Sarkoma Ewing
Sarkoma Ewing
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Tumor tulang merupakan kelainan pada sistem muskuloskeletal yang bersifat
neoplastik. Tumor dalam arti yang sempit berarti benjolan, sedangkan setiap
pertumbuhan yang baru dan abnormal disebut neoplasma. Sarkoma Ewing adalah
neoplasma ganas yang tumbuh cepat dan berasal dari sel-sel primitif sumsum tulang
pada dewasa muda. Penampilan secara kasarnya adalah berupa tumor abu-abu
lunak yang tumbuh ke retikulum sumsum tulang dan merusak korteks tulang dari
sebelah dalam. Di bawah periosteum terbentuk lapisan-lapisan tulang yang baru
diendapkan paralel dengan batang tulang sehingga membentuk gambaran serupa
kulit bawang. Sarkoma Ewing merupakan tumor maligna yang tersusun atas sel
bulat, kecil yang paling banyak terjadi pada tiga dekade pertama kehidupan, yang
paling sering mengenai tulang panjang. (1,4,7)
Tumor ini paling sering terlihat pada anak-anak dalam usia belasan dan
paling sering adalah tulang-tulang panjang. Pada anak-anak, sarkoma ewing
merupakan tumor tulang primer yang paling umum setelah osteosarkoma. Setiap
tahun tidak kurang dari 0,2 kasus per 100.000 anak-anak di diagnosis sebagai
sarkoma ewing, dan diperkirakan terdapat 160 kasus baru yang terjadi pada tahun
1993. Di seluruh dunia, insidensinya bervariasi dari daerah dengan insidensi tinggi,
misalnya Amerika Serikat dan Eropa ke daerah dengan insidensi rendah, misalnya
Afrika dan Cina. Sarkoma Ewing sering juga terjadi pada dekade kedua kehidupan.
Jarang terjadi pada umur 5 tahun dan sesudah 30 tahun. Insidensinya sama antara
pria dan wanita. Biasanya sarkoma ewing tidak berhubungan dengan sindroma
kongenital, tetapi banyak berhubungan dengan anomali skeletal, misalnya :
enchondroma, aneurisma kista tulang dan anomali urogenital, misal : hipospadia.
1. Stadium 1
Sel kanker ditemukan di mata, kepala, dan/ leher atau dekat organ seks(kelamin)
dan kandung kemih.
2. Stadium 2
Sel kanker terletak di satu tempat (selain stadium sel 1), lebih kecil dari 2 inchi, dan
belum menyebar ke kelenjar limfa.
3. Stadium 3
Sel kanker terletak di satu tempat (selain stadium 1), lebih besar dari 2 inchi, dan
telah menyebar ke kelenjar limfa di dekat sel kanker.
4. Stadium 4
Sel kanker telah menyebar dan ditemukan di lebih dari satu tempat ketika pertama
kali penyakit ini di diagnose.
5. Recurrent
Sel knker yang timbul kembali (rekuren) setelah penyakit disembuhkan. Penyakit ini
dapat timbul di tempat dimana ia pertama kali timbul maupun ditempat lain.
5. Stadium 3
Tumor tingkat rendah (ringan) atau tinggi (berat) yang telah bermetastase.
B. ETIOLOGI
Ewing’s sarcoma dapat menyebar ketika sel tumor memasuki darah dan
mengikuti sirkulasi darah menuju ke bagian tubuh lain sehingga sel tumor akan
membentuk sel sekunder (metastasis) di tempat lain. Sel tumor juga dapat menyebar
melalui system limfatik (dalam hal ini termasuk kelenjar limfa di seluruh tubuh).
Tumor juga dapat menyebar dengan cara pertumbuhan langsung dari tumor primer
membentuk “skip metastases”(metastase disekitar kanker terhenti sementara, jauh
dari lokasi kanker, telah ditemukan sel kanker ngen prognosis yang buruk) walaupun
hal ini jarang terjadi.
Sebenarnya penyebab ewing’s sarcoma masih belum dapat dipastikan.
Namun, beberapa peneliti menemukan bahwa penyakit ini disebabkan karena
pertumbuhan sel kromosom pada DNA yang akhirnya menyebabkan timbulnya
penyakit ini. Ewing’s sarcoma termasuk penyakit dengan kelainan genetic akibat
kesalahan rekombinasi kromosom yang dapat menyebabkan sel normal berubah
menjadi sel ganas. Ewing’ sarcoma terjadi akibat translokasi kromosom 11 dan 22,
dimana gen EWS pada kromosom 22 berpindah ke gen FL11 pada kromosom 11
dan menyatu. Perpindahan ini dinamakan translokasi 11:12 (t(11:12)). Translokasi ini
menghasilkan potongn baru pada DNA. Walaupun terjadi translokasi kromosom,
tetapi penyakit ini tidak diturunkan dari orang tua kepada anaknya.
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis sarkoma Ewing dapat berupa manifestasi lokal maupun sistemik.
Manifestasi lokal meliputi : nyeri dan bengkak pada daerah femur atau pelvis,
meskipun tulang lain dapat juga terlibat. Masa tulang dan jaringan lunak di daerah
sekitar tumor sering dan bisa teraba fluktuasi dan terlihat eritema yang berasal dari
perdarahan dalam tumor. Manifestasi sistemik biasanya meliputi: lesu, lemah serta
berat badan menurun dan demam kadang terjadi serta dapat ditemukan adanya
masa paru yang merupakan metastase. Durasi dari munculnya gejala bisa diukur
dalam minggu atau bulan dan seringkali memanjang pada pasien yang mempunyai
lesi primer pada aksis tulang. Tanda dan gejala yang khas adalah: nyeri, benjolan
nyeri tekan,demam (38-40oC), dan leukositosis (20.000 sampai 40.000
leukosit/mm3).
D. PATOFISIOLOGI
Dengan mikroskop cahaya, sarcoma Ewing tampak sebagai massa difus dari sel
tumor yang homogen. Seringkali terdapat populasi bifasik dengan sel yang besar,
terang dan kecil, gelap. Tanda vaskularisasi dan nekrosis koagulasi yang luas
merupakan gambaran yang khas. Tumor akan menginfiltrasi tulang dan membuat
destruksi kecil. Tepi tumor biasanya infiltratif dengan pola fili dan prosesus seperti
jari yang kompak disertai adanya sel basofil yang biasanya berhubungan erat
dengan survival penderita yang buruk. (1)
Sarcoma Ewing merupakan tumor maligna dengan gambaran histologis agak
uniform terdiri atas sel kecil padat, kaya akan glikogen dengan nukleus bulat tanpa
nukleoli yang prominen atau outline sitoplasma yang jelas. Jaringan tumor secara
tipikal terbagi atas pita-pita ireguler atau lobulus oleh septum fibrosa, tapi tanpa
hubungan interseluler serabut retikulin yang merupakan gambaran limfoma maligna.
Mitosis jarang didapatkan, namun perdarahan dan area nekrosis sering terjadi. (1)
Sarkoma Ewing terutama terdapat pada daerah diafisis dan metafisis tulang panjang
seperti femur, tibia, humerus dan fibula atau pada tulang pipih seperti pada pelvis
dan scapula.
E. KOMPLIKASI
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Test dan prosedur diagnostik berikut ini harus dilakukan pada semua pasien yang
dicurigai sarkoma Ewing:
1. Pemeriksaan darah :
a)Pemeriksaan darah rutin
b)Transaminase hati
c)Laktat dehidrogenase.
Kenaikan kadar enzim ini berhubungan dengan adanya atau berkembangnya
metastase.
2. Pemeriksaan radiologis :
a)Foto rontgen
Gambaran radiologis sarkoma Ewing: tampak lesi destruktif yang bersifat infiltratif
yang berawal di medulla; pada foto terlihat sebagai daerah-daerah radiolusen. Tumor
cepat merusak korteks dan tampak reaksi periosteal. Kadang-kadang reaksi
periostealnya tampak sebagai garis-garis yang berlapis-lapis menyerupai kulit
bawang dan dikenal sebagai onion skin appearance. Gambaran ini pernah dianggap
patognomonis untuk tuimor ini, tetapi biasa dijumpai pada lesi tulang lain. Tumor
dapat meluas sampai ke jaringan lunak dengan garis-garis osifikasi yang berjalan
radier disertai dengan reaksi periosteal tulang yang memberikan gambaran yang
disebut sunray appearance.
b)CT scan:
Pada daerah yang dicurigai neoplasma (misal : pelvis, ekstremitas, kepala) dan
penting untuk mencatat besar dan lokasi massa dan hubunganya dengan struktur
sekitarnya dan adanya metastase pulmoner. Bila ada gejala neorologis, CT scan
kepala juga sebaiknya dilakukan.
3. Pemeriksaan invasif :
a)Biopsi dan aspirasi sumsum tulang. Aspirasi dan biopsi sample sumsum tulang
pada jarak tertentu dari tumor dilakukan untuk menyingkirkan adanya metastase.
b). Biopsi. Biopsi insisi atau dengan jarum pada massa tumor sangat penting untuk
mendiagnosis Sarkoma Ewing. Jika terdapat komponen jaringan lunak, biopsi pada
daerah ini biasanya lebih dimungkinkan.
G. PENATALAKSANAAN
Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, pendidkan, pekerjaan, status perkawinan, alamat, dan
lain-lain.
1. Riwayat kesehatan
1. Pasien mengeluh nyeri pada daerah tulang yang terkena.
2. Klien mengatakan susah untuk beraktifitas/keterbatasan gerak
3. Mengungkapkan akan kecemasan akan keadaannya
1. Pengkajian fisik
2. Pada palpasi teraba massa pada derah yang terkena.
Diagnosa Keperawatan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah nyeri akut
teratasi seluruhnya.
Kriteria Hasil :
b. Klien tampak rileks, tidak meringis, dan mampu istirahat/tidur dengan tepat,
c. Tampak memahami nyeri akut dan metode untuk menghilangkannya, dan
Intervensi:
1. Catat dan kaji lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10). Selidiki perubahan
karakteristik nyeri.
1. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik, kaji efektifitas dari tindakan
penurunan rasa nyeri.
Kriteria Hasil :
1) Kaji tingkat immobilisasi yang disebabkan oleh edema dan persepsi pasien tentang
immobilisasi tersebut.
R /: Pasien akan membatasi gerak karena salah persepsi (persepsi tidak proporsional).
2) Dorong partisipasi dalam aktivitas rekreasi (menonton TV, membaca koran dll ).
3) Anjurkan pasien untuk melakukan latihan pasif dan aktif pada yang cedera maupun
yang tidak.
R / : Meningkatkan aliran darah ke otot dan tulang untuk meningkatkan tonus otot,
mempertahankan mobilitas sendi, mencegah kontraktur / atropi dan reapsorbsi Ca yang
tidak digunakan.
R / : Untuk menurunkan tekanan pada area yang peka resiko kerusakan kulit lebih lanjut.
R / : Untuk mengurangi tekanan konstan pada area yang sama dan meminimalkan resiko
kerusakan kulit.
R / : Posisi yang tidak tepat dapat menyebabkan cedera kulit / kerusakan kulit.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam masalah resiko infeksi
tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
Intervensi :
1) Kaji keadaan luka (kontinuitas dari kulit) terhadap adanya: edema, rubor, kalor,
dolor, fungsi laesa.