Proposalptkfisikahukumnewton 140221191150 Phpapp01 PDF
Proposalptkfisikahukumnewton 140221191150 Phpapp01 PDF
BAB I
PENDAHULUAN
B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah :
a. Bagaimana perkembangan hasil belajar FISIKA siswa kelas X dengan
menggunakan model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw pada materi Hukum
newton?
b. Bagaimana keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar menggunakan
model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw?
c. Bagaimana tanggapan siswa tentang model pembelajaran FISIKA dengan
metode pembelajaran kooperartif tipe Jigsaw?
2
C. Batasan Masalah
Batasan masalah penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
koopertif tipe Jigsaw pada materi Hukum Newton untuk meningkatkan haisl
belajar Fisika di kelas X semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMA Negeri 98
Jakarta.
D. Pemecahkan Masalah
Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) ini, yaitu model pembelajaran kooperatif dengan tipe
JIGSAW. Dengan model pembelajaran ini, diharapkan hasil belajar siswa kelas X
semester 1, tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta dalam pelajaran FISIKA
meningkat.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah :\
1. Guru dapat menerapkan strategi pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW
sehingga mampu meningkatkan kualitas pembelajaran FISIKA
2. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW, siswa mampu
meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA kelas X
semester 1 tahun pelajaran 2011/2012 SMAN 98 Jakarta
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari PTK antara lain :
1. Proses belajar mengajar FISikA tidak lagi bersifat konvensional.
Strategi pembelajaran yang lebih tepat, bersifat variatif, sehingga membuat
anak didik nyaman saat pembelajaran berlangsung.
2. Bagi siswa. Menumbuhkan keaktifan siswa dalam mengerjakan tugas
mandiri maupun kelompok.
3. Menanamkan keberanian siswa mengungkapkan ide, pendapat, pertanyaan,
dan saran meningkat.
4. Meningkatnya kualitas pembelajaran FISiKA.
3
5. Meningkatnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran FISIKA.
BAB II
A. KAJIAN TEORI
4
4. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para
anggota kelompok.
5. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.
6. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar.
7. Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Thompson, et al. (1995), pembelajaran kooperatif turut
menambah unsur-unsur interaksi sosial dalam pembelajaran TIK. Pembelajaran
kooperatif bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu
sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa,
dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri
dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat
untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda
latar belakangnya.
5
Tiga konsep sentral yang menjadi karakteristik pembelajaran kooperatif
sebagaimana dikemukakan oleh Slavin (1995), yaitu penghargaan kelompok,
pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil.
a. Penghargaan kelompok
Pembelajaran kooperatif menggunakan tujuan-tujuan kelompok untuk
memperoleh penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diperoleh jika
kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok
didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam
menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu,
dan saling peduli.
b. Pertanggungjawaban individu
Keberhasilan kelompok tergantung dari pembelajaran individu dari semua
anggota kelompok. Pertanggungjawaban tersebut menitikberatkan pada aktivitas
anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya
pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk
menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman
sekelompoknya.
c. Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan
Pembelajaran kooperatif menggunakan metode skoring yang mencakup nilai
perkembangan berdasarkan peningkatan prestasi yang diperoleh siswa dari yang
terdahulu. Dengan menggunakan metode skoring ini setiap siswa baik yang
berprestasi rendah, sedang, atau tinggi sama-sama memperoleh kesempatan untuk
berhasil dan melakukan yang terbaik bagi kelompoknya.
6
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-
tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirangkum oleh Ibrahim, et al.
(2000), yaitu:
a. Hasil belajar akademik
Dalam belajar kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga
memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya.
Beberapa ahli berpendapat bahwa model ini unggul dalam membantu
siswa. Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model
struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada
belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil
belajar. Di samping mengubah norma yangberhubungan dengan hasil
belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada
siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yangbekerja bersama
menyelesaikan tugas-tugas akademik.
d. Keterampilan Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja,
tetapi siswa atau peserta didik juga harus mempelajari keterampilan-
7
keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan
kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas.
Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan membangun tugas
anggota kelompok selama kegiatan.
8
demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama
secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).
Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu
untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik
pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali
pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain
tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal
dan kelompok ahli”. Kelompok asal, yaitu kelompok induk siswa yang
beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang
beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli,
yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang
ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan
tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan
kepada anggota kelompok asal. Hubungan antara kelompok asal dan kelompok
ahli digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001).
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik
yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang
ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain
untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para
anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada
teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan di
kelompok ahli. Jigsaw didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab
siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling
memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir
pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang
telah dibahas. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap
anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar
dapat mengerjakan kuis dengan baik. Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe Jigsaw, disusun langkahlangkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas,
(2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun
9
rencana pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini diatur secara instruksional
sebagai berikut (Slavin, 1995):
a. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut
untuk mendapatkan informasi.
b. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu
untuk mendiskusikan topik tersebut.
c. Diskusi kelompok: ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan
topik pada kelompoknya.
d. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik.
e. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan
penghargaan kelompok.
Setelah kuis dilakukan, maka dilakukan perhitungan skor perkembangan
individu dan skor kelompok. Skor individu setiap kelompok memberi sumbangan
pada skor kelompok berdasarkan rentang skor yang diperoleh pada kuis
sebelumnya dengan skor terakhir. Arends (1997) memberikan petunjuk
perhitungan skor kelompok sebagaimana terlihat
10
Setiap siswa kembali ke kelompok asalnya masing-masing untuk
menginformasikan hasil penyelesaian soal yang dibahas di kelompok
ahli serta untuk mendengarkan penjelasan teman-temannya sesuai
dengan kekhususan tugas masing-masing .
Tahap 4: Evaluasi
Siswa mengerjakan beberapa soal yang mewakili keseluruhan materi
yang diajarkan.
11
Peran guru dalam pembelajaran ini ialah sebagai fasilitator, motivator,
pembimbing dan evaluator, sebagai fasilitator dan motivator, guru menyediakan
fasilitas/sumber belajar dan kondisi belajar yang dapat memotivasi, membantu,
serta membimbing siswa dalam mengkonstruksikan pengetahuannya. Guru
hendaknya memberikan kesempatan pada siswa untuk menerapkan ide-ide mereka
sendiri, dan merangsang keingintahuan siswa serta membantu mereka dalam
mengungkapkan gagasan-gagasan dan mengkomunikasikan ide ilmiah mereka.
Selain itu guru mengevaluasi apakah pemikiran siswa jalan atau tidak. Guru
membantu siswa dalam mengevaluasi hipotesis dan kesimpulan yang diambilnya
dengan mengembangkan pertanyaan kritis.
Agar peran dan tugas tersebut berjalan dengan baik, pendekatan kepada
murid mutlak diperlukan, sehingga kecanggungan untuk berinteraksi diganti oleh
antusiasme terhadap belajar
Moh. Surya (1997) : “belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan
oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan,
sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya”.
12
tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antar individu, serta
individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi
dengan lingkungannya”.
Hasil belajar pada hakekatnya menuju pada prestasi belajar , yaitu untuk
mengukur penguasaan materi penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang
mempertimbangkan oleh mata pelajaran yang lazimnya ditujukan dengan nilai
13
Hukum gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar
mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang
bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum ini telah
dituliskan dengan pembahasaan yang berbeda-beda selama hampir 3 abad dan
dapat dirangkum sebagai berikut:
Ketiga hukum gerak ini pertama dirangkum oleh Isaac Newton dalam
karyanya Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, pertama kali
diterbitkan pada 5 Juli 1687. Newton menggunakan karyanya untuk
menjelaskan dan meniliti gerak dari bermacam-macam benda fisik maupun
sistem. Contohnya dalam jilid tiga dari naskah tersebut, Newton menunjukkan
bahwa dengan menggabungkan antara hukum gerak dengan hukum gravitasi
umum, ia dapat menjelaskan hukum pergerakan planet milik Kepler.
14
Hukum Newton diterapkan pada benda yang dianggap sebagai partikel dalam
evaluasi pergerakan misalnya, panjang benda tidak dihiraukan, karena obyek yang
dihitung dapat dianggap kecil, relatif terhadap jarak yang ditempuh. Perubahan
bentuk (deformasi) dan rotasi dari suatu obyek juga tidak diperhitungkan dalam
analisisnya. Maka sebuah planet dapat dianggap sebagai suatu titik atau partikel
untuk dianalisa gerakan orbitnya mengelilingi sebuah bintang.
Dalam bentuk aslinya, hukum gerak Newton tidaklah cukup untuk menghitung
gerakan dari obyek yang bisa berubah bentuk (benda tidak padat). Leonard Euler
pada tahun 1750 memperkenalkan generalisasi hukum gerak Newton untuk benda
padat yang disebut hukum gerak Euler, yang dalam perkembangannya juga dapat
digunakan untuk benda tidak padat. Jika setiap benda dapat direpresentasikan
sebagai sekumpulan partikel-partikel yang berbeda, dan tiap-tiap partikel
mengikuti hukum gerak Newton, maka hukum-hukum Euler dapat diturunkan dari
hukum-hukum Newton. Hukum Euler dapat dianggap sebagai aksioma dalam
menjelaskan gerakan dari benda yang memiliki dimensi
B. HIPOTESIS TINDAKAN
15
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Seting Penelitian
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
3.Siklus Penelitian
PTK ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk melihat peningkatan hasil
belajar dan aktivitas siswa dalam mengikuti mata pelajaran kooperatif tipe
Jigsaw
B. Subyek Penelitian
16
Dalam penelitian tindakan kelas ini yang menjadi subyek penelitian adalah
siswa kelas X yang terdiri dari 40 siswa dengan komposisi perempuan 21
orang dan laki – laki 19 orang
C. Jenis Penelitian
D. Prosedur Penelitian
Siklus 1
1. Perencanaan
17
Tim peneliti (guru dan kolabor) melakukan pengamatan terhadap
aktivitas pembelajaran koopretif Tipe Jigsaw.
4. Refleksi
Tim peneliti melakukan refleksi atau perenungan terhadap
pelaksanaan siklus pertama dan menyusun rencana untuk siklus kedua
Siklus 2
Siklus 3
E. Rincian Pembiayaan
18
7 Perbaikan laporan Rp. 115.000,-
8 Penggandaan laporan Rp. 625.000,-
F. Jadual Penelitian
Jadwal pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada Tabel
3.1. berikut ini :
Waktu (Minggu Ke)
NO Rencana Kegiatan
1 2 3 4
1 Persiapan
Menyusun konsep
x
pelaksanaan
Menyusun instrument x
Menyusun LKS x
Menyusun strategi
x
penelitian
2 Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan
x
alat
Melakukan tindakan
x
Siklus I
Melakukan tindakan
x
siklus II
19
3 Penyusunan laporan
Menyusun konsep
x
laporan
mendiskusikan hasil
x
penelitian
Perbaikan laporan x
Penggandaan
x
dan pengiriman hasil
DAFTAR PUSTAKA
20
Thompson, M., McLaughlin,C.W.,& Smith,R.G. (1995). Merril Physical Science
Teacher. Wraparound Edition, New York: Glencoe McGraw-Hill
21