Anda di halaman 1dari 17

Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Di Sekolah

Bambang Dalyono, Enny Dwi Lestariningsih

Abstract

Perlunya pendidikan karakter mendesak untuk dilaksanakan adalah adanya gejala-gejala


yang menandakan tergerusnya karakter bangsa, pada era globalisasi. Kebebasan
berkehendak free will, tanpa aturan yang baku, iklim kebebasan, tidak jarang diartikan
dengan kebebasan bertindak. Tawuran antar pelajar, antar kampung, main hakim sendiri,
dan sebagaimana berlangsung di berbagai tempat, sekaligus menjauhkan kehidupan
masyarakat yang beradab, berkarakter, dan berakhlak mulia.Tujuan penulisan artikel ini
adalah membahas bagaimanakah model implementasi penguatan pendidikan karakter di
sekolah.Walaupun upaya mewujudkan peradaban bangsa melalui pendidikan karakter
bangsa tidak pernah terlepas dari lingkungan pendidikan baik di dalam keluarga, sekolah
dan masyarakat.Namun lembaga pendidikan memegang kunci utama penanaman karakter
dan akhlak peserta didik.Hakekat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan di
Indonesia adalah pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari
budaya bangsa Indonesia sendiri dalam rangka membina kepribadian generasi muda. Model
Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah, diantaranya : model otonomi
dengan menempatkan pendidikan karakter sebagai mata pelajaran tersendiri, model
integrasi dengan menyatukan nilai-nilai dan karakter-karakter yang akan dibentuk dalam
setiap mata pelajaran, model ekstrakurikuler melalui sebuah kegiatan tambahan yang
berorintasi pembinaan karakter siswa, dan model kolaborasi dengan menggabungkan ketiga
model tersebut dalam seluruh kegiatan sekolah. Kesimpulan :Upaya mewujudkan peradaban
bangsa melalui pendidikan karakter bangsa tidak pernah terlepas dari lingkungan
pendidikan baik di dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Model implementasi penguatan
pendidikan karakter: model otonomi, integrasi, ekstrakurikuler, dan kolaborasi.
Implementasi penguatan pendidikan karakter, yaitu: keteladanan, pembelajaran di kelas,
pengintegrasian dengan semua materi pelajaran, pengintegrasian dalam kegiatan
Kokurikuler dan Ekstra kurikuler, pemberdayaan dan pembudayaan, dan penguatan. Guru
memiliki tanggung jawab besar dalam menghasilkan generasi yang berkarakter, berbudaya,
dan bermoral.

Kata Kunci: Implementasi, Penguatan Pendidikan, Pendidikan Karakter

Dengan nada yang tegas dan mantap, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK)
Sumarna Surapranata menyampaikan perihal kemampuan para guru untuk berkreasi dalam
membuat acara yang mendukung Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). “Jangan remehkan
kreativitas guru. Jangan pesimis. Kita harus optimis,” tegas Sumarna. Beliau menambahkan,
guru bisa melaksanakan banyak sekali acara baik di dalam maupun di luar kelas guna
melaksanakan kegiatan-kegiatan jadwal penguatan pendidikan abjad tersebut.

Pranata mencontohkan, dalam mengenalkan nilai-nilai nasionalisme, guru bisa membawa


siswa ke museum. Di museum, guru bisa memperkenalkan sejarah, benda-benda pusaka, atau
budaya secara langsung, tidak hanya melalui foto yang biasanya terjadi di dalam kelas.
Penerapan PPK di sekolah menawarkan ruang kepada guru untuk berkreasi.

Kreativitas guru dalam membuat banyak sekali acara PPK juga tidak terbatas pada mata
pelajaran yang diampunya. Guru Bahasa Indonesia, misalnya, bisa saja mengajarkan siswa
bagaimana cara bercocok tanam yang baik, sebab ia hobi dan jago bercocok tanam. Dalam
hal ini, guru SD mempunyai kelebihan dalam ruang berkreasi, sebab pola mencar ilmu
mengajar di SD menurut Kurikulum 2013 ialah tematik.

Contoh sederhana lain, guru juga bisa memanggil tukang cilok ke yang kerap berjualan di
depan sekolah untuk menjadi sumber mencar ilmu di kelas. Siswa bisa mencar ilmu
kemandirian dan kewirausahaan dari tukang cilok yang akan menyebarkan pengalaman
mengenai persiapan berdagang, penjualan, sampai menghitung hasil, dan bagaimana ia bisa
bertahan hidup dari berjualan cilok.

Bagi sekolah yang berada di daerah, guru bisa saja membawa siswa ke lingkungan alam
ibarat hutan. Di sana siswa bisa ditugaskan untuk mempelajari jenis-jenis binatang dan
tumbuhan yang terdapat di hutan. Pranata mengingatkan biar guru tidak terpaku pada
pembagian antara intrakurikuler, kokurikuler, dan esktrakurikuler. Sekolah dan guru bisa
lebih bebas berkreasi membuat acara dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan-kegiatan yang
diciptakan guru dalam melaksanakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK menjadi salah
satu kiprah guru yang bisa dikonversi ke dalam jam tatap muka untuk memenuhi beban kerja
guru.

Kemendikbud melalui Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan juga telah menawarkan training
kepada guru untuk meningkatkan kreativitasnya terkait penerapan PPK di sekolah. “Kreasi
itu kita ajarkan, tetapi kreasi sendiri lebih hebat,” ujar Pranata.

Beliau menjelaskan, secara total ada sekitar 15-ribu sampai 20-ribu guru pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah di seluruh Indonesia yang telah mengikuti training PPK.
Ditjen GTK juga telah menawarkan sekitar 2.000 modul PPK untuk guru. Semua modul
tersebut dikembangkan sesuai dengan lima nilai utama abjad prioritas dalam PPK, yaitu
religius, nasionalis, integritas, gotong-royong, dan mandiri. Modul-modul tersebut bisa
diunduh secara daring melalui laman http://tendik.kemdikbud.go.id atau
http://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id .

*Sumber: Kemendikbud

Sumber http://www.informasiguru.com/

KONSEP DAN IMPLEMENTASI PENGUATAN PENDIDIKAN KARAKTER (PPK)

Oleh H. Yasir Arafat,M.Pd

Abstrak

Karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau
melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak
perlu dipikirkan lagi (Imam al-Ghazali).
Penilaian baik buruknya tingkah laku seseorang berkaitan erat dengan karakter yang didasari
oleh bermacam-macam tolok ukur yang dianut masyarakat. Karakter terbentuk melalui
perjalanan hidup seseorang, oleh karena itu ia dapat berubah. Jika temperamen tidak
mengandung implikasi etis, maka karakter selalu menjadi obyek penilaian etis.

Pemerintah dalam hal ini Mendikbud yang bertanggung jawab dalam pembinaan karakter di
Sekolah dasar dan menengah sudah mengeluarkan istilah baru yaitu Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) yang tujuan utamanya adalah penguatan pada 5 (lima) aspek penting, yaitu:
Religius, Nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.

Kata kunci: Konsep Karakter dan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

A. Pendahuluan

Menurut Winni istilah karakter memiliki dua pengertian . Pertama, ia menunjukkan


bagaimana seseorang bertingkah laku. Apabila seseorang berperilaku tidak jujur, kejam, atau
rakus, tentulah orang tersebut memanifestasikan perilaku buruk. Sebaliknya, apabila
seseorang berperilaku jujur, suka menolong, tentulah orang tersebut memanifestasikan
karakter mulia. Kedua, istilah karakter erat kaitannya dengan ‘personality’. Seseorang baru
bisa disebut ‘orang yang berkarakter’ (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai
kaidah moral.

Sementara Simon Philips (2008), berpendapat karakter adalah kumpulan tata nilai yang
menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.
Sedangkan Doni Koesoema A (2007) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian.
Kepribadian diangap sebagai ”ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.

Pakar pendidikan berpendapat bahwa pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam
diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab.
Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi
yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi).

Peserta didi harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan.
Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling mendasar, yaitu: (1)
afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi
pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang tercermin
pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembang-kan serta
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada
kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi
kinestetis.
Karakter menjadi modal yang sangat penting untuk bersaing dan bekerja sama secara tangguh
dan terhormat di tengah-tengah bangsa atau masyarakat dunia lain. Menurut Gedhe Raka
berkat pembangunan karakter yang kuat maka para pejuang kemerdekaan berhasil
menghantar bangsa Indonesia ke gerbang kemerdekaannya. Karakter juga yang membuat
bangsa Jepang cepat bangkit sesudah kekalahannya dalam Perang Dunia II dan meraih
kembali martabatnya di dunia internasional. Demikian dengan Bangsa Vietnam tidak bisa
ditaklukkan oleh Perancis dan Amerika, mereka memiliki karakter pantang menyerah.

B. Permasalahan

Bagaimana konsep karakter dan implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di


Sekolah?

D. Pembahasan

Pendidik harus mampu mengintegrasikan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) didalam


pembelajaran. Karakter yang diperkuat terutama 5 karakter, yaitu: religius, nasionalis,
mandiri, gotong royong, dan integritas atau 7 Karakter untuk mapel IPS dari 18 Karakter
prioritas. Gerakan PPK perlu mengintegrasikan, memperdalam, memperluas, dan sekaligus
menyelaraskan berbagai program dan kegiatan pendidikan karakter yang sudah dilaksanakan.

Pengintegrasian tersebut meliputi:

a. Pemaduan kegiatan kelas, luar kelas di sekolah, dan luar sekolah

b. Pemaduan kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler;

c. Pelibatan secara serempak warga sekolah, keluarga, dan masyarakat;

Pendalaman dan perluasan dapat berupa:

a. Penambahan dan pengintensifan kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada

Pengembangan karakter siswa,

b. Penambahan dan penajaman kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu

belajar siswa di sekolah atau luar sekolah;

c. Penyelerasan dapat berupa penyesuaian tugas pokok guru, manajemen berbasis

Sekolah, dan fungsi Komite Sekolah dengan kebutuhan Gerakan PPK.


Maka sudah saatnya sekarang di Sekolah tidak mungkin lagi menggunakan
model/metode/strategi/pendekatan yang berpusat kepada guru, namun kita perlu
mengaktifkan siswa dalam pembelajaran (Active Learning).

Indikator pendidik yang berkarakter, antara lain:

1. Memiliki pengetahuan keagamaan yang luas dan mengamalkannya dalam kehidupan


sehari-hari secara aktif

2. Senantiasa mingkatkan kualitas keilmuan secara berkelanjutan

3. Zuhud dalam kehidupan, mengajar dan mendidik untuk mencari ridha Allah SWT

4. Sehat jasmani dan rohani

5. Memilik sifat pemaaf, penyabar, dan jujur

6. Selalu berlaku adil terhadap peserta didik dan semua stakeholders pendidikan

Pendidik yang berkarakter akan berusaha merubah sikap atau kepribadiannya menjadi lebih
baik dan profesional serta proporssional, sehingga dapat memberikan keteladanan sekaligus
manfaat besar dalam mencerdaskan anak didik secara khusus dan bangsa secara umum.

Delapan belas (18) pengembagan sifat atau karakter peserta didik

NO NILAI DESKRIPSI
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
1 Religius agama yang dianutnya. Toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
2 Jujur sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan,dan pekerjaan
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
3 Toleransi etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda
dari dirinya
Tindakan yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
4 Disiplin mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tgas denga sebaik-baiknya
Perilaku yang menunjukkan upaya dalam mengatasi berbagai
5 Kerja Keras hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
6 Kreatif
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
7 Mandiri
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
8 Demokratis
dan kewajiban dirinya dan orang lain
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
9 Rasa Ingin Tahu lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat da didengar
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan
10 Semangat Kebangsaan kelompoknya.

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan


11 Cinta Tanah Air kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap
bangsa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi
Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
12 Menghargai Prestasi menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain
Tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul
13 Bersahabat/Komunikatif
dan bekerja sama dengan orang lain
Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain
14 Cinta Damai
merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya
Kebiasaan menyediakan waktu membaca berbagai bacaan yang
15 Gemar Membaca
memberikan kebajikan bagi dirinya
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan
16 Peduli Lingkungan pada lingkungan alam sekitarnya, dan mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi
Sikap dan tindakan yang selalu ingin member bantuan pada
17 Peduli Sosial
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri
18 Tanggung-jawab
sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya)
Negara dan Tuhan Yang Maha Esa

Dari delapan belas (18) karakter peserta didik sebagaimana yang telah diketahui dan
dipahami oleh pendidik, kemudian “ disederhanakan” kembali menjadi 5 (lima) Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK), yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan
integritas.

NO NILAI DESKRIPSI
1

Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
Religius dianutnya. Toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain

Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,


kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bangsa dan negarai
2 Nasionalis
Republik Indonesia.. Menghormati dan menghargai para pahlawan dan
memantapkan diri bahwa NKRI merupakan harga mati
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam
3 Mandiri
menyelesaikan tugas-tugas
Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya
Gotong bersama-sama dengan orang/kelompok lain. Ciri sifat gotong royong adalah
4
Royong menempatkan kepentingan kelompok daripada kepentingan dirinya atau
kelompok yang lain.
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang
5 Integritas
selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan,dan pekerjaan

C. Penutup

setiap peserta didik secara naluri mempunyai sifat yang baik, tetapi pengaruh luar dan
pembiasaan yang salah membuat mereka bertindak salah. Perbuatan yang dilakukan secara
sadar disebut sebagai kelakuan atau tingkahlaku (behavior). Berkata benar, perkataan dusta,
perbuatan kebajikan, perbuatan kejahatan, adalah perbuatan yang bukan hanya bersifat lahir,
tetapi mempunyai dasar-dasar di dalam jiwa.

Pendidikan karakter terutama yang 5 (lima) macam ( religius, nasionalis,mandiri,gotong


royong dan integritas) sebagaimana telah dibahas harus dilaksanakan secara bertahap dan
berkesinambungan dan tentu saja melalui proses yang panjang. Hal ini penting dilakukan
para pendidik, agar menghasilkan anak didik yang berkarakter di masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kurikulumnasional.net/2017/05/inilah-rpp-kurikulum-2013-revisi-
tahun.html
http://duniadikdas.blogsport.co.id/2016/07/kumpulan-rpp-kurikulum-2013-
sma-terbaru.html

Ibrahim, 2012. Pendidikan dan Karakter Bangsa. Uni Press. Bandung

Mulyono. 2010. Pendidikan Berbasis Hati. Pustaka Utama. Surabaya

yasir arafat. Hp/WA:


087814506744

e-
mail:yasir.razi@gmail.com

CONTOH IMPLEMENTASI PPK

Dengan nada yang tegas dan mantap, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK)
Sumarna Surapranata menyampaikan perihal kemampuan para guru untuk berkreasi dalam
membuat acara yang mendukung Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). “Jangan remehkan
kreativitas guru. Jangan pesimis. Kita harus optimis,” tegas Sumarna. Beliau menambahkan,
guru bisa melaksanakan banyak sekali acara baik di dalam maupun di luar kelas guna
melaksanakan kegiatan-kegiatan jadwal penguatan pendidikan abjad tersebut.

Pranata mencontohkan, dalam mengenalkan nilai-nilai nasionalisme, guru bisa membawa


siswa ke museum. Di museum, guru bisa memperkenalkan sejarah, benda-benda pusaka, atau
budaya secara langsung, tidak hanya melalui foto yang biasanya terjadi di dalam kelas.
Penerapan PPK di sekolah menawarkan ruang kepada guru untuk berkreasi.

Kreativitas guru dalam membuat banyak sekali acara PPK juga tidak terbatas pada mata
pelajaran yang diampunya. Guru Bahasa Indonesia, misalnya, bisa saja mengajarkan siswa
bagaimana cara bercocok tanam yang baik, sebab ia hobi dan jago bercocok tanam. Dalam
hal ini, guru SD mempunyai kelebihan dalam ruang berkreasi, sebab pola mencar ilmu
mengajar di SD menurut Kurikulum 2013 ialah tematik.

Contoh sederhana lain, guru juga bisa memanggil tukang cilok ke yang kerap berjualan di
depan sekolah untuk menjadi sumber mencar ilmu di kelas. Siswa bisa mencar ilmu
kemandirian dan kewirausahaan dari tukang cilok yang akan menyebarkan pengalaman
mengenai persiapan berdagang, penjualan, sampai menghitung hasil, dan bagaimana ia bisa
bertahan hidup dari berjualan cilok.
Bagi sekolah yang berada di daerah, guru bisa saja membawa siswa ke lingkungan alam
ibarat hutan. Di sana siswa bisa ditugaskan untuk mempelajari jenis-jenis binatang dan
tumbuhan yang terdapat di hutan. Pranata mengingatkan biar guru tidak terpaku pada
pembagian antara intrakurikuler, kokurikuler, dan esktrakurikuler. Sekolah dan guru bisa
lebih bebas berkreasi membuat acara dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan-kegiatan yang
diciptakan guru dalam melaksanakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK menjadi salah
satu kiprah guru yang bisa dikonversi ke dalam jam tatap muka untuk memenuhi beban kerja
guru.

Kemendikbud melalui Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan juga telah menawarkan training
kepada guru untuk meningkatkan kreativitasnya terkait penerapan PPK di sekolah. “Kreasi
itu kita ajarkan, tetapi kreasi sendiri lebih hebat,” ujar Pranata.

Beliau menjelaskan, secara total ada sekitar 15-ribu sampai 20-ribu guru pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah di seluruh Indonesia yang telah mengikuti training PPK.
Ditjen GTK juga telah menawarkan sekitar 2.000 modul PPK untuk guru. Semua modul
tersebut dikembangkan sesuai dengan lima nilai utama abjad prioritas dalam PPK, yaitu
religius, nasionalis, integritas, gotong-royong, dan mandiri. Modul-modul tersebut bisa
diunduh secara daring melalui laman http://tendik.kemdikbud.go.id atau
http://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id .

*Sumber: Kemendikbud

Sumber http://www.informasiguru.com/

Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK)

Sebelum berbicara tentang Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) terlebih
dahulu dibahas tentang PPK secara Umum, Nilai utama karakter bangsa, Tujuan PPK dan
Manfaat.

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) selain merupakan kelanjutan dan


kesinambungan dari Gerakan Nasional Pendidikan Karakter Bangsa Tahun 2010 juga
merupakan bagian integral Nawacita. Dalam hal ini butir 8 Nawacita: Revolusi Karakter
Bangsa dan Gerakan Revolusi Mental dalam pendidikan yang hendak mendorong seluruh
pemangku kepentingan untuk mengadakan perubahan paradigma, yaitu perubahan pola pikir
dan cara bertindak, dalam mengelola sekolah. Untuk itu, Gerakan PPK menempatkan nilai
karakter sebagai dimensi terdalam pendidikan yang membudayakan dan memberadabkan
para pelaku pendidikan.

Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu
dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang
dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Religius

Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang
diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut,
menghargai perbedaan agama,menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu
dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan).
Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan
ciptaan. Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan
kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan
kepercayaan, antibuli dan kekerasan,persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak,
mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.

2. Nasionalis

Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi,dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa
sendiri,menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, danberprestasi, cinta tanah
air, menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin,menghormati keragaman budaya, suku,dan
agama.

3. Mandiri

Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan
mempergunakan segala tenaga, pikiran,waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-
cita.Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang,
profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.

4. Gotong Royong

Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan
bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan,
memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong
antara lain menghargai, kerja sama,inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah
mufakat, tolongmenolong,solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap
kerelawanan.

5. Integritas

Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada
upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan,memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan
moral (integritas moral).
Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam
kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia,komitmen moral, anti
korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama
penyandang disabilitas).
Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri danberkembang sendiri-sendiri
melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan
membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan karakter dimulai,
individu dan sekolah pertlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya baik secara kontekstual
maupun universal. Nilai religius sebagai cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan
masing-masing dan dalam bentuk kehidupan antarmanusia sebagai kelompok,
masyarakat,maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa nilai – nilai
religius dimaksud melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai utama nasionalisme,
kemandirian, gotong royong, dan integritas. Demikian pula jika nilai utama nasionalis dipakai
sebagai titik awal penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus dikembangkan berdasarkan
nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh bersama nilai-nilai lainnya.

Prinsip-Prinsip Pengembangan dan Implementasi PPK

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dikembangkan dan dilaksanakan dengan


menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:

Prinsip 1 – Nilai-nilai Moral Universal

Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal yang prinsip-prinsipnya
dapat didukung oleh segenap individu dari berbagai macam latar belakang agama, keyakinan,
kepercayaan, sosial,dan budaya.

Prinsip 2 – Holistik

Gerakan PPK dilaksanakansecara holistik, dalam arti pengembangan fisik (olah raga),
intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara
utuh-menyeluruh dan serentak, baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler,
dan ekstrakurikuler, berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi
dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.

Prinsip 3 – Terintegrasi

Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan nasional terutama pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan dan dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan
mengutuhkan berbagai elemen pendidikan, bukan merupakan program tempelan dan
tambahan dalam proses pelaksanaan pendidikan.

Prinsip 4 – Partisipatif

Gerakan PPK dilakukan dengan mengikutsertakan dan melibatkan publik seluas-luasnya


sebagai pemangku kepentingan pendidikan sebagai pelaksana Gerakan PPK. Kepala sekolah,
pendidik, tenaga kependidikan, komite sekolah, dan pihak-pihak lain yang terkait dapat
menyepakati prioritas nilai-nilai utama karakter dan kekhasan sekolah yang diperjuangkan
dalam Gerakan PPK, menyepakati bentuk dan strategi pelaksanaan Gerakan PPK, bahkan
pembiayaan Gerakan PPK.

Prinsip 5 – Kearifan Lokal


Gerakan PPK bertumpu dan responsif pada kearifan lokal nusantara yang demikian beragam
dan majemuk agar kontekstual dan membumi. Gerakan PPK harus bisa mengembangkan dan
memperkuat kearifan lokal nusantara agar dapat berkembang dan berdaulat sehingga dapat
memberi indentitas dan jati diri peserta didik sebagai bangsa Indonesia.

Prinsip 6 – Kecakapan Abad XXI

Gerakan PPK mengembangkan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan oleh peserta didik


untuk hidup pada abad XXI, antara lain kecakapan berpikir kritis (critical thinking), berpikir
kreatif (creative thinking), kecakapan berkomunikasi (communication skill), termasuk
penguasaan bahasa internasional, dan kerja sama dalam pembelajaran (collaborative
learning).

Prinsip 7 – Adil dan Inklusif

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berdasarkan prinsip keadilan, non-


diskriminasi, non-sektarian, menghargai kebinekaan dan perbedaan (inklusif), dan
menjunjung harkat dan martabat manusia.

Prinsip 8 – Selaras dengan Perkembangan Peserta Didik

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan perkembangan peserta didik
baik perkembangan biologis, psikologis,maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan
keberterimaannya tinggi dan maksimal. Dalam hubungan ini kebutuhan-kebutuhan
perkembangan peserta didik perlu memperoleh perhatian intensif.

Prinsip 9 – Terukur

Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan prinsip keterukuran agar dapat
dimati dan diketahui proses dan hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini komunitas
sekolah mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas pengembangan di
sekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif;
mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin
dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah;dan mengerahkan sumber daya yang dapat disediakan
oleh sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan.

Struktur Kurikulum Pelaksanaan PPK

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tidak mengubah kurikulum yang sudah ada,
melainkan optimalisasi kurikulum pada satuan pendidikan. Gerakan PPK perlu dilaksanakan
di satuan pendidikan melalui berbagai cara sesuai dengan kerangka kurikulum yaitu alokasi
waktu minimal yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan kegiatan
ekstrakurikuler yang dikelola oleh satuan pendidikan sesuai dengan peminatan dan
karakteristik peserta didik, kearifan lokal, daya dukung, dan kebijaksanaan satuan pendidikan
masing-masing.

Pelaksanaan Gerakan PPK disesuaikan dengan kurikulum pada satuan pendidikan masing-
masing dan dapat dilakukan melalui tiga cara,
yaitu:
1. Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di dalam struktur kurikulum dan mata
pelajaran Muatan Lokal (Mulok) melalui kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Sebagai
kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, setiap guru menyusun dokumen perencanaan
pembelajaran berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai mata
pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai utama PPK diintegrasikan ke dalam mata pelajaran
sesuai topik utama nilai PPK yang akan dikembangkan/dikuatkan pada sesi pembelajaran
tersebut dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing. Misalnya,mata
pelajaran IPA untuk SMP mengintegrasikan nilai nasionalisme dengan mendukung
konservasi energi pada materi tentang energi.
2. Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ditetapkan oleh satuan
pendidikan. Pada kegiatan ekstrakurikuler,satuan pendidikan melakukan penguatan kembali
nilai-nilai karakter melalui berbagai kegiatan. Kegiatan ekskul dapat dilakukan melalui
kolaborasi dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang relevan, seperti PMI, Dinas
Kelautan dan Perikanan, Dinas Perdagangan,museum, rumah budaya, dan lain-lain, sesuai
dengan kebutuhan dan kreativitas satuan pendidikan.
3. Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses kegiatan rutin,
spontan, pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah. Kegiatan-kegiatan dilakukan di luar
jam pembelajaran untuk memperkuat pembentukan karakter sesuai dengan situasi,
kondisi,ketersediaan sarana dan prasarana di setiap satuan pendidikan.

Basis Gerakan PPK

Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada dan
mantap dimiliki oleh sekolah, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan
masyarakat/komunitas (Albertus, 2015).

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas

 Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata
pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran.
 Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi pengajaran.
 Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah.

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Sekolah

 Menekankan pada pembiasaan nilai-nilai utama dalam keseharian sekolah.


 Menonjolkan keteladanan orang dewasa di lingkungan pendidikan.
 Melibatkan seluruh ekosistem pendidikan di sekolah.
 Mengembangkan dan memberi ruang yang luas pada segenap potensi siswa melalui
kegiatan ko-kurikuler dan ekstra-kurikuler.
 Memberdayakan manajemen dan tata kelola sekolah.
 Mempertimbangkan norma, peraturan, dan tradisi sekolah.

Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Masyarakata.

 Memperkuat peranan Komite Sekolah dan orang tua sebagai pemangku kepentingan utama
pendidikan.
 Melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber pembelajaran seperti
keberadaan dan dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha, dan
dunia industri.
 Mensinergikan implementasi PPK dengan berbagai program yang ada dalam lingkup
akademisi, pegiat pendidikan, dan LSM.
 Mensinkronkan program dan kegiatan melalui kerja sama dengan pemerintah daerah,
kementerian dan lembaga pemerintahan, dan masyarakat pada umumnya

Tujuan PPK

Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter
sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan.
2. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika
perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21.
3. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui
harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olahrasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi),
dan olah raga (kinestetik)
4. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru,
siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi
pendidikan karakter.
5. Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber
belajar di dalam dan di luar sekolah.
6. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM)

Manfaat dan Implikasi Gerakan PPK

Gerakan PPK memiliki manfaat dan implikasi sebagai berikut:


Manfaat PPK

Notebook / Laptop Hybrid Intel Core I7


Untuk lebih jelasnya tentang PPK bisa download di sini, konsep-dan-pedoman-ppk

Modul Pelatihan pada lima link dibawah ini;

1. Modul pelatihan PPK bagi guru modul-ppk-bagi-guru


2. Modul pelatihan PPK bagi Kepsek (SD dan SMP, sedangkan SMA menyesuaikan) modul-ppk-
bagi-kepsek
3. Modul pelatihan PPK bagi Komite modul-ppk-bagi-komite
4. Modul pelatihan PPK modul-ppk-bagi-pengawas
5. Modul pelatihan PPK Panduan Penilaian PPK panduan-penilaian-ppk

Ingin Melihat tepuk PPK versi Bidakara Surabaya silahkan padaTepuk PPK Versi Bidakara
Surabaya
Ini Contoh Kreativitas Guru dalam Penguatan Pendidikan Karakter

20 June 2017 02:19 By Admin

nusakini.com--
“Jangan remehkan kreativitas guru. Jangan pesimis. Kita harus optimis,” tegas Direktur Guru
dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Sumarna Surapranata. Hal itu diungkapkannya
terkait kemampuan guru berkreasi dalam menciptakan kegiatan yang mendukung Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK). Ia mengatakan, berbagai kegiatan di dalam maupun di luar kelas
bisa diciptakan guru untuk melaksanakan kegiatan-kegatan PPK.

Pranata mencontohkan, dalam mengenalkan nilai-nilai nasionalisme, guru bisa membawa


siswa ke museum. Di museum, guru bisa memperkenalkan sejarah, benda-benda pusaka, atau
budaya secara langsung, tidak hanya melalui foto yang biasanya terjadi di dalam kelas.
Penerapan PPK di sekolah memberikan ruang kepada guru untuk berkreasi.

Kreativitas guru dalam membuat berbagai kegiatan PPK juga tidak terbatas pada mata
pelajaran yang diampunya. Guru Bahasa Indonesia, misalnya, bisa saja mengajarkan siswa
bagaimana cara bercocok tanam yang baik, karena ia hobi dan ahli bercocok tanam. Dalam
hal ini, guru SD memiliki kelebihan dalam ruang berkreasi, karena pola belajar mengajar di
SD berdasarkan Kurikulum 2013 adalah tematik.

 Mendikbud Mengapresiasi Peran Masyarakat Dukung PPK melalui Seni dan Budaya
 Penguatan Pendidikan Karakter Jadi Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional
 Banyumas Gemakan Penguatan Pendidikan Karakter
 Peran Kepala Sekolah Sangat Penting Dalam Penguatan Pendidikan Karakter

Contoh sederhana lain, guru juga bisa memanggil tukang cilok ke yang kerap berjualan di
depan sekolah untuk menjadi sumber belajar di kelas. Siswa bisa belajar kemandirian dan
kewirausahaan dari tukang cilok yang akan berbagi pengalaman mengenai persiapan
berdagang, penjualan, hingga menghitung hasil, dan bagaimana dia bisa bertahan hidup dari
berjualan cilok.
Bagi sekolah yang berada di daerah, guru bisa saja membawa siswa ke lingkungan alam
seperti hutan. Di sana siswa bisa ditugaskan untuk mempelajari jenis-jenis hewan dan
tumbuhan yang terdapat di hutan. Pranata mengingatkan agar guru tidak terpaku pada
pembagian antara intrakurikuler, kokurikuler, dan esktrakurikuler. Sekolah dan guru bisa
lebih bebas berkreasi menciptakan kegiatan dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan-
kegiatan yang diciptakan guru dalam melaksanakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK
menjadi salah satu tugas guru yang bisa dikonversi ke dalam jam tatap muka untuk
memenuhi beban kerja guru.

Kemendikbud melalui Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan juga telah memberikan
pelatihan kepada guru untuk meningkatkan kreativitasnya terkait penerapan PPK di sekolah.
“Kreasi itu kita ajarkan, tetapi kreasi sendiri lebih hebat,” ujar Pranata.

Ia menuturkan, secara total ada sekitar 15-ribu hingga 20-ribu guru pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah di seluruh Indonesia yang telah mengikuti pelatihan PPK. Ditjen GTK
juga telah memberikan sekitar 2.000 modul PPK untuk guru.

Semua modul tersebut dikembangkan sesuai dengan lima nilai utama karakter prioritas dalam
PPK, yaitu religius, nasionalis, integritas, gotong-royong, dan mandiri. Modul-modul tersebut
bisa diunduh secara daring melalui laman http://tendik.kemdikbud.go.id atau
http://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id . (p/ab)

Anda mungkin juga menyukai