Abstract
Dengan nada yang tegas dan mantap, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK)
Sumarna Surapranata menyampaikan perihal kemampuan para guru untuk berkreasi dalam
membuat acara yang mendukung Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). “Jangan remehkan
kreativitas guru. Jangan pesimis. Kita harus optimis,” tegas Sumarna. Beliau menambahkan,
guru bisa melaksanakan banyak sekali acara baik di dalam maupun di luar kelas guna
melaksanakan kegiatan-kegiatan jadwal penguatan pendidikan abjad tersebut.
Kreativitas guru dalam membuat banyak sekali acara PPK juga tidak terbatas pada mata
pelajaran yang diampunya. Guru Bahasa Indonesia, misalnya, bisa saja mengajarkan siswa
bagaimana cara bercocok tanam yang baik, sebab ia hobi dan jago bercocok tanam. Dalam
hal ini, guru SD mempunyai kelebihan dalam ruang berkreasi, sebab pola mencar ilmu
mengajar di SD menurut Kurikulum 2013 ialah tematik.
Contoh sederhana lain, guru juga bisa memanggil tukang cilok ke yang kerap berjualan di
depan sekolah untuk menjadi sumber mencar ilmu di kelas. Siswa bisa mencar ilmu
kemandirian dan kewirausahaan dari tukang cilok yang akan menyebarkan pengalaman
mengenai persiapan berdagang, penjualan, sampai menghitung hasil, dan bagaimana ia bisa
bertahan hidup dari berjualan cilok.
Bagi sekolah yang berada di daerah, guru bisa saja membawa siswa ke lingkungan alam
ibarat hutan. Di sana siswa bisa ditugaskan untuk mempelajari jenis-jenis binatang dan
tumbuhan yang terdapat di hutan. Pranata mengingatkan biar guru tidak terpaku pada
pembagian antara intrakurikuler, kokurikuler, dan esktrakurikuler. Sekolah dan guru bisa
lebih bebas berkreasi membuat acara dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan-kegiatan yang
diciptakan guru dalam melaksanakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK menjadi salah
satu kiprah guru yang bisa dikonversi ke dalam jam tatap muka untuk memenuhi beban kerja
guru.
Kemendikbud melalui Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan juga telah menawarkan training
kepada guru untuk meningkatkan kreativitasnya terkait penerapan PPK di sekolah. “Kreasi
itu kita ajarkan, tetapi kreasi sendiri lebih hebat,” ujar Pranata.
Beliau menjelaskan, secara total ada sekitar 15-ribu sampai 20-ribu guru pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah di seluruh Indonesia yang telah mengikuti training PPK.
Ditjen GTK juga telah menawarkan sekitar 2.000 modul PPK untuk guru. Semua modul
tersebut dikembangkan sesuai dengan lima nilai utama abjad prioritas dalam PPK, yaitu
religius, nasionalis, integritas, gotong-royong, dan mandiri. Modul-modul tersebut bisa
diunduh secara daring melalui laman http://tendik.kemdikbud.go.id atau
http://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id .
*Sumber: Kemendikbud
Sumber http://www.informasiguru.com/
Abstrak
Karakter lebih dekat dengan akhlak, yaitu spontanitas manusia dalam bersikap, atau
melakukan perbuatan yang telah menyatu dalam diri manusia sehingga ketika muncul tidak
perlu dipikirkan lagi (Imam al-Ghazali).
Penilaian baik buruknya tingkah laku seseorang berkaitan erat dengan karakter yang didasari
oleh bermacam-macam tolok ukur yang dianut masyarakat. Karakter terbentuk melalui
perjalanan hidup seseorang, oleh karena itu ia dapat berubah. Jika temperamen tidak
mengandung implikasi etis, maka karakter selalu menjadi obyek penilaian etis.
Pemerintah dalam hal ini Mendikbud yang bertanggung jawab dalam pembinaan karakter di
Sekolah dasar dan menengah sudah mengeluarkan istilah baru yaitu Penguatan Pendidikan
Karakter (PPK) yang tujuan utamanya adalah penguatan pada 5 (lima) aspek penting, yaitu:
Religius, Nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas.
A. Pendahuluan
Sementara Simon Philips (2008), berpendapat karakter adalah kumpulan tata nilai yang
menuju pada suatu sistem, yang melandasi pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.
Sedangkan Doni Koesoema A (2007) memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian.
Kepribadian diangap sebagai ”ciri, atau karakteristik, atau gaya, atau sifat khas dari diri
seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.
Pakar pendidikan berpendapat bahwa pendidikan adalah proses internalisasi budaya ke dalam
diri seseorang dan masyarakat sehingga membuat orang dan masyarakat jadi beradab.
Pendidikan bukan merupakan sarana transfer ilmu pengetahuan saja, tetapi lebih luas lagi
yakni sebagai sarana pembudayaan dan penyaluran nilai (enkulturisasi dan sosialisasi).
Peserta didi harus mendapatkan pendidikan yang menyentuh dimensi dasar kemanusiaan.
Dimensi kemanusiaan itu mencakup sekurang-kurangnya tiga hal paling mendasar, yaitu: (1)
afektif yang tercermin pada kualitas keimanan, ketakwaan, akhlak mulia termasuk budi
pekerti luhur serta kepribadian unggul, dan kompetensi estetis; (2) kognitif yang tercermin
pada kapasitas pikir dan daya intelektualitas untuk menggali dan mengembang-kan serta
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi; dan (3) psikomotorik yang tercermin pada
kemampuan mengembangkan keterampilan teknis, kecakapan praktis, dan kompetensi
kinestetis.
Karakter menjadi modal yang sangat penting untuk bersaing dan bekerja sama secara tangguh
dan terhormat di tengah-tengah bangsa atau masyarakat dunia lain. Menurut Gedhe Raka
berkat pembangunan karakter yang kuat maka para pejuang kemerdekaan berhasil
menghantar bangsa Indonesia ke gerbang kemerdekaannya. Karakter juga yang membuat
bangsa Jepang cepat bangkit sesudah kekalahannya dalam Perang Dunia II dan meraih
kembali martabatnya di dunia internasional. Demikian dengan Bangsa Vietnam tidak bisa
ditaklukkan oleh Perancis dan Amerika, mereka memiliki karakter pantang menyerah.
B. Permasalahan
D. Pembahasan
b. Penambahan dan penajaman kegiatan belajar siswa, dan pengaturan ulang waktu
3. Zuhud dalam kehidupan, mengajar dan mendidik untuk mencari ridha Allah SWT
6. Selalu berlaku adil terhadap peserta didik dan semua stakeholders pendidikan
Pendidik yang berkarakter akan berusaha merubah sikap atau kepribadiannya menjadi lebih
baik dan profesional serta proporssional, sehingga dapat memberikan keteladanan sekaligus
manfaat besar dalam mencerdaskan anak didik secara khusus dan bangsa secara umum.
NO NILAI DESKRIPSI
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran
1 Religius agama yang dianutnya. Toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain
Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya
2 Jujur sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan,dan pekerjaan
Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
3 Toleransi etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda
dari dirinya
Tindakan yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
4 Disiplin mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tgas denga sebaik-baiknya
Perilaku yang menunjukkan upaya dalam mengatasi berbagai
5 Kerja Keras hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan
sebaik-baiknya
Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau
6 Kreatif
hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki
Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang
7 Mandiri
lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
Cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
8 Demokratis
dan kewajiban dirinya dan orang lain
Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
9 Rasa Ingin Tahu lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya,
dilihat da didengar
Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan
10 Semangat Kebangsaan kelompoknya.
Dari delapan belas (18) karakter peserta didik sebagaimana yang telah diketahui dan
dipahami oleh pendidik, kemudian “ disederhanakan” kembali menjadi 5 (lima) Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK), yaitu: religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan
integritas.
NO NILAI DESKRIPSI
1
Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang
Religius dianutnya. Toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup
rukun dengan pemeluk agama lain
C. Penutup
setiap peserta didik secara naluri mempunyai sifat yang baik, tetapi pengaruh luar dan
pembiasaan yang salah membuat mereka bertindak salah. Perbuatan yang dilakukan secara
sadar disebut sebagai kelakuan atau tingkahlaku (behavior). Berkata benar, perkataan dusta,
perbuatan kebajikan, perbuatan kejahatan, adalah perbuatan yang bukan hanya bersifat lahir,
tetapi mempunyai dasar-dasar di dalam jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kurikulumnasional.net/2017/05/inilah-rpp-kurikulum-2013-revisi-
tahun.html
http://duniadikdas.blogsport.co.id/2016/07/kumpulan-rpp-kurikulum-2013-
sma-terbaru.html
e-
mail:yasir.razi@gmail.com
Dengan nada yang tegas dan mantap, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK)
Sumarna Surapranata menyampaikan perihal kemampuan para guru untuk berkreasi dalam
membuat acara yang mendukung Penguatan Pendidikan Karakter (PPK). “Jangan remehkan
kreativitas guru. Jangan pesimis. Kita harus optimis,” tegas Sumarna. Beliau menambahkan,
guru bisa melaksanakan banyak sekali acara baik di dalam maupun di luar kelas guna
melaksanakan kegiatan-kegiatan jadwal penguatan pendidikan abjad tersebut.
Kreativitas guru dalam membuat banyak sekali acara PPK juga tidak terbatas pada mata
pelajaran yang diampunya. Guru Bahasa Indonesia, misalnya, bisa saja mengajarkan siswa
bagaimana cara bercocok tanam yang baik, sebab ia hobi dan jago bercocok tanam. Dalam
hal ini, guru SD mempunyai kelebihan dalam ruang berkreasi, sebab pola mencar ilmu
mengajar di SD menurut Kurikulum 2013 ialah tematik.
Contoh sederhana lain, guru juga bisa memanggil tukang cilok ke yang kerap berjualan di
depan sekolah untuk menjadi sumber mencar ilmu di kelas. Siswa bisa mencar ilmu
kemandirian dan kewirausahaan dari tukang cilok yang akan menyebarkan pengalaman
mengenai persiapan berdagang, penjualan, sampai menghitung hasil, dan bagaimana ia bisa
bertahan hidup dari berjualan cilok.
Bagi sekolah yang berada di daerah, guru bisa saja membawa siswa ke lingkungan alam
ibarat hutan. Di sana siswa bisa ditugaskan untuk mempelajari jenis-jenis binatang dan
tumbuhan yang terdapat di hutan. Pranata mengingatkan biar guru tidak terpaku pada
pembagian antara intrakurikuler, kokurikuler, dan esktrakurikuler. Sekolah dan guru bisa
lebih bebas berkreasi membuat acara dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan-kegiatan yang
diciptakan guru dalam melaksanakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK menjadi salah
satu kiprah guru yang bisa dikonversi ke dalam jam tatap muka untuk memenuhi beban kerja
guru.
Kemendikbud melalui Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan juga telah menawarkan training
kepada guru untuk meningkatkan kreativitasnya terkait penerapan PPK di sekolah. “Kreasi
itu kita ajarkan, tetapi kreasi sendiri lebih hebat,” ujar Pranata.
Beliau menjelaskan, secara total ada sekitar 15-ribu sampai 20-ribu guru pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah di seluruh Indonesia yang telah mengikuti training PPK.
Ditjen GTK juga telah menawarkan sekitar 2.000 modul PPK untuk guru. Semua modul
tersebut dikembangkan sesuai dengan lima nilai utama abjad prioritas dalam PPK, yaitu
religius, nasionalis, integritas, gotong-royong, dan mandiri. Modul-modul tersebut bisa
diunduh secara daring melalui laman http://tendik.kemdikbud.go.id atau
http://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id .
*Sumber: Kemendikbud
Sumber http://www.informasiguru.com/
Sebelum berbicara tentang Modul Pelatihan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) terlebih
dahulu dibahas tentang PPK secara Umum, Nilai utama karakter bangsa, Tujuan PPK dan
Manfaat.
Ada lima nilai utama karakter yang saling berkaitan membentuk jejaring nilai yang perlu
dikembangkan sebagai prioritas Gerakan PPK. Kelima nilai utama karakter bangsa yang
dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Religius
Nilai karakter religius mencerminkan keberimanan terhadap Tuhan yang Maha Esa yang
diwujudkan dalam perilaku melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang dianut,
menghargai perbedaan agama,menjunjung tinggi sikap toleran terhadap pelaksanaan ibadah
agama dan kepercayaan lain, hidup rukun dan damai dengan pemeluk agama lain.
Nilai karakter religius ini meliputi tiga dimensi relasi sekaligus, yaitu hubungan individu
dengan Tuhan, individu dengan sesama, dan individu dengan alam semesta (lingkungan).
Nilai karakter religius ini ditunjukkan dalam perilaku mencintai dan menjaga keutuhan
ciptaan. Subnilai religius antara lain cinta damai, toleransi, menghargai perbedaan agama dan
kepercayaan, teguh pendirian, percaya diri, kerja sama antar pemeluk agama dan
kepercayaan, antibuli dan kekerasan,persahabatan, ketulusan, tidak memaksakan kehendak,
mencintai lingkungan, melindungi yang kecil dan tersisih.
2. Nasionalis
Nilai karakter nasionalis merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi,dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.Subnilai nasionalis antara lain apresiasi budaya bangsa
sendiri,menjaga kekayaan budaya bangsa,rela berkorban, unggul, danberprestasi, cinta tanah
air, menjaga lingkungan,taat hukum, disiplin,menghormati keragaman budaya, suku,dan
agama.
3. Mandiri
Nilai karakter mandiri merupakan sikap dan perilaku tidak bergantung pada orang lain dan
mempergunakan segala tenaga, pikiran,waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-
cita.Subnilai mandiri antara lain etos kerja (kerja keras), tangguh tahan banting, daya juang,
profesional, kreatif, keberanian, dan menjadi pembelajar sepanjang hayat.
4. Gotong Royong
Nilai karakter gotong royong mencerminkan tindakan menghargai semangat kerja sama dan
bahu membahu menyelesaikan persoalan bersama, menjalin komunikasi dan persahabatan,
memberi bantuan/pertolongan pada orang-orang yang membutuhkan. Subnilai gotong royong
antara lain menghargai, kerja sama,inklusif, komitmen atas keputusan bersama, musyawarah
mufakat, tolongmenolong,solidaritas, empati, anti diskriminasi, anti kekerasan, dan sikap
kerelawanan.
5. Integritas
Nilai karakter integritas merupakan nilai yang mendasari perilaku yang didasarkan pada
upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan,
tindakan, dan pekerjaan,memiliki komitmen dan kesetiaan pada nilai-nilai kemanusiaan dan
moral (integritas moral).
Karakter integritas meliputi sikap tanggung jawab sebagai warga negara, aktif terlibat dalam
kehidupan sosial, melalui konsistensi tindakan dan perkataan yang berdasarkan kebenaran.
Subnilai integritas antara lain kejujuran, cinta pada kebenaran, setia,komitmen moral, anti
korupsi, keadilan, tanggung jawab, keteladanan, dan menghargai martabat individu (terutama
penyandang disabilitas).
Kelima nilai utama karakter bukanlah nilai yang berdiri danberkembang sendiri-sendiri
melainkan nilai yang berinteraksi satu sama lain, yang berkembang secara dinamis dan
membentuk keutuhan pribadi. Dari nilai utama manapun pendidikan karakter dimulai,
individu dan sekolah pertlu mengembangkan nilai-nilai utama lainnya baik secara kontekstual
maupun universal. Nilai religius sebagai cerminan dari iman dan takwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa diwujudkan secara utuh dalam bentuk ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan
masing-masing dan dalam bentuk kehidupan antarmanusia sebagai kelompok,
masyarakat,maupun bangsa. Dalam kehidupan sebagai masyarakat dan bangsa nilai – nilai
religius dimaksud melandasi dan melebur di dalam nilai-nilai utama nasionalisme,
kemandirian, gotong royong, dan integritas. Demikian pula jika nilai utama nasionalis dipakai
sebagai titik awal penanaman nilai-nilai karakter, nilai ini harus dikembangkan berdasarkan
nilai-nilai keimanan dan ketakwaan yang tumbuh bersama nilai-nilai lainnya.
Gerakan PPK berfokus pada penguatan nilai-nilai moral universal yang prinsip-prinsipnya
dapat didukung oleh segenap individu dari berbagai macam latar belakang agama, keyakinan,
kepercayaan, sosial,dan budaya.
Prinsip 2 – Holistik
Gerakan PPK dilaksanakansecara holistik, dalam arti pengembangan fisik (olah raga),
intelektual (olah pikir), estetika (olah rasa), etika dan spiritual (olah hati) dilakukan secara
utuh-menyeluruh dan serentak, baik melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler,
dan ekstrakurikuler, berbasis pada pengembangan budaya sekolah maupun melalui kolaborasi
dengan komunitas-komunitas di luar lingkungan pendidikan.
Prinsip 3 – Terintegrasi
Gerakan PPK sebagai poros pelaksanaan pendidikan nasional terutama pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan dan dilaksanakan dengan memadukan, menghubungkan, dan
mengutuhkan berbagai elemen pendidikan, bukan merupakan program tempelan dan
tambahan dalam proses pelaksanaan pendidikan.
Prinsip 4 – Partisipatif
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan selaras dengan perkembangan peserta didik
baik perkembangan biologis, psikologis,maupun sosial, agar tingkat kecocokan dan
keberterimaannya tinggi dan maksimal. Dalam hubungan ini kebutuhan-kebutuhan
perkembangan peserta didik perlu memperoleh perhatian intensif.
Prinsip 9 – Terukur
Gerakan PPK dikembangkan dan dilaksanakan berlandaskan prinsip keterukuran agar dapat
dimati dan diketahui proses dan hasilnya secara objektif. Dalam hubungan ini komunitas
sekolah mendeskripsikan nilai-nilai utama karakter yang menjadi prioritas pengembangan di
sekolah dalam sebuah sikap dan perilaku yang dapat diamati dan diukur secara objektif;
mengembangkan program-program penguatan nilai-nilai karakter bangsa yang mungkin
dilaksanakan dan dicapai oleh sekolah;dan mengerahkan sumber daya yang dapat disediakan
oleh sekolah dan pemangku kepentingan pendidikan.
Gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) tidak mengubah kurikulum yang sudah ada,
melainkan optimalisasi kurikulum pada satuan pendidikan. Gerakan PPK perlu dilaksanakan
di satuan pendidikan melalui berbagai cara sesuai dengan kerangka kurikulum yaitu alokasi
waktu minimal yang ditetapkan dalam Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan kegiatan
ekstrakurikuler yang dikelola oleh satuan pendidikan sesuai dengan peminatan dan
karakteristik peserta didik, kearifan lokal, daya dukung, dan kebijaksanaan satuan pendidikan
masing-masing.
Pelaksanaan Gerakan PPK disesuaikan dengan kurikulum pada satuan pendidikan masing-
masing dan dapat dilakukan melalui tiga cara,
yaitu:
1. Mengintegrasikan pada mata pelajaran yang ada di dalam struktur kurikulum dan mata
pelajaran Muatan Lokal (Mulok) melalui kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler. Sebagai
kegiatan intrakurikuler dan kokurikuler, setiap guru menyusun dokumen perencanaan
pembelajaran berupa Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai mata
pelajarannya masing-masing. Nilai-nilai utama PPK diintegrasikan ke dalam mata pelajaran
sesuai topik utama nilai PPK yang akan dikembangkan/dikuatkan pada sesi pembelajaran
tersebut dan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing. Misalnya,mata
pelajaran IPA untuk SMP mengintegrasikan nilai nasionalisme dengan mendukung
konservasi energi pada materi tentang energi.
2. Mengimplementasikan PPK melalui kegiatan ekstrakurikuler yang ditetapkan oleh satuan
pendidikan. Pada kegiatan ekstrakurikuler,satuan pendidikan melakukan penguatan kembali
nilai-nilai karakter melalui berbagai kegiatan. Kegiatan ekskul dapat dilakukan melalui
kolaborasi dengan masyarakat dan pihak lain/lembaga yang relevan, seperti PMI, Dinas
Kelautan dan Perikanan, Dinas Perdagangan,museum, rumah budaya, dan lain-lain, sesuai
dengan kebutuhan dan kreativitas satuan pendidikan.
3. Kegiatan pembiasaan melalui budaya sekolah dibentuk dalam proses kegiatan rutin,
spontan, pengkondisian, dan keteladanan warga sekolah. Kegiatan-kegiatan dilakukan di luar
jam pembelajaran untuk memperkuat pembentukan karakter sesuai dengan situasi,
kondisi,ketersediaan sarana dan prasarana di setiap satuan pendidikan.
Gerakan PPK dapat dilaksanakan dengan berbasis struktur kurikulum yang sudah ada dan
mantap dimiliki oleh sekolah, yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, budaya sekolah, dan
masyarakat/komunitas (Albertus, 2015).
Mengintegrasikan proses pembelajaran di dalam kelas melalui isi kurikulum dalam mata
pelajaran, baik itu secara tematik maupun terintegrasi dalam mata pelajaran.
Memperkuat manajemen kelas, pilihan metodologi, dan evaluasi pengajaran.
Mengembangkan muatan lokal sesuai dengan kebutuhan daerah.
Memperkuat peranan Komite Sekolah dan orang tua sebagai pemangku kepentingan utama
pendidikan.
Melibatkan dan memberdayakan potensi lingkungan sebagai sumber pembelajaran seperti
keberadaan dan dukungan pegiat seni dan budaya, tokoh masyarakat, dunia usaha, dan
dunia industri.
Mensinergikan implementasi PPK dengan berbagai program yang ada dalam lingkup
akademisi, pegiat pendidikan, dan LSM.
Mensinkronkan program dan kegiatan melalui kerja sama dengan pemerintah daerah,
kementerian dan lembaga pemerintahan, dan masyarakat pada umumnya
Tujuan PPK
1. Mengembangkan platform pendidikan nasional yang meletakkan makna dan nilai karakter
sebagai jiwa atau generator utama penyelenggaraan pendidikan.
2. Membangun dan membekali Generasi Emas Indonesia 2045 menghadapi dinamika
perubahan di masa depan dengan keterampilan abad 21.
3. Mengembalikan pendidikan karakter sebagai ruh dan fondasi pendidikan melalui
harmonisasi olah hati (etik dan spiritual), olahrasa (estetik), olah pikir (literasi dan numerasi),
dan olah raga (kinestetik)
4. Merevitalisasi dan memperkuat kapasitas ekosistem pendidikan (kepala sekolah, guru,
siswa, pengawas, dan komite sekolah) untuk mendukung perluasan implementasi
pendidikan karakter.
5. Membangun jejaring pelibatan masyarakat (publik) sebagai sumber-sumber
belajar di dalam dan di luar sekolah.
6. Melestarikan kebudayaan dan jati diri bangsa Indonesia dalam mendukung Gerakan
Nasional Revolusi Mental (GNRM)
Ingin Melihat tepuk PPK versi Bidakara Surabaya silahkan padaTepuk PPK Versi Bidakara
Surabaya
Ini Contoh Kreativitas Guru dalam Penguatan Pendidikan Karakter
nusakini.com--
“Jangan remehkan kreativitas guru. Jangan pesimis. Kita harus optimis,” tegas Direktur Guru
dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK) Sumarna Surapranata. Hal itu diungkapkannya
terkait kemampuan guru berkreasi dalam menciptakan kegiatan yang mendukung Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK). Ia mengatakan, berbagai kegiatan di dalam maupun di luar kelas
bisa diciptakan guru untuk melaksanakan kegiatan-kegatan PPK.
Kreativitas guru dalam membuat berbagai kegiatan PPK juga tidak terbatas pada mata
pelajaran yang diampunya. Guru Bahasa Indonesia, misalnya, bisa saja mengajarkan siswa
bagaimana cara bercocok tanam yang baik, karena ia hobi dan ahli bercocok tanam. Dalam
hal ini, guru SD memiliki kelebihan dalam ruang berkreasi, karena pola belajar mengajar di
SD berdasarkan Kurikulum 2013 adalah tematik.
Mendikbud Mengapresiasi Peran Masyarakat Dukung PPK melalui Seni dan Budaya
Penguatan Pendidikan Karakter Jadi Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional
Banyumas Gemakan Penguatan Pendidikan Karakter
Peran Kepala Sekolah Sangat Penting Dalam Penguatan Pendidikan Karakter
Contoh sederhana lain, guru juga bisa memanggil tukang cilok ke yang kerap berjualan di
depan sekolah untuk menjadi sumber belajar di kelas. Siswa bisa belajar kemandirian dan
kewirausahaan dari tukang cilok yang akan berbagi pengalaman mengenai persiapan
berdagang, penjualan, hingga menghitung hasil, dan bagaimana dia bisa bertahan hidup dari
berjualan cilok.
Bagi sekolah yang berada di daerah, guru bisa saja membawa siswa ke lingkungan alam
seperti hutan. Di sana siswa bisa ditugaskan untuk mempelajari jenis-jenis hewan dan
tumbuhan yang terdapat di hutan. Pranata mengingatkan agar guru tidak terpaku pada
pembagian antara intrakurikuler, kokurikuler, dan esktrakurikuler. Sekolah dan guru bisa
lebih bebas berkreasi menciptakan kegiatan dalam proses belajar-mengajar. Kegiatan-
kegiatan yang diciptakan guru dalam melaksanakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK
menjadi salah satu tugas guru yang bisa dikonversi ke dalam jam tatap muka untuk
memenuhi beban kerja guru.
Kemendikbud melalui Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan juga telah memberikan
pelatihan kepada guru untuk meningkatkan kreativitasnya terkait penerapan PPK di sekolah.
“Kreasi itu kita ajarkan, tetapi kreasi sendiri lebih hebat,” ujar Pranata.
Ia menuturkan, secara total ada sekitar 15-ribu hingga 20-ribu guru pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah di seluruh Indonesia yang telah mengikuti pelatihan PPK. Ditjen GTK
juga telah memberikan sekitar 2.000 modul PPK untuk guru.
Semua modul tersebut dikembangkan sesuai dengan lima nilai utama karakter prioritas dalam
PPK, yaitu religius, nasionalis, integritas, gotong-royong, dan mandiri. Modul-modul tersebut
bisa diunduh secara daring melalui laman http://tendik.kemdikbud.go.id atau
http://cerdasberkarakter.kemdikbud.go.id . (p/ab)