitas Riau. Pekanbaru. Winarno, F. G., 1997. Kimia Pangan
dan Gizi. Jakarta: Gramedia
Meirahma I. 2014. Karakteristik Pustaka Utama.
kimia, mikrobiologi, dan
sensori abon ikan patin Winarno, F.G. 2008.Teknobiologi
(Pangasius pangasius) utuh Pangan. M-Brio
dengan perlakuan pemasakan Biotekinkindo.
presto dan pengeringan oven. Baranangsiang-Bogor.
Skripsi. (Tidak
dipublikasikan). Indralaya:
Universitas Sriwijaya.

Muchtadi, D., Palupi, N.S. dan


Astawan, M. 1992. Metode
Kimia Biokimia dan Biologi
Dalam evaluasi Nilai Gizi
Pangan Olahan. Bogor: PAU
Pangan dan Gizi IPB.

Piliang, W.G., dan Djojosoebagio, S.


1996. Fisiologi Nutrisi. Vol.
I. Edisi II. Jakarta: UI-Press.
Hal. 199.

Pitojo, S. 2005. Keluwih. Kanisius,


Yogyakarta.

Sediaoetama, A.,1985. Ilmu Gizi


untuk Mahasiswa dan Profesi
Jilid 1. Dian Rakyat, Jakarta.

Standar Nasional Indonesia (SNI).


1995. Abon. Nomor 01-3707-

Anda mungkin juga menyukai