Anda di halaman 1dari 4

ABSTRAK

Salak Manonjaya rnerupakan salah satu varietas asli Indonesia yang saat ini semakin menurun
jumlahnya dan hampir menuju punah karena memiliki kualitas rasa yang kurang disukai dibandingkan
dengan salak yang ada di pasaran saat ini. Dikarenakan rasanya yang asam dan sepat, salak manonjaya
menjadi kurang digemari masyarakat. Selain itu harganya juga cenderung murah sehingga para petani
menjadi kurang berminat membudidayakan varietas salak ini. Hal tersebut membuat salak manonjaya
semakin langka dan dikhawatirkan suatu saat nanti akan punah. Maka dari itu, diperlukan usaha
penyelamatan salak manonjaya yaitu salah satunya dengan cara pembuatan tepung yang memiliki
kandungan gizi yang tinggi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menjadikan salak manonjaya
sebagai bahan baku dalam pembuatan tepung yang memiliki nilai gizi tinggi. Penelitian ini bermanfaat
untuk meningkatkan produksi salak manonjaya agar terhindar dari kepunahan serta meningkatkan
nilai ekonomi salak manonjaya itu sendiri. Pembuatan tepung ini bertujuan menghasilkan produk
setengah jadi yang memiliki daya simpan cukup lama. Selain itu, pada tahapan pembuatan tepung
salak Manonjaya, dirancang khusus untuk mengurangi rasa sepat dari bahan bakunya.

Kata kunci : Salak Manonjaya, Tepung, Zat gizi.

PENDAHULUAN konsumsi masyarakat terhadap salak


Manonjaya adalah melakukan inovasi dengan
Daerah Tasikmalaya, khususnya menjadikan salak Manonjaya menjadi produk
Manonjaya sejak dahulu dikenal sebagai olahan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
penghasil buah salak yang tumbuh secara dilakukan (Hadaka 2002), memberikan saran
alami baik di kebun maupun di pekarangan untuk mengembankan salak manonjaya
penduduk. Salak yang dikenal adalah jenis
menjadi produk olahan dan adanya pabrik
Salak Manonjaya dengan rasanya yang sedikit pengolahan di sekitar wilayah pengembangan
keset, daging buah tebal, dan aromanya yang sehingga salak yang tidak dapat dikonsumsi
harum menjadikan salak ini dahulu digemari
segera tidak terbuang begitu saja.
oleh beberapa daerah di dalam negeri maupun
di luar negeri. Namun, saat ini produksi Salak Upaya diversifikasi produk dengan
Manonjaya cenderung menurun karena para bahan baku salak Manonjaya perlu dilakukan
petani enggan berusaha tani salak. Harga Salak untuk meningkatkan penerimaan masyarakat
Manonjaya pun juga cenderung menurun tiap terhadap produk tersebut. Produk yang
musimnya. dikembangkan didasarkan pada jenis pangan
yang saat ini banyak dikonsumsi oleh
Beberapa faktor yang mempengaruhi
masyarakat serta mempertimbangkan
penurunan tingkat budidaya salak adalah keunggulan zat gizi yang terkandung di
karena kualitasnya yang menurun menjadi dalamnya. Salah satunya di tahap awal, perlu
semakin keset dan ukuran menjadi lebih kecil, dibuat tepung sebagai produk setengah jadi
daya beli masyarakat menurun akibat krisis yang menjadi bahan baku suatu produk
ekonomi pada tahun 1997 lalu, dan kalah pangan.
bersaing dengan salak-salak di daerah lain
seperti Salak Pondoh dari Sleman Yogyakarta. Salak memiliki kandungan gizi yang
Salak juga merupakan komoditas yang bermanfaat bagi kesehatan. Dalam Salak
tergolong hortikultura yang umumnya bersifat Manonjaya yaitu, energi 77 Kal, karbohidrat
buah musiman. Maka dari itu, salah satu upaya 20.9 g, protein 0.4 g, kalsium 28 mg, fosfor 18
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mg, dan besi 4.2 mg. Salak memiliki zat
fitokimia dan sifat antioksidan yang tinggi daya tahan/keawetan buah salak tersebut,
dibandingkan buah tropis lainnya sehingga mengingat juga salak manonjaya ini
berpotensi menguntungkan bagi kesehatan. merupakan buah musiman.
Namun salak juga mengandung tanin yang
menghasilkan rasa sepat. Salak juga memiliki
Nutrient Adequacy Score tertinggi diantara
buah lain yang dikonsumsi masyarakat
Indonesia, yaitu Fe (30.8%), vitamin A (31.2%). HASIL KAJIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil uji penelitian sebelumnya menjelaskan
Pengembangan produk diversifikasi olahan
kandungan gizi Tepung Salak Manonjaya yaitu,
salak Manonjaya dilakukan dengan pembuatan
air 7.21 g, abu 2.49 g, lemak 2.24 g, protein
tepung. Pembuatan tepung ini bertujuan
0.55 g, karbohidrat 87.51 g, dan serat kasar
menghasilkan produk setengah jadi yang
5.96 g. Berdasarkan data di atas, perlu
memiliki daya simpan cukup lama, sehingga
dilakukan penelitian pembuatan tepung sajak
mudah digunakan saat dibutuhkan sepanjang
Manonjaya untuk meningkatkan kualitas dan
tahun. Selain itu, pada tahapan pembuatan
varian produk yang dapat dibuat dari tepung
tepung salak manonjaya, dirancang khusus
yang dihasilkannya.
untuk meugurangi rasa sepat dari bahan
bakunya. Buah salak Manonjaya segar masih
memiliki rasa sepat. Rasa sepat bahan
METODOLOGI makanan biasanya disebabkan oleh tannin
Pada penelitian ini kami memiliki (Winarno, 2008), termasuk salak Manonjaya.
inovasi yaitu untuk memanfaatkan buah salak Maka dari itu pada pengolahan tepung
manonjaya tersebut untuk diolah sebagai dilakukan tahapan untuk mengurangi kadar
tepung. Ide membuat tepung dengan bahan tanin dalam salak Manonjaya sehingga
dihasilkan rasa tepung yang lebih disukai oleh
baku salak manonjaya ini timbul karena
melihat kurangnya minat masyarakat sekitar konsumen. Salah satu cara untuk mengurangi
untuk menanam/membudidayakan tanaman kadar tanin dalam buah adalah dengan
tersebut yang disebabkan oleh rasa dari salak perendaman dalam kapur 2% selama 12 jam
yang kesat dan sepat serta ukuran salak yang (Lince 2003).
kecil, sehingga salak manonjaya kurang Tepung salak Manonjaya yang
diminati oleh masyarakat jika dikonsumsi dihasilkan memiliki karakteristik sifat fisik yang
secara langsung. Namun jika dilihat dari khas. Aroma dan warna dari tepung salak
kandungan gizi yang terdapat dalam salak Manonjaya menunjukkan ada proses
manonjaya, buah tersebut memiliki nutrient karamelisasi, yaitu proses yang dihasilkan dari
adequacy yang lebih tingg dari buah-buah gula yang cukup tinggi. Selain itu, tepung salak
lainnya yang berpotensi menguntungkan bagi Manonjaya memiliki tekstur yang lembut
kesehatan. Dengan inovasi tersebut juga kami karena telah lolos 85 mesh. Parameter tekstur
ingin sekaligus melestarikan tanaman salak ini lebih tinggi dibandingkan dengan
mononjaya yang mulai mengalami kelangkaan persyaratan tepung terigu. Rasa yang
di daerah asalnya (Tasikmalaya), karena dihasilkan dari tepung salak Manonjaya adalah
kurangnya minat masyarakat sekitar untuk dominan manis. Hal ini menunjukkan bahwa
menanam/membudidayakan tanaman tepung ini memiliki kandungan gula yang
tersebut. Dengan adanya inovasi tepung salak tinggi. Rasa asam yang dihasilkan dari tepung
ini juga bertujuan untuk lebih meningkatkan salak Manonjaya merupakan ciri khas rasa dari
buah segarnya. Rasa sepat tidak terdeteksi sebagai sumber pangan prebiotik dan
pada tepung salak Manonjaya yang dihasilkan. probiotik. Hasil penelitian menunjukkan
Proses perendaman yang dilakukan bahwa dalam pengembangan produk olahan
menyebabkan pengurangan rasa sepat yang salak Manonjaya sebagai media pertumbuhan
dimiliki oleh salak Manonjaya segar. probiotik, apalagi kandungan serat di
dalamnya cukup tinggi. Salak Manonjaya yang
Tepung salak Manonjaya memiliki tinggi akan kandungan gizi, murah, dan
kadar air 7,21%, kadar mineral 2,49%, lemak
tersedia melimpah seharusnya menjadi salah
0,55%, protein 2,24%, karbohidrat 87,51%, dan satu alternative pangan sumber zat gizi. Tidak
serat kasar 5,96%. Kadar air pada buah salak hanya berupa buah segar, tetapi
akan mempengaruhi umur simpannya. Kadar pengembangan produk olahan salak
air salak Manonjaya lebih tinggi dibandingkan
diharapjan mampu menunjang upaya
salak pada umumnya. Sehingga pernyataan
mengatasi permasalahan gizi di masyarakat.
yang disampaikan oleh salah satu tokoh
masyarakat yaitu Kepala Desa Margahayu,
Kecamatan Manonjaya adalah benar mengenai
umur simpan buah salak Manonjaya segar. KESIMPULAN
Selain itu, tepung salak Manonjaya ini  Tepung Salak Manonjaya mengandung
mengandung serat dan total mineral (5,96% zat gizi yang cukup baik dan berpotensi
dan 2,49%) yang lebih tinggi dibandingkan untuk meningkatkan derajat
dengan tepung terigu (0,3% dan 1,0%). kesehatan bagi yang
Penambahan bahan tertentu yang mengkonsumsinya.
kaya akan zat gizi pada produk dengan basis  Secara deskriptif sifat fisik tepung
proses pemanggangan sangat berpotensi salak Manonjaya dapat diterima
untuk dikembangkan sebagai pangan sumber sebagai produk pangan setengah jadi
mikro dan makronutrien. Selain itu, penelitian dan sebagai bahan baku produk
tentang komponen bioaktif (fenolik total dan olahan yang bervariasi.
vitamin C) korelasinya terhadap kapasitas  Tepung salak Manonjaya memiliki
antioksidan pada buah salak lain (Pondoh, kandungan zat gizi yang cukup tinggi
Nglumut dan Bali) telah dilakukan (Ariviani terutama serat dan total mineral.
dan Parnanto 2013). Hasilnya menunjukkan  Tepung salak Manonjaya memiliki
bahwa ketiga kultivar salak tersebut memiliki kadar air yang cukup rendah, sehingga
kapasitas sebagai antioksidan dan memiliki menjadi potensi memiliki umur simpan
korelasi dengan kadar fenolik total dan vitamin yang panjang.
C yang terkandung di dalamnya. Hal ini juga
menjadi indikasi akan potensi salak Manonjaya
DAFTAR PUSTAKA
sebagai spesies yang sama dengan ketiga salak
di atas yang memiliki kapasitas antioksidan Ariviani, Setyaningrum dan Nut Her Riyadi
dan komponen bioaktif terutama fenolik total Parnanto. (2013). Kapasitas
dan vitamin C. Antioksidan Buah Salak Kultivar
Pondoh, Nglumut, dan Bali serta
Selain potensi pengembangan pangan
Korelasinya dengan Kadar Fenolik
fungsional dari salak Manonjaya karena
Total dan Vitamin C. Agritech 33(3):
kandungan senyawa serat yang dijelaskan di
324-33.
atas, salak Manonjaya juga dapat dijadikan
Hadaka, Bonni. (2002). Anarisis Usahatani dan
Prospek Pengembangan Salak
Manonjaya. lnstitut Pertanian Bogor.

Hapsari, Hepi et al. (2008). Peningkatan Nilai


Tambah dan Strategi Pengembanan
Usaha Pengolahan Salak Manonjaya.
Jurnal Agrikultura, Volume 19, Nomor
3. Bandung.

Lince. (2003). Perbaikan Cita Rasa Sari Buah


Pala Melalui Pengurangan Rasa Sepat
dan Pemilihan Jenis Pala (Myristica
sp.). Institut Pertanian Bogor.

Winarno, F. G. (2008). Kimia Pangan dan Gizi


Edisi Terbaru. Bogor: M-Brio Press.

Anda mungkin juga menyukai