Allah menciptakan manusia didunia ini hanyalah untuk menyembah atau beribadah
kepada-Nya. Ketika manusia mengikuti segala yang diperintahkan oleh Allah, dengan
melaksanakan kewajiban yang ditetapkan untuknya dan menghindari yang diharamkan, maka hal
itu adalah kunci untuk memperoleh kebahagiaan di dunia maupun akhirat. Islam adalah agama
yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada
seluruh umat manusia dimuka bumi ini. Dalam ajaran islam manusia diwajibkan melaksanakan
ibadah yang diatur dengan syariah Islam, dan ibadah yang paling pokok dalam ajaran Islam
adalah melaksanakan rukun Islam, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Rasulullah SAW
sebagai berikut:
“Rosulullah bersabda: islam ditegakkan diatas dasar lima (rukun), Syahadat bahwa tiada
tuhan selain Allah dan bahwsanya Muhammad adalah Rosulullah. Menegakkan shalat,
Shalat mempunyai kedudukan yang paling utama diantara ibadah-ibadah yang lain, tetapi
akan lebih utama lagi apabila shalat itu dilakukan dengan cara berjamaah, baik dirumah, mushola
ataupun masjid. Shalat jama’ah mempunyai nilai yang lebih, sama nilainya dengan shalat
1[1]
Adib Bisri Mustofa, 1992, Terjemah Shohih Muslim Jilid I. Semarang: CV Asy-Syifa’, hlm. 210
perorangan ditambah 27 (dua puluh tuju) derajat. Sebagimana diriwayatkan Abdullah bin Umar,
bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang shalat berjamaah lebih baik daripada shalat
sendirian, yakni 27 derajat”.2[2] Karena selain pahala yang berlipat ganda, shalat berjamaah juga
akan menumbuhkan rasa kebersamaan yang kuat, karena seseorang tidak akan hidup tanpa
Salah satu shalat yang berat dilaksanakan bagi sebagian besar kaum Muslim dewasa ini,
adalah shalat Subuh secara berjamaah. 3 [3] Untuk dapat melaksanakan shalat subuh, seorang
muslim haruslah selalu bangun pagi-pagi. Bangun pagi bukanlah perkara yang mudah bagi
mereka yang belum terbiasa, apalagi bagi mereka yang suka begadang lebih-lebih kaum muda.
Padahal shalat subuh memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan shalat
lima waktu yang lainnya, apalagi bila shalat subuh dilakukan secara berjama`ah. Sebagaimana
yang di informasikan dalam hadits riwayat imam muslim Rasulullah bersabda, “Barang siapa
yang melaksanakan shalat isya` secara berjama`ah maka ia seperti shalat malam separuh
malam, dan barang siapa yang melaksanakan shalat subuh secara berjama`ah maka ia seperti
Dengan melakukan sholat subuh berjama’ah tepat waktu berarti kita memulai kehidupan
harian kita lebih awal. Tentu saja banyak waktu tambahan yang bisa kita manfaatkan untuk
melakukan kebaikan. Banyak yang bisa kita lakukan pada waktu subuh untuk menjadikan
kualitas hidup kita lebih baik dan lebih siap. Tentunya bangun lebih awal membuat kita lebih
disiplin. Pelajaran kedisiplinan yang di dapat pada waktu subuh dapat kita terapkan dalam
2[2]
Ibid, hal 178
3[3]
Mohammad Herry, 2005, “ Subuh Berjamaah”, Gatra, edisi khusus lebaran, bulan November, hlm. 74
4[4]
Sabil El Ma’rufie, 2011, Dahsyatnya Sholat Subuh dan Tahajud.Bandung: PT. Mizan Pustaka, hlm. 206
kehidupan kita sehari penuh, dan ini sebuah kebaikan yang kita hadiahkan untuk diri kita
sendiri.5[5]
Sikap hidup seseorang berupa patut dan taat terhadap segala peraturan atau disiplin baik
langsung maupun tidak langsung merupakan suatu cerminan dari kerajinan atau kemalasan
seseorang dalam hal mengerjakan shalat, jika mereka disiplin untuk kemungkinan besar dia itu
Mambaus Sholihin merupakan salah satu lembaga pendidikan berbasis pesantren yang
mana salah satu misinya adalah mencetak kader Insan yang berjiwa sosial tinggi dan berjiwa
disiplin, untuk merealisasikan hal tersebut maka dibuatlah peraturan-peraturan yang dapat
menunjang hal tersebut. Misal diharuskannya semua santri untuk melaksanakan sholat maktubah
secara berjama’ah, hal itu merupakan salah satu cara menstimulus santri atau peserta didik untuk
Padahal bangun pagi merupakan salah satu ciri orang disiplin. Sebagai agen perubahan
seharusnya kaum muda jangan sampai tertinggal dalam awal babak perubahan. Sebagaimana
yang diinformasikan oleh Nana W. El-Fariez Dari sini timbulah sebuah kegelisahan intelektual
pada diri peneliti, bagaimana penerapan shalat subuh berjama`ah sebagai salah satu stimulan
disiplin diri? Karena itulah peneliti tertarik untuk meneliti penerapan shalat subuh berjama`ah
sebagai stimulan disiplin diri santri mahasiswa diasrama putri pesantren Mambaus Sholihin.
Untuk mengetahui bagaimana upaya shalat subuh berjama`ah ini berfungsi sebagai salah
satu stimulan disiplin diri santri mahasiswa asrama putri pesantren Mambaus Sholihin. Peneliti
langsung melakukan penelitian lapangan. Subjek dari penelitian ini adalah santri mahasiswa
yang tinggal di asrama putri pesantren Mambaus Sholihin. Untuk pengumpulan data peneliti
5[5] Nana W. El Fariez, 2012, Spirit Subuh mendulang kesuksesan dunia akhirat di waktu subuh,
Yogyakarta: MyBook, hlm 41
menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi kemudian data-data yang telah
Berdasarkan dari latar belakang inilah penulis tertarik untuk mengambil judul “SHALAT
A. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini akan dibatasi pada penerapan ibadah shalat subuh berjama’ah, yang
mana Shalat subuh memiliki nilai yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan shalat lima waktu
yang lainnya, apalagi bila shalat subuh dilakukan secara berjama`ah. Sebagaimana yang di
sebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim Rasulullah bersabda, :
“Barang siapa yang melaksanakan shalat isya` secara berjama`ah maka ia seperti
shalat malam separuh malam, dan barang siapa yang melaksanakan shalat subuh secara
berjama`ah maka ia seperti shalat malam satu malam penuh.” (HR. Muslim).6[6]
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut:
6[6]
Albani, Ringkasan Shahih , hlm. 656
C. Tujuan Penelitian
Berpijak pada rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan yang akan dicapai dalam
peneletian ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana shalat subuh berjama`ah dalam menstimulan
D. Manfaat Penelitian
1) Bagi penulis dapat mempraktekkan pengetahuan dan melatih diri dalam penelitian yang bersifat
alamiah.
3) Bagi pengasuh, sebagai bahan informasi mengenai keadaan santri atau perilaku santri dalam
5) Sebagai bahan pertimbangan santri untuk menjalankan program (shalat berjamaah) yang ada
6) Sebagai pelaksanaan tugas studi difakultas Tarbiyah INKAFA Suci Manyar Gresik guna
memenuhi dan melengkapi persyaratan untuk memenuhi gelar kesarjanaan agama bidang
pendidikan .
B. Penelitia terdahulu
Dari hasil penelusuran yang dilakukan penulis terhadap literatur yang membahas tentang
subuh berjamaah dalam meningkatkan kedisiplinan, dapat penulis paparkan sebagai berikut:
Skripsi karya Imroatus Sholikah NIM: 9321.056.07 Program studi Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kediri Tahun 2010
berjudul “Pengaruh Shalat Subuh Berjamaah Terhadap Kedisiplinan Shalat Santri Di Pondok
Pesantren Sirojul Ulum Semanding Pare Kediri .” Dalam skripsi ini Imroatus Sholikah
menyimpulkan bahwasanya ada pengaruh yang signifikan pada sholat subuh berjamaah dalam
C. Kajian Teori
1. Shubuh
a. Shalat Subuh
adalah cahaya yang bersinar dan menawan, sedang ishbah adalah waktu pagi. Subuh dinamakan
Di dalam Al-Qur’an Allah SWT dengan jelas memerintahkan umat manusia untuk
melaksanakan sholat, tetapi disana sholat subuh di sebut secara khusus, yakni dalam firman-Nya:
“Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan
(dirikanlah pula shalat) subuh . Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat). (QS.
7[7] Imad Ali Abdus Sami Husain, 2006, Keajaiban Sholat subuh, penerjemah; Muhammad Syedayet, tt. :
Wacana Ilmu Press hlm. 25-26
untuk melaksanakan sholat. Akan tetapi Allah SWT mengkhususkan sholat subuh dengan
memberikan pujian yang lebih, yaitu sholat subuh ini di saksikan oleh malaikat-malaikat Allah
b. Waktu Shubuh
Waktu sholat subuh yaitu mulai munculnya fajar shidiq hingga siang mulai membuka
cahaya (usfur) menurut waktu ikhtiyar, atau hingga terbitnya matahari menurut waktu
jawaz.9[9]Artinya shalat subuh dimulai sejak menyingsingnya fajar, atau redupnya bintang karena
Sebagaiman termaktub dalam Al-Qur’an surat Al-Muddassir [74] ayat 34yang artinya “Dan
subuh apabila mulai terang” dan disebutkan juga dalam surat Al-An’am [6] ayat 96 yang artinya
“Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan)
matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha
Mengetahui.”
kepada kami Abdullah ibn Yusuf yang berkata: Telah mengabarkan kepada kami Malik, dari
Nafi’, dari Abdullah ibn Umar ra, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Shalat berjama’ah lebih
Karena selain pahala yang berlipat ganda, shalat berjamaah juga akan menumbuhkan rasa
kebersamaan yang kuat, karena seseorang tidak akan hidup tanpa adanya orang lain.
9[9]
Rafiudin, Bimbingan Sholat Lengkap Wajib dan Sunah, Jakarta: SALAM 1999.Hlm, 69
10[10]
Isnatin Ulfah, 2009, Fikih Ibadah, Ponorogo :STAIN Po Press, hlm. 82
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam muslim Rasulullah bersabda, :
“Barang siapa yang melaksanakan shalat isya` secara berjama`ah maka ia seperti
shalat malam separuh malam, dan barang siapa yang melaksanakan shalat subuh secara
berjama`ah maka ia seperti shalat malam satu malam penuh.” (HR. Muslim).11[11]
Jelaslah sudah bahwasanya, Rosululah sangat mengajurkan berjamaah terlebih lagi pada
11[11]
Albani., Ringkasan Shahih , hlm. 656
2. Kedisiplinan
a. Pengertian Kedisiplinan
Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” dibentuk kata benda, dengan awalan ke- dan
akhiran –an, yaitu : kedisiplinan, yang artinya suatu hal yang membuat manusia untuk
keinginan atau kepentingan-kepentingan kepada suatu cita-cita tujuan tertentu untuk mencapai
efek yang lebih besar.21[21] Istilah disiplin ini berasal dari dari bahasa latin “Disciplina” yang
menunjuk pada kegiatan belajar dan mengajar. Sedangkan dalam istilah bahsa inggris adalah
“Discipline” yang berarti : 1) tertib, taat atau mengendalikan tingkah laku, penguasaan diri. 2)
latihan membentuk, meluruskan atau menyempurnakan sesuatu, sebagai kemampuan mental atau
karakter moral. 3) hukuman yang diberikan untuk melatih atau memperbaiki. 4) kumpulan atau
Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap nilai-nilai yangdipercaya termasuk
18 Ibid, hlm. 68
22[22]
Tulus Tu’u. 2004, Peran Disiplin Pada Perilaku Dan Prestasi Siswa. Jakarta: Grafindo, hlm.20
Pengertian Disiplin ini menurut para Ahli Disiplin diartikan berbeda-beda menurut
beberapa pandangan. Di bawah ini akan disajikan beberapa pendapat yang membahas mengenai
disiplin:
Menurut Prijodarminto disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui
proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,
Menurut Maman Rachman disiplin merupakani upaya mengendalikan diri dan sikap
mental individu atau masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap
peraturan dan tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran yang muncul dari dalam
hatinya.24[24]
Menurut Ekosiswoyo dan Rachman, disiplin hakikatnya adalah pernyataan sikap mental
individu ataupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang di dukung oleh
kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.25[25]
Menurut Shochib, disiplin diri dimaksudkan sebagai keteraturan perilaku berdasarkan nilai
moral yang telah mempribadi dalam dirinya tanpa tekanan maupun dorongan dari faktor
eksternal.26[26]
Menurut Ahmad Ghozali, disiplin dalam islam disebut istiqoomah yaitu teguh pendirian
dan patuh dalam tauhid serta tetap beramal sholih. Di dalam Al-Qur’an disebutkan bagi orang-
23[23]
Ibid, hlm.31
24[24]
Ibid, hlm. 32
25[25]
Ibid, hlm. 97
26[26]
Ibid, hlm. 16
20
Masduki ,2008, Pengaruh Pendidikan Kepramukaan Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa. Gresik:
INKAFA press, hlm. 19
orang yang beristiqomah tidak akan ada rasa khawatir dan sedih, karena benar-benar meyakini
kebenaran islam. Allah SWT telah memberikan balasan yang setimpal atas istiqomah dalam
Dari pendapat para ahli tersebut, penulis menyimpulkan pengertian disiplin diri dalam
penelitian ini adalah sikap perilaku individu dalam melakukan kegiatan maupun kewajiban
dalam kehidupan berdasarkan pada moral, aturan dan agama yang dilakukan dengan sadar dan
teratur tanpa paksaan. Baik perilaku tersebut dituangkan dalam kehidupan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Jadi siswa atau santri di katakan disiplin diri jika siswa atau santri dalam bersikap
dan berperilaku sesuai dengan nilai moral, peraturan dan agama yang ada. Karena disiplin
mencakup totalitas gerak rohani dan jasmani masa yang konsisten terus menerus tunduk dan
patuh melaksanakan segala perintah maupun peraturan. Totalitas kepatuhan meliputi niat, akal
b. Perlunya Kedisiplinan.
Disiplin diperlukan oleh siapapun dan dimanapun mereka berada. Ini disebabkan karena
dimanapun seseorang berada, yang selalu ada adalah peraturan dan tata tertib. Apabila disiplin
diabaikan, maka akan menimbulkan banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena
itu, dan tercipta perilaku yang tidak sesuai dengan peraturan yang berlaku di lingkungannya.
Keyakinan bahwa anak-anak memerlukan kedisiplinan sudah ada sejak dahulu, akan
tetapi terdapat perubahan dalam sikap mengenai alasan mereka memerlukannya. Pada masa lalu,
yang dianggap perlu adalah untuk menjamin anak menganut standar yang ditetapkan masyarakat
dan harus dipatuhi oleh anak agar tidak ditolak oleh masyarakat. Sekarang setelah diterima
bahwa anak membutuhkan disiplin bila ingin bahagia dan menjadi orang yang baik. Melalui
disiplinlah mereka dapat belajar berperilaku dengan cara diterima masyarakat dan sebagai
dari berbagai kebutuhan yang diisi oleh disiplin, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Disiplin memberi rasa aman pada anak dengan memberitahukan apa yang baik dan apa yang
tidak baik.
pengendalian perilaku.
3) Disiplin yang sesuai dengan perkembangannya berfungsi sebagai motivasi pendorong ego yang
4) Dengan disiplin anak akan belajar bersikap menurut cara yang akan ditafsirkan sebagai tanda
kasih sayang dan penerimaan. Hal ini merupakan esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan
bahagia.
5) Disiplin diperlukan anak untuk hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan
c. Terbentuknya Disiplin.
Pada umumnya orang biasa mengacu konsep disiplin yang bertentangan, yaitu dengan
memakai istilah positif dan negatif. Konsep positif dari disiplin sama dengan pendidikan dan
28[28]
Shochib, 2004, Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak untuk Mengembangkan Disiplin Diri, Jakarta: PT
Rineke Cipta, hlm.76
moral pada individu dan memberikan contoh dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin diri dan
pengendalian diri ini kemudian akan melahirkan motivasi dari dalam. Sedangkan dalam konsep
negatif disiplin diartikan sebagai pengendalian dengan kekuasaan luar, yang biasanya diterapkan
secara sembarangan. Ini merupakan bentuk pengekangan melalui cara yang tidak disukai dan
Senada dengan uraian diatas dalam bukunya Hurlock menyatakan bahwa disiplin negatif
Disiplin negatif akan membawa hasil yang lebih baik dibandingkan disiplin negatif.
Bagi umat islam, Al-Qur’an merupakan kumpulan dari perintah-perintah dan larangan-
larangan (peraturan) yang harus dipatuhi oleh umat-Nya. Sebagaimana yang di jelaskan didalam
Al-Qur’an
“Patuhilah seruan Tuhanmu sebelum datang dari Allah suatu hari yang tidak dapat
ditolak kedatangannya. Kamu tidak memperoleh tempat berlindung pada hari itu dan tidak
Dan sebagaimana juga dikisahkan tentang kepatuhan dan ketundukan Nabi Ibrohim
ْ َ سل ْمَقَالََأ
ََسلَ ْمتُ َل َربَا ْل َعالَمين ْ َ َربهَُأ
َ ُإ ْذَقَالََلَه
tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam.” (Surat Al-Baqarah [2] : 131).29[29]
29[29]
Abdur Rohman Sholeh, 2005, Pendidikan Agama Dan Pembangunan Watak Bangsa, Jakarta: PT Raja Grafindo,
hlm. 56
Banyak sekali kandungan ayat-ayat Al-Qur’an yang mengisyaratkan agar umat manusia
taat, patuh dan tunduk (disiplin) terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh
d. Fungsi Disiplin.
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap siswa ataupun santri. Disiplin menjadi
prasyarat bagi pembentukan sikap disiplin, perilaku dan tata kehidupan berdisiplin, yang akan
mengantar seorang siswa atau santri dalam menggapai kesuksesan belajar maupun bekerja kelak
1) Membangun kepribadian
2) Melatih Kepribadian
Menurut Singgih D. Gunarsa, fungsi disiplin adalah untuk mengajar mengendalikan diri
dengan mudah, menghormati dan mematuhi otoritas, sehingga kepribadian yang baikdapat
Menurut Santoso faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan itu ada 5 macam, yaitu:
Pengaruh dari dalam diri sendiri misalnya karena kesadaran dan kemauan untuk disiplin dan
pengaruh ini dapat disebabkan karena tingkat pendidikan dan pengetahuan yang dimilikinya.
2) Kesadaran
Dengan kesadaran seseorang yang melakukan pekerjaan berat akan terasa ringan dan terasa tidak
terbebani. Kesadaran akan pentingnya disiplin akan membuat siswa tidak terbebani untuk
Dimana ada kemauan disitu ada jalan, begitu pepatah mengatakan. Maka hanya dengan kemauan
untuk melakukan disiplin, seorang siswa akan disiplin dalam melakukan segala tugas dan
pekerjaannya.
4) Pengetahuan
Dengan pengetahuan seorang siswa akan memahami apa yang baik buat dirinya. Dengan
demikian seseorang yang berpengetahuan akan lebih memahami soal kedisiplinan yang dengan
Adapun pengaruh dari luar misalnya ada larangan, perintah, pujian dan sebagainya yang
f. Macam-macam Disiplin
Disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang
mengharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah dan peraturan yang berlaku.
Dengan kata lain, disiplin adalah sikap menaati peraturan dan ketentuan yang telah ditetapkan
1) Disiplin Diri
3) Disiplin Sosial
4) Disiplin Nasional
3. Marhalah Juwairiyah
30[30]
Suryadi, 2006, Kiat Jitu Dalam Mendidik Anak, Jakarta: Edsa Mahkota, hlm. 70
Marhalah berasal dari bahasa arab yang artinya adalah komplek. Disini peneliti
menggunakan istilah marhalah karena dalam tatanan lokasi yang peneliti teliti menggunakan
istilah Marhalah dalam menyebutkan komplek. Disini Marhalah Juawairiyah adalah komplek
yang di huni oleh santri mahasiswa INKAFA yang bernaung di bawah yayasan Mambaus
Sholihin.
Amalan siang yang tidak akan diterima diwaktu malam dan amalan malam yang tidak
akan diterima diwaktu siang adalah shalat. Dari sini jelaslah bahwa seseorang harus disiplin
dalam shalatnya, bahwa tidak ada alasan apapun yang membenarkan seseorang untuk
atau mengundurkan waktu pelaksanaanya ketika sudah tiba waktunya mereka harus bergegas
untuk menjalankannya.
Sebagai salah satu lembaga pendidikan islam tertua di Indonesia pondok pesantren yang
secara fisik yang mempunyai sarana utama dalam melaksanakan ibadah. Yang dalam proses
Pada dasarnya dalam setiap individu terdapat tiga aspek yang mendorong nya untuk
berlaku disiplin. Pertama, pemahaman yang baik mengenai sistem aturan dan norma, yang
menumbuhkan kesadaran dan ketaatan pada peraturan, norma, kriteria atau standar, yang
merupakan syarat untuk mencapai keberhasilan. Kedua, sikap mental, yang merupakan sikap taat
dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan penendalian
watak. Ketiga, perilaku yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala
hal secara cermat dan tertib. Karena santri atau peserta didik yang belajar dipondok pesantren
tersebut secara tidak langsung harus mematuhi peraturan dan ketentuan yang telah dibuat
didalamnya. Akibat dari sikap tersebut, maka dari para santri akan muncul suatu sikap yang taat,
bahwasanya salah satu cara untuk merangsang kedisiplinan adalah dengan melakukan sholat
subuh berjama’ah tepat waktu. Karena dengan menjalankan sholat subuh tepat waktu berarti kita
memulai kehidupan harian kita lebih awal. Banyak yang bisa kita lakukan pada waktu subuh
untuk menjadikan kualitas hidup kita lebih baik dan lebih siap. Tentunya bangun lebih awal
membuat kita lebih disiplin. Pelajaran kedisiplinan yang di dapat pada waktu subuh dapat kita
terapkan dalam kehidupan kita sehari penuh, dan ini sebuah kebaikan yang kita hadiahkan untuk
Maka barang siapa terlelap pada waktu subuh atau terbiasa bangun kesiangan (tidak disiplin),
maka ia akan tergilas oleh perubahan itu sendiri.32[32] Sungguh ironi, bagaimana mungkin islam
akan jaya bila diperjuangkan oleh orang-orang yang melalaikan (tidak disiplin) syari’at-Nya.
Dan bagaimana mungkin bangsa ini akan maju jika para penerusnya tidak memiliki jiwa disiplin.
Dari uraian diatas tercermin bahwa dengan mengetahui keutamaan, peran sholat subuh
berjama’ah dalam kehidupan mendatang serta menerapkan shalat subuh berjamaah inilah santri
31[31] Nana W. El Fariez, 2012, Spirit Subuh mendulang kesuksesan dunia akhirat di waktu subuh,
Yogyakarta: MyBook, hlm 41
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, ini ditujukan agar
peneliti dapat memperoleh informasi secara detail mengenai efektivitas sholat shubuh berjamaah
memperoleh data-data yang bersumber dari Roisah Ammah, pengurus harian di Marhalah
Juwairiyah serta para santri mahasiswa, sehingga peneliti bisa menghasilkan data deskriptif
Sedang metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif. Dengan metode
deskriptif, peneliti menghimpun data, menyusunnya secara sistematis, faktual dan cermat.
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini kehadiran peneliti bertindak sebagai instrumen yang mana seorang
peneliti berfungsi sebagai orang yang menelaah dan mengeksplorasi seluruh ruang secara cermat,
3. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini penulis akan mengadakan penelitian yang berlokasi di marhalah
Juwairiyah yaitu komplek mahasiswi di dalam pondok pesantren Mambaus Sholihin Suci-
Manyar-Gresik.
Sumber Data
Data yang akan digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data skunder.
a) Data Primer
Data yang diperoleh dengan metode wawancara mendalam atau in-depth interview dipergunakan
untuk memperoleh data dengan metode wawancara dengan narasumber yang akan diwawancarai.
b) Data Sekunder
Data ini diperoleh dengan menggunakan studi literatur yang dilakukan terhadap banyak buku dan
Adapun prosedur pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :
a) Metode Observasi
Peneliti menggunakan metode observasi ini untuk mengumpulkan data tentang gambaran untuk
obyek penelitian.
b) Metode Wawancara
Metode wawancara ini di gunakan untuk mengumpulkan data mengenai sholat subuh berjamaah
c) Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yang pertama, dokumen internal,
yaitu dokumen yang dihasilkan dari institusi tersebut, ini berupa data tentang sejarah, letak
geografis pesantren Mambaus Sholihin, mengetahui struktur dan sarana prasarana yang ada di
pesantren Mambaus Sholihin. Sedang kedua adalah dokumen eksternal berupa literatur yang
berhubungan dengan kajian peneliti, yang dalam hal ini berupa kajian pustaka tentang sholat
Nana W. El Fariez mengatakan dalam bukunya yang berjudul Spirit Subuh Mendulang
Kesuksesan Dunia Akhirat Di Waktu Subuh, bahwasanya Subuh merupakan momen untuk
33[33]
Danim Sudarman, 2002, Menjadi Peneliti Kualitatif , Bandung: Pustaka Setia, hlm. 102
memulai perubahan dan menyongsong kemenangan. Maka barang siapa terlelap pada waktu
subuh atau terbiasa bangun kesiangan (tidak disiplin), maka ia akan tergilas oleh perubahan itu
sendiri. Dari pernyataan diatas jelaslah bahwasanya subuh berjamaah melatih kita untuk
berdisiplin. Karena hanya orang yang disiplinlah yang akan menuai sukses di dunia dan akhirat.
Dalam sebuah buku wacana yang berjudul Semangat Pagi Semangat Perubahan dikatakan
bahwasanya bangun pagi merupakan latihan kedisiplinan yang memiliki kekuatan untuk
mengubah hidup menuju lebih baik. Artinya dengan menerapkan sholat subuh secara berjama’ah
dan kontinu maka akan merangsang orang untuk berdisiplin. Karena bangun pagi adalah indikasi
dari disiplin.
Dalam menganalisis data yang disajikan, penulis menggunakan analisis kualitatif yang
menggunakan proses:
a) Induktif.
Disini peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau penemuan yang tenjadi secara
kesimpulan dari proses tersebut. Kesimpulan atau generalisasi kepada lebih luas tidak dilakukan,
sebab proses yang sama dalam konteks lingkungan tertentu, tidak mungkin sama dalam konteks
lingkungan yang lain baik waktu maupun tempat. Temuan penelitian dalam bentuk konsep,
prinsip, hukum, teori dibangun dan dikembangkan dari lapangan bukan dari teori yang telah ada.
Prosesnya induktif yaitu dari data yang terpisah namun saling berkaitan.34[34]
b) Deskriptif
34[34]
Prasetya Bambang dan Lina Miftahul Jannah, 2005, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta : Raja Grafindo
persada, hlm. 169
Peneliti berusaha mempelajari masalah-masalah dalam pesantren, serta tata cara yang berlaku
serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan kegiatan, sikap, pandangan, serta
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena. Disini peneliti
berusaha menggambarkan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya.35[35]
Dalam penelitian ini untuk mengetahui keabsahan suatu data, terdapat empat kriteria yang
perlu diperhatikan, yaitu; (1) derajat kepercayan (credibility), (2) keteralihan (transferability),
7. Tahap-tahap Penelitian
Adapun tahapan dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa tahapan sebagai
berikut:
b. Instrumentasi
c. Pelaksanaan penelitian
d. Pengelolaan data
e. Hasil penelitian
35[35]
Moloeng Lexy J, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Cet Kedua puluh satu, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
hlm. 209
36[36]
Lexy Moleong, Metodologi penelitian…, hal. 324.
I. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan skripsi ini peneliti menggunakan sistematika pembahasan yang terdiri dari
BAB I : Pada bab ini membahas latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
BAB II : Pada bab ini diberisikan tentang kajian teori yang di dalamnya di bahas tentang
BAB III : Menyajikan data penelitian, berupa deskripsi data berkenaan dengan variabel yang
diteliti secara objektif dalam arti tidak tercampur dengan opini penulis
BAB IV : Bab ini berisi tentang paparan data dari pengamatan, hasil wawancara, serta deskripsi
informan lainnya. Temuan penelitian dari hasil aanalisis data di sajkan dalam bentuk pola, tema
BAB V : Bab ini berisi tentang pembahasan terhadap hasil yang didapat guna mendapatkan
kesimpulan.
BAB VI : Bab ini berisi kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan berisi
Achmad Sunarto dan Syamsusin Noor. 2005.Himpunan Shahih Bukhari, Jakarta: An-Nur.
Albani (Al), Nashiruddin, M. 2005. Ringkasan Shahih Muslim. Jakarta: GEMA INSANI.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Atifah, Nur, T. 2006. “Hubungan Tingkat Kedisiplinan Dengan Prestasi Belajar”. Skripsi. Semarang:
UIN Press
Danim Sudarman. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif , Bandung: Pustaka Setia.
Depag RI.2007. Al-Qur’an dan Terjemahnya Perkata Jakarta: Syaamil Al-Qur’an
Departemen Pendidikan dan kebudayaan.1993.Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
EB, Hurlock. 1993. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.
El-Fariez, Nana W. 2012. Spirit Subuh Mendulang Kesuksesan Dunia Akhirat Di Waktu Subuh.
Yogyakarta : MyBooks
El Ma’rufie, Sabil,2011. Dahsyatnya Sholat Subuh dan Tahajud. Bandung: PT. Mizan Pustaka
Hadjar, Ibnu1999. Dasar Metodologi Penelitian Kulitatif Dalam Pendidikan. Jakarta :Raja Grafindo
Persada.
Hariyanto. 2003.Psikologi Sholat. Yogyakarta: Mitra Pustaka.
Hariwijaya. M dan Bisri M. Djaelani. 2004. Teknik Menulis Skripsi dan Thesis. Yogyakarta : Zenith
Publisher
Herry, Mohammad. 2005. “Subuh Berjamaah”. Gatra. Jakarta, edisi khusus lebaran, bulan November
Husain, Imad Ali Abdus Sami. 2006. Keajaiban Sholat Subuh. Penerjemah: Muhammad Syedayet. Solo
: Wacana Insan Press
Mahali, Mudjab, Ahmad. 2003. Hadis-Hadis Ahkam Riwayat Syafi’i. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Malibari (Al), Asy-Syekh Zainuddin, Abdul aziz. T.th, Fath Al-Mu'in. Terjemahan. Abul Hiyadh.
Surabaya: AL HIDAYAH.
Masduki. 2008. “Pengaruh Pendidikan Kepramukaan Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa”.
Skripsi. Gresik: Inkafa Press.
Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi.
Mustofa, Adib Bisri. 1992. Terjemah Shohih Muslim Jilid I. Semarang: CV Asy-Syifa’.
Moloeng, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif, Cet Kedua puluh satu. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Nasution, Lamhuddin. 1995. Fiqh Ibadah. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Prasetya, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Raja
Grafindo persada.
Rafiudin, 1999. Bimbingan Sholat Lengkap Wajib dan Sunah. Jakarta: SALAM.
Rosjid, Sulaiman . 1986. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Singgih D Gunarso. 2000. Psikologi Untuk Membimbing. Jakarta: PT Gunung Mulia.
Shochib.2004. Pola Asuh Orang Tua dalam Membantu Anak untuk Mengembangkan Disiplin Diri.
Jakarta: PT Rineke Cipta.
Sholeh Abdur Rohman. 2005. Pendidikan Agama Dan Pembangunan Watak Bangsa. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Poskan Komentar
.
.
Ada kesalahan di dalam gadget ini
Google+ Badge
Total Tayangan Laman
18,345
Translate
Powered by Translate
Langganan
Pos
Komentar
Laman
amazon.com
Beranda
inkafa.co.id
Mambaus Sholihin
IRSADA Putri
Mitra HCS
Arsip Blog
April (1)
Maret (2)
Februari (4)
Desember (13)
September (3)
Juli (3)
Desember (3)
.
.
.
.
.
Google+ Followers
.
. .
.
.
St. Muyassaroh. Template Perjalanan. Gambar template oleh fpm. Diberdayakan oleh Blogger.