Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mata merupakan salah satu indra yang sangat penting untuk kehidupan
manusia. Terlebih lagi dengan majunya teknologi, indra penglihatan yang baik
merupakan kebutuhan yang tidak dapat diabaikan. Mata merupakan bagian yang
sangat peka. Meskipun mata telah mendapat perlindungan dari tulang orbita,
bantalan lemak retrobulber, kelopak mata dengan bulu matanya, juga dengan telah
dibuatnya macam-macam alat untuk melindungi mata, tetapi frekuensi kecelakaan
masih sangat tinggi.1
Kemajuan teknologi dan bertambah banyaknya kawasan industri
meningkatkan kecelakaan akibat pekerjaan, kecelakaan akibat kepadatan lalu
lintas, belum terhitung kecelakaan akibat perkelahian, yang kesemuanya dapat
mengenai mata. Pada anak-anak kecelakaan mata biasanya terjadi akibat alat dari
permainan yang biasa dimainkan seperti panahan, ketapel, senapan angin, tusukan
dari gagang mainan dan lain-lain.2
Trauma tajam mata sering merupakan penyebab kebutaan unilateral pada
dewasa muda. Kelompok usia ini mengalami sebagian besar cedera mata yang
parah. Dewasa muda, terutama pria, merupakan kelompok yang kemungkinan
besar mengalami cedera tembus mata. Kecelakaan di rumah, kekerasan, ledakan
api, cedera akibat olahraga, dan kecelakaan lalu lintas merupakan keadaan-
keadaan yang paling sering menyebabkan trauma mata.3
Struktur wajah dan mata sangat sesuai untuk melindungi mata dari
cedera. Bola mata terdapat di dalam sebuah rongga yang dikelilingi oleh
hubungan tulang yang kuat. Kelopak mata bisa segera menutup untuk membentuk
penghalang bagi benda asing dan mata bisa mengatasi benturan yang ringan tanpa
mengalami kerusakan. Trauma tajam dapat mengakibatkan kerusakan pada bola
mata dan kelopak, saraf mata dan rongga orbita. Trauma pada mata memerlukan
perawatan yang tepat untuk mencegah terjadinya penyulit yang lebih berat
ataupun kebutaan.3,4

1
Perforasi bola mata merupakan keadaan yang gawat untuk bola mata
karena pada keadaan ini kuman mudah masuk ke dalam bola mata selain dapat
menyebabkan kerusakan susunan anatomi dan fungsional jaringan intraokuler.
Trauma tembus dapat berbentuk perforasi sklera, prolaps badan kaca maupun
prolaps badan siliar.4

1.2 Tujuan
1. Untuk lebih mengetahui dan memahami tentang penatalaksanaan
trauma tajam pada mata.
2. Sebagai syarat mengikuti ujian akhir di bagian Ilmu Kesehatan Mata.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Trauma tajam mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang
menimbulkan perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau
benda berukuran kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus kornea atau
sklera. Trauma tajam mata dapat di klasifikasikan atas luka tajam tanpa perforasi
dan luka tajam dengan perforasi yang meliputi perforasi tanpa benda asing intra
okuler dan perforasi benda asing intra okuler.2,5
Trauma tembus mata (luka akibat benda tajam), dimana struktur okular
mangalami kerusakan akibat benda asing yang menembus lapisan okular dan juga
dapat tertahan atau menetap dalam mata. Baik trauma tajam yang penetratif atau
trauma tumpul yang mengakibatkan tekanan kontusif dapat menyebabkan ruptur
bola mata. Benda tajam atau benda dengan kecepatan tinggi dapat menyebabkan
perforasi langsung. Benda asing dapat mempenetrasi mata dan tetap berada di
bola mata.6,7
Trauma akibat partikel kecil dengan kecepatan tinggi misalnya yang
ditimbulkan dari proses penggilingan atau pemahatan dapat memberikan
manifestasi berupa nyeri ringan atau penurunan visus. Kemosis hemoragik,
laserasi konjungtiva, bilik mata depan dangkal dengan atau tanpa pupil ekstrinsik,
hifema, atau perdarahan vitreous juga dapat terjadi. Tekanan intraokuler dapat
rendah, normal atau sedikit meningkat. 7

2.2 Epidemiologi
United States Eye Injury Registry (USEIR) merupakan sumber informasi
epidemiologi yang digunakan secara umum di AS. Menurut data dari USEIR,
rata-rata umur orang yang terkena trauma tajam okuli adalah 29 tahun, dan laki-
laki lebih sering terkena dibanding dengan perempuan. Menurut studi
epidemiologi internasional, kebanyakan orang yang terkena trauma tajam okuli

3
adalah laki-laki umur 25 sampai 30 tahun, sering mengkonsumsi alkohol dan
trauma terjadi di rumah.8
Lebih dari 65.000 trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan,
menyebabkan morbiditas dan disabilitas, dilaporkan di Amerika Serikat setiap
tahunnya. Lebih dari setengah trauma mata yang berhubungan dengan pekerjaan
terjadi di pabrik, dan industri kontruksi. Delapan puluh satu persen trauma mata
yang berhubungan dengan pekerjaan terjadi pada pria dan kebanyakan terjadi
pada pekerja berusia 25 sampai 44 tahun.8
Aktivitas olahraga dan rekreasi juga dapat menyebabkan trauma mata.
Lebih dari 40.000 trauma mata terjadi setiap tahunnya. Sembilan puluh persen
terjadi saat olahraga. Tiga puluh persen terjadi pada anak-anak yang berusia di
bawah 16 tahun.8
Terdapat sekitar 3 juta kasus trauma okular dan orbital terjadi di Amerika
Serikat setiap tahun. Diperkirakan 20.000 hingga 68.000 dari angka tersebut
merupakan kasus yang mengganggu visus dan sekitar 40.000 mengalami
kehilangan visus yang signifikan. Trauma merupakan penyebab utama kebutaan
unilateral. Laki-laki lebih sering terkena daripada perempuan. Frekuensi trauma
mata di Amerika Serikat adalah: trauma superfisial mata dan adneksa (41.6 %),
benda asing pada mata bagian luar (25.4 %), kontusio mata dan adneksa (16.0 %),
trauma terbuka pada adneksa dan bola mata (10.1 %), fraktur dasar orbita (1.3 %),
cedera saraf (0.3 %).

2.3 Anatomi
Kelopak Mata
Kelopak atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan komea.
Palpebra merupakan alat menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata
terhadap trauma, trauma sinar dan pengeringan bola mata.1,2
Dapat membuka diri untuk memberi jalan masuk sinar kedalam bola mata
yang dibutuhkan untuk penglihatan.2

4
Pembasahan dan. pelicinan seluruh permukaan bola mata terjadi karena
pemerataan air mata dan sekresi berbagai kelenjar sebagai akibat gerakan buka
tutup kelopak mata. Kedipan kelopak mata sekaligus menyingkirkan debu yang
masuk.2
Kelopak mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di
bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.1
Gangguan penutupan kelopak akan mengakibatkan keringnya permukaan
mata sehingga terjadi keratitis et lagoftalmos.1
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :1
- Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar keringat, kelenjar
Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom pada tarsus.
- Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam kelopak atas
dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada dekat tepi margo palpebra
terdapat otot orbikularis okuli yang disebut sebagai M. Rioland. M. orbikularis
berfungsi menutup bola mata yang dipersarafi N. facial M. levator palpebra, yang
berorigo pada anulus foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan
sebagian menembus M. orbikularis okuli menuju kulit kelopak bagian tengah.
Bagian kulit tempat insersi M. levator palpebra terlihat sebagai sulkus (lipatan)
palpebra. Otot ini dipersarafi oleh n. III, yang berfungsi untuk mengangkat
kelopak mata atau membuka mata.
- Di dalam kelopak terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan kelenjar
di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara pada margo palpebra.
- Septum orbita yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita
merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
- Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada seluruh
lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus (terdiri atas jaringan ikat yang
merupakan jaringan penyokong kelopak dengan kelenjar Meibom (40 bush di
kelopak atas dan 20 pada kelopak bawah).
- Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V, sedang
kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

5
Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat
dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup
bulbus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel
Goblet yang menghasilkan musin.1

Gambar 1. Kelopak mata atas

Sistem Lakrimal
Sistem sekresi air mata atau lakrimal terletak di daerah temporal bola
mata. Sistem ekskresi mulai pada pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus
lakrimal, duktus nasolakrimal, meatus inferior.1,2
Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian, yaitu :1,2
- Sistem produksi atau glandula lakrimal. Glandula lakrimal terletak di
temporo antero superior rongga orbita.
- Sistem ekskresi, yang terdiri atas pungtum lakrimal, kanalikuli lakrimal,
sakus lakrimal dan duktus nasolakrimal. Sakus lakrimal terletak dibagian
depan rongga orbita. Air mata dari duktus lakrimal akan mengalir ke dalam
rongga hidung di dalam meatus inferior.

6
Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata. Air mata akan masuk
ke dalam sakus lakrimal melalui pungtum lakrimal. Bila pungtum lakrimal tidak
menyinggung bola mata, maka air mata akan keluar melalui margo palpebra yang
disebut epifora. Epifora juga akan terjadi akibat pengeluaran air mata yang
berlebihan dari kelenjar lakrimal.1
Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka
sebaiknya dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat penyumbatan
yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir kental akan keluar melalui
pungtum lakrimal.1

Gambar 2. Sistem Saluran air mata

Konjungtiva
Konjungtiva merupakan membran yang menutupi sklera dan kelopak
bagian belakang.3 Bermacam-macam obat mata dapat diserap melalui konjungtiva
ini. Konjungtiva mengandung kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel Goblet.
Musin bersifat membasahi bola mata terutama kornea.1
Selaput ini mencegah benda-benda asing di dalam mata seperti bulu mata
atau lensa kontak (contact lens), agar tidak tergelincir ke belakang mata. Bersama-
sama dengan kelenjar lacrimal yang memproduksi air mata, selaput ini turut
menjaga agar cornea tidak kering.3
Konjungtiva terdiri atas tiga bagian, yaitu :1
- Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan
dari tarsus.

7
- Konjungtiva bulbi menutupi sklera dan mudah digerakkan dari sklera di
bawahnya.
- Konjungtiva fornises atau forniks konjungtiva yang merupakan tempat peralihan
konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.
Konjungtiva bulbi dan forniks berhubungan dengan sangat longgar dengan
jaringan di bawahnya sehingga bola mata mudah bergerak.1

Bola Mata
Bola mata terdiri atas :2
- dinding bola mata
- isi bola mata.
Dinding bola mata terdiri atas :2
- sklera
- kornea.
Isi bola mata terdiri atas uvea, retina, badan kaca dan lensa.2
Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata di
bagian depan (kornea) mempunyai kelengkungan yang lebih tajam sehingga
terdapat bentuk dengan 2 kelengkungan yang berbeda. Bola mata dibungkus oleh
3 lapis jaringan, yaitu :1
1. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada
mata, merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata. Bagian terdepan
sklera disebut kornea yang bersifat transparan yang memudahkan sinar masuk
ke dalam bola mata. Kelengkungan kornea lebih besar dibanding sklera.

2. Jaringan uvea merupakan jaringan vaskular. Jaringan sklera dan uvea dibatasi
oleh ruang yang potensial mudah dimasuki darah bila terjadi perdarahan pada
ruda paksa yang disebut perdarahan suprakoroid.

Jaringan uvea ini terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid. Pada iris
didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar
masuk ke dalam bola mata. Otot dilatator dipersarafi oleh parasimpatis,
sedang sfingter iris dan otot siliar di persarafi oleh parasimpatis. Otot siliar

8
yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk kebutuhan
akomodasi.
Badan siliar yang terletak di belakang iris menghasilkan cairan bilik mata
(akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada
pangkal iris di batas kornea dan sklera.
3. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan
mempunyai susunan lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran
neurosensoris yang akan merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik
dan diteruskan ke otak. Terdapat rongga yang potensial antara retina dan
koroid sehingga retina dapat terlepas dari koroid yang disebut ablasi retina.

Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang
hanya menempel pupil saraf optik, makula dan pars plans. Bila terdapat
jaringan ikat di dalam badan kaca disertai dengan tarikan pada retina, maka
akan robek dan terjadi ablasi retina.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada
badan siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada
akomodasi atau melihat dekat sehingga sinar dapat difokuskan di daerah
makula lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata, dan terdapat kelenjar lakrimal yang
terletak di daerah temporal atas di dalam rongga orbita.

9
Gambar 3. Penampang horizontal mata kanan

Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama-sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik
sampai kornea.1 Sklera sebagai dinding bola mata merupakan jaringan yang kuat,
tidak bening, tidak kenyal dan tebalnya kira-kira 1 mm.2
Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mem-
punyai kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola
mata.1 Dibagian belakang saraf optik menembus sklera dan tempat tersebut
disebut kribosa. Bagian luar sklera berwarna putih dan halus dilapisi oleh kapsul
Tenon dan dibagian depan oleh konjungtiva. Diantara stroma sklera dan kapsul
Tenon terdapat episklera. Bagian dalamnya berwarna coklat dan kasar dan
dihubungkan dengan koroid oleh filamen-filamen jaringan ikat yang berpigmen,
yang merupakan dinding luar ruangan suprakoroid.2
Kekakuan sklera dapat meninggi pada pasien diabetes melitus, atau
merendah pada eksoftalmos goiter, miotika, dan meminum air banyak.1

10
Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata,
bagian selaput mata yang tembus cahaya, merupakan lapis jaringan yang menutup
bola mata sebelah depan dan terdiri atas lapis : 1,2
1. Epitel
- Tebalnya 50 pm, terdiri atas 5 lapis sel epitel tidak bertanduk yang sating
tumpang tindih; satu lapis sel basal, sel poligonal dan sel gepeng.
- Pada sel basal Bering terlihat mitosis sel, dan sel muds ini terdorong ke depan
menjadi lapis sel sayap dan semakin maju ke depan menjadi sel gepeng, sel basal
berikatan erat dengan sel basal di sampingya dan sel poligonal di depannya
melalui desmosom dan makula okluden; ikatan ini menghambat pengaliran air,
elektrolit, dan glukosa yang merupakan barrier.
- Sel basal menghasilkan membran basal yang melekat erat kepadanya. Bila
terjadi gangguan akan mengakibatkan erosi rekuren.
- Epitel berasal dari ektoderm permukaan.
2. Membran Bowman

- Terletak di bawah membran basal epitel komea yang merupakan kolagen yang
tersusun tidak teratur seperti stroma dan berasal dari bagian depan stroma.
- Lapis ini tidak mempunyai daya regenerasi
3. Stroma

- Terdiri atas lamel yang merupakan susunan kolagen yang sejajar satu dengan
lainnya, pada permukaan terlihat anyaman yang teratur sedang di bagian perifer
serat kolagen ini bercabang; terbentuknya kembali serat kolagen memakan waktu
lama yang kadang-kadang sampai 15 bulan. Keratosit merupakan sel stroma
kornea yang merupakan fibroblas terletak di antara serat kolagen stroma. Diduga
keratosit membentuk bahan dasar dan serat kolagen dalam perkembangan embrio
atau sesudah trauma.
4. Membran Descement
- Merupakan membran aselular dan merupakan batas belakang stroma komea
dihasilkan sel endotel dan merupakan membran basalnya.

11
- Bersifat sangat elastik dan berkembang terns seumur hidup, mempunyai tebal 40
µm.
5. Endotel
- Berasal dari mesotelium, berlapis satu, bentuk heksagonal, besar 20-40 pm.
Endotel melekat pada membran descement melalui hemidesmosom dan zonula
okluden.
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf
siliar longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakoroid,
masuk ke dalam stroma kornea, menembus membran Bowman melepaskan
selubung Schwannya. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis
terdepan tanpa ada akhir saraf. Bulbul Krause untuk sensasi dingin ditemukan di
daerah limbus. Daya regenerasi saraf sesudah dipotong di daerah limbus terjadi
dalam waktu 3 bulan.1
Trauma atau penyakit yang merusak endotel akan mengakibatkan sistem
pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi endotel dan terjadi edema
kornea. Endotel tidak mempunyai daya regenerasi.1
Kornea merupakan bagian mata yang tembus cahaya dan menutup bola
mata di sebelah depan. Pembiasan sinar terkuat dilakukan oleh kornea, dimana 40
dioptri dari 50 dioptri pembiasan sinar masuk kornea dilakukan oleh kornea.1

12
Gambar 4. Penampang melintang kornea

Uvea
Walaupun dibicarakan sebagai isi, sesungguhnya uvea merupakan dinding
kedua bola mata yang lunak, terdiri atas 3 bagian, yaitu iris, badan siliar, dan
koroid.1,2
Pendarahan uvea dibedakan antara bagian anterior yang diperdarahi oleh 2
buah arteri siliar posterior longus yang masuk menembus sklera di temporal dan
nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang
terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, satu pada otot rektus lateral.
Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri
sirkularis mayor pada badan siliar. Uvae posterior mendapat perdarahan dari 15 -

13
20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat
masuk saraf optik.1
Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola
mata dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3
akar saraf di bagian posterior yaitu :1
1. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut
sensoris untuk komea, iris, dan badan siliar.

2. Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf
simpatis yang melingkari arteri karotis; mempersarafi pembuluh darah uvea
dan untuk dilatasi pupil.

3. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk


mengecilkan pupil.

Pada ganglion siliar hanya saraf parasimpatis yang melakukan sinaps. Iris
terdiri atas bagian pupil dan bagian tepi siliar, dan badan siliar terletak antara iris
dan koroid. Batas antara korneosklera dengan badan siliar belakang adalah 8 mm
temporal dan 7 mm nasal. Di dalam badan siliar terdapat 3 otot akomodasi yaitu
longitudinal, radiar, dan sirkular.1
Ditengah iris terdapat lubang yang dinamakan pupil, yang mengatur
banyak sedikitnya cahaya yang masuk kedalam mata. Iris berpangkal pada badan
siliar dan memisahkan bilik mata depan dengan bilik mata belakang. Permukaan
depan iris warnanya sangat bervariasi dan mempunyai lekukan-lekukan kecil
terutama sekitar pupil yang disebut kripti.2
Badan siliar dimulai dari basis iris kebelakang sampai koroid, yang terdiri
atas otot-otot siliar dan proses siliar.2
Otot-otot siliar berfungsi untuk akomodasi. Jika otot-otot ini berkontraksi
ia menarik proses siliar dan koroid kedepan dan kedalam, mengendorkan zonula
Zinn sehingga lensa menjadi lebih cembung.2
Fungsi proses siliar adalah memproduksi Humor Akuos.2

14
Koroid adalah suatu membran yang berwarna coklat tua, yang letaknya
diantara sklera dan. retina terbentang dari ora serata sampai kepapil saraf optik.
Koroid kaya pembuluh darah dan berfungsi terutama memberi nutrisi kepada
retina.2

Pupil
Pupil merupakan lubang ditengah iris yang mengatur banyak sedikitnya
cahaya yang masuk.2
Pupil anak-anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf
simpatis. Orang dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil
akibat rasa silau yang dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis.1
Pupil waktu tidur kecil , hal ini dipakai sebagai ukuran tidur, simulasi,
koma dan tidur sesungguhnya. Pupil kecil waktu tidur akibat dari :1
1. Berkurangnya rangsangan simpatis

2. Kurang rangsangan hambatan miosis

Bila subkorteks bekerja sempurna maka terjadi miosis. Di waktu bangun


korteks menghambat pusat subkorteks sehingga terjadi midriasis. Waktu tidur
hambatan subkorteks hilang sehingga terjadi kerja subkorteks yang sempurna
yang akan menjadikan miosis.1
Fungsi mengecilnya pupil untuk mencegah aberasi kromatis pada
akomodasi dan untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang
difragmanya dikecilkan.1

Sudut bilik mata depan


Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dengan pangkal iris.
Pada bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan
pengaliran keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam
bola mata sehinga tekanan bola mata meninggi atau glaukoma. Berdekatan dengan
sudut ini didapatkan jaringan trabekulum, kanal Schelmm, baji sklera, garis
Schwalbe dan jonjot iris.1

15
Sudut filtrasi berbatas dengan akar berhubungan dengan sklera kornea dan
disini ditemukan sklera spur yang membuat cincin melingkar 360 derajat dan
merupakan batas belakang sudut filtrasi Berta tempat insersi otot siliar
longitudinal. Anyaman trabekula mengisi kelengkungan sudut filtrasi yang
mempunyai dua komponen yaitu badan siliar dan uvea.1
Pada sudut fitrasi terdapat garis Schwalbe yang merupakan akhir perifer
endotel dan membran descement, dan kanal Schlemm yang menampung cairan
mata keluar ke salurannya.1
Sudut bilik mata depan sempit terdapat pada mata berbakat glaukoma
sudut tertutup, hipermetropia, blokade pupil, katarak intumesen, dan sinekia
posterior perifer.1

Retina
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas
penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca dan
koroid.1,2 Bagian anterior berakhir pada ora serata. Dibagian retina yang letaknya
sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik kuning) kira-kira
berdiameter 1 - 2 mm yang berperan penting untuk tajam penglihatan. Ditengah
makula lutea terdapat bercak mengkilat yang merupakan reflek fovea.2
Kira-kira 3 mm kearah nasal kutub belakang bola mata terdapat daerah
bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik, yang ditengahnya agak
melekuk dinamakan ekskavasi faali. Arteri retina sentral bersama venanya masuk
kedalam bola mata ditengah papil saraf optik. Arteri retina merupakan pembuluh
darah terminal.2
Retina terdiri atas lapisan:1
1. Lapis fotoreseptor, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
2. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.

3. Lapis nukleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
Ketiga lapis diatas avaskular dan mendapat metabolisme dari kapiler koroid.

16
4. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat
sinapsis sel fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal

5. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel
Muller Lapis ini mendapat metabolisme dari arteri retina sentral

6. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular merupakan tempat sinaps


sel bipolar, sel amakrin dengan sel ganglion

7. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.

8. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arch saraf
optik. Di dalam lapisan-lapisan ini terletak sebagian besar pembuluh darah
retina.

9. Membran limitan interna, merupakan membran hialin antara retina dan badan
kaca.

Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi dari koroid.1
Batang lebih banyak daripada kerucut, kecuali didaerah makula, dimana kerucut
lebih banyak. Daerah papil saraf optik terutama terdiri atas serabut saraf optik dan
tidak mempunyai daya penglihatan (bintik buta).2

Gambar 5. Fundus okuli normal

17
Badan kaca
Badan kaca merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak
antara lensa dengan retina. Badan kaca bersifat semi cair di dalam bola mata.
Mengandung air sebanyak 90% sehingga tidak dapat lagi menyerap air.
Sesungguhnya fungsi badan kaca sama dengan fungsi cairan mata, yaitu
mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya mengisi ruang untuk
meneruskan sinar dari lensa ke retina. Badan kaca melekat pada bagian tertentu
jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata,
pars plana, dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak
terdapatnya pembuluh darah dan sel. Pada pemeriksaan tidak terdapatnya
kekeruhan badan kaca akan memudahkan melihat bagian retina pada pemeriksaan
oftalmoskopi.1
Struktur badan kaca merupakan anyaman yang bening dengan diantaranya
cairan bening. Badan kaca tidak mempunyai pembuluh darah dan menerima
nutrisinya dari jaringan sekitarnya: koroid, badan siliar dan retina.2

Lensa mata
Lensa merupakan badan yang bening, bikonveks 5 mm tebalnya dan
berdiameter 9 mm pada orang dewasa. Permukaan lensa bagian posterior lebih
melengkung daripada bagian anterior. Kedua permukaan tersebut bertemu pada
tepi lensa yang dinamakan ekuator. Lensa mempunyai kapsul yang bening dan
pada ekuator difiksasi oleh zonula Zinn pada badan siliar. Lensa pada orang
dewasa terdiri atas bagian inti (nukleus) dan bagian tepi (korteks). Nukleus lebih
keras daripada korteks.2
Dengan bertambahnya umur, nukleus makin membesar sedang korteks
makin menipis, sehingga akhirnya seluruh lensa mempunyai konsistensi nukleus.2
Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :1
- Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam
akomodasi untuk menjadi cembung
- Jernih atau transparan karena diperlukan sebagai media penglihatan,
- Terletak di tempatnya.

18
Keadaan patologik lensa ini dapat berupa :1
- Tidak kenyal pada orang dewasa yang akan mengakibatkan presbiopia,
- Keruh atau spa yang disebut katarak,
- Tidak berada di tempat atau subluksasi dan dislokasi.
Lensa orang dewasa di dalam perjalanan hidupnya akan menjadi
bertambah besar dan berat.
Fungsi lensa adalah untuk membias cahaya, sehingga difokuskan pada
retina. Peningkatan kekuatan pembiasan lensa disebut akomodasi.2

Rongga Orbita
Rongga orbita adalah rongga yang berisi bola mata dan terdapat 7 tulang
yang membentuk dinding orbita yaitu : lakrimal, etmoid, sfenoid, frontal, dan
dasar orbita yang terutama terdiri atas tulang maksila, bersama-sama tulang
palatinum dan zigomatikus.1
Rongga orbita yang berbentuk piramid ini terletak pada kedua sisi rongga
hidung. Dinding lateral orbita membentuk sudut 45 derajat dengan dinding
medialnya.1
Dinding orbita terdiri atas tulang :1
1. Atap atau superior : os.frontal

2. Lateral : os.frontal. os. zigomatik, ala magna os. fenoid

3. Inferior : os. zigomatik, os. maksila, os. palatina

4. Nasal : os. maksila, os. lakrimal, os. etmoid

Foramen optik terletak pada apeks rongga orbita, dilalui oleh saraf
optik, arteri, vena, dan saraf simpatik yang berasal dari pleksus karotid.1
Fisura orbita superior di sudut orbita atas temporal dilalui oleh saraf
lakrimal (V), saraf frontal (V), saraf troklear (IV), saraf okulomotor (III), saraf
nasosiliar (V), abdusen (VI), dan arteri vena oftalmik.1
Fisura orbita inferior terletak di dasar tengah temporal orbita dilalui oleh
saraf infra-orbita dan zigomatik dan arteri infra orbita.1

19
Fosa lakrimal terletak di sebelah temporal atas tempat duduknya kelenjar
lakrimal.1
Rongga orbita tidak mengandung pembuluh atau kelenjar limfa.2

Otot Penggerak Mata


Otot ini menggerakkan mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakkan
mata tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot.1 Otot
penggerak mata terdiri atas 6 otot yaitu :1,2
1. Oblik inferior, aksi primer - ekstorsi dalam abduksi

Sekunder - elevasi dalam aduksi


- abduksi dalam elevasi
2. Oblik superior, aksi primer- intorsi pada abduksi

sekunder - depresi dalam aduksi - abduksi dalam depresi


3. Rektus inferior, aksi primer - depresi pada abduksi

sekunder - ekstorsi pada abduksi


- aduksi pada depresi
4. Rektus lateral, aksi - abduksi

5. Rektus medius, aksi - aduksi

6. Rektus superior, aksi primer - elevasi dalam abduksi

sekunder - intorsi dalam aduksi - aduksi dalam elevasi

1. Otot Oblik Inferior

Oblik inferior mempunyai origo pada foss lakrimal tulang lakrimal,


berinsersi pada sklera posterior 2 mm dari kedudukan makula, dipersarafi saraf
okulomotor, bekerja untuk menggerakkan mata keatas, abduksi dan eksiklotorsi.1
2. Otot Oblik Superior

20
Oblik superior berorigo pada anulus Zinn dan ala parva tulang sfenodi di
atas foramen optik, berjalan menuju troklea dan dikatrol batik dan kemudian
berjalan di atas otot rektus superior, yang kemudian berinsersi pada sklera
dibagian temporal belakang bola mata. Oblik superior dipersarafi saraf ke IV atau
saraf troklear yang keluar dari bagian dorsal susunan saraf pusat.1
Mempunyai aksi pergerakan miring dari troklea pada bola mata dengan
kerja utama terjadi bila sumbu aksi dan sumbu penglihatan search atau mata
melihat ke arch nasal. Berfungsi menggerakkan bola mata untuk depresi (primer)
terutama bila mata melihat ke nasal, abduksi dan insiklotorsi.1
Oblik superior merupakan otot penggerak mata yang terpanjang dan
tertipis.1
3. Otot Rektus Inferior

Rektus inferior mempunyai origo pada anulus Zinn, berjalan antara oblik
inferior dan bola mata atau sklera dan insersi 6 mm di belakang limbus yang pada
persilangan dengan oblik inferior diikat kuat oleh ligamen Lockwood.1
Rektus inferior dipersarafi oleh n. III
Fungsi menggerakkan mata - depresi (gerak primer)
- eksoklotorsi (gerak sekunder)
- aduksi (gerak sekunder)
Rektus inferior membentuk sudut 23 derajat dengan sumbu penglihatan.1
4. Otot Rektus Lateral

Rektus lateral mempunyai origo pada anulus Zinn di atas dan di bawah
foramen optik. Rektus lateral dipersarafi oleh N. VI. Dengan pekerjaan
menggerakkan mata terutama abduksi.1
5. Otot Rektus Medius

Rektus medius mempunyai origo pada anulus Zinn dan pembungkus dura
saraf optik yang sering memberikan dan rasa sakit pada pergerakkan mata bila
terdapat neuritis retrobulbar, dan berinsersi 5 mm di belakang limbus. Rektus
medius merupakan otot mata yang paling tebal dengan tendon terpendek.1

21
Menggerakkan mata untuk aduksi (gerak primer).1
6. Otot Rektus Superior

Rektus superior mempunyai origo pada anulus Zinn dekat fisura orbita
superior beserta lapis dura saraf optik yang akan memberikan rasa sakit pada
pergerakkan bola mata bila terdapat neuritis retrobulbar. Otot ini berinsersi 7
mm di belakang limbus dan dipersarafi cabang superior N.III.1
Fungsinya menggerakkan mata-elevasi, terutama bila mata melihat ke
lateral :1
- aduksi, terutama bila tidak melihat ke lateral
- insiklotorsi

2.4 Etiologi
Penyebab tersering adalah karena kecelakaan saat bekerja, bermain dan
berolahraga. Luas cedera ditentukan oleh ukuran benda yang mempenetrasi,
kecepatan saat impaksi, dan komposisi benda tersebut, benda tajam seperti pisau
akan menyebabkan laserasi berbatas tegas pada bola mata.7
Luas cedera yang disebabkan oleh benda asing yang terbang ditentukan
oleh energi kinetiknya. Benda tajam seperti pisau akan menimbulkan luka laserasi
yang jelas pada bola mata. Berbeda dengan kerusakan akibat benda asing yang
terbang, beratnya kerusakan ditentukan oleh energi kinetik yang dimilikinya.
Contohnya pada peluru pistol angin yang besar dan memiliki kecepatan yang tidak
terlalu besar memiliki energi kinetik yang tinggi dan menyebabkan kerusakan
mata yang cukup parah. Kontras dengan pecahan benda tajam yang memiliki
massa yang kecil dengan kecepatan tinggi akan menimbulkan laserasi dengan
batas tegas dan beratnya kerusakan lebih ringan dibandingkan kerusakan akibat
peluru pistol angin.10

22
2.5 Patofisiologi
Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan
sklera atau kornea serta jaringan lain dalam bulbus okuli sampai ke segmen
posterior kemudian bersarang didalamnya bahkan dapat mengenai os orbita.
Dalam hal ini akan ditemukan suatu luka terbuka dan biasanya terjadi prolaps
(lepasnya) iris, lensa, ataupun corpus vitreus. Perdarahan intraokular dapat terjadi
apabila trauma mengenai jaringan uvea, berupa hifema atau henophthalmia.1

2.6 Manifestasi Klinis

Gambar 6. Lokasi cedera mata; tampak depan

23
Gambar 7. Lokasi cedera mata; tampak samping

Trauma yang disebabkan benda tajam atau benda asing masuk ke dalam
bola mata, maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti tajam
penglihatan yang menurun, laserasi kornea, tekanan bola mata rendah, bilik mata
dangkal, bentuk dan letak pupil yang berubah, terlihat ruptur pada kornea atau
sklera, terdapat jaringan yang prolaps seperti cairan mata, iris, lensa, badan kaca,
atau retina, katarak traumatik, dan konjungtiva kemosis.10
Pada perdarahan yang hebat, palpebra menjadi bengkak, berwarna
kebiru-biruan, karena jaringan ikat palpebra halus. Ekimosis yang tampak setelah
trauma menunjukkan bahwa traumanya kuat, sehingga harus dilakukan
pemeriksaan dari bagian-bagian yang lebih dalam dari mata, juga perlu dibuat foto
rontgen kepala. Perdarahan yang timbul 24 jam setelah trauma, menunjukkan
adanya fraktur dari dasar tengkorak. Sebagian besar cedera tembus menyebabkan
penurunan penglihatan yang mencolok, tetapi cedera akibat partikel kecil
berkecepatan tinggi yang dihasilkan oleh tindakan menggerinda atau memalu
mungkin hanya menimbulkan nyeri ringan dan kekaburan penglihatan. Tanda-
tanda lainnya adalah kemosis hemoragik, laserasi konjungtiva, kamera anterior
yang dangkal dengan atau tanpa dilatasi pupil yang eksentrik, hifema, atau

24
perdarahan korpus vitreus. Tekanan intraokuler mungkin rendah, normal, atau
yang jarang sedikit meninggi.11

2.7 Berbagai Kerusakan Jaringan Mata akibat Trauma Tembus


Luka akibat benda tajam dapat mengakibatkan berbagai keadaan seperti
berikut :
a. Trauma tembus pada palpebra
Mengenai sebagian atau seluruhnya, jika mengenai levator apaneurosis
dapat menyebabkan suatu ptosis yang permanen.12

Gambar 8. Laserasi palpebra

b. Trauma tembus pada saluran lakrimalis


Dapat merusak sistem pengaliran air mata dari pungtum lakrimalis
sampai ke rongga hidung. Hal ini dapat menyebabkan kekurangan air mata.12

c. Trauma tembus pada Orbita


Luka tajam yang mengenai orbita dapat merusak bola mata, merusak
saraf optik, menyebabkan kebutaan atau merobek otot luar mata sehingga
menimbulkan paralisis dari otot dan diplopia. Selain itu juga bisa menyebabkan
infeksi, menimbulkan selulitis orbita, karena adanya benda asing atau adanya
hubungan terbuka dengan rongga-rongga di sekitar orbita. 12

25
Gambar 9. Trauma tembus orbita

d. Trauma tembus pada Kongjungtiva


Trauma dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva. Bila robekan
konjungtiva ini kecil atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilakukan
penjahitan. Bila robekan lebih dari 1 cm perlu dilakukan penjahitan untuk
mencegah granuloma. Pada setiap robekan conjungtiva perlu diperhatikan juga
robekan sklera yang biasa disertai robekan konjungtiva. Disamping itu, pemberian
antibiotik juga perlu diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.12

Gambar 10. Trauma tembus subkonjungtiva

e. Trauma tembus pada Sklera

26
Bila ada luka tembus pada sklera dapat menyebabkan penurunan tekanan
bola mata dan kamera okuli jadi dangkal, luka sklera yang lebar dapat disertai
prolap jaringan bola mata, sehingga bisa menyebabkan infeksi dari bagian dalam
bola mata.12

f. Trauma tembus pada Kornea


Bila luka tembus mengenai kornea dapat menyebabkan gangguan fungsi
penglihatan karena fungsi kornea sebagai media refraksi. Bisa juga trauma tembus
kornea menyebabkan iris prolaps, korpus vitreum dan korpus ciliaris prolaps, hal
ini dapat menurunkan visus.12
Bila tanpa perforasi : erosi atau benda asing tersangkut di kornea. Tes
fluoresia (+). Jaga jangan sampai terkena infeksi, sehingga menyebabkan
timbulnya ulkus atau herpes pada kornea. Lakukan pemberian antibiotika atau
kemoterapeutika yang berspektrum luas, lokal dan sistemik. Benda asing di
kornea diangkat, setelah diberi anastesi lokal dengan pantokain. Kalau mulai ada
neovaskularisasi dari limbus, berikanlah kortison lokal atau subkonjungtiva.
Tetapi jangan diberikan kortison pada luka yang baru atau bila ada herpes
kornea.12
Bila ada perforasi : bila luka kecil, lepaskan konjungtiva di limbus yang
berdekatan, kemudian ditarik supaya menutupi luka kornea tersebut (flap
konjungtiva). Bila luka di kornea luas, maka luka itu harus dijahit. Kemudian
ditutup dengan flap konjingtiva. Jika luka di kornea itu disertai prolaps iris, iris
yang keluar harus dipotong dan sisanya di repossisi, robekan di kornea dijahit dan
ditutup dengan flap konjungtiva. Kalau luka telah berlangsung beberapa jam,
sebaiknya bilik mata depan dibilas terlebih dahulu dengan larutan penisilin 10.000
U/cc, sebelum kornea dijahit. Sesudah selesai seluruhnya, berikan antibiotika
dengan spektrum luas dan sistemik, juga subkonjungtiva.12

27
Gambar 11. Laserasi kornea

g. Trauma tembus pada Uvea


Bila terdapat luka pada uvea maka dapat menyebabkan pengaturan
banyaknya cahaya yang masuk sehingga muncul fotofobia atau penglihatan
kabur.12

h. Trauma tembus pada Lensa


Bila ada trauma akan mengganggu daya fokus sinar pada retina sehingga
menurunkan daya refraksi dan sefris sebagai penglihatan menurun karena daya
akomodasi tidak adekuat.12

i. Trauma tembus pada Retina


Dapat menyebabkan perdarahan retina yang dapat menumpuk pada
rongga badan kaca, hal ini dapat muncul fotopsia dan ada benda melayang dalam
badan kaca.12

j. Trauma tembus pada corpus siliar


Luka pada corpus siliar mempunyai prognosis yang buruk, karena
kemungkinan besar dapat menimbulkan endoftalmitis, panoftalmitis yang berakhir
dengan ptisis bulbi pada mata yang terkena trauma. Sedangkan pada mata yang
sehat dapat timbul oftalmia simpatika. Oleh karena itu, bila lukanya besar, disertai

28
prolaps dari isi bola mata, sehingga mata mungkin tak dapat melihat lagi,
sebaiknya di enukleasi bulbi, supaya mata yang sehat tetap menjadi baik.12

2.8 Diagnosis
Diagnosis trauma tajam okuli dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesa, informasi yang
diperoleh dapat berupa mekanisme dan onset terjadinya trauma, bahan/benda
penyebab trauma dan pekerjaan untuk mengetahui penyebabnya. Anamnesis harus
mencakup perkiraan ketajaman penglihatan sebelum dan segera sesudah cedera.
Harus dicatat apakah gangguan penglihatan bersifat progresif lambat atau
berawitan mendadak. Harus dicurigai adanya benda asing intraokuler apabila
terdapat kegiatan memahat, mengasah atau adanya ledakan. Cedera pada anak
dengan riwayat yang tidak sesuai dengan cedera yang di derita, harus dicurigai
adanya penganiayaan pada anak. Riwayat kejadian harus diarah secara khusus
pada detail terjadinya trauma, riwayat pembedahan okuler sebelumnya, riwayat
penyakit sebelumnya dan energi.3
Pemeriksaan fisik dimulai dengan pengukuran dan pencatatan ketajaman
penglihatan. Apabila gangguan penglihatannya parah, maka periksa proyeksi
cahaya, diskriminasi dua titik, dan adanya defek pupil aferan. Periksa motilitas
mata dan sensasi kulit periorbita, dan lakukan palpasi untuk mencari defek ada
bagian tepi tulang orbita.3,6,9
Pemeriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat kedalam
cedera di segmen anterior bola mata. Tes fluoresein dapat digunakan untuk
mewarnai kornea, sehingga cedera kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan tonometri
perlu dilakukan untuk mnegetahui tekanan bola mata. Pemeriksaan fundus yang di
dilatasikan dengan oftalmoskop indirek penting untuk dilakukan untuk
mengetahui adanya benda asing intraokuler. Bila benda asing yang masuk cukup
dalam, dapat dilakukan tes seidel untuk mengetahui adanya cairan yang keluar
dari mata. Tes ini dilakukan dengan cara memberi anestesi pada mata yang akan
di periksa, kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit

29
lamp dengan filter kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat
perubahan pH bila ada pengeluaran cairan mata. 3,6
Pemeriksaan ct-scan dan USG B-scan digunakan untuk mengetahui
posisi benda asing. MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda
logam. Electroretinography (ERG) berguna untuk mengetahui ada tidaknya
degenarasi pada retina dan sering digunakan pada pasien yang tidak
berkomunikasi dengan pemeriksa. Bila dalam inspeksi terlihat ruptur bola mata,
atau adanya kecenderungan ruptur bola mata, maka tidak dilakukan pemeriksaan
lagi. Mata dilindungi dengan pelindung tanpa bebat, kemudian dirujuk ke spesialis
mata.6,10

2.9 Penatalaksanaan Trauma Tembus


Penatalaksanaan pasien dengan trauma tajam mata adalah 2,12,13
1. Penatalaksanaan sebelum tiba di rumah sakit:
- Mata tidak boleh dibebat dan diberikan perlindungan tanpa kontak.
- Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.
- Benda asing tidak boleh dikeluarkan tanpa pemeriksaan lanjutan.
- Sebaiknya pasien di puasakan untuk mengantisipasi tindakan operasi.
2. Penatalaksanaan di rumah sakit:
- Pemberian antibiotik spektrum luas.
- Pemberian obat sedasi,antiemetik, dan analgetik sesuai indikasi.
- Pemberian toksoid tetanus sesuai indikasi.
- Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata
intak).
- Tindakan pembedahan /penjahitan sesuai dengan kausa dan jenis cedera.
Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat darurat
dan harus segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya
seperti infeksi, Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika.
Pada setiap tindakan harus dilakukan usaha untuk mempertahankan bola
mata bila masih terdapat kemampuan melihat sinar atau ada proyeksi penglihatan.

30
Bila terdapat benda asing, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk mengeluarkan
banda asing tersebut.1,6,12
Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus
dihindari sampai pasien mendapat anestesia umum. Sebelum pembedahan jangan
diberi obat siklopegik atau antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas pada
jaringan intraokular yang terpajan. Berikan antibiotik parenteral spektrum luas
dan pakaikan pelindung FOX pada mata. Analgetik, antimiemetik, dan antitoksin
tetanus diberikan sesuai kebutuhan, serta gizi atau nutrisi yang baik. Sebelum
dirujuk mata tidak boleh diberi salep, karena salep dapat masuk ke dalam mata.
Pasien tidak boleh diberikan steroid lokal, dan bebat yang diberikan pada mata
tidak menekan bola mata.13
Pada penutupan luka segmen anterior, harus digunakan teknik-teknik
bedah mikro. Laserasi kornea diperbaiki dengan jahitan nilon 10-0 untuk
menghasilkan penutupan yang kedap air. Iris atau korpus siliaris yang mengalami
inkarserasi dan terpajan kurang dari 24 jam dapat dimasukkan ke dalam bola mata
dengan viskoelastik atau dengan memasukkan suatu spatula siklodialisis melalui
insisi tusuk di limbus dan menyapu jaringan keluar dari luka. Apabila hal ini tidak
dapat dilakukan, apabila jaringan telah terpajan lebih dari 24 jam, atau apabila
jaringan tersebut mengalami iskemia dan kerusakan berat, maka jaringan yang
prolaps harus dieksisi setinggi bibir luka. Setiap jaringan yang dipotong harus
dikirim ke laboratorium patologik untuk diperiksa. Dilakukan pembiakan untuk
memeriksa kemungkinan infeksi bakteri atau jamur. Sisa-sisa lensa dan darah
dikeluarkan dengan aspirasi dan irigasi mekanis atau vitrektomi. Reformasi
kamera anterior selama tindakan perbaikan dapat dicapai dengan cairan
intraokuler fisiologis, udara atau viskoelastik.13
Luka sklera ditutup dengan jahitan 8-0 atau 9-0 interupted yang tidak
dapat diserap. Otot-otot rektus dapat secara sementara dilepaskan dari insersinya
agar tindakan lebih mudah dilakukan. Luka keluar di bagian posterior sklera pada
cedera tembus ganda dapat sembuh sendiri, dan biasanya tidak dilakukan usaha
penutupan.13

31
Bedah vitreoretinal, bila ada luka kornea yang besar, dapat dilakukan
melalui keratoprostesis Landers Foulks temporer sebelum melakukan penanaman
kornea. Enukleasi dan eviserasi primer hanya boleh dipikirkan bila bola mata
mengalami kerusakan total. Mata sebelah rentan terhadap oftalmika simpatetik
bila terjadi trauma tembus mata terutama bila ada kerusakan di jaringan uvea.
Untungnya, komplikasi ini jarang terjadi.12,13

2.10 Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi setelah terjadinya trauma tembus adalah
endoftalmitis, panoftalmitis, ablasi retina, perdarahan intraokular dan oftalmia
simpatika.7,8
Endoftalmitis dapat terjadi dalam beberapa jam hingga dalam beberapa
minggu tergantung pada jenis mikroorganisme yang terlibat. Endoftalmitis dapat
berlanjut menjadi panoftalmitis.7
Oftalmia simpatika adalah inflamasi yang terjadi pada mata yang tidak
cedera dalam jangka waktu 5 hari sampai 60 tahun dan biasanya 90% terjadi
dalam 1 tahun.8 Diduga akibat respon autoimun akibat terekposnya uvea karena
cedera, keadaan ini menimbulkan nyeri, penurunan ketajaman penglihatan
mendadak, dan fotofobia yang dapat membaik dengan enukleasi mata yang
cedera.7,13

2.11 Prognosis
Prognosis berhubungan dengan sejumlah faktor seperti visus awal, tipe
dan luasnya luka, adanya atau tidak adanya ablasio retina, atau benda
asing. Secara umum, semakin posterior penetrasi dan semakin besar laserasi atau
ruptur, prognosis semakin buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek besar yang
menyebabkan laserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus, sklera dan retina
yang tidak luka mempunyai prognosis penglihatan yang baik dibandingkan
laserasi kecil yang melibatkan bagian posteror. Trauma tembus akibat benda asing
yg bersifat inert pun mempunyai prognosis yang baik. Trauma tembus akibat
benda asing yang sifatnya reaktif magnetik lebih mudah dikeluarkan dan

32
prognosisnya lebih baik. Pada luka penetrasi, 50-75% mata akan mencapai visus
akhir 5/200 atau lebih baik. 3,13

2.12 Pencegahan
Trauma mata dapat dicegah dan diperlukan penerangan kepada
masyarakat untuk menghindari terjadinya trauma mata, seperti 2:
- Trauma tajam akibat kecelakaan lalu lintas tidak dapat dicegah, kecuali trauma
tajam perkelahian.
- Diperlukan perlindungan pekerja untuk menghindari terjadinya trauma tajam.
- Awasi anak yang sedang bermain yang mungkin berbahaya bagi matanya.
Orang yang menggunakan lensa dari kaca atau plastik yang sedang
bekerja dalam industri atau melakukan aktivitas atletik memiliki resiko terkena
pecahan fragmen lensa. Kaca mata yang paling efektif untuk mencegah cedera
terdiri dari lensa polikarbonat dalam rangka poliamida dengan tepi penahan di
posterior. Sebaiknya digunakan bingkai pada wraparound (bukan bingkai
berengsel) karena lebih dapat menahan pukulan dari samping. Pada atletik atau
aktivitas rekreasi beresiko tinggi (misalnya perang-perangan dengan peluru hampa
atau cat), pelindung mata tanpa lensa tidak selalu melindungi mata secara adekuat.
Perlindungan mata yang sesuai terutama diindikasikan bagi mereka yang bermain
bola raket, bola tangan, dan squash. Banyak kebutaan yang terjadi akibat olah raga
ini, terutama akibat trauma kontusio pada mata yang tidak terlindung dengan
baik.2,4,6

33
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Trauma tajam mata adalah tindakan sengaja maupun tidak yang


menimbulkan perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam atau
benda berukuran kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus kornea atau
sklera.2 Benda asing dengan kecepatan tinggi akan menembus seluruh lapisan
sklera atau kornea serta jaringan lain dalam bulbus okuli sampai ke segmen
posterior kemudian bersarang didalamnya bahkan dapat mengenai os orbita.1
Penyebab tersering adalah karena kecelakaan saat bekerja, bermain dan
berolahraga. Luas cedera ditentukan oleh ukuran benda yang mempenetrasi,
kecepatan saat impaksi, dan komposisi benda tersebut.3,4
Manifestasi klinis berupa visus turun, tekanan intra okular rendah,
angulus iridokornealis dangkal, bentuk dan letak pupil berubah, terlihatnya ada
ruptur pada kornea atau sklera, terdapat jaringan yang prolaps (lepas), seperti: iris,
lensa, retina, kemosis konjungtiva. Komplikasi dari trauma tajam okuli adalah
endoftalmitis, panoftalmitis, oftalmia simpatika, hemoragik intraokular.2,3,13
Penatalaksanaan diberikan antibiotik topikal, mata ditutup, dan segera
dikirim pada dokter mata untuk dilakukan pembedahan. Diberikan antibiotik
sistemik secara oral atau intravena, anti tetanus profilaktik, analgesik dan sedatif
bila perlu. Steroid lokal dan bebat tidak boleh diberikan. Pengeluaran benda asing
sebaiknya dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang memadai.13
Secara umum, semakin posterior penetrasi dan semakin besar laserasi
atau ruptur, prognosis semakin buruk. Trauma yang disebabkan oleh objek besar
yang menyebabkan laserasi kornea tapi menyisakan badan vitreus, sklera dan
retina yang tidak luka mempunyai prognosis penglihatan yang baik dibandingkan
laserasi kecil yang melibatkan bagian posterior. Trauma tembus akibat benda
asing yg bersifat inert pun mempunyai prognosis yang baik.13

34
B. Saran
1. Perlunya pengetahuan dokter untuk memahami sebanyak mungkin
riwayat trauma yang terjadi agar tindakan pertolongan yang diberikan
mampu meningkatkan prognosisnya menjadi lebih baik.

2. Perlunya riset/ penelitian lebih lanjut mengenai trauma tajam terutama


dalam hal seberapa berat trauma yang terjadi dan penatalaksanaan yang
baik agar prognosis menjadi lebih baik.

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Asbury, Taylor. Trauma Mata. Dalam: Vaughan. Oftalmologi Umum Edisi


XVII. Jakarta: Widya Medika. 2008; 373-80.
2. Wijana, Nana. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: EGC. 1993; 312-26.
3. Ilyas, Sidarta. Ilmu Penyakit Mata edisi ketiga. FK-UI, Jakarta: 2004; 192-8.
4. Peate, W. F, Work Related Eye Injuries And Illness. Available at:
www.aafp.org. February 17, 2012.
5. Soeroso, A. Perdarahan Bilik Depan Bola Mata Akibat Ruda Paksa.
www.portalkalbe.com. Diunduh pada 15 februari 2012.
6. Chew, Chris. Trauma. Dalam : James. Lecture Notes : Oftalmologi. Jakarta:
Erlangga. 2006; 176 – 85.
7. Indiana University. Traumatic Cataract. Available at:
http://www.opt.indiana.edu/NewHorizons/Graphics/Tray2/Slide07. February
15, 2012.
8. Edward SH Eye Institute. Digital Reference of Ophthalmology-Traumatic
Cataract. Available at: http://dro.hs.columbia.edu/lc2/soemmeringb. February
18, 2012.
9. Webmaster. Traumatic Cataract. Available at
:http://img.medscape.com/pi/emed/ckb/ophthalmology. February 18, 2012.
10. Berson, FG. Ocular and Orbital Injuries. In : Basic Ophtalmology. 6th ed.
American Academy of Ophtalmology. 1993; 82-87.
11. Khun Frenc, Piramici J Dante. In : Emergensi Management Of Trauma
Ocular,. Department of OphthalmologyUniversity of Pécs. Hungary. 2002; 71-
86.
12. Rodriguez, Jorge. Prevention And Treatment Of Common Eye Injuries In
Sport. Available at: www.aafp.org. February 17, 2012.
13. Radjiman T, dkk. Ilmu Penyakit Mata, Penerbit Airlangga, Surabaya, 1984.
h:1-8.
14. Mason H. Anatomy and Physiology of the Eye, in Mason, H. & McCall, S.
Visual Impairment: Access to Education for Children and Young People,
David Fulton Publishers, London, 1999. p:30-38
15. Rappon, Joseph M. Primary Care Ocular Trauma Management. Available at:
www.pacificu.edu/optometry. February 17, 2012.

36

Anda mungkin juga menyukai