Anda di halaman 1dari 29

Journal Reading

Hubungan antara Asupan Asam Lemak Esensial


dengan Dry Eye Disease dan Disfungsi Kelenjar
Meibom pada Perempuan Postmenopause

Pembimbing:

dr. Rosalia Septiana W, SpM

Disusun oleh:

Patricia Renata

11.2016.118

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA

RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA

PERIODE 14 MEI 2018 – 16 JUNI 2018


1

STATUS ILMU PENYAKIT MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
SMF ILMU PENYAKIT MATA
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU, KUDUS, JAWA TENGAH
Nama : Patricia Renata
NIM : 11.2016.118
Dr. Pembimbing : dr. Rosalia Septiana W, Sp.M
JOURNAL READING
Hubungan antara Asupan Asam Lemak Esensial dengan Dry Eye
Diease dan Disfungsi Kelenjar Meibom pada Perempuan
Postmenopause

Jillian F. Ziemanski, Lynn R. Wolters, Lisa Jones-Jordan, Jason J. Nichols, dan


Kelly K Nichols
ABSTRAK
Tujuan: Untuk mengevaluasi hubungan antara asam lemak omega-3 (n-3) dan omega-6
(n-6) dengan dry eye disease (DED) dan disfungsi kelenjar meibom (meibomian gland
dysfunction [MGD]).
Desain: studi kros-seksional.
Metode: Perempuan postmenopause (n=439) menjalani evaluasi klinis dan
mengerjakan kuesioner Vio Wood Frequency untuk mengestimasi asupan n-3 dan n-6.
Subyek dikategorikan dalam 2 klasifikasi yang didasarkan apakah mereka memiliki (1)
DED dan (2) MGD. Rata-rata asupan asam lemak dibandingkan dengan 2-sample t-test.
Model logistik regresi univariat digunakan untuk mengestimasi odd ratio (OR) untuk
setiap kondisi yang dihubungkan dengan quantitas n-3, n-6, dan rasio n-6:n-3.
Hasil: Untuk DED dan non-DED, tidak ada perbedaan signifikan antara asupan n-3
(1.95±1.47 g vs 1.92±1.24 g, P= 0.86), asupan n-6 (15.58±11.56 g vs 15.44±10.61 g,
P=0.91), dan n-6:n-3 (8.35±2.94 vs 8.28±2.42, P=0.84). OR untuk DED tidak berbeda
signifikan dari 1.0 untuk n-3, n-6. atau n-6:n-3. Konsumsi n-3 yang tinggi (OR=0.22
[0.06-0.78]) dan konsumsi n-6 secukupnya (OR=0.37 [0.15-0.91]) diasosisasikan
dengan penurunan frekuensi MGD.

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
2

Kesimpulan: Asupan n-3 dan n-6 tidak berhubungan dengan DED, namun konsumsi n-
3 yang tinggi dan n-6 yang cukup memiliki efek protektif terhadap MGD dalam sampel
perempuan postmenopause yang banyak ini.

Abstract
PURPOSE: To evaluate the relationship between omega-3 (n-3) and omega-6 (n-6)
fatty acids with dry eye disease (DED) and meibomian gland dysfunction (MGD).
DESIGN: Cross-sectional study.
METHODS: Postmenopausal women (n=439) underwent a clinical evaluation and
completed the Vio Food Frequency Questionnaire to estimate their dietary intake of n-
3s and n-6s. Subjects were categorized into 2 binary classifications based on whether or
not they had (1) DEDand (2) MGD. Mean intake of dietary fatty acids was compared
with 2-sample t tests. Univariate logistic regression models were used to estimate the
odds ratios for each condition associated with each quintile of n-3s,n-6s, and n-6:n-3
ratios.
RESULTS: For DED vs non-DED, there were no significant differences in n-3 intake
(1.95 ± 1.47 g vs 1.92 ± 1.24 g, P =.86), n-6 intake (15.58 ± 11.56 g vs 15.44 ± 10.61 g,
P =.91), and n-6:n-3 (8.30 ± 2.57 vs 8.30 ± 2.57, P =.99). For MGD vs non-MGD,
there were no significant differences in n-3 intake (1.87 ± 1.35 vs 1.96 ± 1.39, P =.61),
n-6 intake (15.26 ± 11.85 vs 15.62 ± 10.93, P =.80), and n-6:n-3 (8.35 ± 2.94 vs 8.28 ±
2.42, P =.84). The odds ratios (OR) for DED did not differ significantly from 1.0 for n-
3, n-6, or n-6:n-3. High n-3 consumption (OR =0.22 [0.06–0.78]) and moderate n-6
consumption (OR = 0.37[0.15–0.91]) were associated with a decreased frequency of
MGD.
CONCLUSIONS: Dietary consumption of n-3s and n-6s showed no association with
DED, but high n-3 consumption and moderate n-6 consumption were protective against
MGD in this large sample of postmenopausal women.

Pendahuluan
Dry eye disease (DED) dan disfungsi kelenjar meibom (MGD) diketahui sebagai
kelainan yang bersangkutan yang sering memiliki manifestasi klinis yang tersaru.
Qualitas yang buruk dan/atau penurunan aliran meibum dapat menyebabkan penipisan
lapisan lemak di lapisan air mata (tear film) sehingga air mata mudah menguap.1

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
3

Sebaliknya, DED kronik dengan defisiensi cairan dapat menyebabkan hiperosmolaritas


lapisan air mata dan sitokin proinflamasi,2 yang dapat menyebabkan kerusakan
orificium ductus kelenjar meibom dan mengakibatkan MGD.1 Dari 40 juta penduduk
Amerika Serikat yang menderita DED, 78% kasus menderita MGD sekunder.3 Seperti
yang dilaporkan di Report of the International MGD Workshop 2011, prevalensi MGD
bervariasi dari 3.5%-70%, dengan prevalensi tertinggi di populasi Asia dewasa.4 Untuk
kedua kondisi mata tersebut, perempuan postmenopause dipercaya merupakan salah
satu demografi dengan resiko tinggi, kemunkginan disebabkan oleh disregulasi hormon
dari kelenjar sekretori.4,5
Semakin banyak literatur yang ditujukan untuk meninvestigasi efek
suplementasi asam lemak omega-3 (n-3) sebagai terapi dari penyakit permukaan mata;
sering dilaporkan dengan hasil inkonklusif.6 Arah penelitian ini berasal dari laporan
Women’s Health Study tahun 2005,7,8 yang menyatakan konsumsi rendah, bukan
suplementasi, omega-3 dan tingginya rasio omega-6:omega-3 (n-6:n-3) diasosiasikan
dengan peningkatan insiden DED.9 Mekanisme ini belum sepenuhnya dibuktikan,
namun ada bukti teoritis yang mendukung mitigasi DED yang disebabkan dari efek anti
inflamasi n-3. Asam lemak tak jenuh jamak, seperti n-3 dan n-6, menghasilkan
prostaglandin dan leukotrien, keduanya merupakan hasil sinyal parakrin untuk
meregulasi inflamasi dan proses fisiologis lainnya.10 Prekursor n-6 terutama
meningkatkan eicosanoid proinflamasi, sedangkan prekursor n-3 terutama
meningkatkan eicosanoid antiinflamasi. Karena itu, diet tinggi n-3 dipercaya
menyebabkan keadaan antiinflamasi fisiologis.10
Peran antiinflamasi dalam MGD belum sepenuhnya dimengerti. Peningkatan
viskositas meibum diketahui menjadi inti patofisiologi MGD. Hal ini digabungkan
dengan keratinisasi duktal, dipercaya menginduksi obstruksi aliran bawah dan penyakit
atrofi.1 Asam lemak omega adalah asam lemak tak jenuh jamak dengan ikatan ganda
multipel yang membentuk jarak dari rantai hidrokarbon. Jarak ini mencegah asam
lemak sekitarnya untuk menyatu.11 Karenanya, dalam temperatur apapun, asam lemak
tak jenuh jamak lebih cair dibandingkan asam lemak jenuh. Diet tinggi, asam lemak tak
jenuh jamak, jika asam lemak ini dapat diserap dalam makromolekul lipid di meibum,
memiliki potensial meningkatkan aliran meibum dengan menurunkan viskositas,
karenanya menurunkan obstruksi duktal, yang merupakan mekanisme inti MGD.

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
4

Meski studi dari Miljanovic dkk9 merupakan penelitian penting dalam hubungan
nutrisi dengan penyakit permukaan okular, studi ini tidak dirancang untuk mengevaluasi
MGD, untuk mengkonfirmasi keberadaan MGD atau DED dengan pemeriksaan klinis,
atau yang berfokus dalam perempuan postmenopause. Karenanya, tujuan analisis ini
adalah untuk menilai apakah konsumsi asam lemak n-3 dan n-6, dan rasio keduanya,
yang dihubungkan dengan perubahan frekuensi DED atau MGD yang terkonfirmasi
klinis dengan sampel perempuan postmenopause yang besar.

Metode

Studi kros seksonal dalam suatu pusat dilakukan dengan latar akademis untuk
menilai perbedaan DED dan mata normal sehat dalam perempuan postmenopause,
terutama dihubungkan dengan struktur dan fungsi kelenjar meibom. Penelitian ini
dilakukan dengan mengikuti prinsip Deklarasi Helsinki, dan protokol penelitian ini
disetujui oleh Institutional Review Board di Ohio State University. Dilakukan informed
consent kepada semua subjek, dan kerahasiaan dijaga sesuai aturan HIPAA Privacy
Rule.

 Kriteria inklusi dan desain penelitian: Subjek direkrut dari berbagai sumber;
sebuah database klinis untuk pasien yang tertarik untuk mengikuti penelitian klinis
mata, selebaran, rujukan, dan dari mulut ke mulut. Untuk menjadi subjek penelitian,
semua subjek melalui proses seleksi dengan skrining lewat telefon dan kunjungan
klinis. Untuk memastikan bahwa hanya perempuan postmenopause yang menjadi
subjek penelitian, hanya perempuan dengan amenorrhea selama minimal 12 bulan di
atas usia 50 yang diseleksi. Skrining awal lewat telefon dilakukan untuk merekrut
subjek dengan rasio 1:1 dalam 2 kategori: (1) potensi DED atau (2) kontrol normal
berusia serupa dengan rentang 1 dekade. Untuk dianggap subjek dengan potensi
DED, subjek harus melaporkan diagnosis DED sebelumnya atau menjawab ‘sering’
atau ‘selalu’ dalam pertanyaan berdasarkan 2 gejala dari survey yang divalidasi oleh
Schaumberg dkk.12 Selanjutnya, subjek kategori 1 dieksklusi jika sedang menjalani
pengobatan mata; menjalani operasi mata dalam 12 bulan terakhir (kecuali yttrium-
aluminium-gamet capsulotomy); memiliki kelainan anatomis kelopak mata; telah
didiagnosa dengan penyakit di segmen anterior, termasuk alergi okular, blefaritis,

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
5

infeksi kornea, pterigium, pinguekula, atau distrofi kornea; atau menjalani terapi
pengganti hormon dalam 1 bulan terakhir. Untuk menjadi subjek kategori 2, subjek
harus menyangkal pernah didiagnosis DED sebelumnya dan menjawab ‘tidak
pernah’ atau ‘jarang’ dalam pertanyaan berdasarkan 2 gejala dari survey yang
divalidasi oleh Schaumberg dkk: (1) “Seberapa sering mata Anda terasa kering?” dan
(2) “Seberapa sering mata Anda terasa teriritasi?”.12 Selanjutnya, semua kontrol
normal diharuskan memenuhi kriteria eksklusi yang disebutkan di atas. Individual
yang memenuhi skrining telefon kemudian dijadwalkan untuk kunjungan klinis.

Kunjungan klinis terdiri dari pertanyaan kuesioner yang telah validasi, dan
beberapa uji klinis untuk DED. Subjek yang memenuhi Ocular Surface Disease
Index (OSDI; Allergan, Inc, Irvine, California, Amerika Serikat)13 dan Vio Food
Frequency Questionnaire (VioFFQ; VioCare, Inc, Princeton, New Jersey, Amerika
Serikat).14 Pemeriksaan klinis terdiri dari, berdasarkan urutan pemeriksaan,
pengambilan sampel dari mata kanan untuk osmolaritas (TearLab Osmolarity
System, TearLab Corp, San Diego, California, Amerika Serikat), pemeriksaan
permukaan okular dan kelenjar meibom secara komprehensif dengan slit-lamp
biomikroskopi, tear break-up time (TBUT) floresens, pewarnaan kornea floresens
dengan filter Wratten #12 (NEI Dry Eye Workshop15), pewarnaan konjungtiva
lissamine green (NEI Dry Eye Workshop scale15), dan uji Schirmer I. 10 kelenjar
meibom sentral dari palpebra inferior diperiksa untuk ekspresibilitas dengan skala
yang disandur dari Report of the Diagnosis Subcommittee of the MGD Workshop
(0=normal, 1=berkabut, 2=granular, 3=inspissated. 4=tidak ada sekresi).16

 Klasifikasi subjek: Berdasarkan hasil pemeriksaan, subjek dikelompokan dalam 2


analisis berdasarkan dari klasifikasi: (1) DED atau non-DED, dan (2) MGD atau non-
MGD. Klasifikasi DED tidak berpengaruh dalam klasifikasi MGD, dan sebaliknya.
DED didefinisikan dengan memenuhi minimal 2 dari kriteria berikut: menjawab
‘sering’ atau ‘selalu’ dalam 2 pertanyaan dari kuesioner Schaumberg, osmolaritas
TearLab ≥308 mOsm/L untuk mata kanan (mata yang disampel), jumlah stain kornea
kedua mata ≥8 (jumlah dari 5 regio kornea, dinilai dari skala 0-3), TBUT floresens
rata-rata <7 detik17 (3 pemeriksaan berturut-turut dari kedua mata), atau Schirmer
rata-rata ≤10 mm17 dalam 5 menit (dari kedua mata). Untuk subjek yang tidak
memenuhi minimal 2 dari kriteria ini dikatergorikan dalam non-DED. Untuk analisis

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
6

kedua, MGD didefinisikan sebagai memiliki meibum glanural dengan tekanan jari
(rata-rata kualitas kedua mata ≥2 dari skala 0-4). Subjek yang tidak memenuhi
kriteria ini dikategorikan dalam non-MGD

 Penentuan asupan asam lemak: Kuesioner VioFFQ adalah alat yang tervalidasi,
berdasarkan komputer yang mengumpulkan informasi perilaku dan pola diet untuk
menghasilkan estimasi asupan nutrisi. Kuesioner ini telah diubah nama menjadi
VioScreen, meski nama asalnya tetap digunakan dalam manuskrip ini untuk
menghindari terminologi anakronistik. Dari kuesioner ini, rerata asupan asam lemak
n-3 dan n-6, serta rasio n-6:n3 dinilai untuk memprediksi hubungannya dengan
DED/non-DED dan MGD/non-MGD. Sistem ini dikembangkan berdasarkan
Women’s Health Initiative yang disponsori oleh National Institutes of Health, salah
satu penilitian klinis terbesar untuk kesehatan perempuan postmenopause terkini di
Amerika Serikat,18 dan karenanya terutama sensitif terhadap asupan lemak.19
VioFFQ mengukur frekuensi diet berbagai makanan yang umum dalam 90 hari
terakhir. Nutrition Coordinating Center di University of Minnesota, Division of
Epidemiology and Community Health, mengelola Food and Nutrient Database yang
digunakan untuk menghasilkan estimasi asupan nutrien dalam VioFFQ. Semua data
dari subjek dengan aman diunduh untuk analisis eksternal dan estimasi nutrien asam
lemak omega. VioFFQ baru-baru ini telah dievaluasi dan dianggap sebagai alat yang
dapat dipercaya, akurat, dan valid untuk mengumpulkaan data nutrisi.20

 Analisa statistik: Semua perhitungan statistik dilakukan dengan menggunakan SAS


v9.3 (SAS Institute, Cary, North Carolina, Amerika Serikat) oleh 1 penulis (L.J.J).
Semua variabel klinis dirangkumkan dengan mean dan standar deviasi. Mean asupan
asam lemak n-3 dan n-6 dan rasio n-6:n-3, masing-masing dibandingkan dengan
semua klasifikasi (DED dan non-DED, MGD dan non-MGD) dengan 2-sample t-test.
Serupa dengan metodologi yang dilakukan oleh Miljanovic dkk,9 distribusi total
konsumsi n-3, total konsumsi n-6, dan rasio n-6:n-3 di semua subjek dibagi menjadi
kuintil, dan perbedaan diantara kuintil pada masing-masing klasifikasi dianalisa.
Distribusi dari rasio n-6:n-3 dibagi menjadi 4 kategori seperti yang dideskripsikan
oleh Miljanovic dkk: <4:1, ≥4:1 sampai <10:1, ≥10:1 sampai <15:1, dan ≥15:1. 2-
sample t-test digunakan untuk menganalisa perbedaan parameter klinis, asupan n-3,
n-6, dan rasio n-6:n-3 diantara DED/non-DED dan MGD/non-MGD. Analisis varians

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
7

satu arah digunakan untuk menganalisa perbedaan asupan n-3, n-6, dan rasio n-3:n-6
di kuinil n-3, kuintil n-6, dan kuintil n-6:n-3. Test x2 digunakan untuk menganalisa
perbedaan frekuensi DED dan MGD di semua kuintil.

Model logistik regresi univariat (regresi multipel) digunakan untuk


mengestimasi odds ratio untuk DED/non-DED dan MGD/non-MGD di semua kuintil
dari total asupan n-3, n-6, dan rasio n-6:n-3. Model pertama dikontrol berdasarkan
kovariat berikut: usia, ras, body mass index (BMI), total asupan lemak, dan
ada/tidaknya pemeriksaan mata dalam 12 bulan terakhir. Model kedua digunakan
untuk mengontrol komorbid sistemik (hipertensi, diabetes mellitus, dan arthritis)
dengan tambahan kovariat dari model awal. Kedua model ini diaplikasikan dalam
semua klasifikasi.

Hasil

439 subjek dimasukan dalam studi mata kering dalam menopause (Gambar 1).
Untuk studi ini, 116 individual (26.4%) dieksklusikan karena tidak memenuhi
suplementasi baseline dengan suplemen asam lemak omega dan 1 individual (0.2%)
tidak memiliki data suplemen yang lengkap, menyisakan 322 (73.3%) subjek termasuk
dalam analisa statistik. Dari 322 subjek, 192 (59.6%) dikategorikan memenuhi kriteria
DED, dan 130 (40.4%) dikategorikan dalam non-DED. Untuk komponen MGD, 3 dari
322 subjek yang sama (0.9%) memiliki data yang tidak lengkap, menyisakan 319
(99.1%) subjek yang dapat dianalisa. Dari subjek ini, 87 (27.3%) diklasifikasikan dalam
MGD, sedangkan 232 (72.7%) diklasifikasikan dalam non-MGD.

Data klinis dari kedua klasifikasi ditampilkan dalam Tabel 1. Grup DED
mendemonstrasikan stratifikasi sangat baik dengan berbeda signifikan dari grup non-
DED dalam nyaris semua parameter, meskipun hanya 2 parameter yang dibutuhkan
untuk mendiagnosa DED; frekuensi mata kering, frekuensi mata iritasi, pewarnaan
kornea, ismolaritas, TBUT, dan Schirmer (semua P <0.0001). Hanya kualitas meibom,
seperti yang diharapkan, tidak memiliki signifikansi secara statistik diantara 2 grup
(P=0.48). Namun untuk klasifikasi MGD, hanya TBUT (P=0.003) secara statistik
signifikan. Semua parameter klinis menunjukan tidak ada perbedaan signifikan dari

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
8

grup non-MGD, yang konsisten dengan nilai terekspektasi untuk setidaknya 1 MGD,
yang akan dibahas berikut.

Gambar 1: Bagan Pemilihan Subjek

Semua data diatas ditulis dalam format mean ± standar deviasi.

(*) menandakan P value yang signifikan secara statistik

Dari semua subjek, rentang konsumsi n-3 adalah 0.06-11.08 g per hari, dan rasio
dari konsumsi n-6 adalah 0.42-87.86 g per hari. Rasio dari n-6:n-3 memiliki rentang
dari 3.31 sampai 21.45. Tabel 2 menampilkan mean asupan harian dari n-3, n-6, dan
rasio n-6:n-3 dari semua klasifikasi. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara
statistik dari rasio asupan n-3, n-6, dan n-6:n-3 pada mereka dengan DED dibandingkan

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
9

dengan tanpa DED. Begitu pula tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik
dalam asupan n-3, n-6, dan rasio n-6:n-3 pada mereka dengan MGD dibandingkan
dengan tanpa MGD.

Semua data diatas ditulis dalam format mean ± standar deviasi.

Untuk menentukan apakah peningkatan konsumsi asam lemak omega


mempengaruhi frekuensi DED atau MGD, total distribusi dari jumlah asupan n-3, n-6,
dan rasio n-6:n-3 dibagi menjadi 2 kuintil, dengan frekuensi DED dan MGD dianalisa
diantara keduanya (Tabel 3).

Tidak ada perbedaan dari frekuensi DED atau MGD diantara kelima kuantil dari
asupan n-3, n-6, dan rasio n-6:n-3. Frekuensi DED dan MGD tetap serupa, terlepas dari
jumlah atau tipe asam lemak omega yang dikonsumsi dalam diet. Dengan n-3, n-6, dan
rasio n-6:n-3, terdapat perbedaan signifikan dari faktor usia diantara kelima kuantil,
dimana subjek yang lebih muda cenderung memiliki jumlah n-3 dan n-6 yang lebih
tinggi, dan rasio n-6:n-3 yang lebih tinggi (P=0.002, P=0.003, dan P=0.004). Mean
perbedaan usia adalah 6.2 tahun diantara kuantil 1 dan kuantil 5, berdasarkan dari hasil
analisa n-3. Meskipun signifikan secara statistik, perbedaan ini kira-kira 10% dari rerata
usia subjek dan sepertinya tidak merepresentasikan perbedaan yang signifikan secara
fisiologis ataupun relevan secara klinis.

Pengkajian dari jumlah relatif asupan asam lemak omega menggambarkan pola
konsumsi yang menarik (Tabel 2). Konsumsi n-3 meningkat dari kuantil 1 sampai
kualtil 5, asupan n-6 juga menggambarkan kenaikan (P<0.0001); namun rasio n-6:n-3
menurun (P<0.0001), yang menggambarkan peningkatan konsumsi n-3 dan -6 tidaklah
porposional. Dengan kata lain, subjek pada kuantil yang lebih tinggi lebih
mengkonsumsi makanan yang lebih kaya dalam n-3 daripada n-6, sehingga rasio n-6:n-

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
10

Semua data diatas ditulis dalam format mean ± standar deviasi.

(*) menandakan P value yang signifikan secara statistik

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
11

3 mereka menjadi lebih sedikit secara signifikan. Demikian pula dalam analisa n-6,
terdapat peningkatan yang tidak porporsional dari konsumsi n-6 dan n-3 dalam kelima
kuantil (P<0.0001), yang bermanifestasi dalam peningkatan signifikan dari rasio n-6:n-3
(P<0.0001). Subjek dalam kuantil yang lebih tinggi lebih mungkin mengkonsumsi
makanan yang lebih kaya dalam n-6 dibandingkan n-3. Dalam analisa rasio n-6:n-3,
peningkatan rasio diantara 5 kuantil terutama didorong oleh konsumsi n-6 (P<0.0001),
dimana tidak ada perbedaan signifikan dalam konsumsi n-3 diantara kuantil (P=0.09).
Hasil ini menggambarkan individu dengan rasio n-6:n-3 tinggi memiliki hasil demikian
karena tingginya asupan n-6, tidak karena adanya defisiensi konsumsi n-3.

Model logistik regresi univariat digunakan untuk mengestimasi odds ratio (OR)
dari setiap kuantil dan setiap kondisi permukaan okular dengan memperhitungkan
asupan n-3, n-6, dan rasio n-6:n-3 (Gambar 2-4). Setelah menyesuaikan dengan semua
variabel, OR untuk DED tidak berbeda secara signifikan dari 1.0 diantara kelima kuantil
untuk asupan n-3, n-6, dan rasio n-6:n-3. Subjek dengan tingkat konsumsi n-3 tertinggi
(2.54-11.08 g) menggambarkan penurunan frekuensi MGD dari kedua model (OR=0.27
[0.09-0.87] dan OR=0.22 [0.06-0.78]). Tidak ada kuintil n-3 lain yang berhubungan
dengan peningkatan atau penurunan frekuensi MGD. Untuk konsumsi n-6, kuintil 3
(11.33-14.56 g) menggabarkan penurunan frekuensi MGD pada kedua model (OR=0.39
[0.17-0.92] dan OR =0.37 [0.15-0.91]). Tidak ada kuintil n-6 lain yang berhubungan
dengan peningkatan atau penurunan frekuensi MGD.

Rasio n-6:n-3 juga dibagi menjadi 4 rentang: <4:1, ≥4:1 sampai <10:1, ≥10:1
sampai <15:1, dan ≥15:1.9 Odds ratio tidak berbeda secara signifikan dari 1.0 untuk
semua kategori DED dan MGD, terlepas dari model logistik regresi yang digunakan
(Tabel 4).

Diskusi

Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengevaluasi apakah diet tinggi n-3 dan
rendah n-6 memiliki efek proteksi terhadap DED dan MGD dalam perempuan
postmenopause. Dari sampel yang terdiri dari 320 subjek ini, tidak ada peningkatan atau
penurunan frekuensi DED yang ditemukan berhubungan dengan asupan asam lemak
omega, bahkan pada subjek dengan tingkat konsumsi n-3, n-6, dan rasio n-6:n-3 yang
ekstrim. Meskipun demikian, pada MGD, konsumsi tinggi n-3 dan konsumsi cukup n-6

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
12

Gambar 2: Plot OR konsumsi n-3 dengan DED dan MGD pada perempuan
postmenopause

Gambar 3: Plot OR konsumsi n-6 dengan DED dan MGD pada perempuan
postmenopause

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
13

Gambar 4: Plot OR rasio konsumsi n-6:n3 dengan DED dan MGD pada perempuan
postmenopause

berhubungan dengan penurunan frekuensi penyakit. Tidak ada hubungan rasio n-6:n-3
yang ditemukan dengan MGD. Berdasarkan dari hasil ini, konsumsi n-3, n-6, dan rasio
n-6:n-3 tampak tidak berhubungan dengan angka kejadian DED pada perempuan
postmenopause, meskipun konsumsi asam lemak omega tampak memiliki hubungan
dengan angka kejadian MGD. Penelitian ini tidak menganalisa efek terapi suplementasi
n-3 pada pasien dengan penyakit permukaan okular.

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
14

Penemuan ini menarik, mengingat laporan dari penelitian terdahulu9 dan


pemahaman saat ini mengenai peran imunologis dari asam lemak n-3 dan n-6. Diketahui
bahwa kedua asam lemak tak jenuh jamak ini tidak dapat dikonversi dan memiliki
struktur kimia yang khas, namun masing-masing berkompetisi untuk bereaksi dengan
enzim-enzim yang sama, sehingga menghasilkan produk yang sering memiliki fungsi
antagonis.10 Produk n-3 akan menghasilkan eicosanoid yang bersifat antiinflamasi,
sedangkan produk n-6 lebih memiliki sifat proinflamasi.10 Karena kedua asam lemak ini
memiliki jalur enzimatik yang sama, diet tinggi n-6 cenderung meningkatkan inflamasi,
suatu patofisiologi inti dalam DED, dan diet tinggi n-3 cenderung menekan inflamasi.10
Karena itu, diasumsikan bahwa peningkatan frekuensi DED terjadi pada peningkatan
asupan n-6, sedangkan penurunan frekuensi DED ditemukan pada subjek dengan
tingkat asupan n-3 yang tinggi serta rasio n-6:n-3 yang rendah. Namun, tidak ditemukan
hubungan antara asupan n-3 dan n-6 dengan angka kejadian DED.

Peran protektif asam lemak omega dalam MGD secara spesifik sangat kurang
diteliti, mungkin karena peran inflamasi dalam patofisiologi MGD dianggap terjadi
secara sporadik.1 Secara teori, penurunan kejenuhan molekul asam lemak, yang dapat
ditemukan dalam asam lemak tak jenuh jamak, dapat menurunkan tititk leleh meibum,
sehingga meningkatkan fluiditas dalam temperatur fisiologis. Namun sejauh
pengetahuan kami, teori ini belum didukung literatur dan tidak akan menunjukan
respons yang berbeda terhadap n-3 dan n-6, mengingat keduanya adalah asam lemak tak
jenuh jamak. Dalam penelitian ini, kami menemukan odds ratio yang lebih rendah
dalam MGD dengan asupan tinggi n-3, kemungkinan berhubungan dengan penurunan
inflamasi dan peningkatan aliran meibum. Kami juga menemukan bahwa asupan n-6
dalam rentang tertentu (11.33-14.56 g per hari) berhubungan dengan penurunan
frekuensi MGD. Sangat memungkinkan terdapat suatu rentang ideal asupan n-6; namun
mungkin pula jumlah subjek MGD yang lebih sedikit (n=87) dibandingkan subjek non-
MGD (n=232) menyebabkan error tipe I. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk lebih
membuktikan hubungan-hubungan ini dan untuk lebih meneliti mekanisme yang
mendasari hubungan asam lemak omega dengan MGD secara spesifik.

Prevalensi MGD dalam penelitian berbasis populasi telah melaporkan hasil yang
bervariasi, di antara 3.5%-69.3%, dengan jumlah yang lebih sedikit di populasi kulit
putih dan jumlah yang lebih tinggi di populasi Asia.21-26 Dalam sebuah sampel yang

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
15

terdiri dari 398 subjek dari California, 38.9% ditemukan memiliki sekresi meibum yang
berkabut atau tidak ada dari palpebra inferior.27 Dalam analisis kami, kami
mendefinisikan MGD sebagai penurunan kualitas meibum yang relevan secara klinis
dengan nilai 2 dari skala 0-4. Dari 319 subjek dalam analisa MGD/non-MGD, 87
(27.3%) memenuhi kriteria di atas. Subjek kami direkrut dari Ohio, dominan kulit putih,
dan seluruhnya postmenopause, yang menghasilkan prevalensi yang sesuai dengan hasil
penelitian sebelumnya mengenai frekuensi dan/atau prevalensi MGD. Variabilitas
dalam definisi penyakit merupakan masalah dalam literatur epidemiologi MGD dan
DED. Untuk penelitian ini, digunakan algoritma diagnostik sederhana berdasarkan
MGD Workshop tahun 2011. Semua subjek yang memenuhi kriteria untuk MGD
stadium 1 (asimptomatik, tanda klinis berdasarkan ekspresi kelenjar, dan tidak ada stain
permukaan okular), seperti yang dijelaskan dalam Executive Summary28 dianggap
memiliki MGD. Seperti yang dilaporkan Report of the Diagnosis Subcommittee,16
ekspresi kelenjar kebanyakan didasarkan kualitas meibum menggunakan skala serupa
dengan yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini, nilai 1 diterima
sebagai normal, namun nilai >1 dianggap abnormal. Karenanya, kami menggunakan
titik batas ≥2 agar sesuai dengan Report of the MGD Workshop. Meskipun definisi
MGD yang lebih longgar (contoh: kualitas meibum ≥1) akan menghasilkan frekuensi
yang lebih banyak, tujuan kami adalah untuk fokus terhadap signifikasi klinis yang
terdapat pada grade 2 atau lebih.

Analisis ini gagal mencapai hasil yang serupa dengan penelitian Miljanovic dkk
dari Women’s Health Study,9 yang menemukan bahwa perempuan dengan konsumsi n-3
lebih tinggi memiliki resiko lebih rendah untuk DED, sementara perempuan dengan
rasio n-6:n-3 yang lebih tinggi lebih beresiko untuk menderita DED. Penting untuk
diingat bahwa DED tidak dikonfirmasi secara klinis dalam Women’s Health Study, yang
mungkin merupakan salah satu penyebab perbedaan hasil ini. Selain itu, Women’s
Health Initiative adalah penelitian longitudinal, yang memungkinkan penulis untuk
menganalisa insidens DED dalam kurun waktu 4 tahun. Penelitian kami adalah suatu
penelitian kros-seksional, dan karenanya menilai frekuensi DED dan MGD pada
perempuan postmenopause. Terlepas dari perbedaan ini, hasil kami sesuai dengan
penelitian dari Galor dkk.29 Mereka melaporkan bahwa tidak ditemukan efek diet tinggi
asam lemak n-3 dengan DED yang terkonfirmasi klinis dalam sampel 247 laki-laki

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
16

dengan rentang usia 55-95 tahun. Sepanjang pengetahuan penulis, ketiga laporan ini
adalah satu-satunya penelitian yang menganalisa asupan asam lemak omega dengan
menggunakan FFQ yang berbasis komputer dengan membandingkannya dengan DED
dan MGD.

Terdapat 2 perbedaan signifikan dari desain penelitian ketiga studi ini: jenis
kelamin (seluruhnya perempuan dan seluruhnya laki-laki), status menopause (tidak
dispesifikasi dan seluruhnya postmenopause).9,29 Metabolisme lemak diketahui sangat
berbeda diantara jenis kelamin dan pre dan postmenopause.30 Sejauh ini, penelitian
metabolisme lemak dalam kelenjar meibom yang memiliki parameter seperti isi diet,
waktu makan (postprandial dan preprandial), obesitas sentral, jenis kelamin, status
menopause, dan sebagainya sangat tidak memadai.

Meskipun terapi bukanlah topik spesifik dari penelitian ini, kami tidak
melupakan uji klinis yang baru-baru ini berkembang yang menganalisa efikasi asam
lemak omega pada DED. Sejak 2005, tahun dimana data DED dari Women’s Health
Study dipublikasikan, terdapat setidaknya 20 uji klinis yang menganalisa asam lemak
omega pada DED atau kondisi yang terkait DED. Sebuah kajian dari penelitian-
penelitian ini telah dipublikasikan pada 20156; kajian lebih baru berada di luar bahasan
penelitian ini. Perlu diperhatikan bahwa terdapat perbedaan signifikan antar desain
penelitian, misalkan dalam klasifikasi subjek, formulasi terapi, jangka waktu terapi, dan
hasil terapi, yang lebih menyulitkan kemungkinan mereplikasi hasil penelitian dan
menghasilkan kesimpulan yang kuat. Perbedaan yang paling menonjol adalah tidak
adanya standar komposisi n-3 dan n-6 dalam produk yang digunakan, dan tidak adanya
standar untuk plasebo. Penelitian terdahulu umumnya menggunakan produk yang
dominan n-3, dominan n-6, dan memiliki rasio n-6:n-3 yang berbeda-beda. Plasebo
yang digunakan juga bervariasi: fruktosa,31 minyak zaitun, 32,33
trigliserida rantai
sedang, 34-36 minyak benih gandum,37 minyak bunga matahari,38,39 dan minyak jagung.40
Semua produk minyak ini memiliki rasio n-3, n-6, dan/atau n-9, dan karenanya
memiliki efek aktivitas biologis. Tanpa adanya konsistensi dalam desain penelitian dan
plasebo, wajar jika ditemukan hasil yang bervariasi.

Terlepas dari beberapa perbedaan ini, terdapat suatu pola yang menunjukkan
perbaikan status DED atau MGD dalam banyak penelitian, meskipun parameter yang

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
17

menghasilkan perbaikan ini sangat bervariasi. Selain gejala, suplemen asam lemak
omega telah terbukti meningkatkan kadar prostaglandin E1 air mata,31 menurunkan
HLA-DR,35,38 dan ekspresi CD1138, dan menurunkan konsentrasi interleukin (IL)-1β,
IL-6, dan IL-10,41 dimana semuanya memiliki peran dalam mekanisme antiinflamasi
pada permukaan okular. Namun pada umumnya kebanyakan penelitian ini tidak
memperhitungkan bioavabilitas asam lemak omega,42 yang berbeda diantara formula n-
3 dan n-6, dan dapat diestimasikan dengan analisa asam lemak eritrosit. Contohnya,
Epitropoulos dkk melaporkan perbaikan osmolaritas air mata, TBUT, MMP-9, dan skor
OSDI dengan formula minyak ikan yang di esterifikasi ulang, yang dilaporkan memiliki
bioavabilitas lebih tinggi.43 Deinema dkk mengevaluasi perbedaan bentuk fosfolipid
(minyak krill) dan bentuk triasilgliserid (minyak ikan).44 Meski keduanya memiliki efek
terhadap penyakit dibandingkan dengan plasebo, bentuk fosfolipid lebih diketahui
memiliki efek tambahan pada skor OSDI dan kadar IL-17A air mata. Dengan
memperhitungkan bioavibilitas asam lemak, semua temuan klinis dapat dibandingkan
dengan persentasi n-3 (atau n-6) yang ditemukan di membran sel eritrosit, karenanya
dapat menjadi kontrol variabilitas dalam desain penelitian. Penelitian kami juga tidak
memperhitungkan asam lemak eritrosit, karena tujuan utama kami adalah untuk
menganalisa asupan asam lemak omega pada perempuan postmenopause dengan desain
penelitian yang serupa dengan Mijlanovic dkk.9 Kami menyarankan penelitian yang
akan datang untuk memperhitungkan marker ini untuk lebih mengerti efek dari
bioavabilitas.

Untuk lebih memahami mekanisme dasar dan untuk mengontrol perbedaan


variabel diantara subjek, beberapa peneliti telah mempertanyakan pertanyaan yang
serupa, namun dalam model selular preklinik. Sebuah produk human meibomian gland
epithelial cell (HMGEC) yang diawetkan telah dikembangkan.45 Hampel dkk46
menemukan bahwa HMGEC yang diberi dengan asam decosahexaenoid, suatu n-3,
meningkatkan produksi lipid, sedangkan sel epitel kornea tidak menunjukan akumulasi
lipid. Dalam penelitian lain, Liu dkk47 memberikan sel tersebut suplemen n-3, n-6, dan
kombinasi keduanya yang ditemukan meningkatkan produksi lipid netral, suatu
komponen lemak utama dalam meibum manusia. Hasil ini menggambarkan bahwa asam
lemak n-3 dan n-6 bekerja secara langsung dalam meningkatkan produksi lemak
kelenjar meibom. Terlepas dari bukti ini, temuan ini tampaknya tidak bermakna secara

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
18

klinis sehubungan dengan penelitian kami pada perempuan postmenopause. Salah satu
kemungkinan yang menyebabkan perbedaan ini adalah variabilitas antarindividu yang
luas yang menjadi masalah semua penelitian klinis. Kemungkinan lain adalah produk
HMGEC yang berasal dari donor laki-laki, dan seperti yang sudah disebutkan,
metabolisme lemak berbeda antar jenis kelamin.30

Penting untuk mengakui keterbatasan penelitian ini. Kami menggunakan desain


penelitian kros-seksional pada suatu penyakit yang diketahui memiliki variabilitias
tinggi.48,49 Kedua, semua kuesioner yang mensurvei ingatan pola diet individu memiliki
kemungkinan kesalahan yang disebabkan oleh kesengajaan maupun ketidaksengajaan
dalam kekeliruan pelaporan subjek atau pengkajian yang tidak lengkap dari pembuat
survei. Karena kemungkinan kesalahan ini, kami menggunakan VioFFQ,20 sebuah
kuesioner yang dikembangkan berdasarkan FFQ dari Women’s Health Initiative yang
dikembangkan dengan sensitivitas tinggi terhadap asupan lemak.19 Terakhir, pada
penelitian ini osmolaritas air mata hanya diukur satu kali dari mata kanan. Pengumpulan
data terjadi sebelum kami menemukan kegunaan pengukuran berulang 50 dan bilateral51
dari osmolaritas air mata. Penelitian lebih lanjut sebaiknya mempertimbangkan aspek
ini dalam desain penelitian dan analisa statistik.

Kesimpulannya, penelitian sistematik kami mengelompokan asupan asam lemak


omega dari 322 perempuan postmenopause menghasilkan bukti lebih lanjut bahwa
peran asupan n-3 tunggal sebagai faktor protektif DED diragukan. Penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk mereplikasi hasil penelitian kami dan untuk menemukan apakah
suplementasi n-3 atau modulasi asupan n-6 memiliki keuntungan yang lebih besar
dalam MGD secara spesifik.

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
19

CRITICAL APPRAISAL

No Kriteria Ya (+) , tidak ada (-)


1 Jumlah kata dalam judul <12 kata +
2 Deskripsi judul mengambarkan isi utama penelitian, +
menarik dan tanpa singkatan
3 Daftar penulis sesuai aturan jurnal +
4 Korespondensi penulis -
5 Tempat dan waktu penelitian dalam judul -
Judul dan Pengarang

Abstrak

No Kriteria Ya (+), tidak ada (-)

1 Abstrak satu paragraf +

2 Secara keseluruhan informatif +

3 Tanpa singkatan selain yang baku +

4 Kurang dari 250 kata + (155 kata)

Pendahuluan

No Kriteria Ya (+), tidak ada (-)

1 Terdiri dari dua bagian atau dua paragraf -

2 Paragraf pertama mengemukakan alasan dilakukan -


penelitian

3 Paragraf selanjutnya menyatakan hipotesis dan tujuan +


penelitian

4 Didukung oleh pustaka yang relevan +

5 Kurang dari satu halaman -

Metode Penelitian

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
20

No Kriteria Ya (+), tidak ada (-)

1 Jenis dan rancangan penelitian +

2 Waktu dan tempat penelitian -

3 Populasi sumber +

4 Teknik sampling +

5 Kriteria inklusi +

6 Kriteria ekslusi +

7 Perkiraan dan perhitungan besar sampel -

8 Perincian cara penelitian +

9 Uji statistic +

10 Program komputer +

11 Persetujuan subyek +

Hasil

No Kriteria Ya (+), tidak ada (-)

1 Jumlah subjek +

2 Tabel karakteristik subyek -

3 Tabel hasil penelitian -

4 Komentar dan pendapat penulis tentang hasil +

5 Tabel analisis data dengan Kruskal-Wallis -

Diskusi

No Kriteria Ya (+) atau Tidak (-)

1 Pembahasan & kesimpulan dipaparkan terpisah +

2 Pembahasan & kesimpulan dipaparkan dengan jelas +

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
21

3 Pembahasan mengacu dari penelitian sebelumnya +

4 Pembahasan sesuai landasan teori +

5 Keterbatasan penelitian +

6 Simpulan utama +

7 Simpulan berdasarkan hasil penelitian +

8 Saran penelitian +

9 Penulisan daftar pustaka sesuai aturan +

PICO

P (Population) Perempuan postmenopause


I (Intervention) Diet tinggi asam lemak omega-3, konsumsi omega-6 secukupnya
C (Comparative) -
O (Outcome) Penurunan angka kejadian MGD

BUKTI VALID

Pertanyaan
Apakah alokasi pada penelitian ini dilakukan secara acak? Ya
Apakah pengamatan pasien dilakukan secara cukup panjang dan Ya
lengkap?
Apakah semua pasien dalam kelopok yang diacak, dianalisis? Ya
Apakah pasien dan dokter tetap blind dalam melakukan terapi, selain dari -
terapi yang diuji?
Apakah kelompok terapi dan kontrol sama? Ya
Dapat Diterapkan
Apakah pada pasien kita terdapat perbedaan bila dibandingkan dengan Ya
yang terdapat pada penelitian sebelumnya?
Apakah terapi tersebut mungkin dapat diterapkan pada pasien kita? Ya

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
22

Apakah pasien memiliki potensi yang menguntungan atau merugikan Tidak


bila terapi tsb diterapkan?

RESUME JURNAL

Judul Jurnal : Hubungan antara Asupan Asam Lemak Esensial dengan Dry Eye
Diease dan Disfungsi Kelenjar Meibom pada Perempuan
Postmenopause
Latar Belakang : Perempuan postmenopause diketahui memiliki resiko tinggi
menderita DED dan MGD.

Pernyataan Women’s Health Study bahwa rendahnya konsumsi


asam lemak omega-3 dan tingginya rasio omega-6:omega-3
diasosiasikan dengan peningkatan insiden DED.

Tujuan : Tujuan analisis ini adalah untuk menilai apakah konsumsi asam
lemak n-3 dan n-6, dan rasio keduanya, yang dihubungkan
dengan perubahan frekuensi DED atau MGD yang terkonfirmasi
klinis dengan sampel perempuan postmenopause yang besar.
Metodologi : Seleksi dan pengkategorian subjek, kunjungan klinis. Subjek
mengisi kuesioner Ocular Surface Disease Index, Vio Food
Frequency Questionnaire dan dilakukan pemeriksaan klinis
berupa osmolaritas air mata, pemeriksaan permukaan okular dan
kelenjar meibom secara komprehensif dengan slit-lamp
biomikroskopi, tear break-up time (TBUT) floresens, pewarnaan
kornea floresens, pewarnaan konjungtiva lissamine green, uji
Schirmer 1, dan pemeriksaan 10 kelenjar meibom palpebra
inferior.

Hasil : Frekuensi DED dan MGD tetap serupa, terlepas dari jumlah atau
tipe asam lemak omega yang dikonsumsi dalam diet.

Kesimpulan : Peran asupan n-3 tunggal sebagai faktor protektif DED


diragukan. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan
kegunaan suplementasi asam lemak omega-3 atau modulasi

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
23

asupan asam lemak omega-6 terhadap MGD.


Rangkuman dan : Insidens DED dan MGD meningkat pada populasi Asia, dan
Hasil Pembelajaran populasi perempuan postmenopause memiliki resiko tinggi
terhadap penyakit tersebut. Akhir-akhir ini, banyak penelitian
yang mempelajari efek asam lemak omega terhadap DED dan
MGD dengan hasil yang berbeda-beda, sehingga dibutuhkan
penelitian lebih lanjut untuk membuktikan efek tersebut.

Kesimpulan

 Hasil penelitian valid


 Hasil penelitian penting
 Hasil penelitian tidak dapat diterapkan

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
24

DAFTAR ISI

1. Knop E, Knop N, Millar T, Obata H, Sullivan DA. The international workshop on


meibomian gland dysfunction: report of the subcommittee on anatomy, physiology, and
pathophysiology of the meibomian gland. Invest Ophthalmol Vis Sci 2011;52(4):1938–
1978.
2. Bron AJ, Yokoi N, Gaffney EA, Tiffany JM. A solute gradient in the tear meniscus.
II. Implications for lid margin disease, including meibomian gland dysfunction. Ocul
Surf 2011; 9(2):92–97.
3. Horwath-Winter J, Berghold A, Schmut O, et al. Evaluation of the clinical course of
dry eye syndrome. Arch Ophthalmol 2003;121(10):1364–1368.
4. Schaumberg DA, Nichols JJ, Papas EB, Tong L, Uchino M, Nichols KK. The
International Workshop on Meibomian Gland Dysfunction: report of the subcommittee
on the epidemiology of, and associated risk factors for, MGD. Invest Ophthalmol Vis
Sci 2011;52(4):1994–2005.
5. Ding J, Sullivan DA. Aging and dry eye disease. Exp Gerontol 2012;47(7):483–490.
6. Hom MM, Asbell P, Barry B. Omegas and dry eye: more knowledge, more questions.
Optom Vis Sci 2015;92(9): 948–956.
7. Buring JE, Hennekins CH, for the Women’s Health Study Research Group. The
Women’s Health Study: summary of the study design. J Myocardial Ischemia
1992;4:27–29.
8. Buring JE, Hennekins CH, for the Women’s Health Study Research Group. The
Women’s Health Study: rationale and background. J Myocardial Ischemia 1992;4: 30–
40.
9. Miljanovic B, Trivedi KA, Dana MR, Gilbard JP, Buring JE, Schaumberg DA.
Relation between dietary n-3 and n-6 fatty acids and clinically diagnosed dry eye
syndrome in women. Am J Clin Nutr 2005;82(4):887–893.
10. Rosenberg ES, Asbell PA. Essential fatty acids in the treatment of dry eye. Ocul
Surf 2010;8(1):18–28.
11. Wiktorowska-Owczarek A, Berezinska M, Nowak JZ. PUFAs: structures,
metabolism and functions. Adv Clin Exp Med 2015; 24(6):931–941.
12. Schaumberg DA, Sullivan DA, Buring JE, Dana MR. Prevalence of dry eye
syndrome among US women. Am J Ophthalmol 2003;136(2):318–326.

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
25

13. Miller KL, Walt JG, Mink DR, et al. Minimal clinically important difference for the
ocular surface disease index. Arch Ophthalmol 2010;128(1):94–101.
14. Willett W. Nutritional Epidemiology. 2nd ed. New York, NY:Oxford University
Press; 1998.
15. Lemp MA. Report of the National Eye Institute/Industry workshop on Clinical
Trials in Dry Eyes. CLAO J 1995; 21(4):221–232.
16. Tomlinson A, Bron AJ, Korb DR, et al. The international workshop on meibomian
gland dysfunction: report of the diagnosis subcommittee. Invest Ophthalmol Vis Sci
2011; 52(4):2006–2049.
17. The definition and classification of dry eye disease: report of the Definition and
Classification Subcommittee of the International Dry Eye WorkShop (2007). Ocul Surf
2007;5(2): 75–92.
18. Design of the WHI Clinical Trial and Observational Study. Control Clin Trials
1998;19:61–109.
19. Patterson RE, Kristal AR, Tinker LF, Carter RA, Bolton MP, Agurs-Collins T.
Measurement characteristics of the Women’s Health Initiative food frequency
questionnaire. Ann Epidemiol 1999;9(3):178–187.
20. Kristal AR, Kolar AS, Fisher JL, et al. Evaluation of webbased, self-administered,
graphical food frequency questionnaire. J Acad Nutr Diet 2014;114(4):613–621.
21. Schein OD, Munoz B, Tielsch JM, Bandeen-Roche K, West S. Prevalence of dry
eye among the elderly. Am J Ophthalmol 1997;124(6):723–728.
22. McCarty CA, Bansal AK, Livingston PM, Stanislavsky YL, Taylor HR. The
epidemiology of dry eye in Melbourne, Australia. Ophthalmology 1998;105(6):1114–
1119.
23. Lin PY, Tsai SY, Cheng CY, Liu JH, Chou P, Hsu WM. Prevalence of dry eye
among an elderly Chinese population in Taiwan: the Shihpai Eye Study.
Ophthalmology 2003;110(6): 1096–1101.
24. Uchino M, Dogru M, Yagi Y, et al. The features of dry eye disease in a Japanese
elderly population. Optom Vis Sci 2006; 83(11):797–802.
25. Jie Y, Xu L, Wu YY, Jonas JB. Prevalence of dry eye among adult Chinese in the
Beijing Eye Study. Eye (Lond) 2009; 23(3):688–693.
26. Lekhanont K, Rojanaporn D, Chuck RS, Vongthongsri A. Prevalence of dry eye in
Bangkok, Thailand. Cornea 2006; 25(10):1162–1167.

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
26

27. Hom MM, Martinson JR, Knapp LL, Paugh JR. Prevalence of Meibomian gland
dysfunction. Optom Vis Sci 1990;67(9): 710–712.
28. Nichols KK, Foulks GN, Bron AJ, et al. The international workshop on meibomian
gland dysfunction: executive summary. Invest Ophthalmol Vis Sci 2011; 52(4):1922–
1929.
29. Galor A, Gardener H, Pouyeh B, Feuer W, Florez H. Effect of a Mediterranean
dietary pattern and vitamin D levels on Dry Eye syndrome. Cornea 2014;33(5):437–
441.
30. Wang X, Magkos F, Mittendorfer B. Sex differences in lipid and lipoprotein
metabolism: it’s not just about sex hormones. J Clin Endocrinol Metab 2011;96(4):885–
893.
31. Aragona P, Bucolo C, Spinella R, Giuffrida S, Ferreri G. Systemic omega-6
essential fatty acid treatment and pge1 tear content in Sjogren’s syndrome patients.
Invest Ophthalmol Vis Sci 2005;46(12):4474–4479.
32. Macsai MS. The role of omega-3 dietary supplementation in blepharitis and
meibomian gland dysfunction (an AOS thesis). Trans Am Ophthalmol Soc
2008;106:336–356.
33. Kokke KH, Morris JA, Lawrenson JG. Oral omega-6 essential fatty acid treatment
in contact lens associated dry eye. Cont Lens Anterior Eye 2008;31(3):141–146. quiz
170.
34. Larmo PS, Jarvinen RL, Setala NL, et al. Oral sea buckthorn oil attenuates tear film
osmolarity and symptoms in individuals with dry eye. J Nutr 2010;140(8):1462–1468.
35. Brignole-Baudouin F, Baudouin C, Aragona P, et al. A multicentre, double-masked,
randomized, controlled trial assessing the effect of oral supplementation of omega-3 and
omega-6 fatty acids on a conjunctival inflammatory marker in dry eye patients. Acta
Ophthalmol 2011;89(7):e591–e597.
36. Kangari H, Eftekhari MH, Sardari S, et al. Short-term consumption of oral omega-3
and dry eye syndrome. Ophthalmology 2013;120(11):2191–2196.
37. Wojtowicz JC, Butovich I, Uchiyama E, Aronowicz J, Agee S, McCulley JP. Pilot,
prospective, randomized, double-masked, placebo-controlled clinical trial of an omega-
3 supplement for dry eye. Cornea 2011;30(3):308–314.

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
27

38. Sheppard JD Jr, Singh R, McClellan AJ, et al. Long-term supplementation with n-6
and n-3 PUFAs improves moderate-to-severe keratoconjunctivitis sicca: a randomized
double-blind clinical trial. Cornea 2013;32(10):1297–1304.
39. Olenik A, Jimenez-Alfaro I, Alejandre-Alba N, Mahillo-Fernandez I. A randomized,
double-masked study to evaluate the effect of omega-3 fatty acids supplementation in
meibomian gland dysfunction. Clin Interv Aging 2013;8:1133–1138.
40. Bhargava R, Kumar P, Kumar M, Mehra N, Mishra A. A randomized controlled
trial of omega-3 fatty acids in dry eye syndrome. Int J Ophthalmol 2013;6(6):811–816.
41. Pinazo-Duran MD, Galbis-Estrada C, Pons-Vazquez S, Cantu-Dibildox J, Marco-
Ramirez C, Benitez-del-Castillo J. Effects of a nutraceutical formulation based on the
combination of antioxidants and omega-3 essential fatty acids in the expression of
inflammation and immune response mediators in tears from patients with dry eye
disorders. Clin Interv Aging 2013;8:139–148.
42. Gadaria-Rathod N, Dentone PG, Peskin E, Maguire MG, Moser A, Asbell PA. Red
blood cell fatty acid analysis for determining compliance with omega3 supplements in
dry eye disease trials. J Ocul Pharmacol Ther 2013;29(9):837–841.
43. Epitropoulos AT, Donnenfeld ED, Shah ZA, et al. Effect of oral re-esterified
omega-3 nutritional supplementation on dry eyes. Cornea 2016;35(9):1185–1191.
44. Deinema LA, Vingrys AJ, Wong CY, Jackson DC, Chinnery HR, Downie LE. A
randomized, double-masked, placebo-controlled clinical trial of two forms of omega-3
supplements for treating dry eye disease. Ophthalmology 2017; 124(1):43–52.
45. Liu S,HattonMP,Khandelwal P, Sullivan DA.Culture, immortalization, and
characterization of human meibomian gland epithelial cells. Invest Ophthalmol Vis Sci
2010;51(8):3993–4005.
46. Hampel U, Kruger M, Kunnen C, Garreis F, Willcox M, Paulsen F. In vitro effects
of docosahexaenoic and eicosapentaenoic acid on human meibomian gland epithelial
cells. Exp Eye Res 2015;140:139–148.
47. Liu Y, Kam WR, Sullivan DA. Influence of omega 3 and 6 fatty acids on human
meibomian gland epithelial cells. Cornea 2016;35(8):1122–1126.
48. The epidemiology of dry eye disease: report of the Epidemiology Subcommittee of
the International Dry Eye WorkShop (2007). Ocul Surf 2007;5(2):93–107.
49. Design and conduct of clinical trials: report of the Clinical Trials Subcommittee of
the International Dry Eye WorkShop (2007). Ocul Surf 2007;5(2):153–162.

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women
28

50. Keech A, Senchyna M, Jones L. Impact of time between collection and collection
method on human tear fluid osmolarity. Curr Eye Res 2013;38(4):428–436.
51. Bron AJ, Tomlinson A, Foulks GN, et al. Rethinking dry eye disease: a perspective
on clinical implications. Ocul Surf 2014;12(2 Suppl):S1–S31.

Ziemanski JF, Wolters LR, Jones-Jordan L, Nichols JJ, Nichols KK


Relation Between Dietary Essential Fatty Acid Intake and Dry Eye Disease and Meibomian Gland Dysfunction in
Postmenopausal Women

Anda mungkin juga menyukai