Anda di halaman 1dari 64

SATUAN ACARA PENYULUHAN SAP HIPERTENSI

PRE PLANNING PENYULUHAN HIPERTENSI

A. Latar Belakang

Berdasarkan pendataan yang dilakukan oleh mahasiswa terhadap 269 KK di RW. 11


Kelurahan Maleber Kecamatan Andir, terdapat 25 orang dari 108 orang penduduk lansia
menderita penyakit hipertensi . Angka kejadian ini dikhawatirkan menjadi meningkat karena
masyarakat belum memahami tentang pengertian, penyebab, tanda dan gejala , perawatan,
pengobatan hipertensi.
Untuk menanggulangi masalah tersebut diatas perlu diadakan penyuluhan kesehatan
mengenai Hipertensi kepada lansia supaya angka kejadian penyakit tidak terus meningkat dan
bisa terkontrol secara optimal.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Terselenggaranya penyuluhan tentang Hipertensi

2. Tujuan Khusus
- Masyarakat mengetahui tentang Pengertian hipertensi, Penyebab hipertensi, Tanda dan gejala
hipertensi, Pencegahan dan perawatan hipertensi, Jenis makanan
- Angka kejadian Hipertensi tidak meningkat

C. Sasaran

Masyarakat RW. 11 (lansia) Kelurahan Maleber, Kecamatan Andir Bandung

D. Strategi Pelaksanaan

- Menjelaskan tentang Pengertian hipertensi, Penyebab hipertensi, Tanda dan gejala hipertensi,
Pencegahan dan perawatan hipertensi
- Jenis makanan
- Diskusi dan tanya jawab
- Mengevaluasi tentang pemahaman masyarakat tentang materi yang telah diberikan

E. Waktu dan Tempat

Hari/ tanggal : Sabtu / 23 Juli 2005


Waktu : Pukul 08.00 s.d selesai
Tempat : Aula RT 03, RW 11 Kelurahan Maleber
Acara : Penyuluhan

F. Metoda

Ceramah dan Tanya Jawab

G. Media

Leaflet dan Flip Chart

H. Susunan Kepanitiaan

Penanggung Jawab : Ketua Pokjakes Posbindu RW 11


Penyuluh : Mahasiswa (Bunga Damayanti)

I. Rencana Evaluasi

Masyarakat mampu menjawab materi yang telah disampaikan


SATUAN ACARA PENYULUHAN

h : Kurangnya informasi mengenai penyakit hipertensi di RW 11


Kelurahan Maleber
Pokok Bahasan : Penyakit Jantung
Sub Pokok Bahasan : Hipertensi
n : Lansia RW 11 Kelurahan Maleber
Waktu : 15 Menit
Pertemuan Ke : 1
Tanggal : 23 Juli 2005
Tempat : Aula RT 03 RW 11 Kelurahan Maleber

I. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan, sasaran mampu mengetahui penyakit hipertensi.

II. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberikan penjelasan selama 15 menit diharapkan sasaran dapat :
1. Menyebutkan pengertian hipertensi
2. Menyebutkan 4 dari 8 penyebab hipertensi
3. Menyebutkan 5 dari 10 tanda dan gejala hipertensi
4. Menyebutkan pencegahan dan perawatan hipertensi
5. Menyebutkan jenis makanan untuk hipertensi

III. Pokok Materi


1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi
4. Pencegahan dan perawatan hipertensi
5. Jenis makanan untuk hipertensi

IV. Kegiatan Belajar Mengajar


- Metode : curah pendapat, ceramah, tanya jawab
- Langkah – langkah kegiatan :
A. Kegiatan Pra Pembelajaran
1. Mempersiapkan materi, media dan tempat
2. Kontrak waktu
B. Membuka Pembelajaran
1. Memberi salam
2. Perkenalan
3. Menjelaskan pokok bahasan
4. Menjelaskan tujuan
5. Apersepsi
C. Kegiatan inti
1. Penyuluh menyampaikan materi
2. Sasaran menyimak materi
3. Sasaran mengajukan pertanyaan
4. Penyuluh menjawab pertanyaan
5. Penyuluh menyimpulkan jawaban
D. Penutup
1. Evaluasi
2. Penyuluh dan sasaran menyimpulkan materi
3. Memberi salam

V. Media Dan Sumber


 Media : Leaflet dan flip card
 Sumber :
- Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah Edisi 8 Vol. 2 Hal 896, Brunner & Suddarth, EGC
- Kesehatan Wanita Diatas Umur 40 Tahun, Caroline J. Bohme MD
- Masalah Hipertensi, Prof. dr. Moerdowo. F. R. S. A.

VI. Evaluasi
 Prosedur : Post test
 Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
 Butir soal : 5 soal
1. Sebutkan pengertian hipertensi !
2. Sebutkan penyebab hipertensi (minimal 4 dari 8)!
3. Sebutkan tanda dan gejala hipertensi (minimal 5 dari 10) !
4. Sebutkan pencegahan dan perawatan hipertensi !
5. Jenis makanan untuk penderita hipertensi !

VIII. Lampiran Materi dan Media

MATERI PENYULUHAN

A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah melebihi 140/ 90 mmHg

B. PENYEBAB
- Stress
- Minum minuman beralkohol secara berlebihan
- Usia
- Keturunan
- Obesitas (berat badan berlebih)
- Kurang aktivitas fisik
- Penyakit lain (ginjal, syaraf)
- Keracunan kehamilan

C. TANDA DAN GEJALA


- Sakit kepala, pusing
- Lemas
- Sesak napas
- Kelelahan
- Mimisan
- Sukar tidur
- Mata berkunang-kunang
- Mual dan muntah
- Mudah tersinggung
- Cepat marah

D. PENCEGAHAN DAN PERAWATAN


- Pengobatan dengan obat-obatan penurun darah tinggi sesuai anjuran dokter
- Merubah pola hidup :
1. Berhenti merokok
2. Mengurangi berat badan bagi penderita yang gemuk
3. Menghindari konsumsi garam berlebih (mengurangi makanan yang mengandung lemak dan
garam)
4. Menghindari makanan/ minuman yang mengandung alkohol
5. Istirahat yang cukup
6. Mengurangi stress :
 Latiahan meditasi
 Olahraga pernapasan
7. Olahraga teratur :
 Aerobik
 Jalan kaki
 Bersepeda
 Berenang

D. JENIS MAKANAN UNTUK HIPERTENSI


GOLONGAN
MAKANAN YANG BOLEH MAKANAN YANG TIDAK
BAHAN
DIBERIKAN BOLEH DIBERIKAN
MAKANAN
Karbohidrat Beras, kentang, singkong, Roti biskuit dan makanan yg
terigu, makanan yg diolah tanpa dimasak dg garam dapur
garam seperti mie, biskuit, kue
kering.
Protein hewani Daging, ikan, telur dan susu Ikan asin, keju, kornet, telur asin,
pindang dendeng, udang
Protein nabati Semua kacang-kacangan yg Kacang tanah dan semua kacang yg
diolah tanpa garam dapur dimasak dg garam dapur
Sayuran Semua sayuran segar dan Sayuran yg diawetkan dg garam
sayuran yang diawetkan tanpa seperti : sayuran kaleng, asinan
garam
Buah-buahan Semua buah-buahan segar dan Durian dan buah-buahan yg
diawetkan tanpa garam dan soda diwetkan dg garam dan soda
Lemak Minyak margarin dan mentega Margarin dan mentega biasa
tanpa garam
Bumbu Semua bumbu segar dan kering Garam dapur, soda, vetsin dan
yg tidak mengandung garam bumbu yg mengandung garam
dapur dapur, kecap asin, tersai, tauco
Minuman Air putih Kopi dan coklat
LAPORAN PENDAHULUAN HIPERTENSI

A. Hipertensi

1. Definisi hipertensi

Hipertensi adalah keadaan meningkatnya tekanan darah sistolik lebih besar

dari 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang

waktu 5 menit dalam keadaan cukup sitirahat/tenang (Depkes, 2007).

Menurut standar JNC (Joint National commite) seseorang disebut hipertensi

apabila tekanan darah sistol dan diastol naik. Klasifikasi tekanan darah pada orang

dewasa adalah: Normal <120 / 80 mmHg, pre hipertensi 120-139 / 80-89 mmHg,

stadium 1 (satu) 140-159 / 90-99 mmHg, dan stadium 2 (dua) 160/100 mmHg

(Muttaqin, 2009). Tekanan darah sistolik biasanya meningkat sejajar dengan

pertambahan usia, jadi untuk menentukan tekanan darah berdasarkan usia adalah usia

ditambah 100. Jadi apabila orang berumur 60 tahun, maka tekanan darah sistolik

adalah 160 mmHg dianggap normal (Kabo, 2008).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan

tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan

(morbiditas) dan angka kematian (mortilitas).Tekanan darah dikatakan hipertensi

apabila tekanan darah 140/90 mmHg (Triyanto, 2014).

Berdasarkan definisi dari Depkes (2007), Muttaqin (2009), Kabo (2008) dan

Triyanto (2014) dapat disimpulkan bahwa Hipertensi adalah keadaan meningkatnya

tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg. Tekanan

darah sistolik biasanya meningkat sejajar dengan pertambahan usia, jadi untuk

menentukan tekanan darah berdasarkan usia adalah usia ditambah 100. Jadi apabila
orang berumur 60 tahun, maka tekanan darah sistolik adalah 160 mmHg. Hipertensi

juga merupakan suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan

darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka kesakitan (morbiditas)

dan angka kematian (mortilitas).

2. Klasifikasi hipertensi

Berdasarkan Joint National Committee on Prevention, Detection, Avaluation

and Treatment of High Blood Pressure (JNC/7) pada tahun 2003, Klasifikasi tekanan

darah pada orang dewasa dikelompokkan menjadi normal, normal tinggi, dan

hipertensi.

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC-VII 2004

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal <120 <80

Pre Hipertensi 120-139 80-89

Hipertensi :

Derajat 1 140-159 90-99

Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

Sumber :Joint National On Detection, Evalution and Treatment Of High Blood Pressure

VII (2004)

Untuk lansia Tekanan darah sistolik biasanya meningkat sejajar dengan

pertambahan usia, jadi untuk menentukan tekanan darah berdasarkan usia adalah usia
ditambah 100. Jadi apabila orang berumur 60 tahun, maka tekanan darah sistolik

adalah 160 mmHg dianggap normal (Kabo, 2008).

3. Etiologi hipertensi

Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi 2 yaitu :

a. Hipertensi Primer

Hingga saat ini penyebab pasti hipertensi primer masih belum diketahui.

Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi primer sedangkan 10%

tergolong dalam hipertensi skunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50

tahun. Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana penyebab skunder dari

hipertensi tidak diketahui (Lewis, 2000).

b. Hipertensi Skunder

Hipertensi skunder adalah hipertensi yang penyebabnya sudah dapat

diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid

(hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme) (Lewis, 2000) .

Adapun faktor resiko yang dapat meningkatkan kejadian hipertensi menurut

Lewis (2000), yaitu :

1) Genetik

2) Jenis Kelamin

3) Usia

4) Lingkungan (stres)

5) Obesitas
Menurut Muttaqin (2009) Etiologi hipertensi pada orang lanjut usia adalah

terjadinya perubahan-perubahan pada :

1) Elastisitas dinding aorta menurun

2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur

20 tahun.

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah

5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

4. Patofisiologi hipertensi

Menurut Triyatno (2014), meningkatnya tekanan darah dapat terjadi dengan

beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat dari biasanya sehingga mengalirkan

lebih banyak cairan pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan

menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa

darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui

pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

Hal inilah yang terjadi pada usia lanjut dan obesitas, dimana dinding arteri lebih

menebal dan kaku karena arterosklerosis. Penyelidikan ini dapat membuktikan obesitas

dapat meningkatkan lemak di pembuluh darah sehingga menimbulkan plak dan

terjadilah arterosklerosis sehingga daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah

meningkat dan terjadilah hipertensi.

Dengan cara yang sama, tekanan darah juga akan meningkat pada saat terjadi

vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena
perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan

fungsi ginjal sehingga tidak dpat membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.

Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.

Menurut Brunner and Suddarth (2002), pada saat sistem simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang

mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol

dan steroid lainya, yang dapat memperkuat respon vasokontriksi pembuluh darah.

Vasonkontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan

pelapasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian

diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriksi kuat, yang pada giliranya

merangsang aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan peningkatan

volume intravaskuler dan terjadilah hipertensi.

Sebaliknya, jika aktivitas memompa jantung berkurang arteri mengalami

pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.

Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam

fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem yang mengatur berbagai

fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan

darah melalui beberapa cara yaitu jika tekanan darah meningkat, ginjal akan

menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabakan berkurangnya

volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan

air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga

bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin,
yang memicu pembentukan hormone angiotensin yang selanjutnya akan memicu

pelepasa hormon aldosteron. Ginjal merupakan organ penting dalam pengendalian

tekanan darah, karena berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan

tekanan darah tinggi misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal

(stenosi arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada

salah satu atau kedua ginjal juga menyebabkan naiknya tekanan darah.

Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang

sementara waktu akan meningkatkan tekanan darah selama respon flight-or-flight

(reaksi tubuh terhadap ancaman dari luar), meningkat kecepatan dan kekuatan denyut

jantung dan juga mempersempit sebagian arteriola, tetapi memperlebar arteriola di

daerah tertentu (misalkan otot rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih

banyak), mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan

meningkatkan volume darah dalam tubuh, melepaskan hormon epineprin (adrenalin)

dan

noroponeprin (noradrenalin) yang merangsang jantung dan pembuluh darah

yang merupakan faktor stress


Gambar 2.1 Pathway Hipertensi

Sumber : Triyatno (2014), J.Corwin (2009), Brunner & Suddarth (2002)

5. Tanda dan gejala hipertensi

Tanda dan Gejala hipertensi menurut Dewi dan Familia (2010), yaitu :

a. Sakit Kepala

b. Mimisan
c. Jantung Berdebar

d. Sering buang air kecil di malam hari

e. Pusing yang terasa berat bagian tenguk yang biasa terjadi di siang hari

f. Sesak nafas

g. Sulit tidur

h. Mata berkunang-kunang

i. Mudah marah

6. Komplikasi hipertensi

Hipertensi merupakan penyakit yang bisa di kontrol dan tidak bisa diobati.Jika

hipertensi tidak di control dengan benar atau tidak menjalani prosedur perawatan dan

pengobatan sesuai program. Maka, akan berdampak pada komplikasi seperti penyakit

jantung, stroke dan gangguan keseimbangan dan gerak, kerusakan ginjal, kematian

(Maryam, 2010)

Penyakit hipertensi akan meningkat dengan adanya penyakit kronis. Penyakit

lain yang dapat meninngkatkan derajat hipertensi atau komplikasi hipertensi akan

menyebabkan hipertensi lebih sulit dikendalikan. Berikut beberapa komplikasi penyebab

hipertensi antara lain :

a. Stroke

Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke

dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak

mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke daerah-daerah yang


diperdarahinya berkurang. Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklorosis dapat

menjadi lemah, sehingga meningkatkan kemungkinan terbentuknya anurisma.

b. Infark miokard

Infark miorkard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak

dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang

menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut

c. Gagal ginjal

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

kapiler-kapiler ginjal, glomerulus. Dengan rusaknya glomerulus, darah akan mengalir ke

unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan akan berlanjut menjadi hipoksia

dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui

urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang

sering dijumpai pada hipertensi kronik.

d. Apnea pada saat tidur

Apnea adalah gangguang tidur berupa kesulitan bernafas yang terjadi berulang

kali pada saat tidur. Beberapa penelitian menunjukan adanya hubungan antara

pernafasan yang terhenti dan berkurang nya pasokan oksigen untuk sementara waktu

yang menyertai apnea saat terjadinya hipertensi. Apnea pada saat tidur tidak selalau

terlihat jelas. Namun, jika seseorang sering tidak tadap tidur nyenyak sepanjang malam

dan selalu mengantuk pada siang hari sebaiknya memeriksakan diri ke dokter.

Pengobatan dilakukan dengan cara memberikan oksigen pada saat tidur. Cari ini dapat

menurunkan tekanan darah sedikit demi sedikit (Riyanto, 2014).


7. Penatalaksanaan Hipertensi

Menurut Dalimartha (2008) penatalaksaan hipertensi dilandasi oleh beberapa

prinsip sebagai berikut :

a. Pengobatan hipertensi skunder yang lebih mendahulukan pengobatan penyebab

hipertensi

b. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dan

mengurangi timbulnya komplikasi

c. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti-hipertensi

d. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan kemungkinan

seumur hidup.

Ada berbagai macam pengobatan untuk pasien hipertensi, yaitu :

a. Pengobatan farmakologis

Pada pengobatan medis, penderita hipertensi diberikan obat. Beberapa

macam obat, antara lain sebagai berikut :

1) Diuretik

Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui

kencing). Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang sehingga daya

pompa jantung lebih ringan.

Obat diuretik dikenal dengan nama pil air. Akibat pemberian diuretik adalah

tidak hanya garam saja yang dikeluarkan dari tubuh, tetapi zat lain yang berguna bagi

tubuh seperti kalium ikut dikeluarkan juga. Untuk mengatasi kondisi itu, dokter sering
meresepkan obat diuretik dengan mempertahankan kalium tetap di dalam tubuh.

Manfaat obat diuretik tersebut dapat bertambah jika ditunjang dengan pola makan

dengan menu rendah kadar garam.

2) Alpha, Beta dan alpha-beta adrenergik blocker

Obat-obatan ini bekerja dengan menghalangi pengaruh bahan-bahan kimia

tertentu dalam tubuh. Obat-obatan itu memicu penurunan aktivitas daya pompa jantung.

Jenis obat tersebut tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi dengan gangguan

pernafasan, seperti asma bronkhial. Contoh golongan obat itu yaitu metoprolol,

propanolol, dan atenolol.

Khusus bagi penderita diabetes mellitus, obat tersebut merupakan

kontraindikasi karena menambah kadar gula darah. Pemberian obat itu juga jangan

diberikan untuk orang usia lanjut yang mempunyai gejala gangguan bronkospasme

(penyempitan saluran pernafasan) atau denyut jantung lambat.

3) Vasodilator

Kerja obat ini berlangsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos

pembuluh darah. Contoh yang termasuk obat jenis ini yaitu prasosin dan hidralasin.

Kemungkinan yang akan terjadi akibat pemberian obat ini adalah sakit kepala dan

pusing.

4) Penghambat enzim konversi angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat angiotensin

II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang

termasuk golongan ini yaitu captopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah batuk

kering, pusing, sakit kepala, dan lemas.


5) Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat

kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini yaitu nifedipin,

dilitasem, dan verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah sembelit, pusing,

sakit kepala, dan muntah.

6) Penghambat reseptor angiotensin II

Obat ini bekerja dengan cara menghalangi penempelan zat angiotensin II pada

reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang

termasuk golongan ini adalah velsartan (diovan). Kemungkinan efek samping yang

timbul adalah sakit kepala, pusing, lemes, dan mual.

b. Pengobatan non-farmakologis

Pengobatan non-farmakologis hipertensi menurut Maryam (2010), diantaranya

dengan melakukan hal-hal berikut :

1) Mengurangi berat atau menurunkan kelebihan berat badan

2) Hindari merokok

3) Hindari minum kopi

4) Hindari minum alkohol

5) Kurangi konsumsi garam berlebih

6) Hindari makanan berlemak tinggi (gajih, usus, kulit ayam)

7) Melakukan senam secara teratur

8) Melakukan terapi relaksasi

Berbagai cara relaksasi, seperti :

a) Meditasi
Meditasi adalah upaya untuk mencapai ketenangan dengan memusatkan

pikiran pada satu titik. Meditasi disertai dengan pegaturan nafas secara halus dan

teratur (Widiato, 2011). Terapi meditasi ini ditujukan pada diri untuk merealisasikan

tubuh dan menenangkan pikiran dengan menggunakan ritme pernafasan yang memiliki

fokus (Solehati dan Cecep, 2015)

b) Yoga

Yoga adalah sebuah aktivitas dimana seseorang memusatkan pikiran untuk

mengontrol panca indranya (Triyato, 2014). Teknik dalam yoga berfokus pada susunan

otot, mekanisme pernafasan, postur, dan kesadaran tubuh. Yoga bertujuan untuk

memperoleh kesejahteran fisik dan mental melalui pencapaian kesempurnaan tubuh

dengan olehraga pernafasan yang benar, mempertahankan postur tubuh, dan meditasi

(Solehati dan Cecep, 2015)

c) Hypnosis

Upaya bagaimana membuat seseorang untuk berada dalam kondisi tidur dan

atau tidak sadarkan diri (Iswantoro, 2007). Hypnosis merupakan terapi komplementer

yang menggunakan modifikasi alam bawah sadar pasiennya. Pasien dibimbing untuk

melakukan relaksasi dengan teknik-teknik tertentu secra alamiah akan membuka

gerbang pikiran bawah sadarnya. Kondisi seperti ini akan lebih memudahkan pasien

untuk menerima sugesti penyembuhan yang diberikan oleh pemberi intervensi hypnosis

(Solehati dan Cecep, 2015).

d) Terapi Musik

Terapi musik merupakan suatu keterampilan dalam menggunakan musik dan

elemen-elemen musik oleh seseorang yang ahli dibidang musik untuk meningkatkan,
memelihara, memeperbaiki kesehatan mental, fisik, dan emosi (Triyanto, 2014). Terapi

ini memperbaiki gerakan dan komunikasi fisik, memperbaiki ingatan, mengembangkan

ekspresi emosional, dan mengalihkan perasaan nyeri (Solehati dan Cecep, 2015).

Menurut Tuner (2010), musik dapat memberikan rangsangan pada syaraf

simaptis dan parasimpatis untuk menghasilkan respons relaksasi berupa penurunan

frekuensi nadi, relaksasi otot, dan menyebabkan tidur.

e) Terapi Relaksasi Benson

Relaksasi benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi

pernafasan dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu

lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien mencapai suatu kondisi

kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi (Benson & Proctor 2000, dalam

Purwanto, 2006).

Relaksasi Benson merupakan gabungan antara relaksasi dengan keyakinan

agama yang dianut. Respon relaksasi ini melibatkan keyakinan yang dianut akan

mempercepat terjadinya keadaan rileks dengan kata lain, kombinasi respon relaksasi

dengan melibatkan keyakinan akan melipatgandakan manfaat yang didapat dari respon

relaksasi (Purwanto 2005 dalam Datak, 2008)

Pengobatan hipertensi harus dilakukan sesuai petunjuk dokter. Keluhan-

keluhan yang dirasakan sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter. Sebab hal itu

berkaitan dengan pemberian jenis dan dosis obat secara tepat. Konsultasi dengan

dokter juga diharapkan dapat memaksimalkan upaya pengobatan dan menekan efek

samping sekecil mungkin. Pengobatan non-farmakologis yang dijalani juga sebaiknya


dikonsultasikan. Hal itu dilakukan supaya pengobatan farmakologis menjadi lebih efektif

(Dalimartha, 2008)

SAP TERAPI RELAKSASI BENSON

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

A. Pokok Bahasan : Mengajarkan Tehnik Relaksasi


Sub Pokok Bahasan : Terapi Relaksasi Benson
Sasaran : Ny. K
Waktu : 15 menit.
Tanggal : 26 April 2017
Tempat : Panti Budi Pertiwi

Tujuan Instruksional Umum


Klien dapat mengingkatkan kemampuan diri dalam mengurangi stres

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberi penyuluhan dan peragaan selama 15 menit diharapkan sasaran dapat:
a. Klien dapat mengetahui bagaimana cara mengurangi ansietas dengan teknik relaksasi benson
b. Klien mampu melakukan latihan terapi relaksasi benson

B. Kegiatan pembelajaran
1. Pokok Materi Penyuluhan
a. Definisi relakasasi
b. Macam – macam relaksasi
c. Definisi terapi relaksasi benson
d. Manfaat dari terapi benson
e. Langkah – langkah teknik relaksasi benson
f. Keuntungan teknik relaksasi benson
g. Prosedur relaksasi benson
h. Memperagakan teknik relaksasi benson
2. .Metode: Ceramah , Tanya jawab, Demo, Curah pendapat
3. Media dan Sumber
 Media : Poster
C. Langkah-langkah kegiatan
a. Kegiatan Pra Pembelajaran
1) Mempersiapkan materi, media dan tempat
2) Memberi salam
3) Perkenalan
4) Kontrak waktu
b. Membuka Pembelajaran (5 menit )
1) Menjelaskan Tujuan Pembelajaran
2) Menjelaskan pokok bahasan
3) Apersepsi
c. Kegiatan Inti (5 menit)
1) Sasaran menyimak penjelasan materi melalui metode ceramah Tanya jawab dan penggunaan
media poster / lembar balik
2) Sasaran mengajukan pertanyaan terkait materi-materi yang belum dipahami, kemudian dijawab
oleh penyuluh
3) Memperagakan tehnik relaksasi benson
d. Penutup (5 menit)
1) Penyuluh Mengajukan pertanyaan secara lisan sebagai evaluasi
2) Penyuluh Menyimpulkan materi
3) Memberi salam.

D. Evaluasi :
1. Prosedur ( Post Tes )
2. Bentuk ( Lisan )
3. Jenis ( Essay )

E. Lampiran Materi
1. Butiran soal
a. Definisi relakasasi
b. Definisi terapi relaksasi benson
c. Manfaat dari terapi benson
d. Keuntungan teknik relaksasi benson
2. Kunci Jawaban

LAMPIRAN MATERI

A. Definisi Relaksasi
Relaksasi adalah suatu jenis terapi untuk penanganan kegiatan mental dan menjauhkan
tubuh dan pikiran dari rangsangan luar untuk mempersiapkan tercapainya hubungan yang lebih
dalam dengan pencipta, yang dapat dicapai dengan metode hypnosis, meditasi yoga, dan bentuk
latihan-latihan yang ada hubungannya dengan penjajakan pikiran (Martha, 2005). Relaksasi
benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan
pasien, yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien
mencapai kondisi kesehatan dan kesejah teraan lebih tinggi (Purwanto, 2006).
B. Macam – Macam Relaksasi :
a. Relaksasi Pernafasan Diafragma
Pernafasan diafragma merupakan pernafasan yang pelan, sadar, dan dalam. Metode ini
melibatkan gerakan sadar abdomen bagian bawah atau daerah perut. Pernafasan diafragma
berfokus pada sensasi tubuh semata dengan merasakan udara mengalir dari hidung atau mulut
secara perlahan-lahan menuju ke paru dan berbalik melalui jalur yang sama sehingga semua
indra lain rangsanganya dihambat.
b. Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam
hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan.
c. Muscle relaxation (Relaksasi Otot)
Teknik ini bertujuan untuk memberikan rasa nyaman pada otot otot. Ketika terjadi stress
otot otot pada beberapa bagian tubuh menjadi menegang seperti otot leher, pungung, lengan.
Teknik dilakukan dengan caramerasakan perubahan dan sensasi pada otot bagian tubuh tersebut.
Teknik dapat dilakukan dengan meletakkan kepala diantara kedua lutut (kira kira selama 5 detik
dan merebahkan badan ke belakang secara berlahan selama 30 detik, sikap ini dilakukan terus
secara berulang sambil merasakan perubahan pada otot otot tubuh sambil menarik nafas dalam.
d. Autogenic relaxation
Autogenic relaxation merupakan jenis relaksasi yang diciptakan sendiri oleh individu
bersangkutan. Cara seperti ini dilakukan dengan mengabungkan imajinasi visual dan dengan
menarik nafas secara perlahan. Salah satunya ialah :
1) Definisi Relaksasi Benson
Relaksasi Benson yaitu suatu tehnik pengobatan untuk menghilangkan nyeri, insomnia (tidak
bisa tidur) atau kecemasan. Cara pengobatan ini merupakan bagian pengobatan spiritual. Pada
tehnik ini pengobatan sangat fleksibel dapat dilakukan dengan bimbingan mentor, bersama-sama
atau sendiri. Tehnik ini merupakan upaya untuk memusatkan perhatian pada suatu fokus dengan
menyebut berulang-ulang kalimat ritual dan menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu.
Tehnik pengobatan ini dapat dilakukan setengah jam dua kali sehari.
2) Tujuan
Soeharto (2009) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi benson diantaranya :
a) meningkatkan ventilasi alveoli
b) memelihara pertukaran gas,
c) mencegah atelektasi paru,
d) meningkatkan efesiensi batuk,
e) mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan
menurunkan kecemasan serta menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic.
3) Langkah – langkah teknik relaksasi benson
Menurut Purwanto (2006) adalah:
a) Membentuk suasana sekitar tenang, menghindarkan dari kebisingan
b) Menarik nafas dalam melalui hidung, dan jaga mulut tetap tertutup, hitungan sampai 3 tahan
selama inspirasi
c) Kemudian hembuskan lewat bibir seperti meniup dan ekspirasi secara perlahan dan lewat
sehingga terbentuk suara hembusan tanpa mengembungkan dari pipi
d) Membaca kalimat – kalimat sesuai keyakinan, misalnya jika beragama Islam membaca istighfar
e) Lakukan sebanyak 5 – 7 kali
4) Keuntungan Relaksasi Benson:
Menurut Kusnandar (2009), manfaat relaksasi benson adalah sebagai berikut:
a) Ketentraman hati, Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah
b) Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah
c) Detak jantung lebih rendah, Mengurangi tekanan darah
d) Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit
e) Tidur lelap
f) Kesehatan mental menjadi lebih baik
g) Daya ingat lebih baik
h) Meningkatkan daya berpikir logis
i) Meningkatkan kreativitas
j) Meningkatkan keyakinan
k) Meningkatkan daya kemauan
l) Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain
Posted by Fahadh Abdurahman at 1:52 PM 0 comments
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: SATUAN ACARA PENYULUHAN

Wednesday, April 19, 2017


SATUAN ACARA PENYULUHAN TB PARU

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN

A.Pokok Bahasan : Pemberantasan/pencegahan penyakit menular


Sub Pokok Bahasan : Penyakit TBC Paru dan Penanggulangannya
Sasaran : Orang yang berobat ke puskesmas
Waktu : 30 menit.
Tanggal : 19 April 2017
Tempat : Puskesmas Citeurep

Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberikan penyuluhan, diharapkan klien mampu memahami tentang TBC Paru dan cara
penanggulangannya

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah diberi penyuluhan selama 30 menit diharapkan sasaran dapat:
1. Menjelaskan kembali pengertian TBC dengan benar tanpa bantuan
2. Menyebutkan 6 (enam) dari 8 ( delapan ) Gejala penyakit TBC Paru tanpa dibimbimg
3. Menjelaskan cara pencegahan TBC Paru tanpa membuka catatan
4. Menjelaskan cara penularan penyakit TBC Paru dengan benar tanpa diberi tahu
5. Menyebutkan tempat-tempat pemeriksaan dan pengobatan penyakit TBC Paru dengan benar
6. Menjelaskan akibat dari ketidak teraturan minum obat (Lalai minum obat) dengan tepat
B. Kegiatan pembelajaran
1. Pokok Materi Penyuluhan
a. Pengertian TBC
b. Gejala penyakit TBC Paru
c. Cara Pencegahan
d. Cara penularan penyakit TBC Paru
e. Tempat-tempat pemeriksaan dan pengobatan penyakit TBC Paru
f. Akibat dari ketidak teraturan minum obat (Lalai minum obat)
2. Metode: Ceramah , Tanya jawab, diskusi, Curah pendapat
3. Media dan Sumber
 Media : Buku Lembar Balik
 Sumber :
1.Buku pedoman Nasional Penanggulangan TUBERKULOSIS Departemen Kesehatan RI
Jakarta,2013.
2.Buku Panduan Bagi Kader Dalam Penanggulangan TBC, Dirjen Pemberantasan Penyakit
Menular, Departemen Kesehatan RI, 2013.

C. Langkah-langkah kegiatan
A. Kegiatan Pra Pembelajaran
1. Mempersiapkan materi, media dan tempat
2. Memberi salam
3. Perkenalan
4. Kontrak waktu
B. Membuka Pembelajaran (5 menit )
1. Menjelaskan Tujuan Pembelajaran
2. Menjelaskan pokok bahasan
3. Apersepsi
C. Kegiatan Inti (15 menit)
1. Sasaran menyimak penjelasan materi melalui metode ceramah Tanya jawab dan penggunaan
media poster / lembar balik
2. Sasaran mengajukan pertanyaan terkait materi-materi yang belum dipahami, kemudian dijawab
oleh penyuluh
D. Penutup (5 menit)
1. Penyuluh Mengajukan pertanyaan secara lisan sebagai evaluasi
2. Penyuluh Menyimpulkan materi
3. Memberi salam.
D. Evaluasi :
1. Prosedur ( Post Tes )
2. Bentuk ( Lisan )
3. Jenis ( Essay )

E.1. Lampiran Materi

2. Butiran soal
7. Apa yang dimaksud penyakit TB Paru ?
8. Sebutkan gejala penyakit TB Paru ?
9. Jelaskan cara pencegahan TB Paru ?
10. Jelaskan cara penularan Penyakit TB Paru ?
11. Sebutkan tempat-tempat pemeriksaan dan pengobatan TB Paru ?
12. Jelaskan akibat dari ketidak teraturan minum obat TB Paru?
3. Kunci Jawaban

LAMPIRAN MATERI

A. Pengertian TB Paru
TBC Paru adalah suatu penyakit infeksi atau radang pada jaringan paru-paru yang disebabkan
oleh kuman TBC, sifat penyakit kronis atau menahun.

B. Gejala TB Paru
1. Batuk yang disertai dahak selama 3 minggu/lebih
2. Kadang-kadang dahak yang keluar bercampur darah
3. sesak napas dan nyeri dada
4. Napsu makan kurang, berat badan menurun (badan kurus)
5. Adanya demam lebih dari 1 bulan
6. Berkeringat di malam hari (Walaupun tidak melakukan kegiatan).

C. Cara penularan TB Paru


1. Penyakit TBC dapat menular jika seseorang sering kontak atau bergaul dengan orang yang
sedang menderita TBC
2. Ketika seseorang penderita TBC batuk atau bersin, maka kuman TBC akan tersebar ke udara
3. Mereka yang berada disekitar penderita yang belum diobati bisa tertular kuman TBC Hanya
dengan menghirup udara yang mengandung kuman tersebut.
4. Penyakit TBC paru akan terjadi apabila kuman tersebut sudah masuk kedalam paru-paru.

D. Cara yang tepat untuk Pencegahan Penyakit TBC Paru

1. Melaksanakan pola hidup sehat, misalnya :


a. Makan makanan yang mengandung menu seimbang, untuk meningkatkan daya tahan tubuh
b. Tidur, istirahat yang cukup
c. Tidak merokok dan minum minuman yang mengandung alcohol
d. Jika punya bayi, segera di Imunisasi BCG
e. Membuka jendela setiap pagi, dan usahakan pencahayaan sinar matahari masuk ke ruang tidur
dan ruangan lainnya.

2. Segera periksa, apabila timbul batuk lebih dari 3 minggu.

E. Tempat-tempat Pemeriksaan dan Pengobatan TBC Paru


1. Di Puskesmas
2. Di Rumah Sakit
3. Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru (BP4)
4. Klinik dan Dokter praktek Swasta

F. Akibat Minum Obat tidak teratur (Ketidak Teraturan Minum Obat).


1. Penderita tidak sembuh/menjadi lebih berat penyakitnya, bahkan meninggal dunia.
2. Penderita sukar diobati (kemungkinan kuman kebal terhadap obat sehingga diperlukan obat lebih
ampuh dan mahal harganya).
3. Adanya penularan penyakit kepada orang lain yang disebabkan oleh kebalnya kuman terhadap
obat.
SATUAN ACARA PENYULUHAN : DIIT PADA PASIEN HIPERTENSI

SATUAN ACARA PENYULUHAN


DIIT PADA PASIEN HIPERTENSI

Pokok Bahasan : Hipertensi


Sub Pokok Bahasan : Diit hipertensi
Sasaran : Keluarga Tn.S
Hari/Tanggal : Rabu, 26 Mei 2015
Waktu : 20 menit
Tempat : Rumah Tn.S

I. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan sasaran dapat memahami tentang diit hipertensi.

II. Tujuan Khusus


Setelah diberikan penyuluhan selama 25 menit sasaran diharapkan dapat :
1. Mengetahui pengertian diit hipertensi
2. Mengetahuitujuan diit hipertensi
3. Mengetahui indikasi pemberian jenis makanan pada penderita hipertensi
4. Mengetahui jenis makanan untuk penderita hipertensi
5. Mengetahui jenis makanan yang tidak boleh untuk hipertensi
6. Mengetahui cara membuat jus mentimun sebagai pengobatan tradisional hipertensi

III. Materi Penyuluhan


1. Pengertian diit hipertensi
2. Tujuan diit hipertensi
3. Indikasi pemberian jenis makanan pada penderita hipertensi
4. Jenis makanan untuk penderita hipertensi
5. Jenis makanan yang tidak boleh untuk hipertensi
6. Cara membuat jus mentimun
( Uraian materi terlampir)

IV. Metode
Ceramah dan tanya jawab

V. Media
Media : Leaflet

VI. Kegiatan Penyuluhan


1. Langkah-langkah kegiatan :
Alat yg
Tahap Kegiatan penyuluhan Kegiatan audiens
dipakai
Pembukaan1. Memberi salam dan perkenalan 1. Membalas salam penyaji
(5 Menit)2. Menjelaskan tujuan penyuluhan 2. Mendengarkan dan
3. Menjelaskan pokok bahasan yang memperhatikan
akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak waktu
Pelaksanaan
1. Pengertian diit hipertensi 1. Sasaran meyimak Leaflet
(15 Menit)2. Tujuan diit hipertensi penjelasan tentang
3. Indikasi pemberian jenis makanan Pengertian diit hipertensi,
pada penderita hipertensi harus dikurangi danTujuan
4. Jenis makanan untuk penderita diit hipertensi
hipertensi
5. Jenis makanan yang tidak boleh 2. Sasaran meyimak
untuk hipertensi penjelasan tentang Indikasi
6. Cara membuat jus mentimun pemberian jenis makanan
pada penderita hipertensi
3. Sasaran meyimak
penjelasan tentang Jenis
makanan yang tidak boleh
untuk hipertensidan Cara
membuat jus mentimun
4. Penyuluh
menjawab pertanyaan
yang diajukan oleh sasaran

Penutup 1. Penyuluh memberikan pertanyaan


1. Sasaran menjawab
(5 menit) sebagai evaluasi kepada sasaran pertanyan yang diajukan
2. Penyuluh menyimpulkan materi 2. Membalas salam penutup
yang telah disampaikan
3. Mengakhiri penyuluhan
4. Memberi salam penutup

VI. Evaluasi
1. Prosedur : Post test
2. Jenis : Test Lisan
3. Bentuk : Pertanyaan
4. Pertanyaan :

 Apa yang dimaksud diit pada hipertensi ?


 Apa tujuan diit pada hipertensi ?
 Sebutkan makanan yang boleh dikonsumsi penderita hipertensi ?
 Sebutkan makanan yang tidak boleh dikonsumsi penderita hipertensi ?
 Bagaimana cara membuat jus mentimun sebagai obat tradisional untuk
hipertensi ?

Lampiran Materi
DIIT HIPERTENSI

A. Pengertian
Diit pada Hipertensi adalah mengelola diit pada Hipertensi dengan cara melakukan diit
makanan dan memperhatikan pola makanan.

B. Tujuan
Untuk menghilangkan garam/air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah
pada penyakit Hipertensi.

C. Macam-macam dan indikasi pemberian


1. Indikasi Pemberian
 Diit rendah garam I
Dalam pemasakan tidak ditambahkan garam dasar sama sekali.
Makanan ini diberikan pada penderita hipertensi berat (diastole>114 mmHG)
 Diit Rendah Garam II
Pemberian makanan sehari sama dengan diit rendah garam I. Dalam pemasakan dibolehkan
menggunakan ¼ the sendok garam dapur. Makanan ini diberikan untuk penderita hipertensi
sedang (diastole 100-114 mmHg)
 Diit Rendah Garam III
Pemberian makanan sehari sama dengan diit rendah garam I. Dalam pemasakan dibolehkan
menggunakan ½ the sendok garam dapur. Makanan ini diberikan untuk penderita hipertensi
ringan (diastole <100 mmHg).
2. Macam-macam makanan
a. Jenis makanan untuk Hipertensi
1) Karbohidrat: tanpa beras, kentang, singkong, terigu, makanan yang diolah tanpa garam.
2) Protein hewani: daging segar, ikan, telur, dan susu.
3) Protein nabati: semua kacang-kacangan yang diolah tanpa garam.
4) Sayuran: sayuran yang dianjurkan antara lain tomat, wortel, bungan kol, brokoli, dan sayuran
berdaun hijau seperti bayam, kangkung, dll. Sayuran tersebut kaya akan mineral, vitamin, dan
senyawa lain yang dapat membantu menurunkan tekanan darah dan menurangi resiki hipertensi.
5) Buah-buahan: semua buah segar dan diawetkan tanpa garam dan soda.
6) Minyak: margarine dan mentega tanpa garam.
Bumbu: semua bumbu dan kering.

b. Jenis makanan yang tidak boleh untuk Hipertensi


1) Karbohidrat: roti, biskuit, dan makanan yang diolah dengan garam.
2) Protein hewani: ikan asin, keju, cornet.
3) Protein nabati: semua kacang-kacangan yang diolah dengan garam.
4) Sayuran: semua sayuran segar dan diawetkan dengan garam dan soda.
5) Buah-buahan: semua buah segar dan diawetkan dengan garam dan soda.
6) Minyak: margarine dan mentega biasa.
7) Bumbu: semua bumbu dengan garam.
8) Konsumsi alkohol berlebih dan merokok.

3. Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional yang dapat dibuat di rumah antara lain dengan mengkonsumsi secara
teratur jus :

1. Buah mentimun
2. Buah belimbing
3. Daun seledri
Sedangkan cara membuat obat tradisional seperti jus mentimun adalah :

1. ½ kg buah mentimun dicuci bersih


2. Dikupas kulitnya kemudian diparut
3. Saring airnya menggunakan penyaring kain bersih
4. Diminum setiaphari ±1 kg untuk 2 kali minmpagidan sore hari
5. LAPORAN PENDAHULUAN
6.
7. PRAKTIK KEPERAWATAN GERONTIK
8. PADA KLIEN DENGAN HIPERTENSI
9.
10.

11.
12.
13. Disusun oleh :
14. M.NASIR
15. 3210014
16. PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

17. SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

18. JENDERAL ACHMAD YANI

19. YOGYAKARTA

20. 2014
21.
22.
23.
24.
Teori Lansiaa. Definisi dan Batasan Lansia
1) Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan
lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan
yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).2) Batasan
Lansia
 Klasifikasi Lanjut Usia (Maryam dkk, 2008).a. Pralansia (prasenilis) : Seseorang yang
berusia 45 – 59 tahun
b. Lanjut usia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lanjut usia risiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
d. Lanjut usia potensial : Lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
e. Lanjut usia tidak potensial : Lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
 Karakteristik Lanjut Usia. Menurut Budi Anna Keliat (1999 );
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan ).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi
maladptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
b. Perubahan – Perubahan yang terjadi pada lansia
1) Perubahan Fisik :a) Sel : Jumlahnya lebih sedikit, ukurannya lebih besar , TBW
(jumlah cairan tubuh berkurang) dan cairan intra seluler menurun, menurunnya proporsi
protein di otak, ginjal, otot darah dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya
mekanisme perbaikan sel.
b) Sistem Persarafan : Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak tiap individu
berkurang setiap hari), respon dan waktu untuk bereaksi lambat, atropi saraf panca indra
(berkurangnya penglihatan, pendengaran, pencium & perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin), kurang sensitif terhadap
sentuhan.
c) Sistem Pendengaran : Prebiakusis (hilangnya kemampuan untuk daya pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap suara nada tinggi, suara yg tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata) 50% terjadi pada usia >65th, atropi membran tympani, menyebabkan
otosklerosis (kekakuan pada tulang bagian dalam), terjadinya pengumpulan cerumen
dapat mengeras karena peningkatan keratin, pendengaran bertambah menurun pada lansia
yang mengalami ketegangan jiwa/stress.d) Sistem Penglihatan : Lensa lebih suram
(kekeruhan lensa) menjadi katarak, kornea lebih berbentuk sferis (bola kecil), respon
terhadap sinar menurun, daya adaptasi terhadap gelap lebih lambat, hilangnya daya
akomodasi mata, lapang pandang menurun, sulit membedakan warna biru dan hijau pada
skala.
e) Sistem Kardiovaskuler : Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun sehingga menurunnya kontraksi dan volume jantung, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, oksigenisasi tidak adekuat, mengakibatkan pusing mendadak,
tekanan darah cenderung tinggi karena meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
f) Sistem Respirasi : Otot - otot pernafasan kehilangan kekuatan (lemah) dan menjadi
kaku, menurunnya aktivitas silia, elastisitas paru berkurang, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas berat, dan kedalaman bernafas menurun O2 arteri menurun menjadi 75
mmHg; CO2 arteri tidak berganti kemampuan untuk batuk berkurang, kemampuan
dinding, dada & kekuatan otot pernafasan menurun sejalan dengan tambah usia.
g) Sistem Genitourinari : Ginjal mengecil dan nefron atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang; kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin; berat jenis urin menurun, proteinuria (+1), otot-otot vesika urinaria
melemah, kapasitasnya menurun 200ml sedangkan frekuensi buang air kecil meningkat.
Pada pria lansia, vesika urinari sulit dikosongkan akibatnya meningkatkan retensi urin.
Prostat membesar (dialami 75% pria usia 65 tahun keatas), atropi vulva, selaput lendir
kering, elastisitas menurun, permukaan lebih licin, perubahan warna. Seksual intercourse
masih.h) Sistem Reproduksi : Menciutnya ovari dan uterus, atropi payudara, pada laki-
laki, testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meski ada penurunan secara
berangsur-angsur, selaput lendir vagina menurun, permukaan lebih halus, sekresi
berkurang, reaksi sifatnya alkali, perubahan- perubahan warna, dorongan Seksual masih.
i) Sistem Gastrointestinal : Kehilangan gigi, karena kesehatn gigi buruk atau gizi buruk,
indra pengecap menurun, iritasi kronis selaput lendir, atropi indra pengecap, hilangnya
sensisitifitas saraf pengecap di lidah tentang rasa manis, asin, dan pahit, dilambung,
sensisitifitas rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan juga
menurun, peristaltik lemah sehingga biasa timbul konstipasi, daya absorbsi terganggu.
j) Sistem Endokrin : Produksi hormon menurun, termasuk hormon tiroid, aldosteron,
kelamin (progesteron, estrogen, testosteron), menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya
BMR= basal metabolic rate, fungsi paratiroid & sekresinya tidak berubah.
k) Sistem Integumen : Kulit keriput, akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
kasar dan bersisik, (kaku, rapuh dan keras), karena kehilangan proses keratinisasi,
perubahan ukuran dan bentuk - bentuk sel epidermis, menurunnya respon terhadap
trauma, mekanisme proteksi kulit menurun : Produksi serum menurun, gangguan
pigmentasi kulit. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam
hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas, akibat menurunnya cairan &
vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku pudar dan kurang bercahaya, kuku
jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk,
kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsi.
l) Sistem Muskuloskeletal : Tulang kehilangan density (cairan), makin rapuh, kifosis,
pinggang, lutut dan jari pergelangan, pergerakannya terbatas, Discus intervertebralis
menipis, menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian membesar dan kaku, tendon
mengerut dan mengalami sklerosis, atropi serabut otot bergerak menjadi lambat, otot-
otot kram dan tremor, otot polos tidak begitu terpengaruh.
2) Perubahan Psikososiala) Pensiun : Produkdivitas dan identitas – peranan
(kehilangan financial, kehilangan status, kehilangan relasi),b) Sadar akan kematian,
c) Perubahan dalam cara hidup,
d) Penyakit kronis dan ketidakmampuan,
e) Hilanganya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap body image, perubahan
konsep diri.
3) Perubahan Mentala) Faktor-faktor yang pengaruhi perubahan mental :Perubahan
fisik, organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, herediter, lingkungan,
b) Perubahan kepribadian yang drastic,
c) Ungkapan tulus perasaan individu,
d) Tidak senang pada perubahan,
e) Berkurangnya ambisi dan kegiatan,
f) Kecenderungan egosentris, perhatian menurun,
g) Berkurangnya adaptasi untuk kebiasaan baru,h) Berkurangnya kemampuan nyatakan
sopan santun,
i) Merasa kadang tidak diperhatikan atau dilupakan,
j) Cenderung menyendiri, bermusuhan,
k) Mudah tersinggung akibat egoisme atau reaksi kemunduran ingatan,
l) Tidak memperhatikan kebersihan, penampilan,
m) Kegiatan seksual berlebihan atau perilaku tidak senonoh,
n) Orientasi terganggu, bingung, sering lupa, hilang dan tersesat,
o) Lupa meletakan barang, menuduh orang mencuri,
p) Gelisah, delirium pada malam hari,
q) Disorientasi waktu,
r) Pola tidur berubah (tidur seharian atau sulit tidur di malam hari),
s) Mengumpulkan barang yang tidak berharga
4) Perubahan Memoria) Kenangan jangka panjang : berjam-jam sampai berhari,
b) Kenangan jangka pendek atau seketika : 0-10 menit, kenangan buruk.
5) IQ (Intellgentia Quotion)a) Tidak berubah degan informasi matematika dan
perkataan verbal,
b) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi perubahan
pada daya membayangkan karena tekanan - tekanan dari faktor waktu.6) Perkembangan
Spirituala) Maslow, 1970: Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya.b) Murray & Zenner, 1970: Lansia makin matur dalam kehidupan
keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak di kehidupan sehari-hari.
c) Folwer,1970: lansia 70 tahun Universalizing, pada tingkat ini adalah berfikir dan
bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
c. Penyakit yang umum terjadi pada lansia
1. Masalah Fisik Sehari-Hari Yang Sering Ditemukan Pada Lansiaa) Mudah
jatuhb) Mudah lelah, disebabkan oleh : Faktor psikologis, Gangguan organis, Pengaruh
obatc) Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol, penyakit
metabolisme, dehidrasi, dsbd) Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis,
emboli paru, dsbe) Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan
jantung, gangguan sistem respiratorius, overweight, anemiaf) Palpitasi karena
gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologisg) Pembengkakan kaki bagian
bawah karena edema gravitasi, gagal jantung, kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit
ginjal, kelumpuhan, dsbh) Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia,
osteoporosis, osteoartritis, batu ginjal, dsb.i) Nyeri sendi pinggul karena artritis,
osteoporosis, fraktur/dislokasi, saraf terjepitj) Berat badan menurun karena nafsu
makan menurun, gangguan saluran cerna, faktor sosio-ekonomik) Sukar menahan BAK
karena obat-obatan, radang kandung kemih, saluran kemih, kelainan syaraf, faktor
psikologisl) Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar,
kelainan rektumm) Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa
berkurang, katarak, glaukoma, infeksi matan) Gangguan pendengaran karena
otosklerosis, ketulian menyebabkan kekacauan mentalo) Gangguan tidur karena
lingkungan kurang tenang, organik dan psikogenik (depresi, irritabilitas)p) Keluhan
pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi, dsbq) Keluhan perasaan
dingin dan kesemutan anggota badan karena ganguan sirkulasi darah lokal, ggn syaraf
umum dan lokalr) Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM, gagal
ginjal, hepatitis kronis, alergi2. Karakteristik penyakit lansia di Indonesia :
a) Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis
b) Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac
attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia.
c) Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
d) Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis,
Benigna Prostat Hiperplasia
e) Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
f) Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
g) Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
h) Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dan
sebagainya.
Masalah Kesehatan (Hipertensi)1. Definisi
Hipertensi menurut Manjoer dkk (2010) hipertensi adalah tekanan sistolik ≤ 140 mmHg
dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti hipertensi.
Hipertensi menurut Brunner & Suddarth (2008) merupakan gejala penyakit yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya ≥ 140
mmHg dan diastoliknya ≥ 90 mmHg.
2. KlasifikasiPada pemeriksaan tekanan darah akan di dapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi di peroleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
akan di peroleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Pada hipertensi sistolik
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik
kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan bahkan menurun drastis.Klasifikasi tekanan darah pada
dewasa
Kategori Tekanan darah Tekanan Darah Diastolik
sistolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium I (hipertensi 140-159 mmHg 90-99 mmhg
ringan)
Stadium 2 (hipertensi 160-179 mmHg 100-109 mmHg
sedang)
Stadium 3 (hipertensi 180-209 mmHg 110-119 mmHg
berat)
Stadium 4 (hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
maligna)
25. .
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu :
 Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
 Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2, yaitu:1. Hipertensi
essensial (hipertensi primer), yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain (Lany,
2001).Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan –
perubahan pada :1. Elastisitas dinding aorta menurun2. Katub jantung menebal dan
menjadi kaku Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.3. Kehilangan elastisitas pembuluh
darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi4. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer Kebiasaan
hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
1) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )2) Kegemukan atau makan
berlebihan.3) Stress4) Merokok5) Minum alcohol6) Minum obat-obatan (
ephedrine, prednison, epineprin ) 4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.Sedangkan bagai
pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung
dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2008). Pada usia lanjut perlu diperhatikan
kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga
tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer.5. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : Tidak ada gejalaTidak ada gejala
yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. Gejala yang
lazimSering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.Manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak
nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun. 6. Pemeriksaan
Penunjang
a. Hemoglobin / hematokritUntuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor-factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi
ginjalc. Glukosa: Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )d. Kalium serum:
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi
efek samping terapi diuretik.e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensif. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek
kardiovaskuler )g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensih. Kadar aldosteron urin/serum: Untuk mengkaji
aldosteronisme primer ( penyebab )i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa
mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.j. Asam urat: Hiperurisemia
telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensik. Steroid urin: Kenaiakn dapat
mengindikasikan hiperadrenalismel. IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab
hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureterm. Foto dada:
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantungn. CT scan:
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopatio. EKG: Dapat menunjukkan pembesaran
jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi
:a. Terapi tanpa Obat: Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :1) Diet. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr Restriksi garam secara
moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr
menjadi 5 gr/hr Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah
kolesterol dan rendah asam lemak jenuh, penurunan berat badan, penurunan asupan
etanol, menghentikan merokok2) Latihan Fisik. Latihan fisik atau olah raga yang teratur
dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai
empat prinsip yaitu :Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
3) Edukasi Psikologis. Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
Tehnik Biofeedback. Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.4) Tehnik relaksasi. Relaksasi adalah suatu prosedur
atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
5) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ). Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
b. Terapi dengan Obat. Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
26. Asuhan Keperawatan
27. 1. Pengkajian
28. a. Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi jelas, bunyi
jantung murmur, distensi vena jugularis
c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala :Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit
ginjal ), obstruksi.
Makanan/ cairan
Gejala :Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual,
muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
e. Neurosensori
Gejala :Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda :Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina
optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan.Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala :Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
f. Pernafasan
Gejala :Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa
sputum, riwayat merokok.
Tanda :Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu
pernafasan.
29.
i) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara berjalan.2. Pemeriksaan Diagnostik: Hb:
untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas), BUN:
memberi informasi tentang fungsi ginjal, glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi), kalsium
serum, kolesterol dan trygliserid, urin analisa, foto dada, CT Scan,
EKG.3. Kemungkinan Diagosa Keperawatan
a. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
b. Resiko penurunan curah jantung b/d vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler,
c. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Intervensi


Hasil
1 Nyeri akut b.d agen NOC : NIC :
injury biologis  Pain Level, Pain Management
 Pain control, 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
Setelah dilakukan komprehensif termasuk lokasi,
asuhan keperawatan karakteristik, durasi, frekuensi,
selama..x24 jam nyeri kualitas dan faktor presipitasi
2.
dapat teratasi dengan Observasi reaksi nonverbal dari
Kriteria Hasil : ketidaknyamanan
3.
1.Mampu mengontrol nyeri Gunakan teknik komunikasi
(tahu penyebab nyeri, terapeutik untuk mengetahui
mampu menggunakan pengalaman nyeri pasien
4.
tehnik nonfarmakologi Kaji kultur yang mempengaruhi
untuk mengurangi respon nyeri
nyeri, mencari bantuan)5. Evaluasi pengalaman nyeri masa
2.Melaporkan bahwa nyeri lampau
berkurang 6.
dengan Evaluasi bersama pasien dan tim
menggunakan kesehatan lain tentang
manajemen nyeri ketidakefektifan kontrol nyeri masa
3.Mampu mengenali nyeri lampau
(skala, 7.
intensitas, Bantu pasien dan keluarga untuk
frekuensi dan tanda mencari dan menemukan dukungan
nyeri) 8. Kontrol lingkungan yang dapat
4.Menyatakan rasa nyaman mempengaruhi nyeri seperti suhu
setelah nyeri berkurang ruangan, pencahayaan dan
5.Tanda vital dalam rentang kebisingan
normal 9. Kurangi faktor presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan penanganan
nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan inter personal)
11. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
12. Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan dokter jika
ada keluhan dan tindakan nyeri
tidak berhasil
17. Monitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri.
2 Penurunan curah jantung NOC : NIC :

b/d respon fisiologis otot Cardiac Pump Cardiac Care
jantung effectiveness 1. Evaluasi adanya nyeri dada (

 Circulation Status intensitas,lokasi, durasi)

 Vital Sign Status 2. Catat adanya disritmia jantung

Setelah 3.
dilakukan Catat adanya tanda dan gejala

asuhan keperawatan penurunan cardiac putput


selama…x24 4. Monitor status kardiovaskuler
jam,
pasien tidak 5.
terjadi Monitor status pernafasan yang

penurunan curah menandakan gagal jantung


jantung 6.
dengan Monitor abdomen sebagai
indicator penurunan perfusi
Kriteria Hasil :
1. Tanda Vital 7. Monitor balance cairan
dalam
rentang 8. Monitor adanya perubahan tekanan
normal
(Tekanan darah, Nadi, darah
respirasi) 9. Monitor respon pasien terhadap

2. Dapat mentoleransi efek pengobatan antiaritmia


aktivitas, tidak ada 10. Atur periode latihan dan istirahat

kelelahan untuk menghindari kelelahan

3. 11. Monitor toleransi aktivitas pasien


Tidak ada edema paru,
perifer, dan tidak ada
12. Monitor adanya dyspneu, fatigue,
asites tekipneu dan ortopneu
4. Tidak ada penurunan
13. Anjurkan untuk menurunkan stress
kesadaran Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan
darah
3. pernapasan
30.
3 Intoleransi aktivitas b/d NOC : NIC :
 Energy conservation
ketidakseimbangan suplai Energy Management
dan kebutuhan oksigen.  Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan
Setelah dilakukan klien dalam melakukan aktivitas
asuhan keperawatan
2. Dorong anal untuk
selama...x24 mengungkapkan perasaan terhadap
jam,pasien keterbatasan
menunjukan tidak
3. Kaji adanya factor yang
terjadi intoleransi menyebabkan kelelahan
aktivitas dengan
4. Monitor nutrisi dan sumber energi
Kriteria Hasil : yang adekuat
1. Berpartisipasi dalam
5. Monitor pasien akan adanya
aktivitas fisik tanpa kelelahan fisik dan emosi secara
disertai peningkatan berlebihan
tekanan darah, nadi
6. Monitor respon
dan RR kardiovaskuler terhadap aktivitas
2. Mampu melakukan
7. Monitor pola tidur dan lamanya
aktivitas sehari hari tidur/istirahat pasien
(ADLs) secara mandiri Activity Therapy
1. Kolaborasikan dengan Tenaga
Rehabilitasi Medik dalam
merencanakan progran terapi yang
tepat.
2. Monitor respon fisik, emosi, social
dan spiritual

Daftar pustaka Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC.
Smeltzer, Suzanne; and Benda G Bare. (2008), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC, 3. Etiologi
Dep Kes RI, 2010. Diet Rendah garam, Pozi Pusat Dep Kes RI, Jakarta
Mansjoer Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media AesculapiusMaryam, dkk. 2008.
Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba MedikaSoeparman dkk, 2007, Ilmu Penyakit
dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press, Jakarta.

Daftar pustaka Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC.
Smeltzer, Suzanne; and Benda G Bare. (2008), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC, 3. Etiologi
Dep Kes RI, 2010. Diet Rendah garam, Pozi Pusat Dep Kes RI, Jakarta
Mansjoer Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media AesculapiusMaryam, dkk. 2008.
Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba MedikaSoeparman dkk, 2007, Ilmu Penyakit
dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press, Jakarta.

Daftar pustaka Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC.
Smeltzer, Suzanne; and Benda G Bare. (2008), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC, 3. Etiologi
Dep Kes RI, 2010. Diet Rendah garam, Pozi Pusat Dep Kes RI, Jakarta
Mansjoer Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media AesculapiusMaryam, dkk. 2008.
Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba MedikaSoeparman dkk, 2007, Ilmu Penyakit
dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press, Jakarta.

bangsalsehat.blogspot.com

Asuhan Keperawatan Pada Lansia dengan


Hipertensi
18-23 minutes

askep merupakan serangkaian tindakan atau asuhan yang akan diberikan perawat kepada
seseorang atau kelompok yang sedang mengalami masalah atau penyakit tertentu, yang bertujuan
dapat meringankan masalah tersebut. seorang perawat tidak terlepas dari yang namanya askep.
mulai dari masa kuliah hingga setelah kerja pun akan tetap dikaitkan dengan yang namanya
askep.

nah bertujuan membantu teman - teman sejawat disini kami coba membagikan asuhan
keperawatan atau askep hipertensi pada lansia. bagi yang membutuhkan silahkan dibaca dan
didownload pada link yang telah kami sediakan.

Untuk mendownload askep hipertensi pada lansia silahkan klik dibawah ini :

 Asuhan Keperawatan Hipertensi pada Lansia

Askep hipertensi pada lansia

Laporan pendahuluan pada askep hipertensi pada lansia


KONSEP LANSIA

Proses Menua

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemamuan
jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dengan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994).

Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut secara alamiah). Dimulai sejak
lahir dan umumnya pada semua makluk hidup. Sampai saat ini banyak sekali teori yang
menerangkan proses menua. Mulai dari teori degeneratif yang didasari oleh habisnya daya
cadangan vital, teori terjadinya atropi yaitu teori yang mengatakan bahwa proses menua adalah
proses evolusi dan teori imunologik yaitu teori adanya produk sampah dari tubuh yang makin
bertumpuk. Tetapi seperti diketahui lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan
fisiologis maupun psikologis, yang penting untuk diketahui bahwa aktivitas fisik dapat
menghambat / memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya
umur. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketuan meliputi : hereditas, nutrisi, status
kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress. Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas. Sebenarnya lansa merupakan suatu proses alami yang tidak dapat ditentukan oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak dapat melakukan tugasnya
sehari-hari lagi sehingga bagi kebanyakan orang, masa yang merupakan masa yang kurang
menyenangkan

Pembagian Lansia

Menurut organisasi kesehatan dunia lanjut usia meliputi :

1. Usia pertengahan (middle age) : usia 45-54 tahun


2. Lanjut suia (elderly) : antara 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) : antara 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun.

Di zaman sekarang lansia terbagi dalam beberapa tipe yaitu :

1. Tipe arif bijaksana


2. Tipe mandiri
3. Tipe tidak puas
4. Tipe pasrah
5. Tipe bingung

Lansia dalam literatur lama dibagi dalam 2 golongan yaitu :

1. Serat Wredtama (Mangku Negoro IV)

a. Wong Sepuh Orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu-ilmu dwitunggal, mampu
membedakan antara baik dan buruk, antara sejati dan palsu, diantara Tuhan dan Kawulanga.

b. Tua Sepuh Orang tua yang kosong, tidak tahu rasa, bicara muluk-muluk tanpa isi, tingkah laku
yang dibuat-buat dan berlebihan serta memalukan.

2. Serat Kalatida (Ronggo Warsito)

a. Orang yang berbudi sentosa Orang yang meskipun diridhai Tuhan dengan rizki tapi tetap
berusaha terus disertai ingat dan waspada.
b. Orang yang lemah Orang tua ynag berputus asa, sudah tua mau apa, sebaiknya hanya
menjauhkan diri dari keduniawian supaya mendapat kasih sayang Tuhan.

Lansia dapat dibedakan ke dalam beberapa tipe yang tergantung pada karakter, pengalaman
hidupnya, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe ini antara lain :

1. Tipe optimis

2. Tipe konstruktif

3. Tipe putus asa

4. Tipe defensif

5. Tipe militan / serius

6. Tipe ketergantungan

7. Tipe marah / frustasi

Menurut kemampuan dalam berdiri sendiri para lansia dapat digolongkan dalam kelompok
antara lain,,:

1. Lansia mandiri sepenuhnya


2. Lansia mandiri dengan bantuan langsung keluarganya
3. Lansia mandiri dengan bantuan tidak langsung
4. Lansia dibantu oleh badan sosial
5. Lansia panti sosal tresna werdha
6. Lansia yang dirawat di RS
7. Lansia yang menderita gangguan mental

TINJAUAN TEORI HIPERTENSI PADA LANSIA

Latar Belakang

Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur dan Tekanan
darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan dan
menjadi fakfor utama stroke, payah jantung dan penyakit jantung dan ceroba vaskuler. Secara
nyata kematian karena CUD, morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan
hipertensi. Saat ini penelitian longitudinal telah membuktikan hal ini pada pengobatan hipertensi
diastolic.

Pengertian dan Klasifikasi

Definisi
 Hpertensi didefinisikan sebagai TD persisten diaman tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001 : 896).
 Hiperetnsi adalah peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas normal yang
disepakati yaitu : diastolic 90 mmHg / sistolik 140 mmHg (Kee & Hayes, 1996 : 479). - Hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas normal yang disepakati yaitu :
diastolic 90 mmHg / sistolik 140 mmHg (Price & Wilson, 1995 : 933).

Hipertensi pada lanjut usia dibedakan atas :

 Hipertensi pada tekanan sistolik sama / lebih besar dari 140 mmHg / tekanan diastolic sama /
lebih besar dari 140 mmHg
 Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg, dan tekanan diastolic
lebih rendah dari 90 mmHg Pada hipertensi sistolik ini masih controversial. Mengenai target
tekanan darah dianjurkan penurunan yang bertahap sampai sekitar sistolik 140-160 mmHg. (R.P.
Sidabular, 1974).

Klasifikasi hipertensi

Kategori Sistolik, mmHg Diastolik, mmHg


Normal +
< 130 < 85
Normal tinggi
130-139 85-89
Hipertensi I
140-159 90-99
Stadium 1 (ringan)
160-179 100-109
Stadium 2 (sedang)
180-209 110-119
Stadium 3 (berat)
> 210 > 120
Stadium 4 (sangat berat)

Etiologi

Berdasar penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan yaitu :

1. Hipertensi primer / esensial

Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa faktor penunjang antara
lain :
 Herediter
 Lingkungan
 Hiperaktivitas
 Susunan syaraf simpatis
 Sistem rennin ongiotensin
 Defek dalam mensekresi Na
 Faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti : alcohol, merokok serta polistemia, stress
(Ignativicius, 1991 : 2197).

2. Hipertensi sekunder / hipertensi renal

Yaitu terhadap sekitar 5% kasus penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperal dias teronisme primer dan sindrom cushing,
feokromasitoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, penggunaan
konstrasepsi oral, penyakit renal vaskuler dan renal parendrymal, kelainan endokrin, tumor otak,
encephalitis, peningkatan volume introvaskuler, luka bakar.

Patofisiologi

Tekanan darah yang meningkat pada penyakit hipertensi menyebabkan aliran darah meningkat.
Sehingga dalam pembuluh darah terjadi sclerosis yang kemudian aliran darah tersebut menjadi
statis (adanya retensi garam). Hal tersebut menyebabkan peningkatan kerja jantung yang ditandai
dengan peningkatan kontraksi otot jantung sehingga otot jantung mengalami pembesaran dan
mengakibatkan penurunan cardiac output.

Peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan sclerosis yang menimbulkan pengecilan


pembuluh darah. Jika dalam serebral terjadi peningkatan vaskuler (aliran darah) karena adanya
peningkatan ini menyebabkan aliran darah turun, sehingga suplai darah ke otak kurang dan dapat
terjadi nyeri.

Karena suplai darah ke otak berkurang maka O2 yang diedarkan oleh darah ke otak menjadi
berkurang pula, sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan. Dampak hipertensi pada ginjal
terjadi vaskontriksi pembuluh darah ginjal yang menyebabkan penurunan aliran darah. Hal ini
menyebabkan rennin (yang merupakan enzim yang disekresi oleh sel junkta glomerulus ginjal)
bekerja pada substratnya berupa pembentukan engiotensin peptida II yang berpengaruh terhadap
aldosteron untuk mengikat natrium dan air ke inter stisial, hal tersebut mengakibatkan
peningkatan volume cairan dalam tubuh.

Perubahan fisik pada lansia terkait dengan penyakit hipertensi :

• Perubahan sistem kardiovaskuler

1. Elastisitas, dinding aorta menurun


2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah umur 20 tahun, hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan tekanan
darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing mendadak)
5. Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatknya resistensi dari pembuluh darah
perifer, sistolis normal ± 170 mmHg. Distolis normal ± 90 mmHg. Dengan adanya penurunan
suplai O2 ke otak maka kebutuhan otak akan O2 berkurang. Hal tersebut dapat menyebabkan
pingsan pada akhirnya akan terjadi resiko injuri.

Fathway
Askep Hipertensi pada lansia

Komplikasi

Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan diastolic 130 mmHg
atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak dan tinggi.

Beberapa negara mempunyai pola komplikasi yang berbeda-beda. Di Jepang gangguan


serebravaskuler lebih mencolok dibandingkan dengan kelainan organ yang lain, sedangkan di
Amerika dan Eropa komplikasi jantung ditemukan lebih banyak. Di Indonesia belum ada data
mengenai hal ini, akan tetapi komplikasi serebral vaskuler dan komplikasi jantung sering
ditemukan.

Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada mata, ginjal, jantung dan
otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan pengelihatan sampai dengan kebutaan.
Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat disamping
kelainan koroner dan miokardio. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh
pecahnya mikroorganisme yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi
adalah proses tromboembali dan serangan iskemia otak sementara (transisent ischeemic attack).
Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut pada
hipertensi maligna.

Manifestasi Klinis

1. Neurologi

 Pusing / migraine
 Penurunan kemampuan berbicara
 Disfungsi sistem syaraf
 Infeksi serebral
 Infark otak
 Perdarahan serebral
 Edema cerebral
 Stroke
 Hemiplegia

2. Gastro intestinal

 Mual
 Muntah
3. Urologi

 Poliuria
 Nokturia
 Hematuria mikroskopik
 Palidipsi
 Azotemia
 Gagal ginjal
 Proteinuria

4. Kardiovaskuler

 Mycocardiac infark

5. Respiratorisus

 Sesak nafas

6. Psikologis

 Mudah marah
 Cemas
 Sulit tidur

7. Sensori

 Gangguan tajam pengelihatan


 Pandangan akbur
 Kebutaan
 Retinopati

Pemeriksaan Diagnostik

1. Haemoglobine / hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindetifikasi faktor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia
2. Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
3. Glukosa : hiperglikemia dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan difungsi ginjal atau adanya diabetes
5. Pemeriksaan Tiroid : hipertiroidimse dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi
6. CT Scan : mengkaji cerebral, CSU, ensevalopati / feokromositoma
7. EKB : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi
8. Foto dada : dapat menunjukkan obtruksi klasifikasi pada area katub, defisit pada torik aorta,
pembesaran jantung
9. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal /
uterter (Doengoes, 1999).

Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada penderita hipertensi terdiri dari penatalaksanaan non farmakologis dan
famarkologis.

Penatalaksanaan non farmakologis terdiri dari :

 Penurunan berat badan


 Pembatasan alcohol
 Pembatasan konsumsi natrium
 Pembatasan penggunaan tembakau
 Latihan dan relaksasi

Penatalaksanaan farmakologis terdiri dari :

 Diuretik (chlorthalidone chygraton)


 Diuretika pengganti kalium
 Diuretika loop (frerasemide (lasik)
 Inhibitor asenergik (propanoloc (iinderal)
 Vaskodilaton (hydrolazine hydrocholoride (apresoline)
 Penghambat enzim pengubah angiotensin (captopril (capoten)
 Antagonis kalsium (diltiazem hydrochloride (cardizem)

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI PADA LANSIA

Pengkajian Fokus

1. Aktivitas / istirahat

Gejala : kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton.

Tanda :

 Frekuensi jantung meningkat


 Perubahan irama jantung
 Takipnea

2. Sirkulasi Gejala :
 Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit
cerebravaskuler
 Episode palpitasi, perspirasi

Tanda :

 Kenaikan TD
 Hipotensi postural
 Frekuensi / irama takikardi, berbagai disritmia
 Mumur stenosis valvular

3. Integritas ego

Gejala :

 Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria atau marah kronik.


 Faktor-faktor multiple

Tanda :

 Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak
 Gerak badan empati, otot muka tegang, gerakan fisik cepat, peningkatan pola bicara

4. Eliminasi

Gejala :

 gangguan ginjal saat ini / yang lalu. 5. Makanan / cairan

Gejala :

 Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol
 Mual muntah
 Perubahan berat badan
 Riwayat penggunaan diuretik

Tanda :

 BB naik atau obesitas

6. Neurosensori

Gejala :

 Keluhan pening / pusing


 Berdenyut, sakit kepala suboksipital
 Kelemahan pada satu sisi tubuh
 Episode epistaksis

Tanda :

 Status mental : perubahan keterjagaan, orientasi, memori


 Respon motorik : penurunan kekuatan gangguan tangan

7. Nyeri / ketidaknyamanan

Gejala :

 Angin
 Nyeri hilang timbul pada tungkai
 Sakit kepala oksipital berat
 Nyeri abdomen / massa

8. Pernafasan

Gejala :

 Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas / kerja


 Takipnea, ortopnea, dispnea noktural paroksimal
 Riwayat merokok
Tanda :

 Distres respirasi
 Bunyai nafas tambahan
 Sianosis

9. Kelemahan

Gejala :

 Gangguan koordinasi / cara berjalan


 Espisode parestesia unilateral transient
 Hipotensi pastural

J. Fokus Intervensi dan Rasional

1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan beban akhir meningkat, vasokontriksi
iskemik miokard

TUM : Tidak terjadi penurunan curah jantung.

TUK :

 TD meningkat
 Nadi 80 x/mnt
 Pengikisan kapiler < 3 detik - Suhu 36,5
 37 0C - RR 16-24 x/mnt

Intervensi :

a. Monitor tanda vital dan pengikisan kapiler

Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan / bidang masalah vaskuler.

b. Auskultasi bunyi nafas

Rasional : 54 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium,
perkembangan s3 menunjukkan hipertensi ventrikel dan kerusakan fungsi.
c. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman

Rasional : membantu untuk menurunkan rangsang simpati, meningkatkan relaksasi.

d. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman seperti pinjatan punggung dan leher, meninggikan
kepala tempat tidur

Rasional : mengurangi ketidaknyamanan dan dapat menurunkan rangsang sipatis.

e. Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas Pengalihan

Rasional : dapat mengurangi ketegangan otot dan melancarkan aliran darah.

2. Nyeri (sakit kepala) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler cerebral

TUM : nyeri berkurang sampai dengan hilang

TUK :

 Skala nyeri < 3


 Ekpresi wajah rileks
 Klien menyatakan nyeri berkurang / hilang

Intervensi :

a. Kaji status nyeri (skala, Durasi, irama, kualitasnya)

Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala karena adanya
peningkatan tekanan vaskulercerebral

b. Pertahankan tirah baring

Rasional : meminimalkan stimulasi / meningkatkan relaksasi.

c. Anjurkan teknik relaksasi dan distraksi

Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler dan yang memperlambat / memblok
respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.

d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan

Rasional : pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala.
e. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan yang teratur bila terjadi perdarahan hidung /
kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan

Rasional : meningkatkan kenyamanan umum.

3. Risiko perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan gangguan sirkulasi

TUM : perfusi jaringan adekuat

TUK :

 TD naik
 Nadi 80 x/mnt
 Suhu 36,5 – 37 oC
 RR 16-24 x/mnt
 Tak ada keluhan sakit kepala / pusing

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring

Rasional : tirah baring membantu kebutuhan energi.

b. Monitor tanda vital

Rasional : untuk mengetahui / mengkaji keadaan klien.

c. Monitor balance cairan

Rasional : cairan yang berlebihan menurunkan sirkulasi O2.

d. Kolaborasi pemberian obat anti hipertensi

Rasional : untuk menurunkan tekanan darah.

4. Risiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan intake garam dalam
diet, pemenuhan mekanisme regulasi hemodinamik neurology dan sistem renal.

TUM : tidak terjadi keletihan volume cairan.

TUK :
 Tidak ada edema
 Bunyi paru bersih
 Balance seimbang

Intervensi :

a. Kaji diet klien terhadap in adekuat masukan protein / kelebihan natrium

Rasional : penurunan aliran ginjal mengakibatkan peningkatan aldosteron dan sekresi hormon
antidiuretik, menyebabkan retensi air dan natrium dan ekskresi kalium.

b. Dorong klien untuk menurunkan masukan garam

Rasional : penurunan aliran ginjal mengakibatkan peningkatan aldesteron disekresi hormon anti
deuretik, menyebabkan retensi air dan Na dan sekresi kalium.

c. Pastikan dengan dokter apakah dapat menggunakan garam tambahan

Rasional : ammonium meningkatkan kadar ammonia serum dan dapat menunjang koma hepatic.

d. Lakukan tindakan untuk melindungi edema kulit dari cedera

Rasional : kulit edema tegang dan mudah cedera, kulit kering lebih rentan untuk rusak dan
cidera.

5. Resiko tinggi injury berhubungan dengan O2 ke otak menurun

TUM : tidak terjadi injury

Interensi :

a. Orientasikan individu terhadap sekeliling

Rasional : mengenalkan individu pada yang dirasa bahaya.

b. Awasi individu secara ketat

Rasional : mempersiapkan diri untuk memberi pertolongan jika dibutuhkan.

c. Gunakan lampu malam

Rasional : menghindari kecelakaan.

d. Anjurkan individu untuk meminta bantuan selama serangan

Rasional : mengurangi resiki kecelakaan.


e. Pertahankan tempat tidur pada ketinggian paling rendah

Rasional : mengurangi resiko jatuh.

f. Mintalah tekan sekamar, jika mampu untuk mengingatkan perawatan tentang adanya masalah

Rasional : untuk segera memberi bantuan kepada klien jika terjadi edema.

Daftar Pustaka

Askep hipertensi pada lansia


http://etikanur
asih.blogspot.c
om

Anda mungkin juga menyukai