A. Latar Belakang
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
- Masyarakat mengetahui tentang Pengertian hipertensi, Penyebab hipertensi, Tanda dan gejala
hipertensi, Pencegahan dan perawatan hipertensi, Jenis makanan
- Angka kejadian Hipertensi tidak meningkat
C. Sasaran
D. Strategi Pelaksanaan
- Menjelaskan tentang Pengertian hipertensi, Penyebab hipertensi, Tanda dan gejala hipertensi,
Pencegahan dan perawatan hipertensi
- Jenis makanan
- Diskusi dan tanya jawab
- Mengevaluasi tentang pemahaman masyarakat tentang materi yang telah diberikan
F. Metoda
G. Media
H. Susunan Kepanitiaan
I. Rencana Evaluasi
VI. Evaluasi
Prosedur : Post test
Jenis tes : Pertanyaan secara lisan
Butir soal : 5 soal
1. Sebutkan pengertian hipertensi !
2. Sebutkan penyebab hipertensi (minimal 4 dari 8)!
3. Sebutkan tanda dan gejala hipertensi (minimal 5 dari 10) !
4. Sebutkan pencegahan dan perawatan hipertensi !
5. Jenis makanan untuk penderita hipertensi !
MATERI PENYULUHAN
A. PENGERTIAN
Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah melebihi 140/ 90 mmHg
B. PENYEBAB
- Stress
- Minum minuman beralkohol secara berlebihan
- Usia
- Keturunan
- Obesitas (berat badan berlebih)
- Kurang aktivitas fisik
- Penyakit lain (ginjal, syaraf)
- Keracunan kehamilan
A. Hipertensi
1. Definisi hipertensi
dari 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang
apabila tekanan darah sistol dan diastol naik. Klasifikasi tekanan darah pada orang
dewasa adalah: Normal <120 / 80 mmHg, pre hipertensi 120-139 / 80-89 mmHg,
stadium 1 (satu) 140-159 / 90-99 mmHg, dan stadium 2 (dua) 160/100 mmHg
pertambahan usia, jadi untuk menentukan tekanan darah berdasarkan usia adalah usia
ditambah 100. Jadi apabila orang berumur 60 tahun, maka tekanan darah sistolik
Berdasarkan definisi dari Depkes (2007), Muttaqin (2009), Kabo (2008) dan
tekanan darah sistolik lebih besar dari 140 mmHg atau diastolik 90 mmHg. Tekanan
darah sistolik biasanya meningkat sejajar dengan pertambahan usia, jadi untuk
menentukan tekanan darah berdasarkan usia adalah usia ditambah 100. Jadi apabila
orang berumur 60 tahun, maka tekanan darah sistolik adalah 160 mmHg. Hipertensi
2. Klasifikasi hipertensi
and Treatment of High Blood Pressure (JNC/7) pada tahun 2003, Klasifikasi tekanan
darah pada orang dewasa dikelompokkan menjadi normal, normal tinggi, dan
hipertensi.
Hipertensi :
Sumber :Joint National On Detection, Evalution and Treatment Of High Blood Pressure
VII (2004)
pertambahan usia, jadi untuk menentukan tekanan darah berdasarkan usia adalah usia
ditambah 100. Jadi apabila orang berumur 60 tahun, maka tekanan darah sistolik
3. Etiologi hipertensi
a. Hipertensi Primer
Hingga saat ini penyebab pasti hipertensi primer masih belum diketahui.
Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi primer sedangkan 10%
tergolong dalam hipertensi skunder. Onset hipertensi primer terjadi pada usia 30-50
tahun. Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana penyebab skunder dari
b. Hipertensi Skunder
diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
1) Genetik
2) Jenis Kelamin
3) Usia
4) Lingkungan (stres)
5) Obesitas
Menurut Muttaqin (2009) Etiologi hipertensi pada orang lanjut usia adalah
20 tahun.
4. Patofisiologi hipertensi
beberapa cara yaitu jantung memompa lebih kuat dari biasanya sehingga mengalirkan
lebih banyak cairan pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan
menjadi kaku sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa
darah melalui arteri tersebut. Darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui
pembuluh darah yang sempit dari pada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
Hal inilah yang terjadi pada usia lanjut dan obesitas, dimana dinding arteri lebih
menebal dan kaku karena arterosklerosis. Penyelidikan ini dapat membuktikan obesitas
terjadilah arterosklerosis sehingga daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah
Dengan cara yang sama, tekanan darah juga akan meningkat pada saat terjadi
vasokontriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena
perangsangan saraf atau hormon di dalam darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan
fungsi ginjal sehingga tidak dpat membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh.
Volume darah dalam tubuh meningkat sehingga tekanan darah juga meningkat.
Menurut Brunner and Suddarth (2002), pada saat sistem simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang
dan steroid lainya, yang dapat memperkuat respon vasokontriksi pembuluh darah.
diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriksi kuat, yang pada giliranya
pelebaran, banyak cairan keluar dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.
fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem yang mengatur berbagai
fungsi tubuh secara otomatis). Perubahan fungsi ginjal, ginjal mengendalikan tekanan
darah melalui beberapa cara yaitu jika tekanan darah meningkat, ginjal akan
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan
air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali normal. Ginjal juga
bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin,
yang memicu pembentukan hormone angiotensin yang selanjutnya akan memicu
tekanan darah, karena berbagai penyakit dan kelainan pada ginjal dapat menyebabkan
tekanan darah tinggi misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal
(stenosi arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cidera pada
salah satu atau kedua ginjal juga menyebabkan naiknya tekanan darah.
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom yang
(reaksi tubuh terhadap ancaman dari luar), meningkat kecepatan dan kekuatan denyut
daerah tertentu (misalkan otot rangka yang memerlukan pasokan darah yang lebih
banyak), mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan
dan
Tanda dan Gejala hipertensi menurut Dewi dan Familia (2010), yaitu :
a. Sakit Kepala
b. Mimisan
c. Jantung Berdebar
e. Pusing yang terasa berat bagian tenguk yang biasa terjadi di siang hari
f. Sesak nafas
g. Sulit tidur
h. Mata berkunang-kunang
i. Mudah marah
6. Komplikasi hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang bisa di kontrol dan tidak bisa diobati.Jika
hipertensi tidak di control dengan benar atau tidak menjalani prosedur perawatan dan
pengobatan sesuai program. Maka, akan berdampak pada komplikasi seperti penyakit
jantung, stroke dan gangguan keseimbangan dan gerak, kerusakan ginjal, kematian
(Maryam, 2010)
lain yang dapat meninngkatkan derajat hipertensi atau komplikasi hipertensi akan
a. Stroke
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan darah tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke
dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang memperdarahi otak
b. Infark miokard
Infark miorkard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis tidak
dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk thrombus yang
c. Gagal ginjal
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan akan berlanjut menjadi hipoksia
dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerulus, protein akan keluar melalui
urine sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang, menyebabkan edema yang
Apnea adalah gangguang tidur berupa kesulitan bernafas yang terjadi berulang
kali pada saat tidur. Beberapa penelitian menunjukan adanya hubungan antara
pernafasan yang terhenti dan berkurang nya pasokan oksigen untuk sementara waktu
yang menyertai apnea saat terjadinya hipertensi. Apnea pada saat tidur tidak selalau
terlihat jelas. Namun, jika seseorang sering tidak tadap tidur nyenyak sepanjang malam
dan selalu mengantuk pada siang hari sebaiknya memeriksakan diri ke dokter.
Pengobatan dilakukan dengan cara memberikan oksigen pada saat tidur. Cari ini dapat
hipertensi
seumur hidup.
a. Pengobatan farmakologis
1) Diuretik
Obat-obatan jenis ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (melalui
kencing). Dengan demikian, volume cairan dalam tubuh berkurang sehingga daya
Obat diuretik dikenal dengan nama pil air. Akibat pemberian diuretik adalah
tidak hanya garam saja yang dikeluarkan dari tubuh, tetapi zat lain yang berguna bagi
tubuh seperti kalium ikut dikeluarkan juga. Untuk mengatasi kondisi itu, dokter sering
meresepkan obat diuretik dengan mempertahankan kalium tetap di dalam tubuh.
Manfaat obat diuretik tersebut dapat bertambah jika ditunjang dengan pola makan
tertentu dalam tubuh. Obat-obatan itu memicu penurunan aktivitas daya pompa jantung.
Jenis obat tersebut tidak dianjurkan bagi penderita hipertensi dengan gangguan
pernafasan, seperti asma bronkhial. Contoh golongan obat itu yaitu metoprolol,
kontraindikasi karena menambah kadar gula darah. Pemberian obat itu juga jangan
diberikan untuk orang usia lanjut yang mempunyai gejala gangguan bronkospasme
3) Vasodilator
Kerja obat ini berlangsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos
pembuluh darah. Contoh yang termasuk obat jenis ini yaitu prasosin dan hidralasin.
Kemungkinan yang akan terjadi akibat pemberian obat ini adalah sakit kepala dan
pusing.
Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat angiotensin
II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang
termasuk golongan ini yaitu captopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah batuk
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat
kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini yaitu nifedipin,
dilitasem, dan verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah sembelit, pusing,
Obat ini bekerja dengan cara menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
termasuk golongan ini adalah velsartan (diovan). Kemungkinan efek samping yang
b. Pengobatan non-farmakologis
2) Hindari merokok
a) Meditasi
Meditasi adalah upaya untuk mencapai ketenangan dengan memusatkan
pikiran pada satu titik. Meditasi disertai dengan pegaturan nafas secara halus dan
teratur (Widiato, 2011). Terapi meditasi ini ditujukan pada diri untuk merealisasikan
tubuh dan menenangkan pikiran dengan menggunakan ritme pernafasan yang memiliki
b) Yoga
mengontrol panca indranya (Triyato, 2014). Teknik dalam yoga berfokus pada susunan
otot, mekanisme pernafasan, postur, dan kesadaran tubuh. Yoga bertujuan untuk
dengan olehraga pernafasan yang benar, mempertahankan postur tubuh, dan meditasi
c) Hypnosis
Upaya bagaimana membuat seseorang untuk berada dalam kondisi tidur dan
atau tidak sadarkan diri (Iswantoro, 2007). Hypnosis merupakan terapi komplementer
yang menggunakan modifikasi alam bawah sadar pasiennya. Pasien dibimbing untuk
gerbang pikiran bawah sadarnya. Kondisi seperti ini akan lebih memudahkan pasien
untuk menerima sugesti penyembuhan yang diberikan oleh pemberi intervensi hypnosis
d) Terapi Musik
elemen-elemen musik oleh seseorang yang ahli dibidang musik untuk meningkatkan,
memelihara, memeperbaiki kesehatan mental, fisik, dan emosi (Triyanto, 2014). Terapi
ekspresi emosional, dan mengalihkan perasaan nyeri (Solehati dan Cecep, 2015).
pernafasan dengan melibatkan faktor keyakinan pasien, yang dapat menciptakan suatu
kesehatan dan kesejahteraan yang lebih tinggi (Benson & Proctor 2000, dalam
Purwanto, 2006).
agama yang dianut. Respon relaksasi ini melibatkan keyakinan yang dianut akan
mempercepat terjadinya keadaan rileks dengan kata lain, kombinasi respon relaksasi
dengan melibatkan keyakinan akan melipatgandakan manfaat yang didapat dari respon
keluhan yang dirasakan sebaiknya dikonsultasikan kepada dokter. Sebab hal itu
berkaitan dengan pemberian jenis dan dosis obat secara tepat. Konsultasi dengan
dokter juga diharapkan dapat memaksimalkan upaya pengobatan dan menekan efek
(Dalimartha, 2008)
B. Kegiatan pembelajaran
1. Pokok Materi Penyuluhan
a. Definisi relakasasi
b. Macam – macam relaksasi
c. Definisi terapi relaksasi benson
d. Manfaat dari terapi benson
e. Langkah – langkah teknik relaksasi benson
f. Keuntungan teknik relaksasi benson
g. Prosedur relaksasi benson
h. Memperagakan teknik relaksasi benson
2. .Metode: Ceramah , Tanya jawab, Demo, Curah pendapat
3. Media dan Sumber
Media : Poster
C. Langkah-langkah kegiatan
a. Kegiatan Pra Pembelajaran
1) Mempersiapkan materi, media dan tempat
2) Memberi salam
3) Perkenalan
4) Kontrak waktu
b. Membuka Pembelajaran (5 menit )
1) Menjelaskan Tujuan Pembelajaran
2) Menjelaskan pokok bahasan
3) Apersepsi
c. Kegiatan Inti (5 menit)
1) Sasaran menyimak penjelasan materi melalui metode ceramah Tanya jawab dan penggunaan
media poster / lembar balik
2) Sasaran mengajukan pertanyaan terkait materi-materi yang belum dipahami, kemudian dijawab
oleh penyuluh
3) Memperagakan tehnik relaksasi benson
d. Penutup (5 menit)
1) Penyuluh Mengajukan pertanyaan secara lisan sebagai evaluasi
2) Penyuluh Menyimpulkan materi
3) Memberi salam.
D. Evaluasi :
1. Prosedur ( Post Tes )
2. Bentuk ( Lisan )
3. Jenis ( Essay )
E. Lampiran Materi
1. Butiran soal
a. Definisi relakasasi
b. Definisi terapi relaksasi benson
c. Manfaat dari terapi benson
d. Keuntungan teknik relaksasi benson
2. Kunci Jawaban
LAMPIRAN MATERI
A. Definisi Relaksasi
Relaksasi adalah suatu jenis terapi untuk penanganan kegiatan mental dan menjauhkan
tubuh dan pikiran dari rangsangan luar untuk mempersiapkan tercapainya hubungan yang lebih
dalam dengan pencipta, yang dapat dicapai dengan metode hypnosis, meditasi yoga, dan bentuk
latihan-latihan yang ada hubungannya dengan penjajakan pikiran (Martha, 2005). Relaksasi
benson merupakan pengembangan metode respon relaksasi dengan melibatkan faktor keyakinan
pasien, yang dapat menciptakan suatu lingkungan internal sehingga dapat membantu pasien
mencapai kondisi kesehatan dan kesejah teraan lebih tinggi (Purwanto, 2006).
B. Macam – Macam Relaksasi :
a. Relaksasi Pernafasan Diafragma
Pernafasan diafragma merupakan pernafasan yang pelan, sadar, dan dalam. Metode ini
melibatkan gerakan sadar abdomen bagian bawah atau daerah perut. Pernafasan diafragma
berfokus pada sensasi tubuh semata dengan merasakan udara mengalir dari hidung atau mulut
secara perlahan-lahan menuju ke paru dan berbalik melalui jalur yang sama sehingga semua
indra lain rangsanganya dihambat.
b. Relaksasi Nafas Dalam
Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam
hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan.
c. Muscle relaxation (Relaksasi Otot)
Teknik ini bertujuan untuk memberikan rasa nyaman pada otot otot. Ketika terjadi stress
otot otot pada beberapa bagian tubuh menjadi menegang seperti otot leher, pungung, lengan.
Teknik dilakukan dengan caramerasakan perubahan dan sensasi pada otot bagian tubuh tersebut.
Teknik dapat dilakukan dengan meletakkan kepala diantara kedua lutut (kira kira selama 5 detik
dan merebahkan badan ke belakang secara berlahan selama 30 detik, sikap ini dilakukan terus
secara berulang sambil merasakan perubahan pada otot otot tubuh sambil menarik nafas dalam.
d. Autogenic relaxation
Autogenic relaxation merupakan jenis relaksasi yang diciptakan sendiri oleh individu
bersangkutan. Cara seperti ini dilakukan dengan mengabungkan imajinasi visual dan dengan
menarik nafas secara perlahan. Salah satunya ialah :
1) Definisi Relaksasi Benson
Relaksasi Benson yaitu suatu tehnik pengobatan untuk menghilangkan nyeri, insomnia (tidak
bisa tidur) atau kecemasan. Cara pengobatan ini merupakan bagian pengobatan spiritual. Pada
tehnik ini pengobatan sangat fleksibel dapat dilakukan dengan bimbingan mentor, bersama-sama
atau sendiri. Tehnik ini merupakan upaya untuk memusatkan perhatian pada suatu fokus dengan
menyebut berulang-ulang kalimat ritual dan menghilangkan berbagai pikiran yang mengganggu.
Tehnik pengobatan ini dapat dilakukan setengah jam dua kali sehari.
2) Tujuan
Soeharto (2009) menyatakan bahwa tujuan teknik relaksasi benson diantaranya :
a) meningkatkan ventilasi alveoli
b) memelihara pertukaran gas,
c) mencegah atelektasi paru,
d) meningkatkan efesiensi batuk,
e) mengurangi stress baik stress fisik maupun emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan
menurunkan kecemasan serta menurunkan tekanan darah sistolik dan diastolic.
3) Langkah – langkah teknik relaksasi benson
Menurut Purwanto (2006) adalah:
a) Membentuk suasana sekitar tenang, menghindarkan dari kebisingan
b) Menarik nafas dalam melalui hidung, dan jaga mulut tetap tertutup, hitungan sampai 3 tahan
selama inspirasi
c) Kemudian hembuskan lewat bibir seperti meniup dan ekspirasi secara perlahan dan lewat
sehingga terbentuk suara hembusan tanpa mengembungkan dari pipi
d) Membaca kalimat – kalimat sesuai keyakinan, misalnya jika beragama Islam membaca istighfar
e) Lakukan sebanyak 5 – 7 kali
4) Keuntungan Relaksasi Benson:
Menurut Kusnandar (2009), manfaat relaksasi benson adalah sebagai berikut:
a) Ketentraman hati, Berkurangnya rasa cemas, khawatir dan gelisah
b) Tekanan dan ketegangan jiwa menjadi rendah
c) Detak jantung lebih rendah, Mengurangi tekanan darah
d) Ketahanan yang lebih besar terhadap penyakit
e) Tidur lelap
f) Kesehatan mental menjadi lebih baik
g) Daya ingat lebih baik
h) Meningkatkan daya berpikir logis
i) Meningkatkan kreativitas
j) Meningkatkan keyakinan
k) Meningkatkan daya kemauan
l) Meningkatkan kemampuan berhubungan dengan orang lain
Posted by Fahadh Abdurahman at 1:52 PM 0 comments
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest
Labels: SATUAN ACARA PENYULUHAN
C. Langkah-langkah kegiatan
A. Kegiatan Pra Pembelajaran
1. Mempersiapkan materi, media dan tempat
2. Memberi salam
3. Perkenalan
4. Kontrak waktu
B. Membuka Pembelajaran (5 menit )
1. Menjelaskan Tujuan Pembelajaran
2. Menjelaskan pokok bahasan
3. Apersepsi
C. Kegiatan Inti (15 menit)
1. Sasaran menyimak penjelasan materi melalui metode ceramah Tanya jawab dan penggunaan
media poster / lembar balik
2. Sasaran mengajukan pertanyaan terkait materi-materi yang belum dipahami, kemudian dijawab
oleh penyuluh
D. Penutup (5 menit)
1. Penyuluh Mengajukan pertanyaan secara lisan sebagai evaluasi
2. Penyuluh Menyimpulkan materi
3. Memberi salam.
D. Evaluasi :
1. Prosedur ( Post Tes )
2. Bentuk ( Lisan )
3. Jenis ( Essay )
2. Butiran soal
7. Apa yang dimaksud penyakit TB Paru ?
8. Sebutkan gejala penyakit TB Paru ?
9. Jelaskan cara pencegahan TB Paru ?
10. Jelaskan cara penularan Penyakit TB Paru ?
11. Sebutkan tempat-tempat pemeriksaan dan pengobatan TB Paru ?
12. Jelaskan akibat dari ketidak teraturan minum obat TB Paru?
3. Kunci Jawaban
LAMPIRAN MATERI
A. Pengertian TB Paru
TBC Paru adalah suatu penyakit infeksi atau radang pada jaringan paru-paru yang disebabkan
oleh kuman TBC, sifat penyakit kronis atau menahun.
B. Gejala TB Paru
1. Batuk yang disertai dahak selama 3 minggu/lebih
2. Kadang-kadang dahak yang keluar bercampur darah
3. sesak napas dan nyeri dada
4. Napsu makan kurang, berat badan menurun (badan kurus)
5. Adanya demam lebih dari 1 bulan
6. Berkeringat di malam hari (Walaupun tidak melakukan kegiatan).
I. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan sasaran dapat memahami tentang diit hipertensi.
IV. Metode
Ceramah dan tanya jawab
V. Media
Media : Leaflet
VI. Evaluasi
1. Prosedur : Post test
2. Jenis : Test Lisan
3. Bentuk : Pertanyaan
4. Pertanyaan :
Lampiran Materi
DIIT HIPERTENSI
A. Pengertian
Diit pada Hipertensi adalah mengelola diit pada Hipertensi dengan cara melakukan diit
makanan dan memperhatikan pola makanan.
B. Tujuan
Untuk menghilangkan garam/air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah
pada penyakit Hipertensi.
3. Pengobatan Tradisional
Pengobatan tradisional yang dapat dibuat di rumah antara lain dengan mengkonsumsi secara
teratur jus :
1. Buah mentimun
2. Buah belimbing
3. Daun seledri
Sedangkan cara membuat obat tradisional seperti jus mentimun adalah :
11.
12.
13. Disusun oleh :
14. M.NASIR
15. 3210014
16. PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
19. YOGYAKARTA
20. 2014
21.
22.
23.
24.
Teori Lansiaa. Definisi dan Batasan Lansia
1) Definisi
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.
Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang kesehatan
dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang dikatakan
lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu penyakit, namun
merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan
kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Lansia adalah keadaan
yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan keseimbangan terhadap
kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan
untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual (Efendi, 2009).2) Batasan
Lansia
Klasifikasi Lanjut Usia (Maryam dkk, 2008).a. Pralansia (prasenilis) : Seseorang yang
berusia 45 – 59 tahun
b. Lanjut usia : Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih
c. Lanjut usia risiko tinggi : Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/ seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan
d. Lanjut usia potensial : Lanjut usia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
e. Lanjut usia tidak potensial : Lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Karakteristik Lanjut Usia. Menurut Budi Anna Keliat (1999 );
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai Pasal 1 ayat (2) UU No. 13 tentang Kesehatan ).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi
maladptif
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
b. Perubahan – Perubahan yang terjadi pada lansia
1) Perubahan Fisik :a) Sel : Jumlahnya lebih sedikit, ukurannya lebih besar , TBW
(jumlah cairan tubuh berkurang) dan cairan intra seluler menurun, menurunnya proporsi
protein di otak, ginjal, otot darah dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya
mekanisme perbaikan sel.
b) Sistem Persarafan : Berat otak menurun 10-20% (sel saraf otak tiap individu
berkurang setiap hari), respon dan waktu untuk bereaksi lambat, atropi saraf panca indra
(berkurangnya penglihatan, pendengaran, pencium & perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin), kurang sensitif terhadap
sentuhan.
c) Sistem Pendengaran : Prebiakusis (hilangnya kemampuan untuk daya pendengaran
pada telinga dalam, terutama terhadap suara nada tinggi, suara yg tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata) 50% terjadi pada usia >65th, atropi membran tympani, menyebabkan
otosklerosis (kekakuan pada tulang bagian dalam), terjadinya pengumpulan cerumen
dapat mengeras karena peningkatan keratin, pendengaran bertambah menurun pada lansia
yang mengalami ketegangan jiwa/stress.d) Sistem Penglihatan : Lensa lebih suram
(kekeruhan lensa) menjadi katarak, kornea lebih berbentuk sferis (bola kecil), respon
terhadap sinar menurun, daya adaptasi terhadap gelap lebih lambat, hilangnya daya
akomodasi mata, lapang pandang menurun, sulit membedakan warna biru dan hijau pada
skala.
e) Sistem Kardiovaskuler : Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan
menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun sehingga menurunnya kontraksi dan volume jantung, kehilangan
elastisitas pembuluh darah, oksigenisasi tidak adekuat, mengakibatkan pusing mendadak,
tekanan darah cenderung tinggi karena meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
f) Sistem Respirasi : Otot - otot pernafasan kehilangan kekuatan (lemah) dan menjadi
kaku, menurunnya aktivitas silia, elastisitas paru berkurang, kapasitas residu meningkat,
menarik nafas berat, dan kedalaman bernafas menurun O2 arteri menurun menjadi 75
mmHg; CO2 arteri tidak berganti kemampuan untuk batuk berkurang, kemampuan
dinding, dada & kekuatan otot pernafasan menurun sejalan dengan tambah usia.
g) Sistem Genitourinari : Ginjal mengecil dan nefron atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, fungsi tubulus berkurang; kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin; berat jenis urin menurun, proteinuria (+1), otot-otot vesika urinaria
melemah, kapasitasnya menurun 200ml sedangkan frekuensi buang air kecil meningkat.
Pada pria lansia, vesika urinari sulit dikosongkan akibatnya meningkatkan retensi urin.
Prostat membesar (dialami 75% pria usia 65 tahun keatas), atropi vulva, selaput lendir
kering, elastisitas menurun, permukaan lebih licin, perubahan warna. Seksual intercourse
masih.h) Sistem Reproduksi : Menciutnya ovari dan uterus, atropi payudara, pada laki-
laki, testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meski ada penurunan secara
berangsur-angsur, selaput lendir vagina menurun, permukaan lebih halus, sekresi
berkurang, reaksi sifatnya alkali, perubahan- perubahan warna, dorongan Seksual masih.
i) Sistem Gastrointestinal : Kehilangan gigi, karena kesehatn gigi buruk atau gizi buruk,
indra pengecap menurun, iritasi kronis selaput lendir, atropi indra pengecap, hilangnya
sensisitifitas saraf pengecap di lidah tentang rasa manis, asin, dan pahit, dilambung,
sensisitifitas rasa lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan juga
menurun, peristaltik lemah sehingga biasa timbul konstipasi, daya absorbsi terganggu.
j) Sistem Endokrin : Produksi hormon menurun, termasuk hormon tiroid, aldosteron,
kelamin (progesteron, estrogen, testosteron), menurunnya aktivitas tiroid, menurunnya
BMR= basal metabolic rate, fungsi paratiroid & sekresinya tidak berubah.
k) Sistem Integumen : Kulit keriput, akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit
kasar dan bersisik, (kaku, rapuh dan keras), karena kehilangan proses keratinisasi,
perubahan ukuran dan bentuk - bentuk sel epidermis, menurunnya respon terhadap
trauma, mekanisme proteksi kulit menurun : Produksi serum menurun, gangguan
pigmentasi kulit. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut dalam
hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas, akibat menurunnya cairan &
vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih lambat, kuku pudar dan kurang bercahaya, kuku
jari menjadi keras dan rapuh, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk,
kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsi.
l) Sistem Muskuloskeletal : Tulang kehilangan density (cairan), makin rapuh, kifosis,
pinggang, lutut dan jari pergelangan, pergerakannya terbatas, Discus intervertebralis
menipis, menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian membesar dan kaku, tendon
mengerut dan mengalami sklerosis, atropi serabut otot bergerak menjadi lambat, otot-
otot kram dan tremor, otot polos tidak begitu terpengaruh.
2) Perubahan Psikososiala) Pensiun : Produkdivitas dan identitas – peranan
(kehilangan financial, kehilangan status, kehilangan relasi),b) Sadar akan kematian,
c) Perubahan dalam cara hidup,
d) Penyakit kronis dan ketidakmampuan,
e) Hilanganya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap body image, perubahan
konsep diri.
3) Perubahan Mentala) Faktor-faktor yang pengaruhi perubahan mental :Perubahan
fisik, organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, herediter, lingkungan,
b) Perubahan kepribadian yang drastic,
c) Ungkapan tulus perasaan individu,
d) Tidak senang pada perubahan,
e) Berkurangnya ambisi dan kegiatan,
f) Kecenderungan egosentris, perhatian menurun,
g) Berkurangnya adaptasi untuk kebiasaan baru,h) Berkurangnya kemampuan nyatakan
sopan santun,
i) Merasa kadang tidak diperhatikan atau dilupakan,
j) Cenderung menyendiri, bermusuhan,
k) Mudah tersinggung akibat egoisme atau reaksi kemunduran ingatan,
l) Tidak memperhatikan kebersihan, penampilan,
m) Kegiatan seksual berlebihan atau perilaku tidak senonoh,
n) Orientasi terganggu, bingung, sering lupa, hilang dan tersesat,
o) Lupa meletakan barang, menuduh orang mencuri,
p) Gelisah, delirium pada malam hari,
q) Disorientasi waktu,
r) Pola tidur berubah (tidur seharian atau sulit tidur di malam hari),
s) Mengumpulkan barang yang tidak berharga
4) Perubahan Memoria) Kenangan jangka panjang : berjam-jam sampai berhari,
b) Kenangan jangka pendek atau seketika : 0-10 menit, kenangan buruk.
5) IQ (Intellgentia Quotion)a) Tidak berubah degan informasi matematika dan
perkataan verbal,
b) Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi perubahan
pada daya membayangkan karena tekanan - tekanan dari faktor waktu.6) Perkembangan
Spirituala) Maslow, 1970: Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya.b) Murray & Zenner, 1970: Lansia makin matur dalam kehidupan
keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak di kehidupan sehari-hari.
c) Folwer,1970: lansia 70 tahun Universalizing, pada tingkat ini adalah berfikir dan
bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
c. Penyakit yang umum terjadi pada lansia
1. Masalah Fisik Sehari-Hari Yang Sering Ditemukan Pada Lansiaa) Mudah
jatuhb) Mudah lelah, disebabkan oleh : Faktor psikologis, Gangguan organis, Pengaruh
obatc) Kekacauan mental karena keracunan, demam tinggi, alkohol, penyakit
metabolisme, dehidrasi, dsbd) Nyeri dada karena PJK, aneurisme aorta, perikarditis,
emboli paru, dsbe) Sesak nafas pada waktu melakukan aktifitas fisik karena kelemahan
jantung, gangguan sistem respiratorius, overweight, anemiaf) Palpitasi karena
gangguan irama jantung, penyakit kronis, psikologisg) Pembengkakan kaki bagian
bawah karena edema gravitasi, gagal jantung, kurang vitamin B1, penyakit hati, penyakit
ginjal, kelumpuhan, dsbh) Nyeri pinggang atau punggung karena osteomalasia,
osteoporosis, osteoartritis, batu ginjal, dsb.i) Nyeri sendi pinggul karena artritis,
osteoporosis, fraktur/dislokasi, saraf terjepitj) Berat badan menurun karena nafsu
makan menurun, gangguan saluran cerna, faktor sosio-ekonomik) Sukar menahan BAK
karena obat-obatan, radang kandung kemih, saluran kemih, kelainan syaraf, faktor
psikologisl) Sukar menahan BAB karena obat-obatan, diare, kelainan usus besar,
kelainan rektumm) Gangguan ketajaman penglihatan karena presbiopi, refleksi lensa
berkurang, katarak, glaukoma, infeksi matan) Gangguan pendengaran karena
otosklerosis, ketulian menyebabkan kekacauan mentalo) Gangguan tidur karena
lingkungan kurang tenang, organik dan psikogenik (depresi, irritabilitas)p) Keluhan
pusing-pusing karena migren, glaukoma, sinusitis, sakit gigi, dsbq) Keluhan perasaan
dingin dan kesemutan anggota badan karena ganguan sirkulasi darah lokal, ggn syaraf
umum dan lokalr) Mudah gatal-gatal karena kulit kering, eksema kulit, DM, gagal
ginjal, hepatitis kronis, alergi2. Karakteristik penyakit lansia di Indonesia :
a) Penyakit persendian dan tulang, misalnya rheumatik, osteoporosis, osteoartritis
b) Penyakit Kardiovaskuler. Misalnya: hipertensi, kholesterolemia, angina, cardiac
attack, stroke, trigliserida tinggi, anemia.
c) Penyakit Pencernaan yaitu gastritis, ulcus pepticum
d) Penyakit Urogenital. Seperti Infeksi Saluran Kemih (ISK), Gagal Ginjal Akut/Kronis,
Benigna Prostat Hiperplasia
e) Penyakit Metabolik/endokrin. Misalnya; Diabetes mellitus, obesitas
f) Penyakit Pernafasan. Misalnya asma, TB paru
g) Penyakit Keganasan, misalnya; carsinoma/ kanker
h) Penyakit lainnya. Antara lain; senilis/pikun/dimensia, alzeimer, parkinson, dan
sebagainya.
Masalah Kesehatan (Hipertensi)1. Definisi
Hipertensi menurut Manjoer dkk (2010) hipertensi adalah tekanan sistolik ≤ 140 mmHg
dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg atau bila pasien memakai obat anti hipertensi.
Hipertensi menurut Brunner & Suddarth (2008) merupakan gejala penyakit yang
ditandai dengan peningkatan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya ≥ 140
mmHg dan diastoliknya ≥ 90 mmHg.
2. KlasifikasiPada pemeriksaan tekanan darah akan di dapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi di peroleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah
akan di peroleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Pada hipertensi sistolik
terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik
kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering
ditemukan pada usia lanjut. Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang
mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80
tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian
berkurang secara perlahan bahkan menurun drastis.Klasifikasi tekanan darah pada
dewasa
Kategori Tekanan darah Tekanan Darah Diastolik
sistolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium I (hipertensi 140-159 mmHg 90-99 mmhg
ringan)
Stadium 2 (hipertensi 160-179 mmHg 100-109 mmHg
sedang)
Stadium 3 (hipertensi 180-209 mmHg 110-119 mmHg
berat)
Stadium 4 (hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
maligna)
25. .
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan
besar yaitu :
Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibedakan menjadi 2, yaitu:1. Hipertensi
essensial (hipertensi primer), yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain (Lany,
2001).Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan –
perubahan pada :1. Elastisitas dinding aorta menurun2. Katub jantung menebal dan
menjadi kaku Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.3. Kehilangan elastisitas pembuluh
darah Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi4. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer Kebiasaan
hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
1) Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )2) Kegemukan atau makan
berlebihan.3) Stress4) Merokok5) Minum alcohol6) Minum obat-obatan (
ephedrine, prednison, epineprin ) 4. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis.
Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.Pada saat
bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons
rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi.
Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra
vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.Sedangkan bagai
pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan fungsional pada
system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan
ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung
dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2008). Pada usia lanjut perlu diperhatikan
kemungkinan adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga
tidak dikompresi oleh cuff sphygmomanometer.5. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : Tidak ada gejalaTidak ada gejala
yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain
penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur. Gejala yang
lazimSering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.Manifestasi klinis beberapa pasien
yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan, Sesak
nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun. 6. Pemeriksaan
Penunjang
a. Hemoglobin / hematokritUntuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor-factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi
ginjalc. Glukosa: Hiperglikemi (diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )d. Kalium serum:
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab ) atau menjadi
efek samping terapi diuretik.e. Kalsium serum: Peningkatan kadar kalsium serum dapat
menyebabkan hipertensif. Kolesterol dan trigliserid serum: Peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan plak ateromatosa ( efek
kardiovaskuler )g. Pemeriksaan tiroid: Hipertiroidisme dapat menimbulkan
vasokonstriksi dan hipertensih. Kadar aldosteron urin/serum: Untuk mengkaji
aldosteronisme primer ( penyebab )i. Urinalisa: Darah, protein, glukosa
mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.j. Asam urat: Hiperurisemia
telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensik. Steroid urin: Kenaiakn dapat
mengindikasikan hiperadrenalismel. IVP: Dapat mengidentifikasi penyebab
hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureterm. Foto dada:
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantungn. CT scan:
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopatio. EKG: Dapat menunjukkan pembesaran
jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu
tanda dini penyakit jantung hipertensi.
7. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi
:a. Terapi tanpa Obat: Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :1) Diet. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr Restriksi garam secara
moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr
menjadi 5 gr/hr Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah
kolesterol dan rendah asam lemak jenuh, penurunan berat badan, penurunan asupan
etanol, menghentikan merokok2) Latihan Fisik. Latihan fisik atau olah raga yang teratur
dan terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olahraga yang mempunyai
empat prinsip yaitu :Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan.
Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona latihan Frekuensi
latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu.
3) Edukasi Psikologis. Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
Tehnik Biofeedback. Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan
pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek
dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi
gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.4) Tehnik relaksasi. Relaksasi adalah suatu prosedur
atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks.
5) Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan ). Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.
b. Terapi dengan Obat. Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan
darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur
hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi
(Joint National Committee On Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood
Pressure, USA, 1988) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis
kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
26. Asuhan Keperawatan
27. 1. Pengkajian
28. a. Aktifitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : Frekwensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, penyakit jantung koroner aterosklerosis.
Tanda : Kenaikan tekanan darah, tachycardi, disrythmia, denyutan nadi jelas, bunyi
jantung murmur, distensi vena jugularis
c. Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor
stress multiple (hubungan, keuangan, pekerjaan)
Tanda : Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan yang
meledak, otot muka tegang (khususnya sekitar mata), peningkatan pola bicara
d. Eliminasi
Gejala :Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit
ginjal ), obstruksi.
Makanan/ cairan
Gejala :Makanan yang disukai (tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol), mual,
muntah, perubahan berat badan (naik/ turun), riwayat penggunaan diuretik.
Tanda : Berat badan normal atau obesitas, adanya oedem.
e. Neurosensori
Gejala :Keluhan pusing berdenyut, sakit kepala sub oksipital, gangguan penglihatan.
Tanda :Status mental: orientasi, isi bicara, proses berpikir,memori, perubahan retina
optik. Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman tangan.Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala :Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, nyeri abdomen/ masssa.
f. Pernafasan
Gejala :Dyspnea yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja, tacyhpnea, batuk dengan/ tanpa
sputum, riwayat merokok.
Tanda :Bunyi nafas tambahan, cyanosis, distress respirasi/ penggunaan alat bantu
pernafasan.
29.
i) Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara berjalan.2. Pemeriksaan Diagnostik: Hb:
untuk mengkaji anemia, jumlah sel-sel terhadap volume cairan (viskositas), BUN:
memberi informasi tentang fungsi ginjal, glukosa: mengkaji hiperglikemi yang dapat
diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi), kalsium
serum, kolesterol dan trygliserid, urin analisa, foto dada, CT Scan,
EKG.3. Kemungkinan Diagosa Keperawatan
a. Nyeri akut : sakit kepala b/d peningkatan tekanan vaskuler serebral
b. Resiko penurunan curah jantung b/d vasokonstriksi, hipertrofi/rigiditas ventrikuler,
c. Intoleransi aktivitas b/d ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen.
4. Intervensi
Setelah 3.
dilakukan Catat adanya tanda dan gejala
Daftar pustaka Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC.
Smeltzer, Suzanne; and Benda G Bare. (2008), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC, 3. Etiologi
Dep Kes RI, 2010. Diet Rendah garam, Pozi Pusat Dep Kes RI, Jakarta
Mansjoer Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media AesculapiusMaryam, dkk. 2008.
Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba MedikaSoeparman dkk, 2007, Ilmu Penyakit
dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press, Jakarta.
Daftar pustaka Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC.
Smeltzer, Suzanne; and Benda G Bare. (2008), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC, 3. Etiologi
Dep Kes RI, 2010. Diet Rendah garam, Pozi Pusat Dep Kes RI, Jakarta
Mansjoer Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media AesculapiusMaryam, dkk. 2008.
Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba MedikaSoeparman dkk, 2007, Ilmu Penyakit
dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press, Jakarta.
Daftar pustaka Brunner & Suddarth. 2008. Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah Vol 2, Jakarta, EGC.
Smeltzer, Suzanne; and Benda G Bare. (2008), Buku Saku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:
EGC, 3. Etiologi
Dep Kes RI, 2010. Diet Rendah garam, Pozi Pusat Dep Kes RI, Jakarta
Mansjoer Arief. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media AesculapiusMaryam, dkk. 2008.
Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta: Salemba MedikaSoeparman dkk, 2007, Ilmu Penyakit
dalam, Jilid 1, edisi 2. UI Press, Jakarta.
bangsalsehat.blogspot.com
askep merupakan serangkaian tindakan atau asuhan yang akan diberikan perawat kepada
seseorang atau kelompok yang sedang mengalami masalah atau penyakit tertentu, yang bertujuan
dapat meringankan masalah tersebut. seorang perawat tidak terlepas dari yang namanya askep.
mulai dari masa kuliah hingga setelah kerja pun akan tetap dikaitkan dengan yang namanya
askep.
nah bertujuan membantu teman - teman sejawat disini kami coba membagikan asuhan
keperawatan atau askep hipertensi pada lansia. bagi yang membutuhkan silahkan dibaca dan
didownload pada link yang telah kami sediakan.
Untuk mendownload askep hipertensi pada lansia silahkan klik dibawah ini :
Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemamuan
jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti dengan mempertahankan fungsi normalnya
sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita
(Constantinides, 1994).
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut secara alamiah). Dimulai sejak
lahir dan umumnya pada semua makluk hidup. Sampai saat ini banyak sekali teori yang
menerangkan proses menua. Mulai dari teori degeneratif yang didasari oleh habisnya daya
cadangan vital, teori terjadinya atropi yaitu teori yang mengatakan bahwa proses menua adalah
proses evolusi dan teori imunologik yaitu teori adanya produk sampah dari tubuh yang makin
bertumpuk. Tetapi seperti diketahui lanjut usia akan selalu bergandengan dengan perubahan
fisiologis maupun psikologis, yang penting untuk diketahui bahwa aktivitas fisik dapat
menghambat / memperlambat kemunduran fungsi alat tubuh yang disebabkan bertambahnya
umur. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi ketuan meliputi : hereditas, nutrisi, status
kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stress. Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang
kesejahteraan lanjut usia yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60
tahun ke atas. Sebenarnya lansa merupakan suatu proses alami yang tidak dapat ditentukan oleh
Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua
merupakan masa hidup manusia yang terakhir, dimana pada masa ini seseorang mengalami
kemunduran fisik, mental dan sosial sedikit demi sedikit sampai tidak dapat melakukan tugasnya
sehari-hari lagi sehingga bagi kebanyakan orang, masa yang merupakan masa yang kurang
menyenangkan
Pembagian Lansia
a. Wong Sepuh Orang tua yang sepi hawa nafsu, menguasai ilmu-ilmu dwitunggal, mampu
membedakan antara baik dan buruk, antara sejati dan palsu, diantara Tuhan dan Kawulanga.
b. Tua Sepuh Orang tua yang kosong, tidak tahu rasa, bicara muluk-muluk tanpa isi, tingkah laku
yang dibuat-buat dan berlebihan serta memalukan.
a. Orang yang berbudi sentosa Orang yang meskipun diridhai Tuhan dengan rizki tapi tetap
berusaha terus disertai ingat dan waspada.
b. Orang yang lemah Orang tua ynag berputus asa, sudah tua mau apa, sebaiknya hanya
menjauhkan diri dari keduniawian supaya mendapat kasih sayang Tuhan.
Lansia dapat dibedakan ke dalam beberapa tipe yang tergantung pada karakter, pengalaman
hidupnya, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya. Tipe ini antara lain :
1. Tipe optimis
2. Tipe konstruktif
4. Tipe defensif
6. Tipe ketergantungan
Menurut kemampuan dalam berdiri sendiri para lansia dapat digolongkan dalam kelompok
antara lain,,:
Latar Belakang
Dari banyak penelitian epidemiologi didapatkan bahwa dengan meningkatnya umur dan Tekanan
darah meninggi. Hipertensi menjadi masalah pada lanjut usia karena sering ditemukan dan
menjadi fakfor utama stroke, payah jantung dan penyakit jantung dan ceroba vaskuler. Secara
nyata kematian karena CUD, morbiditas penyakit kardiovaskuler menurun dengan pengobatan
hipertensi. Saat ini penelitian longitudinal telah membuktikan hal ini pada pengobatan hipertensi
diastolic.
Definisi
Hpertensi didefinisikan sebagai TD persisten diaman tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan
tekanan diastoliknya di atas 90 mmHg (Smeltzer & Bare, 2001 : 896).
Hiperetnsi adalah peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas normal yang
disepakati yaitu : diastolic 90 mmHg / sistolik 140 mmHg (Kee & Hayes, 1996 : 479). - Hipertensi
adalah peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas normal yang disepakati yaitu :
diastolic 90 mmHg / sistolik 140 mmHg (Price & Wilson, 1995 : 933).
Hipertensi pada tekanan sistolik sama / lebih besar dari 140 mmHg / tekanan diastolic sama /
lebih besar dari 140 mmHg
Hipertensi sistolik terisolasi : tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg, dan tekanan diastolic
lebih rendah dari 90 mmHg Pada hipertensi sistolik ini masih controversial. Mengenai target
tekanan darah dianjurkan penurunan yang bertahap sampai sekitar sistolik 140-160 mmHg. (R.P.
Sidabular, 1974).
Klasifikasi hipertensi
Etiologi
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya, tetapi ada beberapa faktor penunjang antara
lain :
Herediter
Lingkungan
Hiperaktivitas
Susunan syaraf simpatis
Sistem rennin ongiotensin
Defek dalam mensekresi Na
Faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti : alcohol, merokok serta polistemia, stress
(Ignativicius, 1991 : 2197).
Yaitu terhadap sekitar 5% kasus penyebab spesifiknya diketahui seperti penggunaan estrogen,
penyakit ginjal, hipertensi vaskuler renal, hiperal dias teronisme primer dan sindrom cushing,
feokromasitoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan, penggunaan
konstrasepsi oral, penyakit renal vaskuler dan renal parendrymal, kelainan endokrin, tumor otak,
encephalitis, peningkatan volume introvaskuler, luka bakar.
Patofisiologi
Tekanan darah yang meningkat pada penyakit hipertensi menyebabkan aliran darah meningkat.
Sehingga dalam pembuluh darah terjadi sclerosis yang kemudian aliran darah tersebut menjadi
statis (adanya retensi garam). Hal tersebut menyebabkan peningkatan kerja jantung yang ditandai
dengan peningkatan kontraksi otot jantung sehingga otot jantung mengalami pembesaran dan
mengakibatkan penurunan cardiac output.
Karena suplai darah ke otak berkurang maka O2 yang diedarkan oleh darah ke otak menjadi
berkurang pula, sehingga terjadi gangguan perfusi jaringan. Dampak hipertensi pada ginjal
terjadi vaskontriksi pembuluh darah ginjal yang menyebabkan penurunan aliran darah. Hal ini
menyebabkan rennin (yang merupakan enzim yang disekresi oleh sel junkta glomerulus ginjal)
bekerja pada substratnya berupa pembentukan engiotensin peptida II yang berpengaruh terhadap
aldosteron untuk mengikat natrium dan air ke inter stisial, hal tersebut mengakibatkan
peningkatan volume cairan dalam tubuh.
Fathway
Askep Hipertensi pada lansia
Komplikasi
Pada umumnya komplikasi terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan diastolic 130 mmHg
atau pada kenaikan tekanan darah yang terjadi secara mendadak dan tinggi.
Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah pada mata, ginjal, jantung dan
otak. Pada mata berupa perdarahan retina, gangguan pengelihatan sampai dengan kebutaan.
Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat disamping
kelainan koroner dan miokardio. Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh
pecahnya mikroorganisme yang dapat mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi
adalah proses tromboembali dan serangan iskemia otak sementara (transisent ischeemic attack).
Gagal ginjal sering dijumpai sebagai komplikasi hipertensi yang lama dan pada proses akut pada
hipertensi maligna.
Manifestasi Klinis
1. Neurologi
Pusing / migraine
Penurunan kemampuan berbicara
Disfungsi sistem syaraf
Infeksi serebral
Infark otak
Perdarahan serebral
Edema cerebral
Stroke
Hemiplegia
2. Gastro intestinal
Mual
Muntah
3. Urologi
Poliuria
Nokturia
Hematuria mikroskopik
Palidipsi
Azotemia
Gagal ginjal
Proteinuria
4. Kardiovaskuler
Mycocardiac infark
5. Respiratorisus
Sesak nafas
6. Psikologis
Mudah marah
Cemas
Sulit tidur
7. Sensori
Pemeriksaan Diagnostik
1. Haemoglobine / hematokrit : bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindetifikasi faktor-faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia
2. Kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi / fungsi ginjal
3. Glukosa : hiperglikemia dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
4. Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisyaratkan difungsi ginjal atau adanya diabetes
5. Pemeriksaan Tiroid : hipertiroidimse dapat menimbulkan vasokontriksi dan hipertensi
6. CT Scan : mengkaji cerebral, CSU, ensevalopati / feokromositoma
7. EKB : dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi
8. Foto dada : dapat menunjukkan obtruksi klasifikasi pada area katub, defisit pada torik aorta,
pembesaran jantung
9. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal /
uterter (Doengoes, 1999).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita hipertensi terdiri dari penatalaksanaan non farmakologis dan
famarkologis.
Pengkajian Fokus
1. Aktivitas / istirahat
Tanda :
2. Sirkulasi Gejala :
Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup dan penyakit
cerebravaskuler
Episode palpitasi, perspirasi
Tanda :
Kenaikan TD
Hipotensi postural
Frekuensi / irama takikardi, berbagai disritmia
Mumur stenosis valvular
3. Integritas ego
Gejala :
Tanda :
Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak
Gerak badan empati, otot muka tegang, gerakan fisik cepat, peningkatan pola bicara
4. Eliminasi
Gejala :
Gejala :
Makanan yang disukai yang mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol
Mual muntah
Perubahan berat badan
Riwayat penggunaan diuretik
Tanda :
6. Neurosensori
Gejala :
Tanda :
7. Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala :
Angin
Nyeri hilang timbul pada tungkai
Sakit kepala oksipital berat
Nyeri abdomen / massa
8. Pernafasan
Gejala :
Distres respirasi
Bunyai nafas tambahan
Sianosis
9. Kelemahan
Gejala :
1. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan beban akhir meningkat, vasokontriksi
iskemik miokard
TUK :
TD meningkat
Nadi 80 x/mnt
Pengikisan kapiler < 3 detik - Suhu 36,5
37 0C - RR 16-24 x/mnt
Intervensi :
Rasional : perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang
keterlibatan / bidang masalah vaskuler.
Rasional : 54 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena adanya hipertrofi atrium,
perkembangan s3 menunjukkan hipertensi ventrikel dan kerusakan fungsi.
c. Berikan lingkungan yang tenang dan nyaman
d. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman seperti pinjatan punggung dan leher, meninggikan
kepala tempat tidur
TUK :
Intervensi :
Rasional : aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit kepala karena adanya
peningkatan tekanan vaskulercerebral
Rasional : tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler dan yang memperlambat / memblok
respon simpatis efektif dalam menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
Rasional : pusing dan pengelihatan kabur sering berhubungan dengan sakit kepala.
e. Berikan cairan, makanan lunak, perawatan yang teratur bila terjadi perdarahan hidung /
kompres hidung telah dilakukan untuk menghentikan perdarahan
TUK :
TD naik
Nadi 80 x/mnt
Suhu 36,5 – 37 oC
RR 16-24 x/mnt
Tak ada keluhan sakit kepala / pusing
Intervensi :
4. Risiko tinggi kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan intake garam dalam
diet, pemenuhan mekanisme regulasi hemodinamik neurology dan sistem renal.
TUK :
Tidak ada edema
Bunyi paru bersih
Balance seimbang
Intervensi :
Rasional : penurunan aliran ginjal mengakibatkan peningkatan aldosteron dan sekresi hormon
antidiuretik, menyebabkan retensi air dan natrium dan ekskresi kalium.
Rasional : penurunan aliran ginjal mengakibatkan peningkatan aldesteron disekresi hormon anti
deuretik, menyebabkan retensi air dan Na dan sekresi kalium.
Rasional : ammonium meningkatkan kadar ammonia serum dan dapat menunjang koma hepatic.
Rasional : kulit edema tegang dan mudah cedera, kulit kering lebih rentan untuk rusak dan
cidera.
Interensi :
f. Mintalah tekan sekamar, jika mampu untuk mengingatkan perawatan tentang adanya masalah
Rasional : untuk segera memberi bantuan kepada klien jika terjadi edema.
Daftar Pustaka