Anda di halaman 1dari 15

KAJIAN PENGEMBANGAN POTENSI

EKOWISATA DAN ATRAKSI SENI BUDAYA


REOG DI KABUPATEN PONOROGO
Oleh:
Setyo Harwanto
Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Kata Kunci: Reog, Ekowisata, Pengembangan Ekowisata

Ringkasan pengembangan ekowisata di Kabupaten Ponorogo adalah


Potensi ekowisata Kabupaten Ponorogo peningkatan kapasitas baik masyarakat, pemerintah,
merupakan kajian yang dibahas dalam penelitian ini. maupun swasta pada kemampuan dan kesadaran akan
Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab pentingnya pengelolaan pariwisata yang berkelanjutan
permasalahan: pertama apa saja potensi ekowisata di dengan prinsip-prinsip ekowisata.
Kabupaten Ponorogo yang dapat di kembangkan, kedua
bagaimana arahan strategi yang tepat untuk Summary
pengembangan ekowisata di Kabupaten Ponorogo. The Ecotourism potential in Ponorogo is a study
Penelitian ini bersifat pengamatan terhadap obyek discussed in this research. The purpose and goal of this
wisata atau kawasan yang berpotensi untuk research is to answer the problems: first, what are the
dikembangkan menjadi destinasi wisata ekologi, dengan potential for ecotourism in Ponorogo that can be
menggunakan alat pengumpulan data berupa studi developed; second, how referrals appropriate strategy for
pustaka, pengamatan lapangan dan wawancara dengan the development of ecotourism in Ponorogo.
menggunakan daftar pertanyaan (questionnaire) sebagai Characteristic of the research is the observation of
panduan wawancara. Adapun sumber data yang a tourist attraction or region that have the potential to be
diperoleh dilokasi penelitian dengan mencari nara sumber developed into a tourist destination ecology which using
yang berkompeten dan dari sumber instansi pemerintah data collection tools such as literature, field observations,
dan swasta yang mendukung dan relevan. Analisa data and interviews using questionnaires as an interview
dilakukan dengan metode SWOT yang digunakan untuk guide. The source data obtained by finding the location
mengkaji semua aspek yang mempengaruhi berupa research resource persons who competent, from
potensi dan permasalahannya dari lingkup internal government, and private sources that support and
maupun eksternal, sehingga akan teridentifikasi relevant. Data analysis was conducted using the SWOT
hubungan sumberdaya ekowisata dengan sumberdaya used to assess all aspects that affect the form of the
lainnya. Dari analisis SWOT dapat diketahui apa saja potential and the problem of internally and externally, so
potensi atau kekuatan yang mendukung dalam that ecotourism resources will be identified relationships
pengembangan kawasan ekowisata di Kabupaten with resource other. SWOT analysis can be known of any
Ponorogo. potential or supporting forces in the development of
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Potensi ecotourism in Ponorogo.
ekowisata terbagi atas 3 (tiga) kategori yaitu agrowisata, The results of this research showed that the
geowisata, dan hidrowisata. Wisata budaya menjadi nilai potential of ecotourism is divided into three categories:
tambah dalam pengembangan ekowisata yaitu agro-tour, geo-tour, and hydro-tour. Culture tour become
pengembangan ODTW alam yang didukung budaya reog an added value in the development of ecotourism is
ponorogo. Perlu adanya peningkatan daya tarik lain supported the development of natural ODTW ponorogo
dengan mengembangkan konsep desa wisata. Persepsi reog culture. In addition,it also need the increased
masyarakat mendukung pengembangan ekowisata dan attractiveness by developing the concept of village tour.
mempunyai harapan dapat menciptakan lapangan kerja Public perception supports the development of ecotourism
baru yang dapat meningkatkan pendapatan. Persepsi and have hopes of creating new jobs that can increase
wisatawan sangat setuju dan berharap terjadi revenue. Perception of travelers strongly agree and hope
peningkatan pada kualitas layanan dan kebersihan an increase in the quality of service and cleanliness of the
lingkungan. Rekomendasi yang diberikan dalam environment. The recommendations given in the
pengembangan ekowisata bersifat progresif atau potensi development of ecotourism is progressive or Ponorogo
ekowisata Kabupaten Ponorogo dalam kondisi prima ecotourism potential in conditions primed for expansion,
untuk melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan growth and achieve enlarge maximum progress. The main
dan meraih kemajuan maksimal. Strategi utama dalam strategy in the development of ecotourism in Ponorogo is

NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 43


to increase the capacity of the public good, government, pada akhirnya muncul sebuah istilah
and private on the ability and awareness of the ekowisata.
importance management sustainable tourism with
Pembangunan dapat terwujud jika
principles ecotourism.
makna pembangunan pariwisata pada
A. PENDAHULUAN tingkatan praktis diinterpretasikan ulang,
Pertumbuhan ekonomi selalu membawa bukan hanya bersifat ekonomik semata
dampak yang berupa resiko kerusakan (economic oriented) (ahimsa putra, 2000: 1),
lingkungan, karena adanya tekanan terhadap sehingga pariwisata secara operasional benar-
sumberdaya alam yang meningkat. Tetapi benar memberikan manfaat kepada
para pembuat kebijakan telah dikendalikan masyarakat secara keseluruhan, baik pada
dengan konsep pembangunan berkelanjutan aspek sosial, maupun aspek budaya.
yang tentu saja berguna untuk memastikan Kabupaten Ponorogo merupakan
bahwa pertumbuhan ekonomi akan tetap Kabupaten yang memiliki potensi seni
mempertimbangkan kondisi ekologi dan budaya yang telah dikenal secara
keberlanjutan kondisi ekologi akan internasional yaitu Reog Ponorogo.
terpelihara sehingga akan mampu menopang Keberadaan Reog saat ini telah menjadi salah
kehidupan dalam waktu yang sangat lama. satu daya tarik wisata di Kabupaten
Perlindungan lingkungan adalah konsep yang Ponorogo mengingat kesenian ini telah
digunakan dalam pembangunan mendunia. Dalam rangka meningkatkan
berkelanjutan, yang lebih terfokus pada minat wisatawan untuk berkunjung ke
sumber-sumber permasalahan lingkungan Kabupaten ini, pemerintah melakukan
daripada gejala-gejala kerusakan yang muncul berbagai upaya salah satunya dengan
(WECD, 1987 : 76). menyelenggarakan rangkaian acara Grebeg
Pembangunan fisik saat ini menjadi Suro yang dilaksanakan untuk menyambut
andalan utama dalam pengembangan sektor tahun baru Islam. Upaya ini telah
pariwisata. Pengelolaan yang berorientasi membuahkan hasil dengan meningkatnya
pada keuntungan yang didapatkan oleh minat wisatawan untuk berkunjung ke
manusia tanpa mempertimbangkan aspek- Ponorogo. Oleh karena itu, dalam
aspek ekologis, berdampak negatif pada peningkatan di sektor pariwisata dengan tetap
lingkungan dan pada akhirnya akan memperhatikan keberlanjutannya perlu dicari
menurunkan nilai dari obyek wisata yang sebuah strategi pengelolaan yang tepat.
dikelola, berdampak pada penurunan fungsi, Dilihat dari keadaan geografisnya,
budaya dan kerusakan lingkungan. Hal ini Kabupaten Ponorogo di bagi menjadi 2 sub
tidak sesuai dengan konsep pembangunan area, yaitu area dataran tinggi yang meliputi
berkelanjutan yang saat ini menjadi dasar kecamatan Ngrayun, Sooko dan Pulung serta
pembangunan yang dilaksanakan oleh Kecamatan Ngebel sisanya merupakan
Pemerintah Indonesia. Pembangunan daerah dataran rendah. Sungai yang melewati
berkelanjutan adalah proses pembangunan ada 14 sungai dengan panjang antara 4
(lahan, kota, bisnis, masyarakat, dsb) yang sampai dengan 58 Km sebagai sumber irigasi
berprinsip “memenuhi kebutuhan sekarang bagi lahan pertanian dengan produksi padi
tanpa mengorbankan pemenuhan kebutuhan maupun hortikultura. Sebagian besar dari luas
generasi masa depan”. Salah satu faktor yang yang ada terdiri dari area kehutanan dan
harus dihadapi untuk mencapai lahan sawah, sedang sisanya digunakan untuk
pembangunan berkelanjutan adalah tegalan, pekarangan dan lainnya (DK
bagaimana memperbaiki kehancuran Ponorogo, 2011). Kondisi ini menyebabkan
lingkungan tanpa mengorbankan kebutuhan sebagian kawasan di Kabupaten Ponorogo
pembangunan ekonomi dan keadilan sosial merupakan kawasan lindung dan kawasan
(WECD, 1987 : 93). Oleh karena itu, dalam penyangga khususnya pada wilayah-wilayah
pengelolaan pariwisata suatu wilayah perlu dataran tinggi dengan kemiringan yang
ada sinergi antara kepentingan manusia curam. Dari Perda No 1 Tahun 2012 tentang
dengan pelestarian lingkungan hidup yang RTRW Kabupaten Ponorogo, kawasan

44 | Volume 2 Edisi 1, 2015


lindung adalah wilayah yang ditetapkan kajian ini diharapkan mendapatkan arahan
dengan fungsi utama melindungi kelestarian strategi pengembangan ekowisata sesuai
lingkungan hidup yang mencakup dengan potensi yang ada.
sumberdaya alam dan sumberdaya buatan.
Dalam RTRW Ponorogo terdapat kawasan B. METODE PENELITIAN
lindung yang berupa kawasan sempadan mata Kajian ini merupakan kajian yang
air, kawasan cagar alam, dan kawasan suaka bersifat deskriptif kualitatif sehingga dalam
alam. Dari data pariwisata Kabupaten Kajian Potensi Ekowisata Kabupaten
Ponorogo, selain merupakan kawasan Ponorogo ini menggunakan metode survey
lindung, ketiga kawasan tersebut juga dengan pengamatan lapangan dan wawancara
memiliki potensi wisata yang cukup tinggi, mendalam dengan menggunakan daftar
diantaranya adalah telaga Ngebel, air terjun pertanyaan (questionnaire) sebagai panduan
Toyomarto,Mata Air Panas Talun, Air Terjun wawancara.
Pletuk, Air Terjun Bungkal, dan lainnya. Data yang digunakan dalam kajian ini
Dalam upaya perlindungan terhadap adalah data primer dan data sekunder. Data
keberlanjutan lingkungan di kawasan wisata primer didapatkan dari pengamatan lapangan
tersebut maka Kabupaten Ponorogo dan hasil wawancara mendalam dengan
mengembangkan ekowisata yaitu pariwisata masyarakat sekitar Obyek Daya Tarik Wisata
berbasis perlindungan ekosistem. Alam (ODTW Alam) yang terpilih sebagai
Studi ini bertujuan untuk kawasa ekowisata, tokoh masyarakat di
menginventarisasi potensi ekowisata dan kawasan tersebut, wawancara dengan
menentukan arahan strategi untuk pembuat kebijakan, dan wawancara dengan
pengembangan ekowisata di Kabupaten wisatawan yang hadir di kawasan tersebut.
Ponorogo. Manfaat dari kajian ini adalah Data sekunder didapakan dari studi literatur
sebagai masukan untuk Pemerintah dan instansi terkait. Berikut data juga sumber
Kabupaten Ponorogo dalam membuat data primer dan sekunder yang akan
strategi pengembangan pariwisata khususnya digunakan.
ekowisata yang berwawasan budaya di
Kabupaten Ponorogo. Selain itu, dari hasil
No Jenis data primer Variabel Metode
pengumpulan
1 Potensi penawaran daya a. Keindahan alam dan Pengamatan
tarik panorama lapangan dan studi
b. Kekhasan dan keunikan pustka
ODTW Alam
c. Keanekaragaman hayati
d. Keindahan fisik kawasan
e. Kebersihan dan kenyamanan
f. Keamanan kawasan
g. Kepekaan sumberdaya alam
h. Variasi kegiatan wisata
i. Penggunaan lahan
j. Fungsi kawasan di sekitar
ODTW Alam
2 Unsur penunjang a. Infrastruktur Pengamatan
b. Fasilitas di ODTW Alam lapangan, studi
c. Akomodasi pustaka, dan
d. Aksesibilitas wawancara tokoh
e. Elemen institusi masyarakat masyarakat
sekitar setempat
f. Jaringan jalan

3 Persepsi dan harapan Persepsi dan keterlibatan Wawancara dengan


masyarakat masyarakat dalam pengelolaan masyarakat
ekowisata di ODTW Alam kajian,

NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 45


No Jenis data primer Variabel Metode
pengumpulan
bentuk keterlibatan masyarakat
dalam pengelolaan ODTW Alam,
4 Kondisi demand ekowisata Motivasi ekowisatawan, daya tarik Wawancara dengan
TNBT. terhadap obyek wisata alam, wisatawan
kebutuhan fasilitas dan layanan
ekowisata, aksessibilitas persepsi
dan harapan
5 Kondisi supply ekowisata Daya tarik obyek ekowisata, Wawancara dengan
fasilitas dan layanan ekowisata, pengelola dan
aksessibilitas, serta persepsi dan stakeholder terkait
harapan
6 Promosi ekowisata Media promosi Wawancara dengan
stakeholder terkait
Tabel 1. Data dan Sumber Data Primer Dalam Kajian Potensi Ekowisata Kabupaten Ponorogo
No Jenis data sekunder Variabel Metode
pengumpulan
1 Kondisi fisik kawasan Iklim, jenis tanah, geologi, Studi literatur
ODTWA morfologi, penggunaan lahan,
2 Kondisi biotik kawasan Flora dan fauna penting Studi literatur
ODTWA
3 Kondisi sosial Demografi, sosial ekonomi, Studi literatur
kependudukan komoditas penting, seni dan
budaya
4 Obyek wisata alam di Jenis, lokasi obyek wisata alam Studi literatur dan
daerah penyangga wawancara dengan
stakeholder
Tabel 2. Data dan sumber data sekunder dalam kajian potensi ekowisata Kabupaten Ponorogo

Analisa data primer dan sekunder dalam dapat teridentifikasi dan didapatkan strategi
kajian ini menggunakan metode SWOT penyelesaiannya.
(Strength, Weaknesses, Opportunities, dan C. HASIL PENELITIAN DAN
Threats). Analisis SWOT adalah suatu teknik PEMBAHASAN
analisa yang digunakan dalam menganalisa 1. Potensi Wisata Alam Kabupaten Ponorogo
wilayah kajian, khususnya (ada kondisi yang Kajian potensi ekowisata ini mencakup
kompleks dimana faktor eksternal dan faktor seluruh kabupaten Ponorogo, tetapi
internal memberikan peranan yang sama pengamatan lapangan difokuskan pada
pentingnya). Analisa SWOT berguna apabila kawasan yang memiliki ODTW Alam dan
suatu kawasan akan dikembangkan dengan kawasan yang memiliki potensi untuk
mengkaji semua aspek yang mempengaruhi dikembangkan menjadi obyek daya tarik
berupa potensi dan permasalahannya dari wisata baru. Reog dan Grebeg Suran
lingkup internal maupun eksternal. Analisis merupakan daya tarik budaya utama
SWOT digunakan untuk mengidentifikasi Kabupaten Ponorogo yang saat ini telah
hubungan sumberdaya ekowisata dengan mendunia. Pemerintah Daerah Kabupaten
sumberdaya lainnya. Ponorogo telah melakukan berbagai promosi
Dengan analisis SWOT dapat diketahui untuk memperkenalkan kesenian tersebut
apa saja potensi atau kekuatan yang kepada dunia luar, dan salah satu kegiatan
mendukung dalam pengembangan kawasan untuk mendukung pengenaan Reog adalah
ekowisata di Kabupaten Ponorogo. Selain itu dengan dilaksanakannya festival Reog dan
dengan analisis ini, kelemahan dan ancaman Grebeg Suro.
yang merupakan faktor negatif di masa yang Rangkaian acara Grebeg Suro meliputi
akan datang dari pengembangan kawasan Festival Reog Nasional yang tahun 2013
memasuki penyelenggaraan ke 15, aneka

46 | Volume 2 Edisi 1, 2015


macam kegiatan baik lomba maupun panas Talun di kecamatan Ngebel; air
pameran dan diakhiri dengan acara Larung terjun Pletuk di kecamatan Sooko; air
Risalah Doa di Telaga Ngebel. Para terjun Bungkal di kecamatan Bungkal; air
pesertanya tidak hanya berasal dari daerah di terjun Widodaren di kecamatan Jambon;
sekitar kabupaten ponorogo, namun juga air terjun Karangpatihan di kecamatan
berasal dari daerah-daerah luar pulau. Ada Balong; mata air Kucur di kecamatan
pula Kirab Pusaka suatu upacara adat yang Badegan; mata air Ngembang di
dilakukan para sesepuh untuk membersihkan kecamatan Siman.
pusaka (keris, tombak, alat musik, dll) demi
menghormati adat leluhur yang dikirab mulai Berdasarkan obyek wisata yang terdapat
dari Makam Batorokhatong sampai lapangan di Ponorogo, terdapat beberapa jenis potensi
alun-alun Ponorogo. Demikian lekatnya reog wisata yang dapat dikelompokkan menjadi :
dan Ponorogo, bahkan pintu gebang masuk 1. Wisata alam, yang terdiri dari Telaga
ke kota itu pun dihiasi sosok warok dan ngebel, Taman wisata Ngembak, Sendang
gemblak, dua tokoh yang selalu ikut tampil Tirto Waluyojati, Goa Lowo, Air Terjun
setiap kali reog dipentaskan. Ciri khas reog Toya Marto dan Air Terjun Plethuk.
adalah kental dengan hal-hal yang berbau 2. Wisata budaya, yang terdiri dari Grebeg
mistik dan ilmu kebatinan. Itu sebabnya Suro ( Festival Reog Nasional, Kirab
orang awam akan kesulitan memainkan. Pusaka, Gelar Budaya, Larungan, dll ),
Urut-urutan upacaranya pun menyertakan Pentas Reyog Bulan Purnama dan
syarat-syarat yang cukup rumit atau dalam Pagelaran Wayang Kulit
bahasa jawa disebut Njlimet. 3. Wisata religi, yang terdiri dari Makam
Menurut data dari Sekretariat Daerah Bathoro Katong, Makam R. Jayengrono,
Bagian Administrasi Sumber Daya Alam Makam Astana Srindil, Masjid Tegal Sari
Kabupaten Ponorogo, di kabupaten ini dan Pondok Modern Gontor
terdapat tiga potensi alam yang memiliki 4. Wisata minat khusus yang terdiri dari
prospek untuk dikembangkan kedalam Batik tulis Ponorogo, Kerajinan
konsep ekowisata yaitu : Gamelan, Kerajinan Reog, Kerajinan
1. Potensi agrowisata dengan komoditas Sangkar Burung, Kerajinan kulit,
utama berupa tanaman buah-buahan Anyaman bambu, Gerabah genteng tanah
antara lain durian, rambutan, duku, liat dan Air terjun Plethuk (agro wisata
manggis, apokat, pudung, klengkeng, buah naga, panjat tebing, flying fox).
jeruk keprok, nanas, jeruk besar nangka, 5. Wisata Kuliner yang terdiri dari Sate
manga, sawo, buah naga, pepaya, jambu ayam Ponorogo dan Jenang Mirah.
biji, jambu air, jambu mete, pisang,
melinjo, melon, anggur, sirsak, sukun, Dari hasil wawancara dengan
dan belimbing. Komoditas buah-buahan masyarakat dan pemerintah desa di sekitar
ini sesuai dikembangkan hampir di kawasan wisata menunjukkan bahwa
seluruh kecamatan yang ada di Ponorogo. sebagian besar masyarakat setuju dengan
2. Potensi geowisata yaitu tebing batuan dikembangkannya ekowisata di kawasan
dan andesit sekitar telaga Ngebel di mereka tinggal. Harapan dari masyarakat
kecamatan Ngebel; goa pertapaan di dengan dikembangkannya konsep ekowisata
kecamatan Bungkal; goa Lowo di dalam pengelolaan ODTW Alam yang ada
kecamatan Sampung; wisata Kucur di adalah dapat meningkatkan pendapatan
kecamatan Badegan; panorama alam di masyarakat, meningkatkan aksesibilitas, dan
kecamatan Ngrayun dan kecamatan memberikan mata pencaharian baru untuk
Sooko; Sirah Keteng di kecamatan mereka sebagai sumber pendapatan.
Sambit; dan Panorama Loreng di Menurut wisatawan yang berkunjung ke
kecamatan Slahung. kawasan ODTW Alam lokasi pengamatan,
3. Potensi hidrowisata antara lain telaga menunjukkan bahwa permasalahan utama
Ngebel, air terun Toyomarto, mata air yang ada dalam pengelolaan ODTW Alam

NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 47


tersebut adalah kurangnya fasilitas
pendukung seperti toilet, tempat sampah, a. Telaga Ngebel
dan tempat untuk menikmati pemandangan. Telaga Ngebel adalah sebuah danau alami
Harapan dari wisatawan terhadap yang terletak di kaki gunung wilis. Berjarak
pengembangan ekowisata di kawasan kurang lebih sekitar 20 km dari pusat
ODTW Alam lokasi pengamatan adalah Kabupaten Ponorogo. Telaga Ngebel cukup
membaiknya sistem pengelolaan ODTW luas dengan panjang melingkar sekitar 5 km,
Alam tersebut sehingga memberikan udara yang sangat dingin dengan suhu 20 –
kenyamanan bagi mereka dan meningkatkan 30 derajat celcius. Selain keindahan telaga
daya tarik dari obyek tersebut. ngebel ada juga air terjun Toyomarto, serta
Sesuai dengan konsep ekowisata yang fasilitas lain seperti rumah makan dan
mengedepankan konservasi lingkungan dan penginapan serta tempat hiburan, yang dapat
pembangunan berkelanjutan, maka memberikan kenyamanan dan memutuskan
pengamatan lapangan dilakukan di tiga untuk lebih lama tinggal. Telaga Ngebel
kecamatan pewakil yang terletak di kawasan merupakan sebuah danau yang terbentuk
lindung dan kawasan penyangga. Tiga secara alami. Di sekeliling Telaga Ngebel
kecamatan yang tersebut adalah Kecamatan terdapat hutan yang ditumbuhi pohon-pohon
Ngebel dengan pengamatan langsung di tinggi dan lebat. Air telaga yang tenang dan
ODTW Alam Telaga Ngebel, Mata Air Panas cukup luas, ditambah udara yang sejuk serta
Talun, dan sekitarnya, Kecamatan Pudak pemandangan hutan yang hijau di
dengan pengamatan langsung di desa Mandiri sekelilingnya membuat pengunjung kagum.
Energi Desa Pudak Kulon, dan Kecamatan Telaga Ngebel cukup unik dan menarik,
Sooko dengan pengamatan di Air Terjun dibandingkan dengan telaga-telaga lain yang
Pletuk dan desa-desa sekitarnya. Dari ketiga ada di wilayah Jawa Timur. Telaga yang
lokasi yang diambil sebagai sampel survey cukup luas ini dikelilingi rimbunnya
dan pengamatan lapangan, potensi geowisata pepohonan lereng Gunung Sumping (anak
dan hidrowisata di wakili oleh kecamatan Gunung Wilis). Hal inilah yang menjadi salah
Ngebel dan Sooko, sedangkan potensi satu daya tarik dari obyek wisata Telaga
agrowisata bisa ditemukan di seluruh Ngebel untuk dikunjungi. Telaga Ngebel
kecamatan yang dikunjungi. mempunyai potensi dan daya tarik yang
tinggi untuk dikembangkan. Dilihat dari
ODTW di Kecamatan Ngebel jumlah sarana fasilitas pendukung wisata,
Potensi obyek daya tarik wisata yang menjadi Telaga Ngebel lebih lengkap dibandingkan
pewakil dalam pengamatan lapanga di obyek wisata alam lainnya. Dari sisi jumlah
kecamatan ini adalah Telaga Ngebel, Mata kunjungan wisatawan, Telaga Ngebel juga
Air Panas Talun dan mata air tiga rasa. yang paling banyak dibandingkan lainnya.
Obyek wisata Telaga Ngebel berada di Desa Hal inilah yang menjadikan obyek wisata
Ngebel, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Telaga Ngebel sebagai obyek wisata alam
Ponorogo. Sekitar 24 km ke arah timur laut andalan di Kabupaten Ponorogo.
dari pusat kota Kabupaten Ponorogo Jawa Pengelolaan pariwisata di telaga Ngebel
Timur. Tepatnya berada dengan ketinggian saat ini dilaksanakan oleh Dinas Pariwisata
750 meter di atas permukaan laut, dengan Kabupaten Ponorogo sendiri, masyarakat
suhu rata-rata sekitar 22 derajat celcius. Luas sekitar belum terlibat dalam kegiatan
permukaan telaga 15 kilometer persegi pemeliharaan maupun pengelolaan. Upaya
dengan dikelilingi jalan sepanjang 5 km. dalam meningkatkan daya tarik di Telaga
Panoramanya sangat indah dan menakjubkan Ngebel adalah pengembangan wisata budaya,
didukung dengan udaranya yang sejuk dan pemerintah melalui dinas Pariwisata
kondisi alamnya yang masih asri. Kemiringan melaksanakan kegiatan yang labuhan setiap
lereng berkisar antara 15 – 30%, penggunaan bulan Tahun Baru Hijriyah atau 1 Suro
lahan dominan berupa hutan rakyat dan sebagai acara puncak dari kegiatan Grebeg
tegalan. Suro yang dicananangkan oleh pemerintah.

48 | Volume 2 Edisi 1, 2015


Kegiatan ini berupa labuhan sesaji kedalam wisatawan yang mengunjungi Telaga Ngebel
telaga dengan prosesi yang diiringi dengan pada malam hari untuk membuktikan
pentas budaya dari desa-desa yang berada di keberadaan ular besar tersebut.
sekitar telaga.
Dari pengamatan lapangan dan b. Mata air panas Talun dan Mata Air
wawancara dengan masyarakat setempat Tiga Rasa
ketidak terlibatan masyarakat dalam Daya tarik lain dari kecamatan Ngebel adalah
pengelolaan adalah pada saat pelaksanaan keberadaan mata air panas Talun dan mata
larung sesaji dalam rangkaian upacara Grebeg air tiga rasa. Mata air panas Talun berada
Suro di telaga Ngebel. Pelaksana kegiatan, tidak jauh dari telaga Ngebel. Pemandangan
pelaksana parkir, fasilitas, dan kebersihan di sekitar mata air ini memiliki daya tarik
tidak melibatkan masyarakat tetapi yang cukup tinggi. Suasana perdesaan, yang
menggunakan perusahaan jasa atau even dikelilingi perbukitan dengan mata air berada
organizer dalam pelaksanaanya. Masyarakat tidak jauh dari lokasi tersebut menjadi
lokal hanya berposisi sebagai penonton dari keunikan tersendiri.
kegiatan tersebut. Lokasi mata air tiga rasa terletak jalur
Akses ke kawasan telaga bisa dilalui dari antara Telaga Ngebel dan Mata Air Panas
3 jalur yaitu dari Ponorogo, dari Nganjuk, Talun. Kondisi mata air ini belum terkelola
dan dari kecamatan Sooko dengan kondisi dengan bail. Mata air ini digunakan sebagai
jalan telah memenuhi syarat untuk kawasan sumber air untuk permukiman yang ada
wisata. Infrastruktur pendukung wisata di dibawahnya. Letak mata air ini dari jalur
Telaga Ngebel antara lain lebar jalan yang utama hanya sekitar 150 meter, akan tetapi
cukup untuk berpapasan dua kendaraan medan yang ditempuh untuk menuju mata air
besar, tersedianya fasilitas penginapan di ini cukup sulit.
sekitar telaga, adanya batu andesit di sekitar Permasalahan lain di kecamatan Ngebel
telaga yang dapat dinikmati dengan adalah keberadaan tambang Tras liar. Dari
menggunakan speed boat yang disediakan pengamatan lapangan banyak ditemukan
oleh dengan dikenakan tarif kepada peminat. pekarangan yang berupa perbukitan telah
Fasilitas pendukung pariwisata lainnya di mengalami perubahan morfologi karena
kawasan ini adalah keberadaan penginapan kegiatan penambangan. Aktifitas
yang berada di kawasan sekitar telaga. Potensi penambangan Tras yang berada di kecamatan
daya tarik wisata lainnya di kawasan ini Ngebel tergolong liar, karena dalam RTRW
adalah adanya mitos yang berkembang di Kabupaten Ponorogo, kecamatan Ngebel
sekitar telaga. Berdasarkan wawancara terdapat di kawasan lindung dan penyangga.
dengan masyarakat di Ngebel, mitos yang Dari hasil wawancara dengan
berkembang di masyarakat adalah didalam masyarakat dan pemerintah, di kawasan mata
masyarakat adalah terbentuknya telaga air panas Talun terdapat potensi panas bumi
Ngebel karena adanya seekor ular yang (geothermal). Menurut Dinas PU ESDM
bernama “Baru Klinting” yang hendak Provinsi Jawa Timur, suhu permukaan lokasi
disembelih oleh warga yang menemukan, panas bumi tersebut adalah sebesar 55 –
pada saat akan disembelih si ular berubah 760C dengan suhu di pusatnya adalah sebesar
menjadi seorang anak kecil yang kemudian si 2000C, luas sumber panas adalah 15 km2,
anak tersebut menancapkan lidi. Lidi yang tebal reservoir 2 km, dengan cadangan energi
ditancapkan kemudian dicabut, dari bekas sebesar 165 Mwe. Pengujian pada lokasi
tempat lidi tersebut dicabut kemudian panas bumi ini telah dilaksanakan oleh
mengeluarkan air yang lama kelamaan perusahaan PT Bakrie Darmakarya Energi
menggenang menjadi sebuah danau. Hingga (BDE) yang direncanakan akan
saat ini, masyarakat masih mempercayai melaksanakan eksplorasi.
bahwa ular besar tersebut masih ada dan Dengan melihat kondisi Kecamatan
terkadang menampakkan diri didepan Ngebel Dengan Komponen-komponen
wisatawan. Mitos ini menyebabkan banyak pengembangan pariwisata khususnya

NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 49


ekowisata yang sebaiknya dilakukan adalah menjadi komoditas utama di kecamatan
penguatan kapasitas masyarakat sekitar Pudak adalah durian, rambutan, duku
ODTW Alam, pelibatan masyarakat dalam manggis, apokat, pundung, klengkeng, jeruk,
pengelolaannya, penguatan kelembagaan nanas, dan nangka. Keberadaan komoditas-
yang akan melaksanakan program dan komoditas tersebut apabila dikembangkan
peningkatan promosi. dengan lebih serius akan menjadi salah satu
nilai tambah dalam pengembangan ekowisata
ODTW di Kecamatan Pudak di Kecamatan Pudak. Rekomendasi
Pengamatan di kecamatan Pudak dilakukan komponen pengembangan ekowisata yang
di sekitar desa Pudak Kulon yang oleh bisa diterapkan di Kecamatan Pudak adalah
pemerintah Kabupaten Ponorogo penambahan atraksi budaya sebagai
dicanangkan sebagai desa Mandiri Energi. penambah nilai dari daya tarik kawasan,
Kecamatan ini terletak di lereng gunung Wilis penguatan kapasitas lokal, peningkatan
dengan kriteria fungsi kawasan sebagai promosi, dukungan kebijakan pemerintah,
kawasan penyangga. Ketinggian tempat dan peningkatan kepuasan wisatawan.
antara 400 hingga 900 meter dpl. Panorama
alam di desa ini cukup bisa ditawarkan, selain
itu suhu di kecamatan Pudak yang dingin
menjadikan kecamatan ini menjadi salah satu ODTW di Kecamatan Sooko
penghasil sayuran di Kabupaten Ponorogo. Pengamatan lapangan dan wawancara
Desa Pudak Kulon oleh Pemerintah selanjutnya dilakukan di kecamatan Sooko.
Kabupaten Ponorogo dicanangkan sebagai Kecamatan ini memiliki potensi alam yang
salah satu desa mandiri energi. Kemandirian cukup tinggi, mulai dari pertanian, perikanan,
energi dari desa ini adalah dengan hingga ke pariwisata. Keberadaan air terjun
pemanfaatan biogas yang didapatkan dari Pletuk mulai dikenal oleh masyarakat luas.
peternakan sapi yang banyak terdapat di desa Air terjun Pletuk terletak di desa Jurug
ini. Biogas merupakan gas yang dihasilkan kecamatan Sooko dengan ketinggian tempat
oleh aktivitas anaerobik atau fermentasi dari lebih dari 900 m dpl dengan ketinggian air
bahan-bahan organik termasuk diantaranya; mencapai 50 meter. Posisi ODTW air terjun
kotoran manusia dan hewan, limbah Pletuk yang berada di pegunungan, panorama
domestik atau rumah tangga, atau setiap alam khas pegunungan dan udara yang sejuk
limbah organik yang biodegradable dalam menjadi nilai tambah dari daya tarik air terjun
kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam pletuk. Dari pengamatan lapangan, kondisi
biogas adalah metana dan karbon dioksida. air tampak keruh dan berwarna hijau, hal ini
Biogas dapat digunakan sebagai bahan bakar disebabkan air terjun ini tidak berasal
kendaraan maupun untuk langsung dari mata air, tetapi mengalir dari
menghasilkan listrik. Masyarakat di Desa sebuah sungai yang mengalir dari sebuah
Pudak Kulon membangun instalasi biogas sungai kecil yang sebelumnya melewati desa-
yang difasilitasi oleh sebuah lembaga desa diatasnya. Bahkan pada waktu-waktu
internasional. Dari pengamatan lapangan, tertentu air yang mengalir berwarna hijau
masyarakat memanfaatkan limbah dari sapi terutama saat limbah dari peternakan sapi
perah yang mereka pelihara untuk diambil perah yang ada di kecamatan Pudak dialirkan
biogasnya. Sementara ini, biogas tersebut ke sungai. Dalam pengembangan kawasan
masih dimanfaatkan untuk memasak, dan pariwisata di lokasi ini sebenarnya tidak bisa
limbahnya masih dimanfaatkan untuk pupuk. dilaksanakan secara lokal dan sektoral.
Tetapi, akan ada perkembangan pemanfaatan Kerjasama antara stakeholder di wilayah hulu
biogas maupun limbahnya di kemudian hari. sungai yang mengalir menjadi air terjun
Dari wawancara dengan stakeholder di dengan stakeholder di wilayah air terjun
Kabupaten Ponorogo, di kecamatan Pudak Pletuk perlu dilakukan. Sistem pengelolaan
dan Sooko terdapat program penghijauan sungai menjadi prioritas untuk menjaga air
dengan penanaman buah-buahan. Buah yang sungai agar tidak tercemar limbah dari atas,

50 | Volume 2 Edisi 1, 2015


dan aliran air yang mencapai lokasi air terjun menjadi kebanggaan daerah melainkan
tetap bersih dan bebas polusi. menjadi kebanggaan nasional. Penyajian dan
Dari hasil wawancara dengan penampilan kesenian reog Ponorogo dengan
masyarakat dusun Kranggan desa Jurug figur yang penuh batiniah dan dilapisi dengan
kecamatan Sooko yang merupakan lokasi air magis yang merupakan perpaduan antara
terjun tersebut berada, pengelolaan air terjun lahiriah dan batiniah secara serasi, seimbang
saat ini dilakukan oleh masyarakat. Di desa dan tetap hidup berkembang dikalangan
ini terdapat sebuah paguyuban sadar wisata masyarakat Ponorogo.
karang taruna bersama Perhutani membuat Asal mula reog Ponorogo yang semula
kerjasama dalam pengelolaan melalui wadah disebut “Barongan” sebagai sindiran dari
Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Demang Ki Ageng Suryangalam terhadap
“Jurug Makmur”. Akses ke kawasan air raja Majapahit Prabu Brawijaya V (Bhre
terjun cukup mudah karena telah dibangun Kertabumi). Terwujudnya Barongan
jalan yang diperkeras menggunakan rabat merupakan sindiran bagi raja yang sedang
beton dan aspal. Meskipun pengelolaan telah berkuasa yang belum melaksanakan tugas-
dilakukan oleh desa, tetapi keterlibatan tugas kerajaan secara tertib, adil dan
masyarakat sekitar secara langsung pada memadai, sebab kekuasan raja dikuasai
pengembangan kawasan tersebut belum ada. bahkan dikendalikan oleh permaisurinya.
Keterlibatan masyarakat saat ini hanya Budaya rikuh, pakewuh sangat kuat dibenak
sebatas pembersihan lingkungan, dan masyarakat untuk mengingatkan atasannya.
pelayanan terhadap pengunjung pada saat Oleh sebab itu metode sindiran merupakan
dilaksanakan sebuah kegiatan, sebagai contoh salah satu cara untuk mengingatkan
adalah kegiatan yang dilaksanakan malam atasannya secara halus.
keakraban oleh salah satu perguruan tinggi Ki Ageng Suryangalam menyadari
swasta yang ada di Ponorogo. Pengembangan bahwa sebagai bawahan tidak dapat berbuat
ekowisata yang bisa dilaksanakn di kawasan banyak. Maka alternatif lain yang ditempuh
ini adalah dengan meningkatkan layanan terpaksa merperkuat dirinya dengan pasukan
kepada wisatawan dan meningkatkan daya perang yang terlatih berikut para Waroknya
tarik dari desa-desa disekitar air terjun Pletuk dengan berbagai ilmu kanuragan. Berawal
dengan mengembangkannya menjadi desa dari inilah cerita reog Ponorogo dalam wujud
wisata. Pengembangan desa wisata bisa seperangkat merak dan jathilan sebagai
dilakukan dengan meningkatkan kapasitas manifestasi sindiran kepada raja Majapahit
masyarakat terutama dalam mengembangkan yang dalam melaksanakan roda pemerintahan
pariwisata antara lain kapasitas masyarakat dipengaruhi oleh permaisurinya. Raja
dalam melayani wisatawan, kesadaran dikiaskan sebagai Harimau yang ditunggangi
masyarakat akan pentingnya melakukan oleh Merak sebagai lambang permaisurinya.
konservasi lingkungan, kapasitas masyarakat Berdasarkan cerita dari data yang telah
dalam menyediakan home stay bagi dianalisis diperkirakan Ponorogo pada masa
wisatawan, dan lainnya. Pelayanan yang baik lalu bernama “ Wengker” berarti
oleh masyarakat akan menumbuhkan minat Wewengkon kang Angker, tempat keramat
wisatawan untuk menikmati keindahan sebab merupakan hutan belantara.
pegunungan ini dengan memperpanjang Masyarakat hidup secara berkelompok
masa tinggal dan mempersering kunjungan. dibawah pimpinan seorang Warok. Secara
Hal ini akan meningkatan pemasukan bagi historis kesenian reop Ponorogo erat
masyarakat lokal maupun pemerintah. kaitannya dengan tradisi dan kepercayaan
yakni animisme. Masyarakat Ponorogo
Potensi Seni Budaya Reog Ponorogo memandang bahwa burung Merak sebagai
Kesenian reog Ponorogo sebagai kesenian simbol keindahan.
tradisional, penuh dengan nilai-nilai historis Reog Ponorogo merupakan kesenian
dan legendaris yang tumbuh dan berkembang tradisional (local genius) yang tumbuh di
sejak dahulu hingga sekarang. Bukan saja kalangan dan digemari oleh masyarakat dari

NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 51


segala tingkat dan lapisan. Penampilan peringatan Hari Ulang Tahun Kota
kesenian Reog Ponorogo selalu memberikan Ponorogo. Sebagai
hiburan yang segar, menggairahkan, dan penyelengara FRN sekaligus sebagai
menimbulkan semangat. Kesenian ini pembina kesenian Reog Ponorogo,
memiliki jenis tarian yang khas dan tidak ada dibentuklah Yayasan Reog
di daerah lain. Berbeda dengan kuda lumping Ponorogo. Sejak itu tarian reog mulai
dari Tulungagung atau Magelang. Kuda diajarkan disekolah-sekolah lewat “tarian
lumping mengusung tema Panji Asmara massal” atau dimodifikasi ke dalam
Bangun dan Dewi Sekartaji, sedangkan Reog gerakan
memiliki sejarah tersendiri berdasarkan kota gerakan senam. Sebagai pedoman pembina
kelahirannya. Disamping itu juga dapat an dan pengajaran reog tersebut
dijadikan alat penggerak massa, karena disusunlah sebuah buku berjudul “Pedom
mampu menghimpun masyarakat penonton. an Dasar Kesenian Reog dalam Pentas
Peralatan Reog Ponorogo berjumlah 17, Budaya Bangsa” yang dipatenkan dengan
juga mengingatkan menyembah kepada Allah Copyright dari Departemen Kehakiman
SWT dalam sehari 17 rakaat. Peralatan RI nomer 013195 pada tanggal 12 April
tersebut adalah : 1995. Buku tersebut, karena sampulnya
1) Barongan : 1 Buah yang berwarna kuning, kemudian lebih
2) Topeng Klono Sewandono : 1 Buah dikenal sebagai “Buku Kuning”.
3) Topeng Bujang Ganong : 1 Buah
4) Topeng Patrajaya : 2 Buah 2. Analisis SWOT
5) Eblek ( jaranan ) lazimnya : 2 Buah Dari hasil pengamatan lapangan dan
6) Kendang : 1 Buah wawancara dengan masyarakat maka
7) Ketipung : 1 Buah dilakukan analisis SWOT untuk melihat
8) Terompet : 1 Buah potensi ekowisata di kabupaten Ponorogo
9) Kempul : 1 Buah terutama yang terdapat di kawasan lindung
10) Kethuk kenong : 2 Buah dan penyangga. Dengan diwakili oleh 3
11) Angklung : 4 Buah kecamatan diatas dan wawancara dengan
Peralatan yang digunakan dalam elemen responden dan sakeholder di lapangan maka
pertunjukan Reog Ponorogo, banyak didapatkan matriks SWOT. Dalam analisis
diproduksi masyarakat menjadi produk SWOT dikaji faktor-faktor yang paling
aksesoris dan menjadi oleh-oleh kerajinan berpengaruh dalam pengembangan ekowisata
tangan yang banyak digemari wisatawan dari di Kabupaten Ponorogo. Fakor internal
luar Ponorogo. dalam pengembangan ekowisata berupa
Pada tahun 1995 ketika Drs. Markoe kekuatan dan kelemahan dari masing-masing
m Singodimedjo, M.M, seorang kader ODTW Alam dan budaya lokal dari
Golkar dilantik menjadi Bupati Ponorogo. Kabupaten Ponorogo. Sedangkan faktor
Sejak saat itu, lewat SK Bupati Nomer : eksternal dari pengembangan ekowisata
425/1995 “REOG” ditetapkan sebagai adalah kondisi-kondisi diluar ODTW Alam
semboyan kota Ponorogo. Seiring dengan dan budaya lokal seperti akses, fisik
itu mulailah diselenggarakan Festival Reog prasarana, dan lainnya.
Nasional (FRN) dalam rangkaian acara
ANALISI INTERNAL
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
 Potensi ekowisata yang bervariasi mulai dari  Masih terbatasnya sarana penginapan dan
rural tourism, agro tourism, natural tourism, dan home stay bagi wisatawan.
cultural tourism.  Belum optimalnya pemanfaatan potensi wisata
 Keindahan panorama alam pegunungan  Pengelolaan wisata yang terbatas dan belum
 Keindahan panorama khusus di ODTW Alam banyak melibatkan masyarakat
(Telaga Ngebel, air terjun Pletuk, mata air panas  Belum adanya kesadaran masyarakat lokal
Talun, dan lainnya) pentingnya konservasi lingkungan dan
 Budaya masyarakat lokal yang ramah dan keanekaragaman hayati
menarik  Belum tersedia tempat istirahat untuk sekedar
 Atraksi wisata budaya Reog dan Grebeg Suran minum sambil menikmati daya tarik di

52 | Volume 2 Edisi 1, 2015


ANALISI INTERNAL
Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weakness)
 Keanekaragaman hayati beberapa objek ekowisata seperti di Air Terjun
 Komoditas buah-buahan yang bervariasi Pletuk
 Makanan dan minuman khas Ponorogo yang  Pengawasan yang belum intensif
ditawarkan
 Keberadaan desa Mandiri Energi yang bisa
menjadi daya tarik tersendiri
Sumber : Hasil Pengamatan, 2013
Tabel 3. Analisis Internal (Strength and weakness)

ANALISI EKSTERNAL
Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats)
 Telah tercantum dalam Perda No 1 Tahun 2012  Penambangan Tras di kawasan terdapatnya
tentang RTRW bahwa dilakukan peningkatan ODTW Alam
potensi wisata berwawasan lingkungan  Pembuangan limbah tanpa pengolahan yang
 Budaya Reog Ponorogo dikenal sebagai budaya mengotori sungai
aseli Ponorogo dan telah mendunia  Fasilitas pendukung pariwisata di sekitar
 Keberadaan Grebeg Suro dan Larung sesaji ODTW Alam yang belum memadai (fasilitas
menjadi daya tarik tersendiri penerangan, kamar mandi, tempat sampah
 Aksesibilitas ke kawasan-kawasan ODTW Alam dan pengelolaannya)
yang memadai  Keberadaan gangguan kamtibmas di sekitar
 Pengembangan desa-desa mandiri energi di ODTW Alam
beberapa kecamatan merupakan asset  Alih fungsi lahan di kawasan lindung yang
 Komoditas buah-buahan di tiap kecamatan dan terdapat ODTW Alam cukup tinggi
pengembangan yang dilakukan oleh pemerintah
Sumber : Hasil Pengamatan, 2013
Tabel 4. Analisis eksternal (Opportunities and Threat)

Dari keempat parameter yang dianalisis menentukan strategi pengelolaannya. Analisis


maka dilakukan analisis SWOT untuk matriks SWOT tersaji pada tabel 5.

Opportunity Threaths
 Telah tercantum dalam Perda No 1  Penambangan Tras di kawasan
Tahun 2012 tentang RTRW bahwa terdapatnya ODTW Alam
dilakukan peningkatan potensi  Pembuangan limbah tanpa
Eksternal wisata berwawasan lingkungan pengolahan yang mengotori sungai
 Budaya Reog Ponorogo dikenal  Fasilitas pendukung pariwisata di
sebagai budaya aseli Ponorogo dan sekitar ODTW Alam yang belum
telah mendunia memadai (fasilitas penerangan,
 Keberadaan Grebeg Suro dan kamar mandi)
Larung sesaji menjadi daya tarik  Keberadaan gangguan kamtibmas
tersendiri di sekitar ODTW Alam
Internal  Aksesibilitas ke kawasan-kawasan  Alih fungsi lahan di kawasan lindung
ODTW Alam yang memadai yang terdapat ODTW Alam cukup
 Pengembangan desa-desa mandiri tinggi
energi di beberapa kecamatan
merupakan asset
 Komoditas buah-buahan di tiap
kecamatan dan pengembangan
yang dilakukan oleh pemerintah

NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 53


Strategi S-O
Strength Strategi S-T
 Meningkatkan kapasitas masyarakat
 Potensi ekowisata yang  Pengawasan terhadap aktifikas
dalam melakukan pengembangan
bervariasi mulai dari rural penambangan liar di kawasan
dan strategi pengelolaan ekowisata
tourism, agro tourism, natural lindung dan kawasan ODTW Alam
 Meningkatkan promosi potensi
tourism, dan cultural tourism.  Pembangunan fasilitas penunjan
ekowisata Ponorogo melalui
 Keindahan panorama alam pariwisata di masing-masing ODTW
berbagai media seperti biro
pegunungan Alam yang ada
perjalanan
 Keindahan panorama khusus  Pembinaan kepada masyarakat
 Meningkatkan fasilitas pendukung
di ODTW Alam (Telaga peternak dan industry rumah tangga
pariwisata di lokasi ODTW dan
Ngebel, air terjun Pletuk, mata tentang perlunya pengolahan limbah
sekitarnya
air panas Talun, dan lainnya) sebelum dibuang ke sungai
 Bekerjasama dengan masyarakat
 Budaya masyarakat lokal yang  Pengawasan di lokasi ODTW Alam
untuk memproduksi kerajinan
ramah dan menarik dengan melibatkan masyarakat
tangan berupa alat dan aksesoris
 Atraksi wisata budaya Reog sekitar dan memberlakukan tata
tari reog sebagai produk
dan Grebeg Suran tertib untuk pengunjung
mercahandise yang akan
 Keanekaragaman hayati
membengun promosi di luar daerah
 Komoditas buah-buahan yang
Ponorogo
bervariasi
 Penyelenggaraan Festival Reog
 Makanan dan minuman khas
Nasional yang berpindah-pindah
Ponorogo yang ditawarkan
pada tiap ODTW Ekowisata
 Keberadaan desa Mandiri
Energi yang bisa menjadi daya
tarik tersendiri
 Persepsi positif masyarakat
terhadap pengembangan
ekowisata di lingkungannya

Strategi W-O
 Mengoptimalkan seluruh potensi
Weakness Strategi W-T
yang ada untuk mengembangkan
 Belum optimalnya  Pengembangan fasilitas penunjang
ekowisata
pemanfaatan potensi wisata dalam ODTW Alam
 Pendekatan dan peningkatan
 Pengelolaan wisata yang  Peningkatan keamanan pengunjung
kapasitas masyarakat tentang
terbatas dan belum banyak ODTW Alam denga pengawasan
perlunya konservasi
melibatkan masyarakat dan sangsi
keanekaragaman hayati dan
 Belum adanya kesadaran  Pengawasan dan penentuan sangsi
lingkungan
masyarakat lokal pentingnya keras pada kegiatan penambangan
 Pembangunan area istirahat (rest
konservasi lingkungan dan liar di kawasan lindung dan
area) di kawasan ODTW Alam
keanekaragaman hayati kawasan ODTW Alam
 Pengawasan di lingkungan ODTW
 Belum tersedia tempat  Melakukan pendekatan dengan
Alam yang melibatkan seluruh
istirahat untuk sekedar minum para masyarakat dan swasta
komponen mulai dari stakeholder
sambil menikmati daya tarik di melalui seminar, pertemuan,
hingga masyarakat
beberapa objek ekowisata sarasehan liannya dengan fokus
 Membangun panggung pertunjukan
seperti di Air Terjun Pletuk perbincangan mengenai potensi
di tiap lokasi ODTW ekowisata
 Pengawasan yang belum ekowisata di kawasanannya dan
 Bekerjasama dengan sanggar
intensif keuntungan dari pengembangan
secara bergantian untuk program
ekowisata
latihan tari reog dan senam reog
pada panggung di tiap ODTW

Sumber : Hasil analisis, 2013


Tabel 5. Analisis Matriks SWOT

Analisis kuantitatif SWOT bertujuan dilakukan dengan pembobotan yang


untuk mengetahui letak potensi ekowisata di dikembangkan oleh Pearce dan Robinson
Kabupaten Ponorogo dalam kuadran SWOT (1998). Pembobotan dalam analisis SWOT
sehingga dapat ditentukan strategi tersaji pada tabel 6 dan 7.
pengembangannya. Analisis kuantitatif
Nilai tertimbang
No Strength Skor Bobot
(Skor x Bobot)
1 Potensi ekowisata yang bervariasi mulai dari rural tourism, agro
tourism, natural tourism, dan cultural tourism. 3 0,3 0,9
2 Keindahan panorama alam pegunungan 3 0,45 1,35
3 Keindahan panorama khusus di ODTW Alam (Telaga Ngebel, air
terjun Pletuk, mata air panas Talun, dan lainnya) 4 0,08 0,32
4 Atraksi wisata budaya Reog dan Grebeg Suran 5 0,4 2
5 Budaya masyarakat lokal yang ramah dan menarik 2 0,07 0,14
6 Keanekaragaman hayati 1 0,09 0,09
7 Komoditas buah-buahan yang bervariasi 1 0,08 0,08
8 Makanan dan minuman khas Ponorogo yang ditawarkan 1 0,05 0,05
9 Keberadaan desa Mandiri Energi yang bisa menjadi daya tarik 1 0,04 0,04

54 | Volume 2 Edisi 1, 2015


tersendiri
10 Respon positif dari masyarakat untuk pengembangan ekowisata
di lingkungannya 2 0,07 0,14
Total Kekuatan 1,63 5,11
Nilai tertimbang
No Weakness Bobot Rating
(Skor x Bobot)
1 Belum optimalnya pemanfaatan potensi wisata 5 0,4 2
2 Pengelolaan wisata yang terbatas dan belum banyak melibatkan
masyarakat 3 0,2 0.6
3 Belum adanya kesadaran masyarakat lokal pentingnya
konservasi lingkungan dan keanekaragaman hayati 4 0,08 0.32
4 Belum tersedia tempat istirahat untuk sekedar minum sambil
menikmati daya tarik di beberapa objek ekowisata seperti di Air
Terjun Pletuk 2 0,07 0.14
5 Pengawasan yang belum intensif 1 0,05 0.05
Total Kelemahan 0,8 3.11
Selisih total = S – W = x = 2
Tabel 6. Analisis pembobotan pada strategi internal

Nilai tertimbang
No Opportunity Bobot Rating
(Skor x Bobot)
1 Telah tercantum dalam Perda No 1 Tahun 2012 tentang RTRW bahwa 5 0,3 1.5
dilakukan peningkatan potensi wisata berwawasan lingkungan
2 Budaya Reog Ponorogo dikenal sebagai budaya aseli Ponorogo dan telah 4 0,1 0.4
mendunia
3 Keberadaan Grebeg Suro dan Larung sesaji menjadi daya tarik tersendiri 2 0,07 0.14
4 Aksesibilitas ke kawasan-kawasan ODTW Alam yang memadai 3 0,09 0.27
5 Pengembangan desa-desa mandiri energi di beberapa kecamatan 1 0,05 0.05
merupakan asset
6 Komoditas buah-buahan di tiap kecamatan dan pengembangan yang 1 0,03 0.03
dilakukan oleh pemerintah
Total Peluang 0,64 2.39
No Threat Bobot Rating Nilai tertimbang
(Skor x Bobot)
1 Penambangan Tras di kawasan terdapatnya ODTW Alam 4 0,1 0,4
2 Pembuangan limbah tanpa pengolahan yang mengotori sungai 2 0,2 0,4
3 Fasilitas pendukung pariwisata di sekitar ODTW Alam yang belum 3
memadai (fasilitas penerangan, kamar mandi) 0,09 0,27
4 Keberadaan gangguan kamtibmas di sekitar ODTW Alam 5 0,07 0.35
5 Alih fungsi lahan di kawasan lindung yang terdapat ODTW Alam cukup 1
tinggi 0,06 0,06
Total Ancaman 0,52 1,48
Selisih total =O – T = Y = 0,91
Sumber : Hasil Analisis, 2013
Tabel 7. Analisis pembobotan strategi eksternal

Pembobotan terhadap faktor-faktor kabupaten Ponorogo dalam kondisi prima


internal dan eksternal merupakan nilai yang dan mantap sehingga sangat dimungkinkan
ditujukan pada kwadran SWOT. Nilai sumbu untuk terus melakukan ekspansi,
x berasal dari faktor-faktor internal, memperbesar pertumbuhan dan meraih
sedangkan nilai sumbu y berasal dari faktor- kemajuan secara maksimal.
faktor eksternal. Dari hasil perhitungan nilai
x adalah 2 dan nilai y adalah 0,91. Dari hasil D. KESIMPULAN
perhitungan diatas menunjukkan bahwa nilai Dari hasil kajian potensi ekowisata di
x dan nilai y sama-sama positif. Kedua Kabupaten Ponorogo maka dapat
nilai sama positif artinya faktor kekuatan dan disimpulkan bahwa:
peluang lebih besar atau sama besarnya 1. Potensi ekowisata di Kabupaten
dengan faktor kelemahan dan ancaman. Ponorogo terbagi atas tiga kategori yaitu
Artinya ada peluang untuk pengembangan agrowisata, geowisata, dan hidrowisata.
ekowisata. Rekomendasi yang diberikan Dari pengamatan lapangan wisata budaya
dalam pengembangan ekowisata bersifat merupakan nilai tambah dalam
progresif artinya potensi ekowisata di pengembangan ekowisata. Potensi
NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 55
ekowisata terutama adalah potensi melaksanakan kebijakan pariwisata di
pengembangan obyek daya tarik wisata Kabupaten Ponorogo
alam yang didukung dengan keberadaan 2. Pengoptimalan seluruh potensi pariwisata
budaya Reog Ponorogo yang telah yang ada di Kabupaten Ponorogo dalam
mendunia. melakukan perencanaan dan
2. Pengembangan potensi ekowisata dari pengembangan ekowisata khususnya di
potensi geowisata, agrowisata, dan kawasan lindung dan penyangga.
hidrowisata di kabupaten Ponorogo perlu 3. Peningkatan promosi pariwisata terutama
adanya peningkatan daya tarik lain ekowisata melalui berbagai media salah
dengan mengembangkan konsep desa satunya pembuatan website pariwisata
wisata. Kabupaten Ponorogo yang dilengkapi
3. Persepsi masyarakat pada umumnya dengan informasi-informasi pendukung.
setuju dengan pengembangan ekowisata
dan mereka berharap dengan Peningkatan kapasitas seluruh
pengembangan ekowisata maka akan stakeholder tentang ekowisata dengan
meningkatkan pendapatan mereka dan memberikan penyuluhan melalui seminar,
menciptakan lapangan pekerjaan baru. diskusi, workshop kepada masyarakat,
4. Persepsi wisatawan terhadap ODTW pemerintah, dan swasta tentang pentingnya
Alam yang akan dikembangkan menjadi konservasi keanekaragaman hayati dan
kawasan ekowisata adalah setuju dan konservasi lingkungan dalam pelaksanaan
mereka berharap adanya peningkatan pembangunan yang berkelanjutan.
layanan dan kebersihan lingkungan.
5. Rekomendasi yang diberikan dalam F. DAFTAR PUSTAKA
pengembangan ekowisata bersifat Atmaja, IBY, 2002. Ekowisata Rakyat. Press
progresif artinya potensi ekowisata di Wisnu, Denpasar.
Kabupaten Ponorogo dalam kondisi Badan Pusat Statistik, 2010. Kabupaten
prima dan mantap sehingga sangat Ponorogo Dalam Angka. BPS Jakarta.
dimungkinkan untuk terus melakukan Damanik, Janianto, dan Weber, Helmut F.,
ekspansi, memperbesar pertumbuhan 2006. Perencanaan Ekowisata : Dari Teori
dan meraih kemajuan secara maksimal. ke Aplikasi.Penerbit Andi, Yogyakarta.
6. Strategi utama dalam pengembangan Departemen Kehutanan Republik Indonesia
ekowisata di Kabupaten Ponorogo adalah (Dephut). 1994. Peraturan Pemerintah
peningkatan kapasitas baik masyarakat, Republik Indonesia No. 18 Tahun 1994
pemerintah, maupun swasta pada tentang pengusahaan Pariwisata Alam di
kemampuan dan kesadaran akan Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman
pentingnya pengelolaan pariwisata yang Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam.
berkelanjutan dengan prinsip-prinsip Jakarta: Departemen Kehutanan
ekowisata. Republik Indonesia
7. Mengoptimalkan potensi seni budaya Departemen Kehutanan Republik Indonesia
Reog Ponorogo sebagai atraksi (Dephut). 2008. Kemungkinan
pendukung yang dapat menjadi daya tarik Meningkatkan Ekowisata. Download
untuk mendatangkan pengunjung pada Www.Dephut.Go.Id
tiap ODTW ekowisata. Dinas Pariwisata Daerah Propinsi DT I.
Jatim. 1992. Buku Petunjuk Objek Wisata
E. SARAN di 10 DT II di Jawa Timur. Jatim: Dinas
Saran yang diberikan dalam Pariwisata Daerah Propinsi DT I
pengembangan ekowisata di Kabupaten Fandeli, 1990. Dasar-dasar Manajemen
Ponorogo adalah : Kepariwisataan Alam. Liberty, Yogyakarta
1. Melakukan penyusunan Rencana Induk Fandeli, C, dan Muhklison, 2000. Pengusahaan
Pariwisata sebagai dasar dalam Ekowisata. Fakultas Kehutanan.
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

56 | Volume 2 Edisi 1, 2015


Fandeli, Chafid (2002). Perencanaan Suriani & M. Nurdin Razak, 2011. Pemetaan
Kepariwisataan Alam. Yogyakarta: Potensi Ekowisata di Taman Nasional
Fakultas Kehutanan UGM. Baluran. Tahun 2011, Volume 24, Nomor 3
Gunn, Clare, 1972, A Vacationscape; Designing Soemarwoto O. 1985. Ekologi, Lingkungan
Tourist Regions. Bureau of Business Hidup dan Pembangunan. Bandung:
Research The University of Texas at Djambatan.
Austin. Syariah dan Supriharjo, 2010. Faktor Penyebab
Gunawan, Myra P.Ir., 2002, Perencanaan Kurang Berkembangnya Kawasan Wisata
Pariwisata dalam rangka Pengembangan Telaga Ngebel, Kabupaten Ponorogo Berbasis
Ekonomi Kota, Makalah, Forum URDI. Pembangunan Berkelanjutan. Department
IUCN, 1994. Guidelines for Protected Area of Urban and Regional Planning, FTSP,
Management Categories. Gland, Switzerland ITS Surabaya
and Cambridge : IUCN. UNESCO, 2009. Panduan dasar pelaksanaan
Nugroho, Iwan. 2011. Ekowisata dan Ekowisata. UNESCO Indonesi. Jakarta.
Pembangunan Berkelanjutan. Pustaka WCED, 1987. Report of the World Commission
Pelajar. Yogyakarta. on Environment and Development: Our
Praniwi, Fajar (2010). Kajian Potensi Daya Common Future. www.un-
Tarik Wisata Pantai Wediombo Untuk documents.net/wced-ocf.htm
Pengembangan Pariwisata Di Kabupaten Widiyanto, Handoyo, dan Fajarwati, 2008.
Gunungkidul, Skripsi: tidak dipublikasikan. Pengembangan Pariwisata Perdesaan
Yogyakarta: Perpustakaan Fakultas (Suatu Usulan Strategi Bagi Desa Wisata
Geografi UGM. Ketingan). Jurnal Bumi Lestari, Vol 8 No.
Rangkuti, Freddy. 2006. Analisi SWOT 2 Agustus 2008
Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Wood, Megan E., 2002. Ecotourism : Principles,
Pustaka Utama, Jakarta. Practices, and Policies for Sustainable. UNEP
Raka Dalem, A.A.G, 2006. Ekotourisme. (United Nations Environment
Fakultas MIPA Universitas Udayana. Programme dan The International
Bali. Ecotourism Society. Burlington USA.
Santoso. 2003 Pengembangan Ukm Berbasis
Ekowisata. Download Www.Pnm.Co.id

NARADA, Jurnal Desain & Seni, FDSK-UMB | 57

Anda mungkin juga menyukai