RSUD JAGAKARSA
JL. MOH. KAHFI NO.27 A, KECAMATAN JAGAKARSA – JAKARTA SELATAN
TELP: (021) 78882455, 22708072, FAX : (021) 22708072
EMAIL : rsujagakrasa@gmail.com
Halaman ini berisi
KEBIJAKAN PEDOMAN PENATALAKSANAAN PMKP
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keselamatan Pasien Rumah Sakit berdasarkan KKP-RS adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk
asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya, serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Pelayanan di rumah sakit merupakan suatu pelayanan yang padat modal, padat
teknologi, padat karya, padat profesi/ilmu, padat sistem atau prosedur, padat mutu,
padat keluhan/masalah, padat error, serta ketidak pastian sakit sehingga
berdasarkan alasan tersebut rumah sakit terdapat padat resiko yang berdampak
pada risiko yang tinggi sehingga perlu keselamatan pasien di rumah sakit.
4
masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak
diharapkan (pasal 43 ayat 2).
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Terwujudnya pelaksanaan pedoman pelayanan Komite Keselamatan
Pasien di Rumah Sakit.
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan pelaksanaan pedoman pelayanan Komite
keselamatan pasien di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.
b. Sebagai acuan pelaksanaan SDI Komite Keselamatan Pasien
dalam pelayanan keselamatan pasien di Rumah Sakit Islam Sultan
Agung Semarang.
5
C. RUANG LINGKUP PELAYANAN
4) Pemetaan data
5) Identifikasi masalah
6) Analisis informasi
8) Dokumentasi
6
5. Asesmen risiko secara proaktif
6) Redesain proses
D. BATASAN OPERASIONAL
e. Sentinel Event
b. Dampak (Consequence)
d. Band Resiko
4. Investigasi
a. Investigasi sederhana
8
6. Resiko
7. Resiko Klinis
8. Manajemen resiko
9. Budaya organisasi
Brifing tim adalah cara sederhana bagi staf untuk berbagi informasi
tentang isu-isu patient safety yang potensial dapat terjadi dalam
kegiatan sehari hari.
9
14. Manajemen Risiko Terintegrasi
b. Obat NORUM (Nama obat Rupa dan Ucapan Mirip) adalah obat
yang berisiko menimbulkan kesalahan karena nama obat yang
membingungkan yaitu obat yang bentuknya mirip atau namanya
kedengaran mirip .
10
dilakukan dengan baik dan benar serta merupakan pilar dalam
pencegahan dan pengendalian infeksi (PPI).
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit.
11
9. Pereturan menteri kesehatan Nomor 129/MENKES/PER/VII/2009
tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
12
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
KOMITE
S
1 Profesi Dokter dr. Fatah Yasin 1
S
1 Keperawatan Ners Nani Prasanti, S. Kep., Ns. 3
Anggota Ad Hock
S
2 Kesehatan Rita Kartikasari, SKM, M. Kes 2
S
1 Profesi Farmasi Ida Ayu Ariesanti, S. Farm. Apt. 1
S
1 Profesi Keperawatan Siwi Damayanti, S. Kep., Ns. 2
S
1 Keparawatan Eko Herwanto, S. Kep. 8
Indartik, S.Kep.
Novianti, S. Kep
13
KOMITE
Rachmawati, AMK
C. Pengaturan Jaga
14
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
2 Ventilasi AC 1 PK/20 m²
3 Penerangan 20 Watt / m²
6 Tata Ruang :
a. Ruang Kerja 1 m²
b. Ruang Tunggu 2 m²
c. Ruang Administrasi / Arsip 3 m²
d. Ruang Pembuatan Sediaan -
e. Ruang Perpustakaan 1 m²
f. Ruang Rehat -
g. WC 3 m²
7 Mebelair
a. Meja Kerja 3
b. Kursi Kerja 3
c. Kursi 6
d. Kursi Tamu 1
e. Almari Arsip 3
f. Filling Kabinet 3
g
. Meja Komputer 3
15
BAB IV
keselamatan pasien
16
d. Band Resiko adalah derajat resiko yang digambarkan dalam
empat warna yaitu : biru, hijau, kuning dan merah “Bands “
akan menentukan Investigasi yang akan dilakukan.
1) Identifikasi insiden
2) Pembentukan tim
3) Pengumpulan data
4) Pemetaan data
5) Identifikasi masalah
6) Analisis informasi
6) Redesain proses
4. Kembangkan sistem
pelaporan Dilaksanakan
dengan :
17
1) Banyak bukti yang menunjukkan bahwa pasien sangat
ingin dilibatkan sebagai mitra dalam proses pengobatan
dirinya sendiri (brosur).
c) Mendiskusikan risiko
18
B. Penerapan/ hasil kegiatan pelaksanaan 6 (enam) sasaran
keselamatan pasien Meliputi kegiatan yang melibatkan unit terkait
serta Komite Keselamatan Pasien, terdiri atas koordinasi, pelaporan
hasil kegiatan, monitoring evaluasi dan tindak lanjut tentang:
– No telepon rumah/ HP
– Agama.
– Pekerjaan.
19
KTP/ paspor/ SIM) dan tanggal lahir. Bila perlu dapat
digunakan identitas tambahan berupa :
– No.telepon rumah / HP
– Agama.
– Pekerjaan
20
diketahui, maka nama lengkap ibu diganti dengan nama
lengkap masing-masing bayi
IGD
21
4) Pasien bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
– Agama
– Pekerjaan
22
d) Macam-macam warna gelang
– Agama.
– Pekerjaan.
24
Bagaimana Menggunakan SBAR?
a. Situation (situasi)
permasalahan pasien)
c. Assesment (penilaian)
25
Tabel 1
Pelaporan Perawat Ke Dokter
Menggunakan Metode SBAR (Haig KM dkk, 2006)
26
Sasaran yang ingin dicapai dalam model komunikasi SBAR adalah
agar informasi yang disampaikan oleh perawat ke dokter dapat
akurat dan tepat, dalam rangka pengambilan keputusan terhadap
situasi klinis yang dihadapi pasien. Sebuah survei yang dilakukan di
Rumah Sakit Moncton memperlihatkan bahwa sebelum diterapkan
model komunikasi SBAR, sebanyak 25% dokter mengatakan tidak
puas terhadap informasi yang diberikan perawat. Akan tetapi
keadaan berubah setelah SBAR digunakan sebagai metode
komunikasi di rumah sakit tersebut.
27
Recommendation. Perawat menghubungi dokter tentu mempunyai
maksud tertentu, apakah perawat mengharapkan dokter segera
datang ke bangsal, atau cukup meminta pemeriksaan penunjang,
terapi yang perlu diberikan saat itu. Contoh komunikasi SBAR pada
saat perawat melaporkan kondisi pasien ke dokter.
Tabel 2
Tabel 3
Konsensus Daftar Nilai Atau Hasil Kritis
Yang Segera Harus Dikomunikasikan
(diringkas dan dimodifikasi dari Doris et al., 2005)
Meningkat
CKMB Meningkat mengindikasikan
adanya miokard infark
akut
Meningkat
Troponin Meningkat mengindikasikan
adanya miokard infark
akut
28
Komunikasi Petugas/ Penunjang Medis – Dokter/ Perawat/Bidan
Tabel 4
Contoh Komunikasi SBAR Dari Petugas Penunjang Medis
Kepada Dokter/Perawat/Bidan
penuruna
Assesment Hasil analisa anda Pasien mengalami n
terhadap situasi trombosi kemungkina bil
(penilaian) tersebut t, n a tidak
yang memerlukan ditangan
tindak i akan terjadi syok
lanjut atau dianggap hipovolemik
memiliki risiko
29
Tabel 5
Contoh Komunikasi SBAR Petugas Non Klinis Kepada Petugas Lain
KETERANGA
SBAR N CONTOH
Situation Selamat siang mas Edi, saya Susi
(situasi) - Sebutkan nama pekarya
Baitul Ma’ruf. Air panas dan air
anda dan dingin dari
keran kamar mandi pasien tidak
unit/bangsal bisa
Ceritakan
- dengan bercampur.
jelas
kondisi/situasi
yang membuat
anda khawatir
30
4. Sasaran IV : Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
operasi
Penandaan Area
Operasi Definisi
Tujuan
Proses
a. Membuat tanda
31
2) Jika pada proses penandaan dilakukan oleh wakil/yang
mewakili maka dokter yang melakukan tindakan operasi
harus hadir selama prosedur penandaan area tersebut.
3) Hal ini diakui bahwa tidak ada cara praktis atau dapat
diandalkan untuk menandai gigi atau selaput lendir, terutama
dalam kasus gigi yang direncanakan untuk ekstraksi.
Sebuah tinjauan catatan gigi dan radiografi dengan gigi/ gigi
harus dilakukan dan nomor anatomi untuk ekstraksi jelas
ditandai pada catatan-catatan dan radiografi.
1) Operasi mata
32
baik. Jika tidak ada tanda yang dibuat, maka prosedur
sebagaimana dimaksud pada c.6) harus ditaati.
2) Operasi bilateral
3) Operasi THT
4) Bedah digital
Definisi
Tujuan
Check list ini dimaksudkan sebagai alat yang digunakan oleh tim
bedah (dokter bedah, dokter anestesi, dan perawat) dalam
meningkatkan keselamatan pasien pada proses operasi dan
mengurangi resiko infeksi yang tidak perlu/kematian.
33
Cara menggunakan chek list
Dalam menggunakan check list ini, tim operasi harus terdiri dari
dokter bedah, dokter anestesi, perawat (asisten, scrub nurse,
circulation nurse), teknisi dan personil kamar operasi yang lain.
Semua anggota tim operasi berperan dalam memastikan keamanan
dan keberhasilan operasi.
34
atau jika langkah ini dilewati, seperti dalam keadaan darurat,
tim harus memahami mengapa tindakan ini dikerjakan dan
semua berada dalam perjanjian.
35
pasien memiliki alergi, jika demikian, apa jenis alerginya. Jika
koordinator mengetahui alergi yang dokter anestesi tidak
menyadari, informasi ini harus dikomunikasikan.
36
harus mendiskusikan dengan dokter bedah sebelum operasi
dimulai. Jika ada risiko kehilangan darah yang signifikan lebih
besar dari 500 ml, sangat disarankan untuk pemasangan 2
(dua) jalur infuse yang besar atau kateter vena sentral
ditempatkan sebelum insisi kulit. Selain itu, tim harus
mengkonfirmasi ketersediaan cairan atau darah untuk
resusitasi. (Perhatikan bahwa kehilangan darah diharapkan
akan ditinjau kembali oleh ahli bedah sebelum sayatan kulit ini
akan memberikan tingkat keamanan kedua. Pada tahap ini
selesai, tim dapat melanjutkan dengan induksi anestesi.
37
3) Apakah antibiotik profilaksis telah diberikan dalam 60
menit terakhir?
4) Peristiwa penting
38
bisa mengatakan, "Saya tidak memiliki perhatian khusus
mengenai kasus ini”.
39
Rincian langkah pada tahap ini yaitu :
3) Pelabelan spesimen
40
5. Sasaran V : Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan Hand Hygiene/Kebersihan
Tangan
41
Cu ci tangan dengan cara hand rub
42
Cu ci tangan dengan cara hand wash
43
6. Sasaran VI : Pengurangan Risiko Pasien Jatuh
a. Pengkajian Awal
Mobilitas :
44
Pengobatan dan Kondisi kesehatan
Status Mental
Eliminasi
d. Intervensi
g. Pengkajian Ulang
45
2) Pasien pindah ruang/unit
a. Pengkajian Awal
c. Intervensi
f. Pengkajian Ulang
47
– penatalaksanaan medis untuk penyakit pasien, misalnya
gangguan jantung, cidera otak, masalah persendian dan
tulang, dll
4) Edukasi
– Staf
48
memasang latex agar pasien tidak tergelincir dan
menggunakan kursi dengan tinggi sandaran tangan yang
tepat supaya dapat digunakan untuk duduk dan berdiri.
3) Tempat tidur
Tingkat Cedera
3 Meninggal
b. Kaji tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, perubahan ROM
(Range Of Motion) dan lakukan pemeriksaan GDS (Gula Darah
Sewaktu) khususnya pada pasien DM
49
Pelaksanaan Manajemen Resiko Klinik
LAPORAN INSIDEN
(INTERNAL)
I. DATA : ......................................................................................
PASIEN ......................... : ................................
Nama Ruangan : ........................................................ : 0-1
No MR bulan > 1 bulan – 1 tahun > 1 tahun – 5 tahun > 5
Umur * tahun – 15 tahun > 15 tahun – 30 tahun > 30 tahun –
65 tahun > 65 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki Perempuan
Penanggung biaya pasien :
Pribadi Perusahaan*
ASKES Pemerintah JKN PBI
Asuransi Swasta JKN Non PBI
Tanggal :
..................................................................Jam ...................................
...........
2. Insiden :
............................................................................................................
...........................
3. Kronologis Insiden
............................................................................................................
...........................
............................................................................................................
............................
4. Jenis Insiden* :
50
Pengunjung
Lain-
lain .................................................................................................
(sebutkan)
7. Insiden menyangkut
pasien : Pasien
rawat inap
Pasien UGD
Lain-
lain .................................................................................................
(sebutkan)
8. Tempat Insiden
Lokasi
kejadian ..........................................................................................
(sebutkan)
(Tempat pasien berada).
Mata dan
Subspesialisasinya
Saraf dan
Subspesialisasinya
Anastesi dan
Subspesialisasinya
..........................................................................................................
..............................
..........................................................................................................
..............................
..........................................................................................................
..............................
Dokte
r
Peraw
at
Petugas
lainnya ...........................................................................................
51
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di
Unit Kerja lain?*
Ya Tidak
Apabila ya, isi bagian dibawah
ini.
Kapan dan langkah/ tindakan apa yang telah diambil pada unit
kerja tersebut
untuk mencegah terulangnya kejadian yang
sama?
............................................................................................................
............................
............................................................................................................
............................
KKP-RS.02/2014
b. Kejadian Sentinel
52
c. Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)/ Adverse event
a) Reaksi transfusi
g) Kesalahan obat
a) Pengobatan
b) Identifikasi
c) Tindakan invasive
d) Diet
e) Transfusi
f) Radiologi
g) Laboratorium
a) Pengobatan
b) Identifikasi
c) Tindakan invasif
d) Diet
e) Transfusi
f) Radiologi
g) Laboratorium
a. Pelaporan Insiden
1) Kejadian sentinel
54
Rumah Sakit/KKPRS dalam waktu 2x24 jam setelah
terjadinya insiden, dengan melengkapi formulir laporan
insiden.
− Reaksi transfusi
− Kesalahan obat
− Identifikasi
− Tindakan invasif
− Diet
− Transfusi
− Radiologi
− Laboratorium
2) Band risiko
55
− Band biru dan hijau : investigasi sederahana
f. Lapor Direksi
g. Sosialisasi
6) Redesain proses
56
BAB V
LOGISTIK
57
1. Petugas Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit membuat
Permintaan Pembelian (PP) melalui blangko permintaan yang sudah
disediakan oleh Bagian Logistik.
– Kondisi Barang
– Kondisi Barang
– Jumlah Barang
12. Setelah dicatat tanggal terima barang dan pertama kali digunakan
barang, selanjutnya barang ditempatkan ke dalam tempat yang
tersedia.
Contoh :
di Kamar Bedah
59
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
B. Tujuan
Adapun tata laksana keselamatan pasien di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
adalah:
60
3. Manajemen Resiko klinik
a) Identifikasi insiden
b) Pembentukan tim
c) Pengumpulan data
d) Pemetaan data
e) Identifikasi masalah
f) Analisis informasi
h) Dokumentasi
f. Redesain proses.
Nomor Telepon /
No. Keterangan Ext.
1 PPI 469
4 Loundry 456
5 Sanitasi 558
6 Teknik 117
7 Kendaraan 565
9 Logistik 544
10 B. Ma’ruf 444
11 B. Syifa’ 333
12 B. Athfal 222
13 B. Rijal 536
14 B. Salam I 535
15 B. Salam 2 543
16 B. Nisa’ 1 454
17 B. Nisa’ 2 537
18 B. Izzah 1 156
19 B. Izzah 2 446
20 Hemodialisa 155
21 ICU 539
22 Operator 100/101
23 Rekam Medik 548
62
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
B. Tujuan
C. Keselamatan Umum
1. Tempat kerja
3. Cahaya
4. Pencegahan mata
SDI mutu sering bekerja di depan komputer atau lap top yang terdapat
resiko radiasi cahaya komputer atau lap top maka perlu screen server
laptop atau komputer serta dukungan kaca mata dan vitamin untuk
mata.
5. Tersengat listrik
6. Kebakaran
63
7. Banjir
Di lakukan pencegahan banjir saat akan kerja, pulang kerja dan saat
kerja bila terjadi proses banjir dengan koordinasi Petugas K3 atau
petugas siaga bencana.
8. Keamanan data
PENGENDALIAN MUTU
A. Pengertian
B. Manfaat PDCA
1. Perencanaan ( Plan )
65
c. Rumusan tujuan umum dan tujuan khusus, lengkap dengan
target yang ingin dicapai (goal, objective, and target),
2. Pelaksanaan ( Do )
Pada tahap ini diperlukan suatu kerjasama dari para anggota dan
pimpinan manajerial. Untuk dapat mencapai kerjasama yang baik,
diperlukan keterampilan pokok manajerial, yaitu :
3. Pemeriksaan (Check)
66
Untuk dapat memeriksa pelaksanaan cara penyelesaian
masalah, ada 2 (dua) alat bantu yang sering dipergunakan yakni:
− Nilai grafik
4. Perbaikan (Action)
Tahapan keempat yang dilakukan adalah melaksanaan perbaikan
rencana kerja. Lakukanlah penyempurnaan rencana kerja atau bila
perlu mempertimbangkan pemilihan dengan cara penyelesaian
masalah lain. Untuk selanjutnya rencana kerja yang telah diperbaiki
tersebut dilaksanakan kembali. Jangan lupa untuk memantau
kemajuan serta hasil yang dicapai. Untuk kemudian tergantung dari
kemajuan serta hasil tersebut, laksanakan tindakan yang sesuai.
67
Angka pelaporan insiden, near miss, adverse event dan sentinel event
yang
Definisi Operasional Jumlah form Insiden melaporkan
kejadian near miss, adverse event dan
sentinel
event sampai dengan
unit perawatan di
menggunaka
Komite Safety dengan n
dokumentasi pelaporan insiden dalam
waktu ≤
2 X 24 jam sejumlah
≥60 %
Frekuensi Pengumpulan
Data 1 (satu) bulan
Standar ≥60 %
KPRS, Manajer
Penanggungjawab Keperawatan
b. Formula
68
Angka kelengkapan pelaporan insiden internal dengan
investigasi sederhana
Frekuensi Pengumpulan
Data 1 bulan
Standart ≥60 %
KPRS, Manajer
Penanggungjawab Keperawatan
Formula
PENUTUP
Buku Pedoman Pelayanan Komite Keselamatan Pasien RSI Sultan Agung ini
disusun dengan harapan dapat menjadi acuan dan pedoman bagi kita,
khususnya yang bertugas di Komite Keselamatan Pasien. Pedoman kerja
Komite Keselamatan Pasien ini akan ditinjau ulang secara periodik, oleh
sebab itu masukan yang bersifat membangun sangat diharapkan.
Akhirnya kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan Buku Buku Pedoman Pelayanan Komite
Keselamatan Pasien RSI Sultan Agung, semoga Allah SWT selalu menyertai
pekerjaan kita.
70