Anda di halaman 1dari 29

Sabtu, 04 April 2015

SHALAT SUBUH BERJAMAAH DALAM MENSTIMULASI KEDISIPLINAN


SANTRI (Studi Kasus Di Marhalah Juwairiyah Mambaus Sholihin)

A. Latar Belakang Masalah

Allah menciptakan manusia didunia ini hanyalah untuk menyembah atau beribadah

kepada-Nya. Ketika manusia mengikuti segala yang diperintahkan oleh Allah, dengan

melaksanakan kewajiban yang ditetapkan untuknya dan menghindari yang diharamkan, maka hal

itu adalah kunci untuk memperoleh kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Islam adalah agama

yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada

seluruh umat manusia dimuka bumi ini. Dalam ajaran islam manusia diwajibkan melaksanakan

ibadah yang diatur dengan syariah Islam, dan ibadah yang paling pokok dalam ajaran Islam

adalah melaksanakan rukun Islam, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW

sebagai berikut:

َ‫سو َُل قَا َل‬


ُ ‫صلَّى هللا َر‬ َ َ‫علَيْه‬
َ ُ‫هللا‬ َ ‫سلَّم‬ ْ ‫ع َلى‬
َ ‫ َو‬: ‫سالَ َُم اآل بُنى‬ َ َ‫ش ََها َد َةُ َخ ْمش‬ َْ َ ‫آلَّ الَهََ ََل ا‬
َ ‫ن‬ َ ‫سولُ َهُ ُم َح َّمد َواَنََّ هللا ا‬
َُ ‫َو َر‬

َ‫صالَ َةَ َواَقم‬ َّ َ‫ص ْو َُم ا ْلبَيْتَ َوحج‬


َّ ‫الزكَا َةَ َوا ْيتَاءَ ال‬ َّ ‫سلم ََ و البُ َخرى َر َواهَُ( َر َمضَانََ وال‬
ْ ‫( ُم‬

“Rosulullah bersabda: islam ditegakkan diatas dasar lima (rukun), Syahadat bahwa tiada

tuhan selain Allah dan bahwsanya Muhammad adalah Rosulullah. Menegakkan shalat,

membayar zakat, haji kebaitullah dan puasa ramadhan.”1[1]

Shalat mempunyai kedudukan yang paling utama diantara ibadah-ibadah yang lain, tetapi

akan lebih utama lagi apabila shalat itu dilakukan dengan cara berjamaah, baik dirumah, mushola

ataupun masjid. Shalat jama’ah mempunyai nilai yang lebih, sama nilainya dengan shalat

1[1]
Adib Bisri Mustofa, 1992, Terjemah Shohih Muslim Jilid I. Semarang: CV Asy-Syifa’, hlm. 210
perorangan ditambah 27 (dua puluh tuju) derajat. Sebagimana diriwayatkan Abdullah bin Umar,

bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang shalat berjamaah lebih baik daripada shalat

sendirian, yakni 27 derajat”.2[2] Karena selain pahala yang berlipat ganda, shalat berjamaah juga

akan menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat, karena seseorang tidak akan hidup tanpa

adanya orang lain.

Salah satu shalat yang berat dilaksanakan bagi sebagian besar kaum Muslim dewasa ini,

adalah shalat Subuh secara berjamaah. 3 [3] Untuk dapat melaksanakan shalat subuh, seorang

muslim haruslah selalu bangun pagi-pagi. Bangun pagi bukanlah perkara yang mudah bagi

mereka yang belum terbiasa, apalagi bagi mereka yang suka begadang lebih-lebih kaum muda.

Padahal shalat subuh memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan shalat

lima waktu yang lainnya, apalagi bila shalat subuh dilakukan secara berjama`ah. Sebagaimana

yang di informasikan dalam hadits riwayat imam muslim Rasulullah bersabda, “Barang siapa

yang melaksanakan shalat isya` secara berjama`ah maka ia seperti shalat malam separuh

malam, dan barang siapa yang melaksanakan shalat subuh secara berjama`ah maka ia seperti

shalat malam satu malam penuh”.4[4]

Dengan melakukan sholat subuh berjama’ah tepat waktu berarti kita memulai kehidupan

harian kita lebih awal. Tentu saja banyak waktu tambahan yang bisa kita manfaatkan untuk

melakukan kebaikan. Banyak yang bisa kita lakukan pada waktu subuh untuk menjadikan

kualitas hidup kita lebih baik dan lebih siap. Tentunya bangun lebih awal membuat kita lebih

disiplin. Pelajaran kedisiplinan yang di dapat pada waktu subuh dapat kita terapkan dalam

2[2]
Ibid, hal 178

3[3]
Mohammad Herry, 2005, “ Subuh Berjamaah”, Gatra, edisi khusus lebaran, bulan November, hlm. 74
4[4]
Sabil El Ma’rufie, 2011, Dahsyatnya Sholat Subuh dan Tahajud.Bandung: PT. Mizan Pustaka, hlm. 206
kehidupan kita sehari penuh, dan ini sebuah kebaikan yang kita hadiahkan untuk diri kita

sendiri.5[5]

Sikap hidup seseorang berupa patut dan taat terhadap segala peraturan atau disiplin baik

langsung maupun tidak langsung merupakan suatu cerminan dari kerajinan atau kemalasan

seseorang dalam hal mengerjakan shalat, jika mereka disiplin untuk kemungkinan besar dia itu

yang rajin melaksanakan ibadah shalat.

Mambaus Sholihin merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis pesantren yang

mana salah satu misinya adalah mencetak kader Insan yang berjiwa sosial tinggi dan berjiwa

disiplin, untuk merealisasikan hal tersebut maka dibuatlah peraturan-peraturan yang dapat

menunjang hal tersebut. Misal diharuskannya semua santri untuk melaksanakan sholat maktubah

secara berjama’ah, hal itu merupakan salah satu cara menstimulus santri atau peserta didik untuk

berdisiplin melalui tindakan ubudiyah.

Padahal bangun pagi merupakan salah satu ciri orang disiplin. Sebagai agen perubahan

seharusnya kaum muda jangan sampai tertinggal dalam awal babak perubahan. Sebagaimana

yang diinformasikan oleh Nana W. El-Fariez Dari sini timbulah sebuah kegelisahan intelektual

pada diri peneliti, bagaimana penerapan shalat subuh berjama`ah sebagai salah satu stimulan

disiplin diri? Karena itulah peneliti tertarik untuk meneliti penerapan shalat subuh berjama`ah

sebagai stimulan disiplin diri santri mahasiswa diasrama putri pesantren Mambaus Sholihin.

Untuk mengetahui bagaimana upaya shalat subuh berjama`ah ini berfungsi sebagai salah

satu stimulan disiplin diri santri mahasiswa asrama putri pesantren Mambaus Sholihin. Peneliti

langsung melakukan penelitian lapangan. Subjek dari penelitian ini adalah santri mahasiswa

yang tinggal di asrama putri pesantren Mambaus Sholihin. Untuk pengumpulan data peneliti

5[5] Nana W. El Fariez, 2012, Spirit Subuh mendulang kesuksesan dunia akhirat di waktu subuh,
Yogyakarta: MyBook, hlm 41
menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian data-data yang telah

terkumpul itu di analisis menggunakan metode analisis deskriptif Kualitatif.

Berdasarkan dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk mengambil judul “SHALAT

SUBUH BERJAMAAH DALAM MENSTIMULAN KEDISIPLINAN SANTRI (Studi Kasus

Di Marhalah Juwairiyah Mambaus Sholihin) ”.

A. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini akan dibatasi pada penerapan ibadah shalat subuh berjama’ah, yang

mana Shalat subuh memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan shalat lima waktu

yang lainnya, apalagi bila shalat subuh dilakukan secara berjama`ah. Sebagaimana yang di

sebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim Rasulullah bersabda, :

َ ‫ح في َج َماعَةَ فَ َكأَنَّ َما‬


ُ‫صلَّى اللَّ ْي ََل ُكلَّ َه‬ ََ ‫ص َّلى الص ْب‬ ََ ‫صلَّى ا ْلعشَا ََء في َج َماعَةَ فَ َكأ َ َّن َما قَا ََم نص‬
َْ ‫ْف اللَّيْلَ َو َم‬
َ ‫ن‬ َْ ‫َم‬
َ ‫ن‬

“Barang siapa yang melaksanakan shalat isya` secara berjama`ah maka ia seperti

shalat malam separuh malam, dan barang siapa yang melaksanakan shalat subuh secara

berjama`ah maka ia seperti shalat malam satu malam penuh.” (HR. Muslim).6[6]

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

Bagaimana shalat subuh berjama`ah dalam menstimulan kedisiplinan santri Marhalah

Juwairiyah diasrama putri Mambaus Sholihin?

6[6]
Albani, Ringkasan Shahih , hlm. 656
C. Tujuan Penelitian

Berpijak pada rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam

peneletian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana shalat subuh berjama`ah dalam menstimulan

kedisiplinan santri Marhalah Juwairiyah diasrama putri Mambaus Sholihin.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu membawa manfaat bagi:

1) Bagi penulis dapat mempraktekkan pengetahuan dan melatih diri dalam penelitian yang bersifat

alamiah.

2) Menambah keilmuan penulis dalam meningkatkan wacana tentang shalat berjama’ah.

3) Bagi pengasuh, sebagai bahan informasi mengenai keadaan santri atau perilaku santri dalam

kaitanya dengan shalat yang dilakukan.

4) Sebagai salah satu latihan pendisiplinan dalam diri santri

5) Sebagai bahan pertimbangan santri untuk menjalankan program (shalat berjamaah) yang ada

sehingga ketika diluar pondok akan terbiasa.

6) Sebagai pelaksanaan tugas studi difakultas Tarbiyah INKAFA Suci Manyar Gresik guna

memenuhi dan melengkapi persyaratan untuk memenuhi gelar kesarjanaan agama bidang

pendidikan .

B. Penelitia terdahulu

Dari hasil penelusuran yang dilakukan penulis terhadap literatur yang membahas tentang

subuh berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan, dapat penulis paparkan sebagai berikut:
Skripsi karya Imroatus Sholikah NIM: 9321.056.07 Program studi Pendidikan Agama

Islam Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri Tahun 2010

berjudul “Pengaruh Shalat Subuh Berjamaah Terhadap Kedisiplinan Shalat Santri Di Pondok

Pesantren Sirojul Ulum Semanding Pare Kediri .” Dalam skripsi ini Imroatus Sholikah

menyimpulkan bahwasanya ada pengaruh yang signifikan pada sholat subuh berjamaah dalam

meningkatkan kedisiplinan santri.

C. Kajian Teori

1. Shubuh

a. Shalat Subuh

Subuh berasal dari kata Shobuha-yashbuhu-ishbahan wa shobihan. Shobuha artinya

adalah cahaya yang bersinar dan menawan, sedang ishbah adalah waktu pagi. Subuh dinamakan

subhan karena ia menggabungkan antara warna putih dan merah sekaligus.7[7]

Di dalam Al-Qur’an Allah SWT dengan jelas memerintahkan umat manusia untuk

melaksanakan sholat, tetapi disana sholat subuh di sebut secara khusus, yakni dalam firman-Nya:

َْ ‫َوقُ ْرآنَ َا ْلفَجْ رَإنَّ َ َقُ ْرآنَ َاَْلفَجْ رَكَانَ َ َم‬


َ‫ش ُهودا‬ َ ‫سقَاللَّيْل‬
َ ‫غ‬ َّ ‫أَقمَال‬
َ َ‫صالَةََل ُدلُوكَالش َّْمسَإ َلى‬

“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan

(dirikanlah pula shalat) subuh . Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS.

Al-Israa’ [17] : 78)”8[8]

7[7] Imad Ali Abdus Sami Husain, 2006, Keajaiban Sholat subuh, penerjemah; Muhammad Syedayet, tt. :
Wacana Ilmu Press hlm. 25-26

8[8] Ibid, hlm. 41


Ini adalah perintah dari Allah SWT, Dzat yang Maha Pencipta dan Maha Suci Allah

untuk melaksanakan sholat. Akan tetapi Allah SWT mengkhususkan sholat subuh dengan

memberikan pujian yang lebih, yaitu sholat subuh ini di saksikan oleh malaikat-malaikat Allah

Sang Maha Pengasih.

b. Waktu Shubuh

Waktu sholat subuh yaitu mulai munculnya fajar shidiq hingga siang mulai membuka

cahaya (usfur) menurut waktu ikhtiyar, atau hingga terbitnya matahari menurut waktu

jawaz.9[9]Artinya shalat subuh dimulai sejak menyingsingnya fajar, atau redupnya bintang karena

cahaya matahari hingga mulai nampak terbitnya matahari.

Sebagaiman termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Muddassir [74] ayat 34yang artinya “Dan

subuh apabila mulai terang” dan disebutkan juga dalam surat Al-An’am [6] ayat 96 yang artinya

“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan)

matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha

Mengetahui.”

c. Anjuran Berjamaah Subuh


Sebagimana diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari ra beliau berkata: Telah menceritakan

kepada kami Abdullah ibn Yusuf yang berkata: Telah mengabarkan kepada kami Malik, dari

Nafi’, dari Abdullah ibn Umar ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Shalat berjama’ah lebih

utama dibandingkan shalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat”.10[10]

Karena selain pahala yang berlipat ganda, shalat berjamaah juga akan menumbuhkan rasa

kebersamaan yang kuat, karena seseorang tidak akan hidup tanpa adanya orang lain.

9[9]
Rafiudin, Bimbingan Sholat Lengkap Wajib dan Sunah, Jakarta: SALAM 1999.Hlm, 69

10[10]
Isnatin Ulfah, 2009, Fikih Ibadah, Ponorogo :STAIN Po Press, hlm. 82
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim Rasulullah bersabda, :

َ ‫ح في َج َماعَةَ فَ َكأَنَّ َما‬


ُ‫صلَّى اللَّ ْي ََل ُكلَّ َه‬ ََ ‫ص َّلى الص ْب‬ ََ ‫صلَّى ا ْلعشَا ََء في َج َماعَةَ فَ َكأ َ َّن َما قَا ََم نص‬
َْ ‫ْف اللَّيْلَ َو َم‬
َ ‫ن‬ َْ ‫َم‬
َ ‫ن‬

“Barang siapa yang melaksanakan shalat isya` secara berjama`ah maka ia seperti

shalat malam separuh malam, dan barang siapa yang melaksanakan shalat subuh secara

berjama`ah maka ia seperti shalat malam satu malam penuh.” (HR. Muslim).11[11]

Jelaslah sudah bahwasanya, Rosululah sangat mengajurkan berjamaah terlebih lagi pada

sholat isyak dan subuh.

d. Keutamaan Shalat Subuh

Diantara keutamaan sholat shubuh adalah sebagai berikut:

1) Jamaah shalat Subuh dipersaksikan oleh malaikat.12[12]

2) Mendapatkan berkah dari Allah SWT. 13[13]

3) Mendapatkan cahaya yang sempurna pada hari Kiamat.

4) Berada dalam jaminan Allah SWT.14[14]

5) Dibebaskan dari sifat orang munafik.15[15]

6) Mendapatkan ganjaran shalat malam sepenuh waktunya.16[16]

7) Keselamatan dari siksa Neraka.17[17]

8) Penyebab masuk surga.18[18]

11[11]
Albani., Ringkasan Shahih , hlm. 656

12[12] El Ma’rufie, Dahsyatnya Sholat, hlm. 158

13[13] Ibid, hlm. 171

14[14] Ibid, hlm. 204-205

15[15] Ibid, hlm. 205

16[16] Ibid, hlm. 206

17[17]Husain, Keajaiban Sholat , hlm. 59


9) Melihat Allah SWT pada hari Kiamat nanti.19[19]

10) Kunci kemenangan.20[20]

2. Kedisiplinan

a. Pengertian Kedisiplinan

Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” dibentuk kata benda, dengan awalan ke- dan

akhiran –an, yaitu : kedisiplinan, yang artinya suatu hal yang membuat manusia untuk

melakukan sesuatu yang berhubungan dengan kehendak-kehendak langsung, dorongan-dorongan

keinginan atau kepentingan-kepentingan kepada suatu cita-cita tujuan tertentu untuk mencapai

efek yang lebih besar.21[21] Istilah disiplin ini berasal dari dari bahasa latin “Disciplina” yang

menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Sedangkan dalam istilah bahsa inggris adalah

“Discipline” yang berarti : 1) tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri. 2)

latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau

karakter moral. 3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki. 4) kumpulan atau

sisitem-sistem peraturan bagi tingkah laku.22[22]

Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yangdipercaya termasuk

melakukan pekerjaan tertentu yang dirasakan menjadi tanggung jawab.

18[18] Ibid, hlm. 64

18 Ibid, hlm. 68

20[20] Ibid, hlm. 75


21[21]
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1993, hlm.
278

22[22]
Tulus Tu’u. 2004, Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grafindo, hlm.20
Pengertian Disiplin ini menurut para Ahli Disiplin diartikan berbeda-beda menurut

beberapa pandangan. Di bawah ini akan disajikan beberapa pendapat yang membahas mengenai

disiplin:

Menurut Prijodarminto disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui

proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

keteraturan dan keterikatan.23[23]

Menurut Maman Rachman disiplin merupakani upaya mengendalikan diri dan sikap

mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap

peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam

hatinya.24[24]

Menurut Ekosiswoyo dan Rachman, disiplin hakikatnya adalah pernyataan sikap mental

individu ataupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang di dukung oleh

kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.25[25]

Menurut Shochib, disiplin diri dimaksudkan sebagai keteraturan perilaku berdasarkan nilai

moral yang telah mempribadi dalam dirinya tanpa tekanan maupun dorongan dari faktor

eksternal.26[26]

Menurut Ahmad Ghozali, disiplin dalam islam disebut istiqoomah yaitu teguh pendirian

dan patuh dalam tauhid serta tetap beramal sholih. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bagi orang-

23[23]
Ibid, hlm.31

24[24]
Ibid, hlm. 32
25[25]
Ibid, hlm. 97
26[26]
Ibid, hlm. 16
20
Masduki ,2008, Pengaruh Pendidikan Kepramukaan Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa. Gresik:
INKAFA press, hlm. 19
orang yang beristiqomah tidak akan ada rasa khawatir dan sedih, karena benar-benar meyakini

kebenaran islam. Allah SWT telah memberikan balasan yang setimpal atas istiqomah dalam

keimanan dan kegunaannya berupa kebahagiaan di dunia dan akhirat.27[27]

Dari pendapat para ahli tersebut, penulis menyimpulkan pengertian disiplin diri dalam

penelitian ini adalah sikap perilaku individu dalam melakukan kegiatan maupun kewajiban

dalam kehidupan berdasarkan pada moral, aturan dan agama yang dilakukan dengan sadar dan

teratur tanpa paksaan. Baik perilaku tersebut dituangkan dalam kehidupan keluarga, sekolah dan

masyarakat. Jadi siswa atau santri di katakan disiplin diri jika siswa atau santri dalam bersikap

dan berperilaku sesuai dengan nilai moral, peraturan dan agama yang ada. Karena disiplin

mencakup totalitas gerak rohani dan jasmani masa yang konsisten terus menerus tunduk dan

patuh melaksanakan segala perintah maupun peraturan. Totalitas kepatuhan meliputi niat, akal

pikiran, kata-kata dan perbuatan setiap insan.

b. Perlunya Kedisiplinan.

Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun mereka berada. Ini disebabkan karena

dimanapun seseorang berada, yang selalu ada adalah peraturan dan tata tertib. Apabila disiplin

diabaikan, maka akan menimbulkan banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena

itu, dan tercipta perilaku yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di lingkungannya.

Keyakinan bahwa anak-anak memerlukan kedisiplinan sudah ada sejak dahulu, akan

tetapi terdapat perubahan dalam sikap mengenai alasan mereka memerlukannya. Pada masa lalu,

yang dianggap perlu adalah untuk menjamin anak menganut standar yang ditetapkan masyarakat

dan harus dipatuhi oleh anak agar tidak ditolak oleh masyarakat. Sekarang setelah diterima
bahwa anak membutuhkan disiplin bila ingin bahagia dan menjadi orang yang baik. Melalui

disiplinlah mereka dapat belajar berperilaku dengan cara diterima masyarakat dan sebagai

hasilnya diterima oleh anggota kelompok sosial mereka.

Disiplin perlu untuk perkembangan anak karena ia harus memenuhi beberapa

kebutuhannya. Dengan demikian disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi

dari berbagai kebutuhan yang diisi oleh disiplin, diantaranya adalah sebagai berikut:

1) Disiplin memberi rasa aman pada anak dengan memberitahukan apa yang baik dan apa yang

tidak baik.

2) Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani dalam pengambilan keputusan

pengendalian perilaku.

3) Disiplin yang sesuai dengan perkembangannya berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang

mendorong anak untuk mencapai apa yang diharapkan.

4) Dengan disiplin anak akan belajar bersikap menurut cara yang akan ditafsirkan sebagai tanda

kasih sayang dan penerimaan. Hal ini merupakan esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan

bahagia.

5) Disiplin diperlukan anak untuk hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan

memperoleh persetujuan sosial.28[28]

c. Terbentuknya Disiplin.

Pada umumnya orang biasa mengacu konsep disiplin yang bertentangan, yaitu dengan

memakai istilah positif dan negatif. Konsep positif dari disiplin sama dengan pendidikan dan

bimbingan karena menekankan pada pertumbuhan di dalamnya yaitu menanamkan nilai-nilai

28[28]
Shochib, 2004, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak untuk Mengembangkan Disiplin Diri, Jakarta: PT
Rineke Cipta, hlm.76
moral pada individu dan memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin diri dan

pengendalian diri ini kemudian akan melahirkan motivasi dari dalam. Sedangkan dalam konsep

negatif disiplin diartikan sebagai pengendalian dengan kekuasaan luar, yang biasanya diterapkan

secara sembarangan. Ini merupakan bentuk pengekangan melalui cara yang tidak disukai dan

menyakitkan bagi anak dengan kata lain adalah hukuman.

Senada dengan uraian diatas dalam bukunya Hurlock menyatakan bahwa disiplin negatif

memperbesar ketidak matangan individu, sedangkan disiplin positif menumbuhkan kematangan.

Disiplin negatif akan membawa hasil yang lebih baik dibandingkan disiplin negatif.

Bagi umat islam, Al-Qur’an merupakan kumpulan dari perintah-perintah dan larangan-

larangan (peraturan) yang harus dipatuhi oleh umat-Nya. Sebagaimana yang di jelaskan didalam

Al-Qur’an

‫ن ِل َر ِبِّ ُك ْْم ا ْست َ ِجيبُوا‬ ِْ ‫ن قَ ْب‬


ْْ ‫ل ِم‬ َْ ‫ل يَ ْومْ يَأ ْ ِت‬
ْْ َ ‫ي أ‬ ْْ ‫ن لَ ُك ْْم َو َما َي ْو َمئِذْ َم ْل َجإْ ِم‬
ْ َ ْ‫ن لَ ُك ْْم ۚ َما ال ِْه ِمنَْ لَ ْهُ َم َرد‬ ْْ ‫نَ ِكيرْ ِم‬

“Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat

ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak

(pula) dapat mengingkari (dosa-dosamu).” ( Surat As-Syura [] : 47)

Dan sebagaimana juga dikisahkan tentang kepatuhan dan ketundukan Nabi Ibrohim

kepada Tuhan-Nya yang termaktub dalam Al-Qur’an

ْ َ ‫سل ْمَقَالََأ‬
ََ‫سلَ ْمتُ َل َربَا ْل َعالَمين‬ ْ َ ‫َربهَُأ‬
َ ُ‫إ ْذَقَالََلَه‬

“Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: “Tunduk patuhlah!” Ibrahim menjawab: “Aku

tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” (Surat Al-Baqarah [2] : 131).29[29]

29[29]
Abdur Rohman Sholeh, 2005, Pendidikan Agama Dan Pembangunan Watak Bangsa, Jakarta: PT Raja Grafindo,
hlm. 56
Banyak sekali kandungan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan agar umat manusia

taat, patuh dan tunduk (disiplin) terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh

Tuhannya sebagaimana telah termaktub dalam ayat Al-Qur’an diatas.

d. Fungsi Disiplin.

Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa ataupun santri. Disiplin menjadi

prasyarat bagi pembentukan sikap disiplin, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin, yang akan

mengantar seorang siswa atau santri dalam menggapai kesuksesan belajar maupun bekerja kelak

dikemudian hari. Karena fungsi dari disiplin diantaranya adalah sebagai:

1) Membangun kepribadian

2) Melatih Kepribadian

3) Menciptakan Lingkungan Kondusif

Menurut Singgih D. Gunarsa, fungsi disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri

dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas, sehingga kepribadian yang baikdapat

melekat pada diri siswa.

e. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Disiplin.

Menurut Santoso faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan itu ada 5 macam, yaitu:

1) Pengaruh dari dalam

Pengaruh dari dalam diri sendiri misalnya karena kesadaran dan kemauan untuk disiplin dan

pengaruh ini dapat disebabkan karena tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimilikinya.

2) Kesadaran

Dengan kesadaran seseorang yang melakukan pekerjaan berat akan terasa ringan dan terasa tidak

terbebani. Kesadaran akan pentingnya disiplin akan membuat siswa tidak terbebani untuk

melakukan perbuatan disiplin.


3) Kemauan berbuat disiplin

Dimana ada kemauan disitu ada jalan, begitu pepatah mengatakan. Maka hanya dengan kemauan

untuk melakukan disiplin, seorang siswa akan disiplin dalam melakukan segala tugas dan

pekerjaannya.

4) Pengetahuan

Dengan pengetahuan seorang siswa akan memahami apa yang baik buat dirinya. Dengan

demikian seseorang yang berpengetahuan akan lebih memahami soal kedisiplinan yang dengan

kedisiplinan tersebut akan mengantarkannya untuk meraih cita-cita.

5) Pengaruh dari luar

Adapun pengaruh dari luar misalnya ada larangan, perintah, pujian dan sebagainya yang

kesemuanya itu akan mendorong seseorang berbuat disiplin.30[30]

f. Macam-macam Disiplin

Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang

mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku.

Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan

tanpa pamrih. Adapun macam-macam bentuk kedisiplinan adalah sebagai berikut:

1) Disiplin Diri

2) Disiplin dalam beribadah

3) Disiplin Sosial

4) Disiplin Nasional

5) Disiplin dalam penggunaan Waktu

3. Marhalah Juwairiyah

30[30]
Suryadi, 2006, Kiat Jitu Dalam Mendidik Anak, Jakarta: Edsa Mahkota, hlm. 70
Marhalah berasal dari bahasa arab yang artinya adalah komplek. Disini peneliti

menggunakan istilah marhalah karena dalam tatanan lokasi yang peneliti teliti menggunakan

istilah Marhalah dalam menyebutkan komplek. Disini Marhalah Juawairiyah adalah komplek

yang di huni oleh santri mahasiswa INKAFA yang bernaung di bawah yayasan Mambaus

Sholihin.

4. Shalat Subuh Berjamaah Dalam Menstimulan Kedisiplinan Santri.

Amalan siang yang tidak akan diterima diwaktu malam dan amalan malam yang tidak

akan diterima diwaktu siang adalah shalat. Dari sini jelaslah bahwa seseorang harus disiplin

dalam shalatnya, bahwa tidak ada alasan apapun yang membenarkan seseorang untuk

meninggalkan shalat karena kesibukan, yakni dengan mengakhirkan, memajukan, mengganti

atau mengundurkan waktu pelaksanaanya ketika sudah tiba waktunya mereka harus bergegas

untuk menjalankannya.

Sebagai salah satu lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia pondok pesantren yang

secara fisik yang mempunyai sarana utama dalam melaksanakan ibadah. Yang dalam proses

interaksi sosialnya mempunyai karakteristik pendidikan yang melahirkan kegotong royongan,

semangat tolong-menolong, jiwa kesatuan dalam jamaah, semangat mematuhi ketentuan

(disiplin) dan sebagainya.

Pada dasarnya dalam setiap individu terdapat tiga aspek yang mendorong nya untuk

berlaku disiplin. Pertama, pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma, yang

menumbuhkan kesadaran dan ketaatan pada peraturan, norma, kriteria atau standar, yang

merupakan syarat untuk mencapai keberhasilan. Kedua, sikap mental, yang merupakan sikap taat

dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan penendalian

watak. Ketiga, perilaku yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala
hal secara cermat dan tertib. Karena santri atau peserta didik yang belajar dipondok pesantren

tersebut secara tidak langsung harus mematuhi peraturan dan ketentuan yang telah dibuat

didalamnya. Akibat dari sikap tersebut, maka dari para santri akan muncul suatu sikap yang taat,

disiplin dan tertib terhadap kelangsungan hidupnya.

Senada dengan pernyataan diatas dalam bukunya Nana W. el Fariez mengatakan

bahwasanya salah satu cara untuk merangsang kedisiplinan adalah dengan melakukan sholat

subuh berjama’ah tepat waktu. Karena dengan menjalankan sholat subuh tepat waktu berarti kita

memulai kehidupan harian kita lebih awal. Banyak yang bisa kita lakukan pada waktu subuh

untuk menjadikan kualitas hidup kita lebih baik dan lebih siap. Tentunya bangun lebih awal

membuat kita lebih disiplin. Pelajaran kedisiplinan yang di dapat pada waktu subuh dapat kita

terapkan dalam kehidupan kita sehari penuh, dan ini sebuah kebaikan yang kita hadiahkan untuk

diri kita sendiri.31[31]

Subuh merupakan momen untuk memulai perubahan dan menyongsong kemenangan.

Maka barang siapa terlelap pada waktu subuh atau terbiasa bangun kesiangan (tidak disiplin),

maka ia akan tergilas oleh perubahan itu sendiri.32[32] Sungguh ironi, bagaimana mungkin islam

akan jaya bila diperjuangkan oleh orang-orang yang melalaikan (tidak disiplin) syari’at-Nya.

Dan bagaimana mungkin bangsa ini akan maju jika para penerusnya tidak memiliki jiwa disiplin.

Dari uraian diatas tercermin bahwa dengan mengetahui keutamaan, peran sholat subuh

berjama’ah dalam kehidupan mendatang serta menerapkan shalat subuh berjamaah inilah santri

atau peserta didik akan terangsang untuk berdisiplin.

31[31] Nana W. El Fariez, 2012, Spirit Subuh mendulang kesuksesan dunia akhirat di waktu subuh,
Yogyakarta: MyBook, hlm 41

32[32] Ibid, hlm. 40


D. Metode Penelitian

Di sini akan diuraikan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, ini ditujukan agar

peneliti dapat memperoleh informasi secara detail mengenai efektivitas sholat shubuh berjamaah

dalam meningkatkan kedisiplinan santri di Marhalah Juwairiyah pondok pesantren Mambaus

Sholihin Suci-Manyar-Gresik. Dengan pendekatan ini, memungkinkan peneliti untuk

memperoleh data-data yang bersumber dari Roisah Ammah, pengurus harian di Marhalah

Juwairiyah serta para santri mahasiswa, sehingga peneliti bisa menghasilkan data deskriptif

sebagai salah satu acuan dalam penelitian skripsi ini.

Sedang metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Dengan metode

deskriptif, peneliti menghimpun data, menyusunnya secara sistematis, faktual dan cermat.

2. Kehadiran Peneliti

Dalam penelitian ini kehadiran peneliti bertindak sebagai instrumen yang mana seorang

peneliti berfungsi sebagai orang yang menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat,

tertib dan leluasa juga sekaligus berfungsi sebagai pengumpul data.

3. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini penulis akan mengadakan penelitian yang berlokasi di marhalah

Juwairiyah yaitu komplek mahasiswi di dalam pondok pesantren Mambaus Sholihin Suci-

Manyar-Gresik.

Sumber Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data skunder.

a) Data Primer
Data yang diperoleh dengan metode wawancara mendalam atau in-depth interview dipergunakan

untuk memperoleh data dengan metode wawancara dengan narasumber yang akan diwawancarai.

b) Data Sekunder

Data ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan

diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian.33[33]

4. Prosedur Pengumpulan Data

Adapun prosedur pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

a) Metode Observasi

Peneliti menggunakan metode observasi ini untuk mengumpulkan data tentang gambaran untuk

obyek penelitian.

b) Metode Wawancara

Metode wawancara ini di gunakan untuk mengumpulkan data mengenai sholat subuh berjamaah

dalam meningkatkan kedisiplinan santri di Marhalah Juwairiyah Mambaus Sholihin.

c) Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yang pertama, dokumen internal,

yaitu dokumen yang dihasilkan dari institusi tersebut, ini berupa data tentang sejarah, letak

geografis pesantren Mambaus Sholihin, mengetahui struktur dan sarana prasarana yang ada di

pesantren Mambaus Sholihin. Sedang kedua adalah dokumen eksternal berupa literatur yang

berhubungan dengan kajian peneliti, yang dalam hal ini berupa kajian pustaka tentang sholat

subuh berjama’ah kaitannya dengan stimulan santri untuk berdisiplin.

Nana W. El Fariez mengatakan dalam bukunya yang berjudul Spirit Subuh Mendulang

Kesuksesan Dunia Akhirat Di Waktu Subuh, bahwasanya Subuh merupakan momen untuk

33[33]
Danim Sudarman, 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif , Bandung: Pustaka Setia, hlm. 102
memulai perubahan dan menyongsong kemenangan. Maka barang siapa terlelap pada waktu

subuh atau terbiasa bangun kesiangan (tidak disiplin), maka ia akan tergilas oleh perubahan itu

sendiri. Dari pernyataan diatas jelaslah bahwasanya subuh berjamaah melatih kita untuk

berdisiplin. Karena hanya orang yang disiplinlah yang akan menuai sukses di dunia dan akhirat.

Dalam sebuah buku wacana yang berjudul Semangat Pagi Semangat Perubahan dikatakan

bahwasanya bangun pagi merupakan latihan kedisiplinan yang memiliki kekuatan untuk

mengubah hidup menuju lebih baik. Artinya dengan menerapkan sholat subuh secara berjama’ah

dan kontinu maka akan merangsang orang untuk berdisiplin. Karena bangun pagi adalah indikasi

dari disiplin.

5. Metode Analisis Data

Dalam menganalisis data yang disajikan, penulis menggunakan analisis kualitatif yang

menggunakan proses:

a) Induktif.

Disini peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara

alami, mencatat, menganalisis, menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-

kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan,

sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks

lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk konsep,

prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada.

Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan.34[34]

b) Deskriptif

34[34]
Prasetya Bambang dan Lina Miftahul Jannah, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Raja Grafindo
persada, hlm. 169
Peneliti berusaha mempelajari masalah-masalah dalam pesantren, serta tata cara yang berlaku

serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, serta

proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Disini peneliti

berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.35[35]

6. Pengecekan Keabsahan Temuan

Dalam penelitian ini untuk mengetahui keabsahan suatu data, terdapat empat kriteria yang

perlu diperhatikan, yaitu; (1) derajat kepercayan (credibility), (2) keteralihan (transferability),

(3) kebergantungan (dependability), (4) kepastian (confirmability).36[36]

7. Tahap-tahap Penelitian

Adapun tahapan dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa tahapan sebagai

berikut:

a. Memilih topik kajian

b. Instrumentasi

c. Pelaksanaan penelitian

d. Pengelolaan data

e. Hasil penelitian

35[35]
Moloeng Lexy J, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Cet Kedua puluh satu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
hlm. 209

36[36]
Lexy Moleong, Metodologi penelitian…, hal. 324.
I. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan sistematika pembahasan yang terdiri dari

enam bab dengan rincian sebagai berikut:

BAB I : Pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,

tujuan penelitian, manfaat penelitian dan penelitian terdahulu.

BAB II : Pada bab ini diberisikan tentang kajian teori yang di dalamnya di bahas tentang

efektivitas sholat subuh berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan santri di marhalah

Juwairiyah Mambaus Sholihin.

BAB III : Menyajikan data penelitian, berupa deskripsi data berkenaan dengan variabel yang

diteliti secara objektif dalam arti tidak tercampur dengan opini penulis

BAB IV : Bab ini berisi tentang paparan data dari pengamatan, hasil wawancara, serta deskripsi

informan lainnya. Temuan penelitian dari hasil aanalisis data di sajkan dalam bentuk pola, tema

kecenderugan, kategori, karakteristik, klasifikasi dan sejenisnya.

BAB V : Bab ini berisi tentang pembahasan terhadap hasil yang didapat guna mendapatkan

kesimpulan.

BAB VI : Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan berisi

saran-saran yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti.


J. DAFTAR PUSTAKA

Achmad Sunarto dan Syamsusin Noor. 2005.Himpunan Shahih Bukhari, Jakarta: An-Nur.
Albani (Al), Nashiruddin, M. 2005. Ringkasan Shahih Muslim. Jakarta: GEMA INSANI.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Atifah, Nur, T. 2006. “Hubungan Tingkat Kedisiplinan Dengan Prestasi Belajar”. Skripsi. Semarang:
UIN Press
Danim Sudarman. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif , Bandung: Pustaka Setia.
Depag RI.2007. Al-Qur’an dan Terjemahnya Perkata Jakarta: Syaamil Al-Qur’an
Departemen Pendidikan dan kebudayaan.1993.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
EB, Hurlock. 1993. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

El-Fariez, Nana W. 2012. Spirit Subuh Mendulang Kesuksesan Dunia Akhirat Di Waktu Subuh.
Yogyakarta : MyBooks

El Ma’rufie, Sabil,2011. Dahsyatnya Sholat Subuh dan Tahajud. Bandung: PT. Mizan Pustaka

Hadjar, Ibnu1999. Dasar Metodologi Penelitian Kulitatif Dalam Pendidikan. Jakarta :Raja Grafindo
Persada.
Hariyanto. 2003.Psikologi Sholat. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Hariwijaya. M dan Bisri M. Djaelani. 2004. Teknik Menulis Skripsi dan Thesis. Yogyakarta : Zenith
Publisher
Herry, Mohammad. 2005. “Subuh Berjamaah”. Gatra. Jakarta, edisi khusus lebaran, bulan November
Husain, Imad Ali Abdus Sami. 2006. Keajaiban Sholat Subuh. Penerjemah: Muhammad Syedayet. Solo
: Wacana Insan Press

Kawatja, Soegarda Poerda. 1982. Ensiklopedia pendidikan. Jakarta : Gunung Agung.

Mahali, Mudjab, Ahmad. 2003. Hadis-Hadis Ahkam Riwayat Syafi’i. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Malibari (Al), Asy-Syekh Zainuddin, Abdul aziz. T.th, Fath Al-Mu'in. Terjemahan. Abul Hiyadh.
Surabaya: AL HIDAYAH.
Masduki. 2008. “Pengaruh Pendidikan Kepramukaan Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa”.
Skripsi. Gresik: Inkafa Press.
Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi.
Mustofa, Adib Bisri. 1992. Terjemah Shohih Muslim Jilid I. Semarang: CV Asy-Syifa’.
Moloeng, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Cet Kedua puluh satu. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nasution, Lamhuddin. 1995. Fiqh Ibadah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Prasetya, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja
Grafindo persada.
Rafiudin, 1999. Bimbingan Sholat Lengkap Wajib dan Sunah. Jakarta: SALAM.
Rosjid, Sulaiman . 1986. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Singgih D Gunarso. 2000. Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta: PT Gunung Mulia.
Shochib.2004. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak untuk Mengembangkan Disiplin Diri.
Jakarta: PT Rineke Cipta.
Sholeh Abdur Rohman. 2005. Pendidikan Agama Dan Pembangunan Watak Bangsa. Jakarta: PT Raja
Grafindo.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.


Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Suryadi. 2006. Kiat Jitu Dalam Mendidik Anak. Jakarta: Edsa Mahkota.
Tu’u Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grafindo.
Tim Penyusun. 2015. Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi. Gresik: Inkafa Press.
Ulfah, Isnatin. 2009. Fikih Ibadah. Ponorogo: STAIN Po Press.

Diposkan oleh EL YASSA di 22.04


Reaksi:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

.
.
Ada kesalahan di dalam gadget ini

Google+ Badge
Total Tayangan Laman

18,345

Translate

Powered by Translate

Langganan

Pos

Komentar

Laman
 amazon.com
 Beranda
 inkafa.co.id
 Mambaus Sholihin
 IRSADA Putri
 Mitra HCS

Arsip Blog
 April (1)
 Maret (2)
 Februari (4)
 Desember (13)
 September (3)
 Juli (3)
 Desember (3)

.
.

.
.

.
Google+ Followers
.
. .

.
.
St. Muyassaroh. Template Perjalanan. Gambar template oleh fpm. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai